Sangat rendah 0-4 1,1
Rendah 5-7 4,4
Sedang 8-12 9,3
Tinggi 13-15 16,1
Sangat tinggi 15 39
Sumber: Shapiro et.al,2010
2.2. UPIICU
Unit Perawatan Intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri instalasi dibawah direktur pelayanan, dengan staf dan perlengkapan yang khusus
yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan juga terapi pasien, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. UPI
menyediakan kemampuan, sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut Menkes,2010.
Unit perawatan intensif harus mudah diakses oleh departemen darimana pasien dirawat dan dekat dengan departemen yang berbagi layanan. Sangat
diharapkan pasien yang mengalami sakit kritis, orang-orang yang membutuhkan perawatan koroner atau perawatan ketergantungan tinggi terhadap penggunaan
alat bantu dipisahkan karena pasien seperti ini sangat membutuhkan lingkungan yang tenang.
Perawatan intensif telah berkembang sampai hari ini, tenaga kesehatan di Unit perawatan intensif harus mendedikasikan sesi konsultan untuk kegiatan
manajemen, pengajaran dan audit. Sesi ini harus dibagi antara beberapa spesialis perawatan intensif. Selain itu, spesialis perawatan intensif harus didukung oleh
dokter yang sedang dalam pelatihan yang dapat memberikan waktu 24 jam per hari sesuai giliran dan juga perawat. Singer Webb, 2005.
Menurut Menkes 2010 pasien yang dirawat di UPI adalah: a. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
Universitas Sumatera Utara
b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan dan metode terapi titrasi. c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera
untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Pedoman ukuran UPI sangatlah dibutuhkan yaitu jumlah tempat tidur
perawatan intensif tergantung pada aktivitas rumah sakit dan tempat tidur yang dibutuhkan untuk spesialisasi regional seperti operasi kardiotoraks atau bedah
saraf. Unit dikatakan sangat kecil 6 tempat tidur atau sangat besar 14 tempat tidur memang lebih sulit dalam pengelolahan tapi bisa lebih banyak menerima
pasien baru Singer Webb, 2005. Bila kebutuhan masuk UPI melebihi tempat tidur yang tersedia, Kepala UPI menentukan berdasarkan prioritas kondisi
medik,pasien mana yang akan dirawat di UPI. Prosedur untuk melakasanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara terperinci Menkes,2010.
1. Kriteria masuk
UPI memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien
yang memerlukan terapi intensif prioritas 1 didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif prioritas 3. Penilaian objektif atas
beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan
prioritas masuk ke UPI :
a. Pasien prioritas 1 satu
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukunganbantuan ventilasi dan alat
bantu suportif organsistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-
lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk UPI, seperti derajat hipoksemia, hipotensi
dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 satu
Universitas Sumatera Utara
umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien prioritas 2 dua
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di UPI, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas,
karena kondisi mediknya senantiasa berubah. c.
Pasien prioritas 3 tiga Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh danatau
manfaat terapi di UPI pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi,
pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru. d.
Pengecualian Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala UPI,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa
dikeluarkan dari UPI agar fasilitas UPI yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, 3 satu, dua, tiga. Pasien yang
tergolong demikian antara lain: 1 Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR Do Not Resuscitate”.
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di UPI untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya. 2 Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3 Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien- pasien seperti itu dapat dimasukkan ke UPI untuk menunjang fungsi organ
hanya untuk kepentingan donor organ. 2.
Kriteria keluar Prioritas pasien dipindahkan dari UPI berdasarkan pertimbangan medis
oleh kepala UPI dan tim yang merawat pasien. 3.
Pengkajian ulang kerja Setiap UPI hendaknya membuat peraturan dan prosedur-prosedur masuk
dan keluar, standar perawatan pasien, dan kriteria outcome yang spesifik. Kelengkapankelengkapan ini hendaknya dibuat oleh tim UPI di bawah supervisi
komite medik, dan hendaknya dikaji ulang dan diperbaiki seperlunya berdasarkan keluaran pasien outcome dan pengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan terhadap
ketentuan masuk dan keluar harus dipantau oleh komite medik. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam Tabel 2.6 menunjukkan beberapa
kerangka kerja untuk menilai masalah etik di UPI. Namun, konflik sering muncul karena pasien sering tidak dapat berpartisipasi langsung dalam membuat
keputusan terhadap perawatannya sendiri, banyak anggota keluarga terlibat. Pendapat hukum baru-baru ini mendukung konsep bahwa yang pasien yang
kompeten dapat menolak terapi. Pengambilan keputusan terhadap pasien yang tidak kompeten lebih kontroversial Peters, 2008.
Tabel 2.6. Prinsip dalam Menilai Masalah Etik di UPI Beneficence-bertindak untuk kepentingan pasien dengan menopang kehidupan,
mengobati penyakit, dan menghilangkan rasa sakit Nonmaleficence-tidak merugikan
Autonomy-penting untuk penentuan nasib sendiri
Universitas Sumatera Utara
Informed consent-memberikan informasi faktual dan memadai kepada pasien yang berkompeten untuk membuat keputusan tentang perawatan mereka
Substituted judgement-kemampuan anggota keluarga, wali, atau pengganti lain untuk membuat keputusan atas nama pasien pada dasar apa yang dia percaya
pasien akan memilih jika kompeten Social justice-alokasi sumber daya medis sesuai dengan kebutuhan
Advance directives- diberikan kebebasan kepada pasien sehubungan dengan pengobatan tetapi jika mereka dianggap sakit parah dan tidak lagi mampu untuk
berpartisipasi dalam keputusan biasanya ada ketentuan atau permintaan penolakan lifesupport spesifik dan mengganti pembuat keputusan
Sumber : Peters, 2008
2.3. Mortalitas Sepsis Berat di UPIICU