Deskripsi Permasalahan Penelitian

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Penyelenggaraan Program Akselerasi

a. Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga tahap, adapun tahap-tahap dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu: persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akslerasi.

1) Tahap Persiapan Penerapan suatu program baru membutuhkan berbagai persiapan. Persiapan merupakan tahap awal sebelum program akselerasi ini dilaksanakan. Persiapan-persiapan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi, seleksi siswa, seleksi guru, penyediaan sarana prasarana, dan sosialisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam penyelenggaraan program akselerasi diawali dengan identifikasi siswa, perekrutan guru, melengkapi sarana prasarana, sosialisasi.

Hal tersebut juga diperkuat informan 2 yang mengatakan bahwa ”pertama-tama kita mengidentifikasi jumlah siswa yang mempunyai bakat dan cerdas istimewa itu, rekruitmen guru, menyediakan fasilitas, dan media pembelajaran, sosialisasi ke sekolah-sekolah,.. .”(wawancara,7 april 2009).

Berdasarkan beberapa informasi tersebut di atas maka bisa disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam melaksanakan program akselerasi meliputi identifikasi siswa, perekrutan Berdasarkan beberapa informasi tersebut di atas maka bisa disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pihak sekolah dalam melaksanakan program akselerasi meliputi identifikasi siswa, perekrutan

a. Identifikasi/Seleksi Siswa Penyeleksian siswa dilakukan untuk mengidentifikasi anak yang berbakat, karena yang dapat masuk ke program akselerasi ini adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Identifikasi anak berbakat dapat dilakukan melalui tahap pengetesan maupun tahap studi kasus, tahap pengetesan dapat berupa tes IQ di mana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang ber IQ 130 ke atas, sedangkan studi kasus dapat berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang berbeda, misalnya dari orang tua, teman atau dari calon siswa itu sendiri.

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa : Sekarang seleksinya mengikuti aturan main dari Direktorat PSLB. Itu

dengan kriteria, nilai akademik. Itu terdiri dari 3 komponen, yaitu rata-rata rapor, tes akademik, kemudian nilai ujian nasional. Itu tadi menjadi 1 komponen akademik, kemudian yang ke dua tes psikologi, tes psicologi nya itu ada tiga, kita mengacu pada sistem task comitment, kemudian IQ, CQ. Jadi intelejensi, kreativitas, task comitment, yaitu keterikatan pada komitmen. Nah persyaratan akademik itu harus rata-rata delapan, batas minimal. Kemudian intelejensi awal dari buku petunjuknya itu 120, sekarang sudah 130. Jadi 120,125,130. dan tampak nya sekarang anak-anak dengan intelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anak- anak gizinya juga lebih bagus.(Wawancara, tanggal 6 April 2009)

Seleksi administrasi meliputi hasil ujian nasional dan sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata minimal delapan, dan tes kemampuan akademik, dengan nilai rata-rata minimal delapan. Dalam tahap tes psikologi dapat berupa tes IQ dimana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang mempunyai IQ 130 ke atas, tes kreativitas, digunakan tes kreativitas figural dan tes kreativitas figural, keterikatan dengan Tugas (Task Commitment), selain itu juga ada tes yang berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang Seleksi administrasi meliputi hasil ujian nasional dan sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata minimal delapan, dan tes kemampuan akademik, dengan nilai rata-rata minimal delapan. Dalam tahap tes psikologi dapat berupa tes IQ dimana mereka yang dapat masuk di kelas akselerasi ini adalah mereka yang mempunyai IQ 130 ke atas, tes kreativitas, digunakan tes kreativitas figural dan tes kreativitas figural, keterikatan dengan Tugas (Task Commitment), selain itu juga ada tes yang berupa wawancara untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang siswa yang diperkirakan berbakat dari sumber yang

Prosedur identifikasi diawali dengan mengadakan pendaftaran pada bulan maret. Siswa diseleksi berdasarkan nilai rapornya, kemudian siswa yang nilainya memenuhi syarat bisa mengikuti tes selanjutnya. Setelah seleksi melalui nilai rapor, maka prosedur identifikasi selanjutnya adalah melalui tes selama lima hari, hari pertama tes kemampuan akademik yaitu tes Matematika, IPA, Bahasa Inggris, hari kedua dan ketiga proses seleksi dilanjutkan dengan tes psikologi, hari keempat tes minat dan kepribadian, dan hari terakhir atau hari kelima adalah tes wawancara dengan bahasa inggris. (Leaflet pengumuman pendafaran siswa baru program Akselerasi, Maret 2009)

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang dapat masuk pada program akselerasi adalah yang memiliki IQ 130 ke atas, nilai rapor dari SMP rata-rata minimal 8,0 tes akademik minimal 8, dan wawancara dengan calon siswa dengan Bahasa Inggris juga dipertimbangkan.

b. Perekrutan atau Seleksi Guru Guru merupakan salah satu pihak yang sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam program akselerasi di mana siswa memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa serta memiliki ciri yang khas, maka guru yang digunakan dalam program akselerasi adalah guru yang benar- benar memiliki kompetensi keguruan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 2 bahwa ”ya anak aksel itu kan kecerdasannya diatas rata-rata, jadi kita harus carikan guru yang bisa mengimbangi kemampuan mereka, kalau ndak ya nantinya bisa menghambat proses pembelajaran... .”.(Wawancara, tanggal 7 April 2009)

Senada dengan hal di atas, informan 1 menyatakan bahwa ”Kalau syarat Senada dengan hal di atas, informan 1 menyatakan bahwa ”Kalau syarat

rekruitment untuk tenaga guru dipilih guru-guru SMA 3 yang baik, punya kompetensi tinggi, harus bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, masalahnya waktu kan tinggal 2/3. jadi harus bisa menyajikan materi secara jelas, cepat, dengan prinsip Pakemin (pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan, inovatif). (Wawancara, tanggal 7 April 2009)

Hal tersebut juga sesuai dengan informasi hasil wawancara dengan informan 3. Salah satu informasi dari informan 3 menyataka bahwa ”yang jelas harus punya komitmen tinggi, harus lebih keras dari yang lainya kan?, dan harus punya kompetensi yang cukup.”.(Wawancara, tanggal 7 April 2009)

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah mereka yang mempunyai task commitment, bertanggung jawab, mempunyai kemampuan akademik yang baik, pendidikan minimal S1, pengalaman mengajar minimal 5 tahun, yang bisa mengajar dengan cepat tapi jelas, dan yang mengajar dengan prinsip PAKEMIN.

c. Persiapan Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam suatu program pendidikan untuk mencapai tujuan pada satuan pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan nasional. Kurikulum antara program akselerasi dan reguler tidak jauh berbeda, perbedaannya hanya terletak pada alokasi waktu yang lebih singkat untuk program akselerasi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 1 yang menyatakan bahwa ”sama, kurikulumnya itu begini mbak, sebetulnya kurikulumnya itu biasa, hanya saja standar isinya dinaikkan apa itu namanya eskalasi.”. (Wawancara, tanggal 6 April 2009)

Guru mempunyai kewajiban untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam setiap kompetensi dasar dimana guru harus dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia dengan sebaik mungkin untuk dapat menyesuiakan materi pelajaran yang ada. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informan 2 bahwa ”sama, sama dengan yang reguler, hanya saja waktunya lebih singkat, kalau yang regular tiga tahun, ini cuma dua tahun, kalau yang reguler satu tahun dua semester, yang ini satu tahun tiga semester.”. (Wawancara, tanggal 7 April 2009). Kurikulum yang digunakan untuk kelas akselerasi untuk tahun ajaran 2008/2009 sama dengan yang digunakan untuk kelas reguler yaitu KTSP, yang alokasi waktunya dipersingkat dan standar isinya dinaikkan. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum KTSP yang alokasi waktu nya dipercepat dan juga di tambah dengan pendalaman materi (pengayaan).

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di kelas akselerasi adalah KTSP sama seperti kurikulum kelas reguler, hanya saja guru yang mengajar di kelas akselerasi harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam setipa kompentensi dasar yang disesuaikan dengan alokasi waktunya.

d. Persiapan Sarana Prasarana Sarana prasarana sangat mendukung dalam mencapai keberhasilan dalam suatu pendidikan. Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sarana prasarana edukatif dan sarana prasarana non edukatif. Seperti yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”sarana dan prasarana yang disediakan untuk anak akelerasi lebih bagus dibanding dengan kelas reguler karena mereka kan berlajar nya lebih keras dibanding dengan yang reguler”. (wawancara,7 April 2009)

Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu Sarana prasarana dalam suatu sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu

Sarana prasarana untuk kelas akselerasi seharusnya dibedakan dengan kelas reguler, karena sarana prasarana siswa harus disesuaikan dengan sifat khas siswa yang memang tingkat kecerdasannya tinggi. Di SMA Negeri 3 Surakarta, siswa kelas akselerasi berada di tempat yang terpisah dengan siswa kelas reguler. Kelas akselerasi berada di warung miri, sedangkan siswa kelas reguler berada di Kerkop.

Perhatian sekolah dalam penyediaan ruang kelas cukup baik, seperti yang diungkapkan oleh informan 1 ”oo ya sudah ada. Jadi tiap-tiap kelas itu sudah ada LCD, komputer,TV, VCD, AC, ada tape nya, jadi nanti kalau mau listening itu sudah ada tape nya di tiap-tiap kelas.”(Wawancara, 6April 2009)

Di setiap ruang kelas terdapat sarana prasarana belajar yang sangat memadai. Di setiap kelas telah dilengkapi dengan whiteboard, spidol, AC, LCD, VCD/DVD Player, komputer, printer, dispenser, tape. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 3 bahwa ”Trus mestinya kita menyediakan fasilitas, media pembelajaran, komputernya nyambung internet, trus sumber bacaan, buku, internet, video”. (Wawancara, 7April 2009)

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh beberapa informan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana prasarana yang tersedia untuk siswa akselerasi sudah memadai, dan lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas reguler.

e. Sosialisasi Setiap program pendidikan hendaknya disosialisakan kepada stake holder pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun pihak eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan e. Sosialisasi Setiap program pendidikan hendaknya disosialisakan kepada stake holder pendidikan, dalam artian diberitahukan kepada pihak internal maupun pihak eksternal sekolah agar diketahui keberadaannya. Informan 2 mengungkapkan

biasanya itu, yang angkatan pertama itu, dulu kita undang, ya anak-anak SMP itu kita undang, kita beri penjelasan tentang aksel, nah itu tadi yang angkatan pertama, kemudian setelah itu mulai angkatan 2, 3 dan seterusnya mereka sudah tahu dengan sendirinya. Jadi alumni-alumni anak-anak SMP mereka itu saya suruh kembali ke sekolah-sekolah mereka untuk memberikan sosialisasi ke adik-adik kelas, karena yang tahu persis keadaan disini kan mereka. Jadi misalkan saya sosialisasi, kan saya mesti ngomong nya nggak relistis, saya mesti memberikan yang manis-manis, jadi yang pernah duduk di sini yang merasakan jadi saya suruh kembali katakanlah untuk memberi penjelasan.(Wawancara, 7April 2009)

Informan 1 memambahkan bahwa sosialisasi juga lakukan dengan mengadakan iklan di media elektronik yaitu melalui radio PTPN FM. Selain itu Informan 2 menambahkan bahwa, ”jadi pakai brosur, leaflet, ngirim surat dulu ke SMP yang mau dituju, kalau boleh ya sosialisasi, kalau ndak ya tempel leaflet, brosur aja, sehingga smua tau bahwa aksel itu butuhnya anak yang nilainya brapa.”.(Wawancara, 7April 2009). Informan 2 juga memambahkan bahwa dulunya sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak yaitu koran Solopos.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi program akselerasi memiliki sasaran khusus yaitu siswa kelas IX di Surakarta dan sekitarnya. Banyak cara yang ditempuh untuk sosialisasi tersebut baik melalui media cetak seperti koran (Solopos), maupun media elektronik yaitu radio (PTPN FM), pembuatan leafleat, brosur untuk dikirim ke sekolah- sekolah dan juga presentasi di sekolah-sekolah di Surakarta dan sekitarnya.

2) Tahap proses penyelenggaraan program akslerasi. Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi. Bentuk penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan menjadi 3 model, yaitu, Pelayanan khusus, model kelas khusus, dan model sekolah khusus. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas 2) Tahap proses penyelenggaraan program akslerasi. Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi. Bentuk penyelenggaraan program akselerasi dapat dibedakan menjadi 3 model, yaitu, Pelayanan khusus, model kelas khusus, dan model sekolah khusus. Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas

Hal ini juga didasarkan pada kebutuhan belajar siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa sehingga mereka harus mendapat layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberi layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa reguler, mereka cenderung akan mengalami underachiever. Jadi penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 menggunakan model kelas khusus, yang mana setiap tahun ajaran nya terdiri dari dua kelas, dan tiap kelasnya terdiri dari 20 siswa.

Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar dari siswa tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak diberikan layanan khusus misalnya dicampur dengan siswa kelas reguler, maka cenderung akan underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya.

Dalam proses penyelenggaraan program akselerasi ini salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan terencana untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tersebut akan berdaya guna dan berhasil guna bila dilaksanakan secara seksama, berencana, dan sistematik. Dengan seksama artinya dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan perhatian, berencana mengandung makna ada tujuan yang jelas dan disertai langkah-langkah dan teknik yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sistematik berarti komponen-komponen dalam proses belajar-mengajar (tujuan, materi, metode, media, guru, siswa, sarana prasarana, dan evaluasi) tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang terpadu. Hal ini dimaksud agar tujuan program akselerasi yaitu Dalam proses penyelenggaraan program akselerasi ini salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan terencana untuk mencapai tujuan instruksional. Proses tersebut akan berdaya guna dan berhasil guna bila dilaksanakan secara seksama, berencana, dan sistematik. Dengan seksama artinya dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan perhatian, berencana mengandung makna ada tujuan yang jelas dan disertai langkah-langkah dan teknik yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sistematik berarti komponen-komponen dalam proses belajar-mengajar (tujuan, materi, metode, media, guru, siswa, sarana prasarana, dan evaluasi) tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang terpadu. Hal ini dimaksud agar tujuan program akselerasi yaitu

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari kegiatan evaluasi hasil belajar. Di sini guru wajib melaksanakan evaluasi setiap akan mengakhiri proses belajar mengajar. Secara periodik evaluasi dilakukan berdasarkan program tertentu, misalnya ulangan harian, caturwulan, dan semesteran. Pada program akselersi, siswa SMA yang seharusnya menyelesaikan belajar selama

3 tahun dapat menyelesaikan belajarnya hanya dalam waktu 2 tahun. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan 1 bahwa: bedanya kita dengan kelas reguler itu ya pada waktu yang lebih cepat

mbak, sistem evaluasi yang kita lakukan juga sama saja koq, kita juga mengadakan ulangan harian, mid semester, ujian semester, cuma waktunya saja yang beda, di aksel itu satu semester itu cuma 4 bulan, mid nya tiap 2 bulan sekali, tiap 8 bulan sekali kenaikan kelas. (Wawancara, 7April 2009)

Waktu 2 tahun ini digunakan untuk 3 tingkatan, sehingga setiap tingkatan nya hanya membutuhkan waktu 8 bulan. Untuk itu guru harus dapat merencanakan, membuat alat tes dan melaksanakan evaluasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagaimana yang disamapaikan oleh informan 2 bahwa guru harus bisa mengajar dengan jelas dan cepat agar materi pelajaran yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 3 tahun bisa diselesaikan dalam waktu 2 tahun. Mereka juga diwajibkan untuk mengadakan evaluasi setelah satu kompetensi dasar dalam suatu bidang studi. Sehingga mereka bisa menilai apakah siswa tersebut telah menguasai materi yang diajarkan atau belum. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 dan informan 4 mengatakan bahwa setiap semester hanya membutuhkan waktu 4 bulan, kenaikan kelas dilakukan setiap 8 bulan sekali. Sistem evaluasi yang dilakukan di kelas akselerasi sama dengan sistem evaluasi yang dilakukan di kelas reguler, yaitu ulangan harian, mid semester setiap 2 bulan sekali, ujian semester setiap 4 bulan sekali dan kenaikan kelas setiap 8 bulan sekali.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan akselerasi di SMA Negeri 3

Surakarta adalah model kelas khusus, dimana siswa dikelompokkan dalam satu kelas khusus. Tujuan dari penyelenggaraan program akselerasi adalah memberi layanan khusus bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar dapat menyelesaikan belajarnya lebih awal, tujuan tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidaka didukung oleh komponen- komponen dalam proses belajar mengajar. Evaluasi belajar yang dilakukan di kelas akselerasi tidak jauh berbeda dengan kelas reguler, bedanya hanya terletak pada waktu pelaksanaan dan target yang harus dicapai.

3) Tahap Evaluasi Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah evaluasi program. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana program yang telah dijalankan berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu, evaluasi dilakukan secara berkesinambungan baik bagi siswa maupun bagi program itu sendiri. Komponen-komponen yang perlu dievaluasi yaitu: sasaran belajar, prosedur identifikasi, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidikan/ guru, biaya, evaluasi.

Penyelenggaraan program akselerasi merupakan layanan yang diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa. Sasaran program belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam penyelenggaraan program akselerasi untuk bisa memperoleh input atau masukan berupa siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka dilakukan prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di kelas akselersi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan 1:

nah persyaratannya akademik itu harus rata-rata 8, batas minimalnya, kemudian intelejensi awal itu dari buku petunjuknya 120, sekarang sudah 130, dan nampaknya sekarang anak-anak dengan itelejensi sekian itu sudah tidak masalah, karena mungkin anak-anak sekarang gizinya juga lebih bagus. (Wawancara, 7April 2009)

Jadi dapat disimpulkan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.

Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta, sudah sesuai dengan kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan merupakan kurikulum yang sama dengan kurikulum kelas reguler (KTSP) namun standar isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan (enrichment) .

Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, sebagaiamana yang disampaikan oleh informan 1:

fasilitas yang diberikan untuk anak aksel itu banyak sekali, pembelajaran, perpustakaan, ruang audio visual, bahkan dulu saya buatkan ruang khusus yang disitu isinya 10 komputer yang disitu mereka bisa eksplor,dia bisa mengembangkan apa saja, kalau ada tugas dia bisa nyari referensi dari internet, bahkan buat refreshing, nge-game. (Wawancara, 6April 2009)

Tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Mereka sangat bersemangat untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta didiknya.

Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk masalah biaya, mereka menyatakan tidak terlalu menghadapi kesulitan. Biaya untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta memang diperoleh dari orang tua siswa dan juga dari pemerintah (block grant). Sebagaimana yang disampaikan oleh informan 3, ”untuk masalah dana saya pikir ndak ada, kalau untuk program akselerasi dan SBI itukan kita diperbolehkan untuk mengambil dana dari masyarakat, dari orang tua murid, kalau reguler kan ndak boleh”. (Wawancara, 7April 2009),

Evaluasi belajar di kelas akselerasi baik itu jadwal pelaksanaan evaluasi maupun hasil belajar siswa sudah cukup baik, hal ini senada dengan yang Evaluasi belajar di kelas akselerasi baik itu jadwal pelaksanaan evaluasi maupun hasil belajar siswa sudah cukup baik, hal ini senada dengan yang

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh beberapa informan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen-komponen penyelenggaraan akselerasi yang perlu di evaluasi yaitu sasaran belajar, prosedur identifikasi siswa, kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik/guru, dana, dan evaluasi pembelajaran.

2. Kendala-Kendala yang dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi di SMAN 3 Surakarta dan Solusinya

Dalam penyelenggaraan suatu program, biasanya tak pernah lepas dari kesulitan-kesulitan yang menjadi kendala Sebagaimana diketahui bahwa program akselerasi diterapkan di SMAN 3 Surakarta mulai dari tahun pelajaran 2003/2004, tahun pelajaran 2008/2009 adalah tahun keenam. Beberapa kendala dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah sebagai berikut:

a. Kendala-Kendala Yang Dihadapi

1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa. Perbedaan yang mendasar antara kelas akselerasi adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan studi. Bila kelas reguler menyelesaikan sekolah dalam waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi menyelesaikan sekolahnya dalam waktu 2 tahun. Jadi beban belajar mereka lebih dibandingkan siswa reguler. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 yang mengatakan bahwa ”ada mbak, umum kalau ada satu atau dua anak yang seperti itu (terlihat 1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa. Perbedaan yang mendasar antara kelas akselerasi adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan studi. Bila kelas reguler menyelesaikan sekolah dalam waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi menyelesaikan sekolahnya dalam waktu 2 tahun. Jadi beban belajar mereka lebih dibandingkan siswa reguler. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 1 yang mengatakan bahwa ”ada mbak, umum kalau ada satu atau dua anak yang seperti itu (terlihat

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah beban belajar yang lebih berat bagi siswa.

2) Biaya yang cukup besar Penyelenggaraan program akselerasi tidak lepas dari masalah biaya, biaya tersebut digunakan untuk membiayai segala macam program kegiatan dalam program ini. Sedangkan dana dari pemerintah masih sangat terbatas, sehingga biaya dibebankan kepada orang tua siswa. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan 1 bahwa biaya dari pemerintah untuk program akselerasi sangat sedikit. Dan selama ini dana yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di program akselerasi sebagian besar adalah dari orang tua siswa/ komite sekolah. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan bahwa ”pendanaan nya ya selama ini kita mengambil dari orang tua murid”.(wawancara, 7 April 2009).

Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan program akselerasi cukup besar, dan sebagian besar biaya tersebut diperoleh dari orang tua siswa/ komite sekolah.

b. Usaha Yang dilakukan SMAN 3 Surakarta untuk Menanggulangi

Kendala yang Ada Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi.

Dari beberapa hambatan atau kendala yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, maka

1) Beban belajar yang lebih berat bagi siswa Menurut informan 1 pihak sekolah telah melakukan tindakan- tindakan untuk menanggulangi masalah tersebut dengan berbagai usaha, ”ya kalau ada yang terlihat jenuh kita ajak dia sharing, kita ajak ke Tawangmangu, kita ajak outbond, selain itu kita juga kerjasama dengan lembaga psikilogi”. (Wawancara, 6 April 2009)

Informan 2 juga menguatkan pernyataan dari informan 1 dengan mengatakan bahwa, ” kalau ada anak yang bermasalah ya kita minta psikolog untuk bisa membantu. (Wawancara, 7 April 2009)

Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari informan 5 yang mengatakan bahwa, ”kita kan kerjasama dengan lembaga psikologi mbak, jadi tiap kali siswa mengalami masalah ya kita minta bantuan dari psikolog nya”. (wawancara, 8 April 2009).

Selain itu informan 4 juga menjelaskan bahwa Selain itu memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC, dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet, Hot spot area, tape, DVD/VCD Player, dll.

2) Masalah biaya yang cukup besar Penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang cukup besar, biaya yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas akselerasi dipenuhi dari sumbangan orang tua siswa/komite sekolah.

Sesuai dengan penjelasan dari informan 1 bahwa penyelenggaraan program akselerasi merupakan program pembelajaran yang sarat dengan program dan kegiatan. Sekolah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang berupa block grant, namun menurut informan 1 bantuan tersebut tidak cukup untuk membiayai semua kegiatan yang diadakan dalam penyelenggaraan program akselerasi. Seperti yang Sesuai dengan penjelasan dari informan 1 bahwa penyelenggaraan program akselerasi merupakan program pembelajaran yang sarat dengan program dan kegiatan. Sekolah mendapatkan bantuan dari pemerintah yang berupa block grant, namun menurut informan 1 bantuan tersebut tidak cukup untuk membiayai semua kegiatan yang diadakan dalam penyelenggaraan program akselerasi. Seperti yang

Pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan dari orang tua siswa/komite sekolah untuk menutup biaya yang besar dalam penyelenggaraan kelas akselerasi. Jadi orang tua siswa ikut menanggung biaya untuk memenuhi kebutuhan kelas akselerasi.

Sesuai dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah menanggulangi masalah keterbatasan biaya dengan mengambil dana dari orang tua siswa, dan juga bantuan dari pemerintah/block grant.

c. Temuan Studi Yang Dikaitkan Dengan Kajian Teori

Data yang berhasil dikumpulkan pada sub bab ini dianalisis dengan mendasarkan pada variabel-variabel yang dikaji sesuai dengan rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis data ditujukkan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja yang terdapat dilokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat memberikan masukan pada pihak-pihak yang terkait di dalamnya.

1. Penyelenggaraan Program Akselerasi

Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta meliputi tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, proses, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi.

a) Tahap Persiapan Penyelenggaraan program PDCI/BI, perlu dilakukan berbagai macam persiapan antara lain:

1. Mengadakan konsultasi dan komunikasi intensif dengan sekolah- sekolah yang sudah menyelenggarakan lebih dulu program tersebut, untuk mendapatkan berbagai informasi dan masukan.

2. Membentuk tim kecil pendidikan khusus PDCI/BI yang terdiri dari kepala sekolah, wakil sekolah, dan guru-guru senior yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.

3. Memberikan pembekalan dan wawasan tentang pendidikan khusus bagi PDCI/BI dengan mengundang nara sumber atau sekolah yang sudah menyelenggarakan program tersebut, yang dihadiri semua unsur tenaga kependidikan di sekolah yang akan terlibat dalam penyelenggaraan program percepatan belajar.

Selain itu pendirian program pendidikan khusus PDCI/BI di sekolah reguler maupun dalam sekolah khusus dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat, artinya secara kelembagaan program/sekolah pendidikan khusus bagi PDCI/BI dapat didirikan sekolah sekolah negeri maupun swasta. Pendirian program tersebut harus didasarkan atas kebutuhan masyarakat yang tergambar dari hasil identifikasi tentang keberadaan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa. Dengan demikian penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi PDCI/BI benar- benar didasarkan oleh kebutuhan peserta didik yang ada di lingkungan suatu sekolah, dan bukan semata-mata didasarkan oleh kebijakan pemerintah. (Depdiknas, 2007: 75)

b) Tahap proses penyelenggaraan program akselerasi Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi, dalam tahap ini dapat dilihat proses belajar-mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar di kelas akselerasi lebih mengarah kepada bagaimana memberikan tantangan kepada siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah sendiri, guru juga menggunakan metode mengajar yang agak berbeda dengan kelas reguler yaitu metode b) Tahap proses penyelenggaraan program akselerasi Tahap ini berhubungan dengan pelaksanaan program akselerasi, dalam tahap ini dapat dilihat proses belajar-mengajar di dalam kelas. Proses belajar mengajar di kelas akselerasi lebih mengarah kepada bagaimana memberikan tantangan kepada siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah sendiri, guru juga menggunakan metode mengajar yang agak berbeda dengan kelas reguler yaitu metode

Hal ini sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan dalam proses belajar mengajar dikelas yaitu proses belajar mengajar yang akseleratif, yang ditandai dengan adanya proses kreatif yang diikuti dengan pengayaan dengan tujuan agar siswa lebih bisa mandalami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

c) Tahap evaluasi terhadap penyelenggaraan program akselerasi Salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah evaluasi program. Evaluasi merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris “evaluation” yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Menurut Suchman dalam Suharsimi Arikunto (2004: 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program yang telah dilakukan berdaya guna dan berhasil guna. Menurut Reni Akbar- Hawadi (2001:23), Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam evaluasi program yaitu: (1) melihat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam berbagai aspek, (2) mengamati perkembangan naik turunnya unjuk prestasi siswa, (3) mencari faktor-faktor yang menghambat dan mendukung optimasi prestasi siswa, (4) melakukan prediksi terhadap prestasi siswa selanjutnya. Pada Second ASEAN Workshop On Special Education yang diselenggarakan di Jakarta, menentukan ada 7 komponen yang perlu dievaluasi yaitu:

1. Sasaran Belajar

2. Prosedur Identifikasi

3. Kurikulum

4. Pelayanan dan Sarana Prasarana

5. Tenaga/Staf

6. Biaya

7. Evaluasi Dalam penerapannya, sasaran belajar sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Prosedur identifikasi bagi siswa yang akan masuk di kelas akselerasi dapat katakan bahwa identifikasi siswa yang masuk pada kelas akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta telah sesuai dengan standar yang di tetapkan, yaitu IQ nya minimal 130.

Penggunaan kurikulum di SMA Negeri 3 Surakarta , sudah sesuai dengan kebutuhan siswa akselerasi, karena kurikulum yang digunakan standar isi nya dinaikkan (eskalasi) selain itu siswa juga mendapat pengayaan (enrichment).

Pemberian fasilitas atau sarana prasarana untuk kelas akselerasi SMA Negeri 3, sudah cukup memadai. SMA Negeri 3 Surakarta ini sarana dan prasarana yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, dalam hal tenaga pendidikan yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka mempunyai tanggungjawab, komitmen, pengalaman mengajar, dan kemampuan akademik yang lebih dibandingkan dengan guru lain, hal ini sesuai dengan syarat-syarat guru yang dapat mengajar di kelas akselerasi. Untuk guru, mereka sangat bersemangat untuk mengajar, karena mereka melihat semangat yang tinggi pada diri peserta didiknya.

Penyelenggaraan program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta, untuk masalah biaya, mereka menyatakan tidak menghadapi kesulitan, karena untuk penyelenggaraan program akselerasi dan RSBI sekolah diperbolehkan mengambil dana dari masyarakat, berbeda dengan kelas reguler yang mana sekolah tidak diperbolehkan mengambil dana dari masyarakat. Biaya untuk program akselerasi di SMA Negeri 3 Surakarta diperoleh dari orang tua siswa dan juga dari pemerintah. Dan selama ini dana bisa diperoleh dari komite sekolah dan juga dari pemerintah (block grant).

2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi Dan Solusinya

Berkaitan dengan kendala-kendala dalam penyelenggaraan program akselerasi, SMAN 3 Surakarta segera melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya.

a. Untuk mengatasi kendala yang berkenaan dengan adanya beban belajar yang lebih berat bagi siswa, pihak sekolah menanggulangi dengan:

1) Memberikan fasilitas belajar yang lebih baik untuk siswa akselerasi dibanding dengan siswa reguler, seperti ruang kelas yang ber AC, dilengkapi dengan TV, Komputer yang tersambung dengan internet, Hot spot area (24 jam), tape, DVD/VCD Player,dll.

2) Bekerja sama dengan lembaga Psikologi An-Nafa, untuk memberikan layanan konsultasi bagi siswa ketika mereka mengalami stress atau mempunyai masalah, baik masalah yang bersifat pribadi maupun masalah yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah.

3) Guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi, seperti diskusi, presentasi, dan pembelajaran yang sifatnya lebih ke eksplorasi.

4) Mengadakan program outbond setiap kenaikan kelas.

5) Mengadakan Sharing Program pada tiap kenaikan kelas.

b. Untuk mengatasi masalah kebutuhan dana yang cukup besar, sekolah mengatasinya dengan cara:

1) Mengajukan block grant-block grant ke pemerintah pusat.

2) Mengambil dana dari komite sekolah.

3) Menerapkan subsidi silang untuk siswa yang kurang mampu.