Populasi dan Sampel

B. Populasi dan Sampel

Hasan (2002) menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dapat berstatus sebagai objek penelitian jika populasi tersebut sebagai substansi yang diteliti. Dalam penelitian survei, orang atau sekelompok orang biasanya berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya atau fenomena yang berkaitan dengan dirinya (Ibnu, Mukhadis, dan Dasna : 2003).

Djarwanto dan Pangestu (1993:108) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengunjung di Taman Balekambang, kemudian peneliti mengambil sejumlah pengunjung untuk dijadikan sampel.

Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006 : 106) mengusulkan beberapa aturan untuk menentukan ukuran sampel, diantaranya adalah :

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

2. Sampel dipecah ke dalam subsampel ; (pria/wanita, junior/senior, dans ebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.

3. Dalam penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda, ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari jumlah variabel dalam studi.

commit to user

4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat (match pairs dan sebagainya), penelitian yang sukses adalah mungkin dengan sampel ukuran kecil antara 10 hingga 20.

Tabel III. 1 Tabel Penentuan Jumlah Sampel Menurut Krejcie dan

Morgan

Populasi (N)

Sampel (n)

1000000 384 Sumber : Sekaran (2009)

Populasi pengunjung Taman Balekambang berjumlah 935.494 pengunjung (Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta 2011)

commit to user

dan berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan (1970) dalam Sekaran (2009) sampel yang harus diambil berjumlah 300 responden.

C. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara pengumpulan data yang hanya mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik yang ada di dalam populasi (Hasan, 2002). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

Pengambilan sampel dilakukan di Taman Balekambang dengan mendasarkan hal – hal berikut :

1. Hari Senin – Jumat pukul 09.00 – 14.00 WIB. Pemilihan waktu ini didasarkan pada pengamatan saat magang bahwa pada waktu tersebut Taman Balekambang ramai dikunjungi oleh pengunjung. Pada hari Senin- Jumat jumlah pengunjung sekitar 300 orang.

2. Hari Sabtu – Minggu pukul 08.00 – 10.00 WIB dan pukul 15.00 – 16.00 WIB. Pemilihan waktu tersebut dikarenakan pengamatan pada saat magang dimana jumlah pengunjung sekitar 500 orang.

Pemilihan waktu di siang hari dikarenakan pengalaman peneliti yang pernah melakukan observasi perhitungan manual terhadap jumlah pengunjung selama dua jam pada pukul 10.00-12.00 WIB. Peneliti melihat bahwa pada siang hari tersebut jumlah pengunjung yang datang di Taman Balekambang cukup banyak yaitu 178 pengunjung.

commit to user

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari responden, dalam hal ini adalah para pengunjung Taman Balekambang. Data primer didapat dari penyebaran kuesioner dan wawancara langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan, Perpustakaan Keraton Mangkunegaran, dan lain-lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis lakukan dengan menggunakan beberapa metode antara lain :

a. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si pewawancara dengan responden menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada pengunjung dan pihak-pihak yang berkepentingan seperti :

1. Bapak FX. Hadi Rudyatmo (Wakil Walikota Solo),

2. Bapak Widi (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo),

3. Ibu Endang Sri Muniarti (Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan),

4. Bapak Heri Jumadi (Anggota Komisi IV DPRD Kota Solo),

commit to user

5. Bapak Hidayatullah Al Banjari (Kepala Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Solo (BPPIS)),

6. Bapak Bambang Gunadi (Humas Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo),

7. Bapak Suharto (Kepala Association of Tour and Travel Indonesia (ASITA) Kota Solo),

8. Bapak Suhanto (Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Jalan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Solo).

b. Observasi Observasi adalah mengamati secara langsung untuk mendapatkan informasi yang akurat. Peneliti melakukan observasi di Taman Balekambang dan kantor UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan.

c. Survei. Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner terhadap 300 responden yang merupakan pengunjung Taman Balekambang. Survei dilakukan untuk mengetahui profil responden, perilaku responden, komponen penawaran Taman Balekambang, dan opini serta pengalaman responden.

d. Studi dokumen. Studi dokumen adalah data statistik pariwisata, monografi, dan catatan lainnya yang berkaitan dengan gambaran wilayah Taman Balekambang. Data treasuring didapatkan dari tracking pada kantor atau instansi pemerintah terkait seperti UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, dan Perpustakaan Mangkunegaran.

commit to user

F. Metode Analisis Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana penelitian ini mampu mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat, karakteristik, atau faktor- faktor tertentu (Senggono, 1996 dalam Putra, 2004). Metode analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1988). Tujuan metode ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian ini termasuk metode deskriptif statistik karena menggunakan survei secara umum (Kuncoro, 2001).

G. Alat Analisis Data

1. Profil Responden

Profil responden terdiri dari asal kota, umur, status tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2. Perilaku Pengunjung

Perilaku pengunjung terdiri dari sumber informasi tentang Taman Balekambang dan teman berkunjung responden.

3. Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang

a. Attraction (Atraksi) Atraksi yang dimasukkan ke dalam daftar pertanyaan kuesioner adalah kebersihan taman, perawatan tanaman, perawatan rumput, perawatan

commit to user

hewan, perawatan hewan Taman Reptil, perawatan kebersihan kolam, perahu bebek, pemacingan, dan ketoprak.

b. Amenity (Amenitas) Amenitas yang dimasukkan ke dalam daftar pertanyaan kuesioner adalah shelter kursi, parkir motor, parkir mobil, MCK, musholla, warung makanan, hotspot internet, dan tempat sampah.

c. Accessibility (Aksesbilitas) Aksesibiltas terdiri dari kemudahan akses dan petunjuk jalan menuju Taman Balekambang.

d. Activity (Aktivitas) Aktivitas terdiri dari maksud tujuan berkunjung responden. Aktivitas yang ada ini Taman Balekambang ini adalah rekreasi, tugas, dan penelitian.

4. Opini dan Pengalaman Responden

Pertanyaan opini dan pengalaman responden terdiri dari :

a. Opini reponden terhadap keberadaan hewan-hewan.

b. Opini responden terhadap keberadaan Taman Reptil.

c. Opini responden terhadap pertunjukkan ketoprak.

d. Opini responden terhadap suasana Taman Balekambang ang sejuk dan asri.

e. Opini responden terhadap pengalaman kunjungan responden.

f. Opini responden terhadap fasilitas perahu bebek.

g. Opini responden terhadap jumlah shelter kursi.

h. Opini responden terhadap jumlah tempat sampah.

commit to user

i. Opini responden terhadap promosi event. j. Opini responden terhadap pelaksanaan event. k. Opini responden terhadap berita negatif. l. Opini responden terhadap kelayakan Taman Balekambang. m. Pengalaman responden terhadap ketidaknyamanan selama berkunjung di

Taman Balekambang. n. Opini responden terhadap kelengkapan fasilitas. o. Opini responden terhadap biaya berkunjung di Taman Balekambang. p. Pengalaman responden terhadap lama kunjungan. q. Opini responden terhadap ketertarikan kunjungan selanjutnya. r. Keinginan pengunjung untuk merekomendasikan Taman Balekambang. s. Opini responden terhadap tiket masuk maksimum Taman Balekambang.

5. Analisis SWOT

a. Faktor-faktor strategis SWOT yang Teridentifikasi Analisis SWOT yang terdiri dari Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Ancaman) diidentifikasi berdasarkan data jawaban kuesioner pengunjung Taman Balekambang yang dijadikan sampel penelitian, studi literatur berbagai artikel, wawancara pihak terkait dengan Taman Balekambang dan pariwisata Kota Solo, dan observasi terhadap situasi dan kondisi internal maupun eksternal di Taman Balekambang.

commit to user

b. IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary ) Penyusunan tabel IFAS dan EFAS ini dilakukan dengan memberi bobot (0,00-1,00) dan rating (1-4) pada faktor strategis SWOT yang telah teridentifikasi. Skala bobot masing-masing dimulai dari 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (paling penting). Skala rating dimulai dari 1 (poor) sampai 4 (outstanding) berdasarkan pengaruh faktor tersebut Taman Balekambang. Bobot dan rating kemudian dikalikan lalu dijumlahkan untuk mendapatkan total skor dari tabel IFAS dan EFAS. Proses pembobotan dan pemberian rating tabel IFAS dan EFAS ini didasarkan pada jawaban kuesioner, hasil wawancara pihak-pihak terkait, dan observasi peneliti.

c. Matriks Internal-Eksternal Total skor IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan ke dalam matriks internal-eksternal untuk mengetahui posisi dan strategi yang dibutuhkan Taman Balekambang.

commit to user

Total Skor IFAS

KUAT RATA-RATA LEMAH 4,0 3,0 2,0 1,0

TINGGI

3,0

Total Skor EFAS

Gambar III.1 Matriks Internal – Eksternal

d. Matriks Space (Strategic Position and Action Evaluation) Matriks ini digunakan untuk melihat posisi tindakan dan arah perkembangan Taman Balekambang selanjutnya. Matriks space terdiri dari 4 (empat) faktor yaitu Kekuatan Ekonomi (KE), Stabilitas Lingkungan (SL), Keunggulan Bersaing (KB), dan Kekuatan Daya Tarik (Kw). Setiap faktor dalam matriks space diberi rating dari 1 (poor) sampai 4 (outstanding) berdasarkan pengaruh faktor tersebut Taman Balekambang. Pemberian rating dilakukan untuk mencari angka sumbu vertikal dan horizontal. Perhitungan sumbu vertikal dan horizontal matriks space kemudian dipetakan ke dalam kurva matriks space.

I Pertumbuhan

(Urgen)

II Pertumbuhan

(Urgen)

III Penciutan (Tidak Urgen)

IV Stabilitas

(Urgen)

V Pertumbuhan Stabilitas (Urgen)

VI Penciutan (Tidak Urgen)

VII Pertumbuhan

(Urgen)

VIII Pertumbuhan

(Urgen)

IX Likuidasi (Tidak Urgen)

commit to user

KE Konservatif Agresif

KB KW

Defensif Kompetitif

SL

Gambar III.2 Kurva Matriks Space

e. Matriks SWOT

David (2006:284) mengatakan matriks SWOT terdiri dari empat tipe strategi dengan menggabungkan kondisi internal dan eksternal yaitu : strategi SO (kekuatan-peluang/strengths-opportunities), strategi WO (kelemahan-peluang/weakness-opportunities), strategi ST (kekuatan- ancaman/strengths-threat),

dan

strategi

WT (kelemahan- ancaman/weakness-threats). Strategi SO menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO adalah strategi untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan organisasi untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

commit to user

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Daerah Penelitian

Taman Balekambang terletak di Jl. Balekambang No. 1, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Taman Balekambang memiliki luas wilayah 9,8 Ha. Lokasi Taman Balekambang yang cukup strategis di Kota Surakarta memiliki batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara

: Jl. Jendral Ahmad Yani;

2. Sebelah Timur : Lahan Pembibitan DKP dan Pasar Burung Depok;

3. Sebelah Tenggara :Balai Benih Ikan Dinas Peternakan Kota Surakarta;

4. Sebelah Selatan : FPOK UNS dan Kolam Renang Tirtomoyo;

5. Sebelah Barat

: Perkampungan Penduduk.

B. Sejarah Taman Balekambang

Taman Balekambang dibangun pada masa pemerintahan Sri mangkunegoro VII pada tahun 1915-1944. Awalnya Taman Balekambang dibangun dengan maksud sebagai tempat istirahat, hiburan, dan rekreasi bagi keluarga kerajaan Mangkunegaran. Taman Balekambang terbagi menjadi dua area yaitu area pertama diberi nama Partini Tuin yang berarti Taman air Partini dan Partinah Bosch yang berarti Taman hutan Partinah. Pemberian nama ini dilakukan pada tahun 1921 oleh Sri Mangkunegoro VII karena

commit to user

bersamaan dengan perkawinan puteri beliau yang bernama Partini dengan DR. Hasan Joyodiningrat yang berasal dari Banten. Area kedua dinamakan Partinah Bosch yang berarti Taman hutan Partinah. Kedua taman inilah yang dikemudian hari dikenal sebagai Taman Balekambang oleh masyarakat Solo.

Dahulu di hutan Partinah Bosch hanya terdapat pohon mahoni saja, karena Belanda memerintahkan agar setiap pinggir jalan ditanami pohon mahoni yang bahannya dapat digunakan untuk pembuatan mebel. Berdasarkan catatan sejarah, diperoleh bahwa kawasan Taman balekambang terdiri dari beberapa bagian taman dan hutan, yaitu sebagai berikut :

a. Partini Tuin Di area ini terdapat kolam drainase yang luas dan kolam renang yang dahulu biasa dipakai oleh keluarga kerajaan Mangkunegaran. Disini juga terletak bangunan yang berada di atas air yang dalam bahasa jawa disebut balekambang. Partini Tuin atau Taman Air Partini berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan atau menggelontor kotoran-kotoran sampah di dalam kota, dan juga sering digunakan untuk bermain perahu.

b. Umbul Manahan Tempat lain yang cukup penting di kawasan Balekambang adalah Umbul Manahan. Umbul Manahan terletak di sebelah barat kota atau setengah pal dari pura yang merupakan umbul petilasan jaman kuno. Umbul Manahan ini seringkali digunakan oleh masyarakat jaman dahulu untuk berziarah.

c. Partinah Bosch (Hutan Partinah) Taman ini dibangun oleh Sri Mangkunegoro VII di sebelah timur Taman Balekambang. Taman ini berupa taman kecil yang ditumbuhi berbagai

commit to user

macam tanaman langka seperti kenari, beringin putih, beringin sunsang, apel cokelat, mahoni, dan sebagainya. Taman ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip hutan kecil. Partinah bosch juga berfungsi sebagai resapan dan paru-paru kota.

Taman Balekambang yang dahulu hanya dipakai untuk tempat beristirahat keluarga dan kerabat istana Mangkunegaran, akhirnya pada era KGGPA Mankunegoro VII Taman Balekambang dibuka untuk umum. Sejak saat itu, mulai diadakan hiburan untuk rakyat seperti Ketoprak lesung yaitu ketoprak yang diiringi dengan musik lesung dan berkembang sampai sekarang diiringi dengan gamelan. Pada era tahun 1970-an masuk pula hiburan Srimulat yang mempopulerkan beberapa seniman-seniman terkenal seperti Timbul, Gepeng, Djujuk, Nunung, Mamik Basuki, dan lain-lain. Selain ketoprak lesung, ternyata di Taman Balekambang juga terdapat panti pijat Timung dan diskotik Freedom. Saat itu, Taman Balekambang sudah tidak lagi dalam fungsi aslinya karena dipakai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Pada tahun 1996, ada pengusaha asal kota Solo yang ingin membangun hotel berbintang di Taman Balekambang. Tetapi ada beberapa masalah yang muncul dengan pembangunan ini yaitu beberapa bangunan dan fasilitas umum harus dipindah ke tempat lain. Fasilitas umum yang dimaksud adalah Dinas Peternakan, pasar burung, gedung perguruan tinggi, dan pemakaman umum. Untuk memindahkan kantor Dinas Peternakan tersebut, Pemerintah Kota Solo harus meminta izin Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

commit to user

Untuk melepas aset Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar 3 hektar lebih itu, Pemkot dalam hal ini juga harus meminta persetujuan DPRD Jawa Tengah. Pemindahan beberapa fasilitas umum ini menjadi suatu kendala karena tidak ada titik temu pihak mana yang akan menanggung biayanya, antara pihak pengusaha dan Pemerintah Kota Solo. Pemerintah Kota Solo jelas tidak memiliki dana untuk proses pemindahan tersebut karena memang tidak ada anggaran khusus untuk itu, sedangkan dari pihak pengusaha juga tidak bersedia menanggung semua biaya pemindahan tersebut. Karena masalah dana tersebut, akhirnya rencana pembangunan hotel berbintang tersebut gagal dilakukan.

Pada tahun 2007, akhirnya Pemerintah Kota Solo mengambil alih perawatan Taman Balekambang dan melakukan revitalisasi. Revitalisasi Taman Balekambang ini dilakukan tanpa mengubah konsep dan tatanan tamannya. Setelah Taman Balekambang direvitalisasi pada tahun 2007, disamping fungsi utamanya sebagai daerah resapan dan paru-paru kota juga diperuntukan sebagai public area atau ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Perawatan taman balekambang ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata dan Maliawan. Secara singkat dapat dilihat periodisasi dari kawasan wisata Taman Balekambang sebagi berikut :

commit to user

Tabel IV.1 Periodisasi Kawasan Wisata Taman Balekambang No.

Periode

Amenitas dan Atraksi

1. Masa Mangkunegoro

VII tahun 1915-1945

· Taman hutan Partinah · Kolam renang Praon · Taman margasatwa bebas di

Partinah Bosch · Kolam renang Tirtoyoso · Taman burung

· Gedung serbaguna (ketoprak dan

wayang) · Arena pasar malam · Orkes keroncong

2. Masa Kemerdekaan VII tahun 1945-1975

Masa pertumbuhan fisik mulai pudar karena kurang terawat

3. Masa Srimulat tahun 1975-1989

· Gedung pertunjukan ketoprak · Gedung pertunjukan Srimulat · Video game · Bilyard · Panti pijat Timung · Roller diskotik · Bioskop Rukiyah theater

4. Masa 1989 – 2007

· Panti pijat Timung · Kolam pancing Praon · Freedom diskotik · Bangunan kantor kantor dan dinas · Perumahan seniman

5. Masa Revitalisasi tahun 2007–sekarang

· Gedung kesenian · Open stage · Open state · Kolam pancingan/praon · Bale Tirtoyoso · Bale Apung · Mushola · Partinah Bosch · Partinah Tuin · Area outbond · Kawasan situs sejarah (Watu

Lintang, Taman Kodok, prasasti), dll.

Sumber : UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan Kota Surakarta, 2011

commit to user

C. Komponen Penawaran Pariwisata

1. Attraction (Atraksi)

Taman Balekambang adalah ruang publik (public space) yang memiliki konsep sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Taman Balekambang memiliki banyak atraksi yang ditawarkan kepada pengunjung. Berbagai atraksi yang ada di Taman Balekambang diantaranya adalah :

a) Keberadaan Hewan Taman Balekambang memiliki banyak koleksi hewan yang dibiarkan hidup bebas di kawasan taman. Hewan-hewan tersebut diantaranya adalah rusa timor, bebek, monyet ekor panjang, ayam kalkun, burung merpati, angsa, dan lainnya. Pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan hewan-hewan tersebut.

b) Taman Reptil Taman reptil merupakan salah satu atraksi baru yang ada di Taman Balekambang. Di taman reptil ini memiliki banyak koleksi hewan diantaranya adalah berbagai jenis ular, beberapa jenis burung, iguana, dan lain-lain. Pengunjung dapat menikmati taman reptil ini dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000,00 per orangnya.

c) Kolam Ikan Pengunjung dapat menikmati kolam ikan dengan aktivitas memberi makan ikan atau sekedar duduk-duduk di pinggir kolam.

commit to user

d) Suasana Taman yang Rindang dan Sejuk (Wisata Alam) Taman Balekambang memiliki suasana yang rindang, sejuk, dan asri karena ditanami rumput dan berbagai macam pepohonan. Pengunjung dapat berlama-lama di Taman Balekambang yang sejuk karena suasana ini sangat nyaman untuk dinikmati. Taman Balekambang cocok dinikmati bagi pengunjung yang lelah dari kebisingan kota.

e) Outbound Taman Balekambang yang memiliki luas sebesar 9,8 hektar dapat dijadikan lahan outbond. Dulu Taman Balekambang memiliki alat-alat outbond tetapi sekarang peralatan tersebut sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Tetapi hal tersebut tidak menghalangi minat kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan outbond di Taman Balekambang.

f) Berbagai Macam Pepohonan langka. Taman Balekambang sejak dulu memiliki berbagai macam pepohonan langka. Berbagai tanaman langka ini dapat dijadikan sarana edukasi bagi masyarakat tentang jenis-jenis pepohonan langka.

g) Pementasan Ketoprak Jadwal pementasan ketoprak ini dilakukan setiap Sabtu malam pukul

19.00 WIB. Pertunjukkan ketoprak ini dilakukan oleh dua kelompok yang berbeda yaitu ketoprak anak dan dewasa. Pengunjung dapat membeli tiket masuk sebesar Rp. 5.000,00 untuk ketoprak anak dan Rp. 10.000,00 untuk ketoprak dewasa sesaat sebelum pementasan dimulai. Pertunjukkan ketoprak ini sering dikunjungi oleh rombongan

commit to user

sekolah-sekolah yang ada di kota Solo sebagai sarana edukasi kesenian tradisional Jawa.

h) Berbagai macam Event Event rutin yang diselenggarakan Taman Balekambang adalah Festival Ketoprak dalam memperingati HUT Kota Solo, Pesona Balekambang, Pameran Flora dan Fauna dalam memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi Nasional, Semarak Balekambang pada saat menjelang bulan ramadhan yang berisi kegiatan religi dan bazar murah, Bakdan Ing Balekambang yang dilaksanakan dari tanggal 1 Syawal sampai 8 Syawal, dan Pasar Seni Budaya untuk memperingati Hari Jadi Taman Balekambang. Taman Balekambang juga sering dijadikan tempat penyelenggaraan event oleh masyarakat. Berbagai macam kelompok masyarakat sering mengadakan event dengan berbagai konsep, minat, dan tujuan masing-masing. Event ini juga dapat menarik pengunjung untuk menikmati acara tersebut di Tamn Balekambang. Pada saat event , biasanya jumlah pengunjung bisa dua kali lipat lebih banyak daripada hari-hari biasa.

i) Perahu Bebek Fasilitas perahu bebek ini merupakan perahu bebek satu-satunya di kota Solo. Pengunjung dapat menaiki perahu ini dengan mengitari kolam ikan di Taman Balekambang. Pengunjung cukup membayar sebesar Rp. 10,000,00/orang untuk menikmatinya. Fasilitas ini hanya beroperasi pada hari Sabtu dan Minggu.

commit to user

j) Musik Koes Ploes Pentas musik koes ploes ini dilakukan setiap hari Kamis malam dari pukul 19.00-selesai. Sesuai dengan namanya, pentas ini menghadirkan lagu-lagu lama atau tembang kenangan dari Koes Ploes yang cukup hits di jamannya. Pengunjung yang ingin bernostalgia dengan lagu- lagu lama dari Koes Ploes bisa langsung datang ke Taman Balekambang.

k) Sendratari Ramayana Atraksi terbaru di Taman Balekambang adalah Sendratari Ramayana yang dilakukan satu bulan sekali pada saat malam bulan purnama. Sendratari Ramayana ini berdurasi sekitar 1,5 jam dari pukul 20.00 WIB – 21.30 WIB yang berlokasi di panggung open space. Sendratari Ramayana ini cukup menarik perhatian masyarakat kota Solo karena sendratari ini mirip dengan Sendratari Ramayana yang biasanya digelar di Candi Prambanan. Untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung yang ingin menonton Sendratari Ramayana, pihak pengelola Taman Balekambang berencana akan memberlakukan tiket masuk karena keterbatasan tempat yang tidak dapat menampung semua pengunjung yang datang.

l) Pemancingan Kolam yang dahulu dipakai keluarga kerajaan untuk berenang saat ini diubah menjadi kolam pemancingan kecil yang setiap harinya dibuka untuk umum. Pada saat Taman Balekambang mengadakan acara rutin, pengunjung dapat memancing di kolam ikan yang besar.

commit to user

Tabel IV.2 Atraksi Wisata yang terdapat di Taman Balekambang No. Taman Wisata

Atraksi yang Ditawarkan

Amenitas

1. Taman Balekambang

1. Keberadaan Hewan (Rusa, bebek, dan lain lain-lain)

2. Taman Reptil

3. Kolam Ikan dan Air Mancur

4. Suasana Taman yang Rindang dan Sejuk (Wisata Alam)

5. Outbound

6. Berbagai Macam Pepohonan langka

7. Pementasan Ketoprak

8. Berbagai macam Event

9. Perahu Bebek

10. Musik Koes Ploes

11. Sendratari Ramayana

12. Pemancingan

1. Penjual Makanan dan Minuman

2. Penjual makanan ikan

3. Musholla

4. Gazebo

5. Gedung pertunjukkan

6. Teater terbuka (open space )

7. Lahan Parkir

8. MCK

9. Lahan Outbond

2. Accesibility (Aksesibilitas)

Aksesibilitas dimaksudkan agar wisatawan dapat dengan mudah menuju tempat wisata. Aksesbilitas terdiri dari kemudahan akses dan petunjuk jalan menuju Taman Balekambang. Aksesibilitas menuju Taman Balekambang cukup mudah dijangkau karena Taman Balekambang terletak di tempat yang strategis. Untuk sarana jalannya sendiri sudah cukup baik, meskipun kondisinya agak rusak karena ada beberapa lubang di beberapa titik jalan. Kemudian juga ada beberapa trayek angkutan yang melintasi Taman Balekambang.

commit to user

3. Amenities (Amenitas)

Taman Balekambang memiliki berbagai macam amenitas diantaranya adalah warung makan, musholla, gazebo, gedung pertunjukkan, lahan parkir panggung open space, MCK, dan lahan untuk outbond . Warung makan di Taman Balekambang hanya menjual makanan dan minuman ringan saja, karena keterbatasan tempat. Gedung pertunjukkan dipakai untuk pertunjukkan ketoprak pada hari Sabtu malam, sedangkan panggung open space biasanya digunakan untuk sendratari ramayana. Pengunjung juga sering memanfaatkan panggung open space untuk berfoto dengan keluarga dan teman.

4. Activity (Aktivitas)

Aktivitas adalah semua kegiatan yang dilakukan pengunjung selama berkunjung di Taman Balekambang. Aktivitas pengunjung di Taman Balekambang terdiri dari rekreasi, tugas, dan dan penelitian.

D. Promosi Taman Balekambang

Taman Balekambang melalui Pihak UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan selaku pengelola gencar melakukan berbagai langkah untuk mempromosikan kawasan wisata ini. UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan melakukan promosi Taman Balekambang melalui akun facebook, blog, dan membuat event-event untuk menarik pengunjung untuk datang ke tempat ini. Masyarakat juga bisa mengadakan acara di Taman Balekambang dengan membayar biaya sewa kepada pengelola.

commit to user

E. Analisis Data dan Pembahasan

1. Identitas Responden

a. Asal Kota/Daerah

Tabel IV.3 Asal Kota/Daerah Responden

No.

Asal Kota

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Kota Solo

8. Luar Kota

100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data tersebut menunjukkan bahwa pengunjung Taman Balekambang didominasi oleh pengunjung yang berasal dari Kota Solo (43,3%) dan pengunjung yang paling sedikit berasal dari Wonogiri (2,33%). Kota Solo tentunya menempati urutan pertama, sedangkan Sukoharjo yang letaknya dekat dengan Kota Solo menempati urutan kedua. Pengunjung dari luar kota berasal dari Pacitan, Nganjuk, Bandung, Yogyakarta, Bekasi, Sumatera Selatan, Batam, Purwodadi, Kalimantan, Tegal, Tangerang, dan Semarang. Dilihat dari data tersebut, mengidentitikasikan bahwa Taman Balekambang sudah dikunjungi oleh pengunjung yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi, pengunjung masih didominasi dari Kota Solo dan sekitarnya, untuk pengunjung luar kota, mereka rata-rata mendapat informasi dari kerabat yang tinggal di Kota Solo. Sepertinya Taman

commit to user

Balekambang masih sulit untuk mempromosikan diri lewat media cetak dan elektronik.

b. Umur Responden

Tabel IV.4 Umur Responden

No.

Umur

Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa pengunjung mayoritas berusia 20-40 tahun (50%) dan minoritas berusia >60 tahun. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa sebagian besar pengunjung adalah remaja dan dewasa.

c. Jenis Kelamin

Tabel IV.5 Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin

Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menujukkan bahwa 55% responden adalah perempuan dan 45% responden adalah laki-laki. Pengunjung terbanyak adalah perempuan dikarenakan pengunjung perempuan lebih sering berkelompok ketika mengunjungi Taman Balekambang.

commit to user

d. Status Tingkat Pendidikan

Tabel IV.6

Status Tingkat Pendidikan Responden

No.

Tingkat Pendidikan

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Lulus SD

4 1,33

2. Lulus SMP

88 29,33

3. Lulus SMA/K

147

49

4. Lulus Diploma

17 5,68

5. Lulus Sarjana

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Dari 300 responden, 49% responden adalah lulusan SMA/K dan 1,33% responden adalah lulusan SD. Telah diketahui di data sebelumnya bahwa pengunjung terbanyak memang umur remaja sehingga mayoritas pendidikan pengunjung juga berasal dari lulusan SMA/K.

e. Pekerjaan

Tabel IV.7 Pekerjaan Responden

No.

Pekerjaan

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Pelajar/Mahasiswa

5. Karyawan Swasta

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 69,68% responden adalah pelajar/mahasiswa dan 0,66% responden adalah TNI dan POLRI. Dari data umur responden diketahui bahwa pengunjung terbanyak berasal dari umur remaja dan dewasa sehingga pekerjaan pengunjung mayoritas adalah pelajar/mahasiswa. Pekerjaan lainnya yang dimaksud diatas adalah ibu rumah tangga dan pensiunan.

f. Tujuan Berkunjung

Tabel IV.8 Tujuan Berkunjung Responden

No. Tujuan Berkunjung

Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Dari 300 responden, 95,33% responden menjawab bahwa mereka datang ke Taman Balekambang untuk berekreasi, 3,67% menjawab bahwa mereka berkunjung ke Taman Balekambang untuk mengerjakan tugas, dan 3% responden menjawab bahwa mereka berkunjung ke Taman Balekambang untuk melakukan penelitian.

commit to user

2. Perilaku Wisatawan

a. Sumber Informasi tentang Taman Balekambang Tabel IV.9

Sumber Informasi Taman Balekambang No.

Sumber Informasi

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Teman/Saudara/Kolega

275

91,68

2. Surat Kabar

3. Majalah

1 0,33

4. Radio/Tv

1 0,33

5. Leaflet/Brosur

1 0,33

6. Internet (web, blog, jejaring sosial)

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 91,68% responden mendapat informasi tentang Taman Balekambang dari teman/saudara/kolega dan 0,99% responden mendapat informasi tersebut dari majalah, radio/tv dan leaflet/brosur. Peneliti mengidentifikasikan bahwa promosi sumber informasi paling besar berasal dari kerabat pengunjung sendiri sedangkan sumber informasi lain seperti media cetak, elektronik, maupun online sangat terbatas. Peneliti juga menilai bahwa promosi yang dilakukan oleh pengelola Taman Balekambang belum efektif.

commit to user

b. Teman Berkunjung Responden

Tabel IV.10

Daftar Teman Berkunjung Pengunjung Taman Balekambang No.

Dengan Siapa Saudara/i

berkunjung?

Frekuensi (orang)

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 76,3% responden menjawab bahwa mereka mengunjungi Taman Balekambang bersama teman dan 1% responden menjawab bersama lainnya. Sebagian besar pengunjung datang bersama teman dan keluarga, maka Taman Balekambang cocok untuk bersantai bersama teman dan keluarga.

3. Daya Tarik

Tabel IV.11

Opini Responden Terhadap Daya Tarik Taman Balekambang

No. Daya Tarik

Sangat Buruk

Tidak Tahu

(%)

Total (%)

1. Kebersihan Taman

0,67 100 2. Perawatan Tanaman

0,67 100 3. Perawatan Rumput

1 33 61,33

2,67

2 100 4. Perawatan Hewan

Perawatan Hewan di Taman Reptil

2 20 50,67

3 24,33 100 6.

Perawatan dan Kebersihan Kolam

13,33

54 29,67

0 3 100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

a. Kebersihan Taman Balekambang

Tabel IV.12

Opini Responden Terhadap Kebersihan di Taman Balekambang

No.

Opini

Frekuensi (Orang)

Persentase

1 Sangat Buruk

4 Sangat Baik

4 1,33

5 Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 57,33% responden menjawab bahwa kebersihan Taman Balekambang baik dan 0,67% responden menjawab sangat baik. Dari data tersebut, masih ada 38,67% responden menjawab kebersihannya masih buruk karena masih banyak sampah yang tidak pada tempatnya.

b. Perawatan Tanaman

Tabel IV.13

Opini Responden Terhadap Perawatan Tanaman di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1 Sangat Buruk

4 Sangat Baik

7 2,33

5 Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 69,67% reponden menjawab bahwa perawatan tanaman di Taman Balekambang baik dan 0,67%

commit to user

responden menjawab tidak tahu. Sebagian besar pengunjung memang menjawab bahwa perawatan tanaman baik, tetapi di lapangan masih ada tanaman yang masih belum dikelola dengan maksimal. Banyak tanaman yang baru ditanam mati begitu saja.

c. Perawatan Hewan

Tabel IV.14

Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1 Sangat Buruk

4 Sangat Baik

7 2,33

5 Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 52,33% responden menjawab bahwa perawatan hewan di Taman Balekambang baik dan 1,67% responden menjawab sangat buruk. Perawatan hewan di Taman Balekambang khususnya yang dibiarkan bebas, perawatannya masih belum maksimal. Contohnya adalah masih ada beberapa rusa yang sakit dan kelaparan sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung.

commit to user

d. Perawatan Hewan di Taman Reptil

Tabel IV.15

Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan di Taman Reptil

No.

Opini

Frekuensi (Orang)

Persentase

1 Sangat Buruk

4 Sangat Baik

5 Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 50,67% responden menjawab bahwa perawatan hewan di Taman Balekambang baik dan 2% responden menjawab sangat buruk. Dapat dilihat dari persentase tersebut, sebanyak 24,33% responden menjawab tidak tahu karena mereka belum pernah masuk ke Taman Reptil dikarenakan tiket masuk yang dirasa cukup mahal.

e. Perawatan dan Kebersihan Kolam

Tabel IV.16

Opini Responden Terhadap Perawatan dan Kebersihan Kolam di

Taman Balekambang

No.

Opini

Frekuensi (Orang)

Persentase

1 Sangat Buruk

4 Sangat Baik

5 Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 54% responden menjawab bahwa perawatan dan kebersihan kolam buruk dan 3% responden menjawab tidak tahu. Dapat disimpulkan bahwa perawatan dan kebersihan kolam buruk. Hal ini dikarenakan masih banyak sampah yang ada di kolam Taman Balekambang. Taman Balekambang memiliki 3 kolam, yaitu kolam air mancur yang ada di Partinah Bosch, kolam ikan, dan kolam renang/kolam pemancingan. Ketiga kolam tersebut kondisinya sangat memprihatinkan karena airnya sangat kotor dan penuh dengan berbagai macam sampah dan dedaunan yang mati.

4. Amenitas

Tabel IV.17

Opini Responden Terhadap Amenitas Taman Balekambang No.

Amenitas

Sangat Buruk

Tidak Tahu (%)

Total (%)

1. Shelter Kursi

2. Parkir Motor

3. Parkir Mobil

6. Warung Makanan

7. Hotspot Internet

8. Tempat Sampah

2,67 100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

a. Shelter Kursi

Tabel IV.18

Opini Responden Terhadap Shelter Kursi di Taman Balekambang No.

Opini

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

4 1,33

5. Tidak Tahu

100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 54,67% responden menjawab bahwa kondisi shelter kursi di Taman Balekambang baik dan 1,33% responden menjawab sangat baik. Kondisi shelter kursi di Taman Balekambang cukup baik, meskipun jumlahnya masih jauh dari cukup. Mayoritas aktivitas pengunjung Taman Balekambang adalah mengobrol, oleh karena itu mereka memerlukan shelter kursi yang memadai.

b. Fasilitas Parkir Motor

Tabel IV.19

Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Motor di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 51,33% responden menjawab bahwa fasilitas parkir motor di Taman Balekambang baik dan 1% responden menjawab sangat buruk. Fasilitas parkir motor Taman Balekambang saat ini dapat dikatakan belum layak karena lahannya sempit, sebagian becek karena masih beralaskan tanah, dan merusak rumput yang ada di lahan parkir.

c. Fasilitas Parkir Mobil

Tabel IV.20

Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Mobil di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 44,67% responden menjawab bahwa fasilitas parkir mobil di Taman Balekambang buruk dan 1% responden menjawab sangat baik. Lahan parkir mobil di Taman Balekambang dapat dikatakan masih belum layak dikarenakan sempit karena hanya memakai bahu jalan.

commit to user

d. Fasilitas MCK

Tabel IV.21

Opini Responden Terhadap Fasilitas Toilet di taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

8 2,67

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 38,33% responden menjawab bahwa fasilitas toilet di Taman Balekambang baik dan 2,67% responden menjawab sangat baik. Dari persentase diatas, dapat dilihat bahwa toilet di Taman Balekambang buruk. Ada beberapa alasan mengapa toilet di Taman Balekambang masih buruk, diantaranya jaraknya yang berjauhan, beberapa toilet kotor dan berbau tidak sedap. Banyak pula pengunjung yang tidak tahu letak toilet.

e. Fasilitas Musholla

Tabel IV.22

Opini Responden Terhadap Fasilitas Musholla di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

11 3,67

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 54% responden menjawab bahwa fasilitas musholla di Taman Balekambang baik dan 2% responden menjawab sangat buruk. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung menjawab bahwa musholla di Taman Balekambang baik, tetapi banyak juga pengunjung yang menjawab buruk. Ini dikarenakan kondisi musholla yang masih terkesan agak kumuh.

f. Fasilitas Warung Makanan

Tabel IV.23

Opini Responden Terhadap Fasilitas Warung Makanan di Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

5 1,67

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 45,33% responden menjawab bahwa fasilitas warung makanan di Taman Balekambang buruk dan 1,67% responden menjawab sangat baik. Dapat disimpulkan dari tabel diatas bahwa warung makanan di taman Balekambang masih buruk. Beberapa alasan pengunjung mengatakan bahwa warung makanan masih buruk adalah lokasi yang tidak layak karena berdekatan dengan

commit to user

lahan parkir, menu makanan yang kurang lengkap, dan harga yang terlalu mahal.

g. Fasilitas Hotspot Internet

Tabel IV.24

Opini Terhadap Fasilitas Hotspot Internet di Taman Balekambang

No.

Opini

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data tersebut menunjukkan bahwa 33% responden menjawab bahwa fasilitas hotspot internet di Taman Balekambang baik dan 3% responden menjawab sangat baik. Masih banyak pengunjung yang mengatakan bahwa hotspot masih buruk karena koneksinya yang belum maksimal dan sebagian pengunjung masih banyak yang belum pernah memakai fasilitas hotspot di Taman Balekambang.

commit to user

h. Fasilitas Tempat Sampah

Tabel IV.25

Opini Terhadap Fasilitas Tempat Sampah di Taman Balekambang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 56,33% responden menjawab bahwa fasilitas tempat sampah di Taman Balekambang baik dan 1,33% responden menjawab sangat buruk. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung menjawab bahwa kondisi tempat sampah baik. Di beberapa titik Taman Balekambang sudah terdapat tempat sampah, bahkan sudah ada beberapa tempat sampah yang memisahkan sampah organik dan anorganik. Sayangnya, tempat sampah organik dan organik yang disediakan pengelola belum dikelola secara profesional karena akhirnya pembuangan sampah tersebut dicampur seperti tempat sampah biasa.

5. Aksesibilitas

Tabel IV.26

Opini Responden Terhadap Aksesibilitas Taman Balekambang

No. Aksesibilitas

Tidak Tahu (%)

Total (%)

1. Kemudahan Akses

2. Petunjuk Jalan

6,67 100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

8 2,67

5. Tidak Tahu

8 2,67

Total

300

100

commit to user

a. Kemudahan Akses

Tabel IV.27

Opini Responden Terhadap Kemudahan Akses Menuju Taman

Frekuensi (Orang)

Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

21 7

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 79,33% responden menjawab bahwa kemudahan akses menuju Taman Balekambang baik dan 2% menjawab tidak tahu dan sangat buruk. Sebagian besar pengunjung menjawab bahwa kemudahan akses menuju Taman Balekambang baik karena memang pengunjung tidak kesulitan untuk menjangkau Taman Balekambang.

b. Petunjuk Jalan Menuju Taman Balekambang Tabel IV.28

Opini Responden Terhadap Petunjuk Jalan Menuju Taman

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

8 2,67

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 51,33% responden menjawab bahwa petunjuk jalan menuju Taman Balekambang baik dan 1,33% responden menjawab sangat buruk. Dari data tersebut masih banyak pengunjung yang menjawab bahwa petunjuk jalan menuju Taman Balekambang masih buruk (38%) dikarenakan sampai saat ini belum ada petunjuk jalan menuju Taman Balekambang. Kondisi ini menyulitkan pengunjung yang datang dari luar kota Solo.

6. Atraksi

Tabel IV.29

Opini Responden Terhadap Atraksi di Taman Balekambang

No. Atraksi

Tidak Tahu (%)

Total (%)

1. Perahu Bebek

85,33 100 Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

a. Fasilitas Perahu Bebek

Tabel IV.30

Opini Responden Terhadap Perahu Bebek di Taman

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

4 1,33

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 35,34% responden menjawab bahwa fasilitas perahu bebek di Taman Balekambang buruk dan 1,33% responden menjawab sangat baik. Alasan pengunjung menyatakan bahwa perahu bebek buruk adalah unit perahu bebek yang terlalu sedikit sehingga antrian pengunjung terlalu banyak, tidak tersedia safety jacket, dan tidak beroperasi setiap hari (hanya beroperasi Sabtu dan Minggu).

b. Fasilitas Pemancingan

Tabel IV.31

Opini Responden Terhadap Perahu Pemancingan di Taman

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

16 5,33

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data tersebut menunjukkan bahwa 34,67% responden menjawab bahwa fasilitas pemancingan di Taman Balekambang buruk dan 4,33% responden menyatakan sangat buruk. Dari data diatas, sebagian besar pengunjung mengatakan bahwa fasilitas pemancingan buruk karena tidak dikelola dengan baik, tempat duduk pemancing tidak layak, hanya terbuat dari bambu dan tidak ada tempat berlindung dari panas ataupun hujan.

commit to user

c. Pertunjukkan Ketoprak

Tabel IV.32

Tabel Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak di

Taman Balekambang

No.

Opini

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Sangat Buruk

4. Sangat Baik

5. Tidak Tahu

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 86,33% responden menjawab tidak tahu karena belum pernah menonton pertunjukkan ketoprak di Taman Balekambang dan 0,33% responden menjawab buruk. Pertunjukkan ketoprak ini memiliki potensi yang besar karena penonton yang pernah menontonnya menjawab bahwa pertunjukkan ini baik. Tetapi sayangnya ada berbagai faktor menyebabkan pertunjukkan ketoprak di Taman Balekambang ini sulit berkembang.

7. Opini dan Pengalaman Responden

a. Keberadaan Hewan- hewan

Tabel IV.33

Opini Responden Terhadap Keberadaan Hewan- hewan di Taman

Balekambang

No.

Keberadaan Hewan-

2. Tidak Senang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 93% responden mengaku senang dengan keberadaan hewan-hewan di Taman Balekambang dan hanya ada 7% responden yang mengaku tidak senang. Keberaan hewan-hewan di Taman Balekambang merupakan salah satu daya tarik utama dan terbukti dari data tersebut menunjukkan bahwa 93% pengunjung mengaku senang.

b. Keberadaan Taman Reptil

Tabel IV.34

Opini Responden Terhadap Keberadaan Taman Reptil di Taman

Balekambang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012 Data diatas menunjukkan bahwa 87,67% responden mengaku

senang dengan adanya taman reptil di Taman Balekambang dan 12,33% responden mengaku tidak senang dengan adanya taman reptil karena memang tidak menyukai hewan. Taman reptil mendapat sambutan yang baik dari pengunjung karena bisa dijadikan sarana hiburan dan edukasi bagi mereka.

No.

Keberadaan Taman

2. Tidak Senang

37 12,33

Total

300

100

commit to user

c. Pertunjukkan Ketoprak

Tabel IV.35

Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak di Taman

Balekambang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012 Data diatas menunjukkan bahwa 86,33% responden mengaku

belum pernah menonton pertunjukkan ketoprak di Taman Balekambang dan hanya ada 13,67% responden yang mengaku sudah pernah menonton ketoprak di Taman Balekambang. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyak pengunjung yang belum pernah menonton ketoprak di Taman Balekambang, diantaranya adalah kurangnya promosi, jam pertunjukkan yang hanya dilakukan malam hari, dan kurangnya ketertarikan untuk menonton kesenian tradisional.

d. Suasana Taman Balekambang yang sejuk dan asri Tabel IV.36

Opini Responden Terhadap Suasana Taman Balekambang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012 Data diatas menunjukkan bahwa 99% responden mengaku senang dengan suasana Taman Balekambang yang sejuk dan asri dan

1% responden mengaku tidak senang dengan suasana Taman

No.

Menonton Ketoprak Balekambang

Frekuensi (Orang)

2. Belum Pernah

Suasana Taman Balekambang

yang sejuk dan asri

Frekuensi (Orang)

2. Tidak Senang

Total

300 100

commit to user

Balekambang yang sejuk dan asri. Alasan pengunjung mengunjungi Taman Balekambang adalah karena tertarik dengan suasananya yang sejuk dan asri, oleh karena itu 99% responden mengaku senang.

e. Frekuensi Kunjungan Pengunjung

Tabel IV.37 Pengalaman Kunjungan

No. Apakah ini merupakan kunjungan

pertama?

Frekuensi (Orang)

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 86,67% responden mengaku bahwa kunjungan kali ini bukan merupakan kunjungan yang pertama kali dan 13,33% responden yang mengaku bahwa ini merupakan kunjungan yang pertama kalinya. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa 86,67% pernah mengunjungi Taman Balekambang sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung pernah beberapa kali mengunjungi Taman Balekambang.

Tabel IV.38

Frekuensi Kunjungan Pengunjung

No. Frekuensi Kunjungan ke Taman

Balekambang

Frekuensi (Orang)

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 72,33% responden mengaku sering mengunjungi Taman Balekambang dan 27,67% responden

commit to user

mengaku jarang mengunjungi Taman Balekambang. Taman Balekambang memiliki daya tarik yang cukup besar karena 72,33% pengunjung mengaku sering mengunjungi Taman Balekambang. Sebagian besar pengunjung ternyata sering mengunjungi Taman Balekambang. Hal ini mengidentifikasikan bahwa Taman Balekambang telah menjadi pilihan untuk dikunjungi bersama teman atau keluarga.

f. Fasilitas Perahu Bebek

Tabel IV.39

Opini Pengunjung Terhadap Fasilitas Perahu Bebek No. Fasilitas Perahu Bebek Frekuensi (Orang) Persentase

2. Tidak Senang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 62,33% responden mengaku senang dengan adanya fasilitas perahu bebek di Taman Balekambang dan 37,67% responden mengaku tidak senang. Perahu bebek di Taman Balekambang merupakan wahana perahu bebek satu-satunya di kota Solo, oleh karena itu masyarakat sangat menyambut baik fasilitas ini.

commit to user

g. Jumlah Shelter Kursi

Tabel IV.40

Opini Pengunjung Terhadap Jumlah Shelter Kursi di Taman

Balekambang

No.

Jumlah Shelter

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Cukup

40 13,33

2. Tidak Cukup

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan 86,67% responden menjawab bahwa jumlah shelter kursi di Taman Balekambang tidak cukup dan 13,33% responden menjawab cukup. Kenyataan di lapangan memang jumlah shelter kursi sangat kurang, banyak pengunjung yang akhirnya duduk di rumput atau dipinggir kolam. Seperti yang sudah dijelaskan di data sebelumnya, pengunjung yang mayoritas melakukan aktivitas mengobrol di taman sangat memerlukan shelter kursi yang cukup banyak.

h. Jumlah Tempat Sampah

Tabel IV.41

Opini Pengunjung Terhadap Jumlah Tempat Sampah di Taman

Balekambang

No.

Jumlah Tempat

2. Tidak Cukup

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 59,67% responden menjawab bahwa jumlah tempat sampah di Taman Balekambang tidak cukup dan

commit to user

40,33% responden mengaku cukup. Tempat sampah di Balekambang memang dirasa masih belum mencukupi kebutuhan pengunjung. Jumlah tempat sampah yang terlalu sedikit menyebabkan letak tempat sampah agak berjauhan, sehingga banyak pengunjung yang akhirnya membuang sampah tidak pada tempatnya.

i. Promosi Event yang Diselenggarakan di Taman Balekambang

Tabel IV.42

Opini Responden Terhadap Promosi Event yang Diselenggarakan

di Taman Balekambang

No.

Pernah mendengar

2. Tidak Pernah

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 58,33% responden mengaku pernah mendengar promosi event yang diselenggarakan di Taman Balekambang dan 41,67% responden mengaku belum pernah mendengar promosi event tersebut. Dari tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa promosi event sudah cukup baik karena sebagian besar pengunjung pernah mendengar promosi berbagai event tersebut. Promosi event biasanya dilakukan melalui status facebook Taman Balekambang, pamflet, leaflet, spanduk, iklan surat kabar, iklan radio, dan iklan media elektronik.

commit to user

j. Event Taman Balekambang

Tabel IV.43

Opini Responden Terhadap Event yang Diselenggarakan di

Taman Balekambang

No.

Event Taman Balekambang

1. Pernah Datang

103

34,33

2. Belum Pernah Datang

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa, 65,67% responden mengaku belum pernah datang ke event yang diselenggarakan di Taman Balekambang dan 34,33% responden yang mengaku pernah datang ke event yang diselenggarakan di Taman Balekambang. Ini berarti event yang diadakan di Taman Balekambang belum dapat menarik pengunjung dengan maksimal.

k. Berita Negatif tentang Taman Balekambang

Tabel IV.44

Opini Responden Terhadap Berita Negatif Taman Balekambang

No.

Berita Negatif Taman Balekambang

Frekuensi (Orang) Persentase

1. Pernah Dengar

80 26,67

2. Belum Pernah Dengar

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 73,33% responden mengaku belum pernah mendengar berita negatif tentang Taman Balekambang dan 26,67% responden mengaku pernah mendengar berita negatif tentang Taman Balekambang. Berita negatif yang pernah didengar oleh pengunjung diantaranya adalah masalah status kepemilikan,

commit to user

angker, berita tentang orang yang tewas di kolam, banyak siswa yang bermabuk-mabukan di taman, tempat mesum, dan tempat bolos para siswa.

l. Kelayakan Taman Balekambang

Tabel IV.45

Opini Responden Terhadap Kelayakan Taman Balekambang

No.

Layak/Tidak

Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 89,33% responden mengaku Taman Balekambang telah layak menjadi tempat rekreasi untuk dikunjungi dan 10,67% responden mengaku tidak layak. Sebagian besar pengunjung telah menilai Taman Balekambang sangat layak untuk dikunjungi sehingga pengelola harus memanfaatkan hal ini untuk meningkatkan pengembangannya.

m. Pengalaman Ketidaknyaman Selama Berkunjung ke Taman

Balekambang.

Tabel IV.46

Pengalaman Responden Terhadap Ketidaknyamanan Selama berkunjung di Taman Balekambang

No.

Pengalaman Ketidaknyamanan

Frekuensi (Orang)

2. Tidak Pernah

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan bahwa 58% responden mengaku tidak pernah mengalami ketidaknyamanan selama berkunjung di Taman Balekambang dan 42% responden mengaku pernah mengalami ketidaknyamanan selama berkunjung di Taman Balekambang. Pengakuan pengunjung tentang ketidaknyamanan tersebut diantaranya tidak kebagian tempat duduk, konflik pribadi, ada orang gila masuk ke taman, banyak pengunjung lain yang melakukan tindakan yang tidak pantas di depan umum, petugas parkir yang tidak ramah, tidak ada tempat berteduh di saat hujan, dan hewan-hewan kelaparan yang mengganggu kenyamanan pengunjung. Meskipun banyak pengunjung yang pernah mengalami ketidaknyaman selama berkunjung, mereka tetap tertarik dan kembali mengunjungi Taman Balekambang lagi.

n. Kelengkapan Fasilitas

Tabel IV.47

Pengalaman Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas di

Taman Balekambang

No. Kelengkapan Fasilitas Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan 69,67% responden menjawab bahwa Taman Balekambang belum memiliki fasilitas yang lengkap dan 30,33% responden menjawab bahwa Taman Balekambang telah memiliki fasilitas yang lengkap. Beberapa fasilitas yang diinginkan pengunjung adalah tempat berteduh ketika hujan dan tempat bermain

commit to user

anak-anak mengingat banyak rombongan TK yang datang ke Taman Balekambang.

o. Biaya Berkunjung

Tabel IV.48

Opini Responden Terhadap Biaya Berkunjung di Taman

Balekambang

No.

Apakah Saudara/i menghabiskan banyak uang

selama berkunjung?

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan 92,33% responden mengaku bahwa mereka tidak menghabiskan banyak uang selama berkunjung di Taman Balekambang dan 7,67% responden mengaku banyak menghabiskan uang selama berkunjung. Biaya yang dikeluarkan pengunjung di Tamn Balekambang memang sedikit karena tidak ada tiket masuk dan hanya membayar parkir saja.

p. Lama Kunjungan

Tabel IV.49 Lama Kunjungan

No.

Lama Kunjungan

Frekuensi (Orang) Persentase

1. < 30 menit

13 4,33

2. 30 menit-60 menit

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

commit to user

Data diatas menunjukkan 67,67% responden mengaku bahwa mereka menghabiskan waktu selama >60 menit ketika berkunjung di Taman Balekambang, 28% responden mengaku menghabiskan waktu selama 30 menit-60 menit, dan 4,33% responden mengaku menghabiskan waktu selama <30 menit. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengunjung (67,67%) merasa nyaman untuk menghabiskan waktu di Taman Balekambang. Pengelola harus melihat peluang ini dengan cermat dan berupaya agar bisa memenuhi keinginan pengunjung dengan baik.

q. Ketertarikan Kunjungan

Tabel IV.50

Opini Responden Terhadap Ketertarikan Kunjungan

Selanjutnya

No.

Tertarik/Tidak?

Frekuensi (Orang) Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 97,67% responden mengaku tertarik untuk mengunjungi Taman Balekambang lagi di lain waktu sedangkan 2,33% responden mengaku tidak tertarik untuk mengunjungi

Data tersebut mrngidentifikasikan bahwa animo masyarakat untuk mengunjungi Taman Balekambang lagi sangat besar.

commit to user

r. Keinginan untuk Merekomendasikan Taman Balekambang Tabel IV.51

Keinginan Pengunjung untuk Merekomendasikan Taman

Balekambang

No.

Keinginan Merekomendasikan Taman Balekambang ke teman.

kerabat, dan keluarga

Frekuensi (Orang)

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 94,33% pengunjung menjawab akan merekomendasikan Taman Balekambang kepada teman, kerabat, dan keluarga sedangkan 5,67% responden menjawab tidak akan merekomendasikan Taman Balekambang. Berdasarkan data tersebut, potensi promosi mouth to mouth sangat besar, meskipun nantinya pengunjung Taman Balekambang masih didominasi oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.

s. Tiket Maksimum

Tabel IV.52

Opini Responden Terhadap Harga Tiket Masuk Maksimum No.

Tiket Maksimum

Frekuensi Persentase

Sumber : Data Primer, Diolah, 2012

Data diatas menunjukkan bahwa 37,66% responden ingin membayar tiket masuk maksimum sebesar Rp. 1.000,00, 29,67%

commit to user

responden ingin membayar sebesar Rp. 5.000,00, 26,67% responden ingin membayar sebesar Rp. 3.000,00, dan 6% responden ingin membayar sebesar >Rp. 5.000,00. Sebagian besar pengunjung menjawab ingin membayar tiket masuk maksimum Rp. 1.000,00 karena sebagian besar pengunjung Taman Balekambang adalah pelajar dan mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa pengunjung tidak keberatan apabila nantinya Taman Balekambang menetapkan tarif masuk, tetapi tentunya harga tiket masuk harus murah dan terjangkau. Apalagi mayoritas pengunjung adalah remaja.

F. ANALISIS SWOT

1. Faktor-faktor Strategik SWOT

Analisis SWOT dimulai dengan melakukan indentifikasi terhadap berbagai faktor strategis internal maupun eksternal. Identifikasi faktor internal dan eksternal ini didasarkan pada pembahasan dan kajian terhadap jawaban kuesioner responden, observasi terhadap situasi dan kondisi dan studi empiris di Taman Balekambang, studi literatur berbagai artikel maupun yang dapat dijadikan referensi sekaligus sumber data sekunder, wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan Taman Balekambang dan pariwisata kota Solo, dan observasi terhadap situasi dan kondisi lingkungan eksternal di Taman Balekambang. Dengan 5 (lima) dasar tersebut maka dalam penelitian ini telah teridentifikasi 13 (tiga belas) faktor strategis internal yang terdiri atas 7 (tujuh) faktor strategis ‘Kekuatan’ atau Strength dan 5 (lima) faktor strategis ‘Kelemahan’ atau Weakness . Penelitian ini juga mengidentifikasi 6 (enam) faktor strategis

commit to user

eksternal yang terdiri atas 4 (empat) faktor strategis ‘Peluang’ atau Opportunity dan 2 (dua) faktor strategis ‘Ancaman’ atau Threat. Faktor strategis internal dan eksternal tersebut secara bersama-sama akan menentukan posisi dan strategi apa yang dibutuhkan oleh Taman Balekambang.

Tabel IV.53 Faktor-faktor Strategik SWOT yang Teridentifikasi Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

1. Suasana taman yang sejuk dan asri.

2. Keberadaan taman reptil dan berbagai hewan lainnya.

3. Biaya berkunjung yang murah.

4. Adanya berbagai event lokal, nasional maupun internasional di Taman Balekambang

5. Dapat dijadikan lokasi outbond.

6. Adanya fasilitas perahu bebek, satu- satunya di kota Solo.

7. Kemudahan akses menuju Taman Balekambang.

1. Tingkat kebersihan dan fasilitas pendukung belum maksimal (parkir, mck, shelter kursi, warung makanan, tempat sampah).

2. Keterbatasan dana dan SDM.

3. Kurangnya promosi pada media cetak maupun elektronik.

4. Belum tersedia arena bermain anak- anak.

5. Belum adanya pengembangan daya tarik sejarah.

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

1. Taman Balekambang menjadi pilihan yang layak untuk dikunjungi.

2. Taman Balekambang menawarkan kenyamanan bagi pengunjung.

3. Asal pengunjung berasal dari kota Solo dan luar Kota.

4. Taman Balekambang adalah open

space untuk

penyelenggaraan

berbagai macam event.

1. Adanya persaingan dengan tempat wisata lain yaitu Taman Satwa Taru Jurug.

2. Ancaman kerusakan lingkungan.

Faktor strategis kekuatan internal yang pertama adalah suasana taman yang sejuk dan asri, berdasarkan data empiris yang diperoleh dari responden, 99% responden mengaku senang dengan suasana Taman

commit to user

Balekambang yang sejuk dan asri. Demikian pula dengan faktor kekuatan Taman Balekambang yang kedua yaitu keberadaan taman reptil dan hewan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh, 87,67% responden mengaku senang dengan keberadaan taman reptil dan 93% responden mengaku senang dengan keberadaan hewan-hewan yang dilepas bebas di Taman Balekambang. Faktor strategis kekuatan yang ketiga adalah biaya berkunjung yang murah. Faktor ini berdasarkan data bahwa 92,33% responden mengaku tidak menghabiskan banyak uang selama berkunjung ke Taman Balekambang. Faktor strategis kekuatan keempat adalah adanya berbagai event lokal, nasional mapun internasional. Data di lapangan menyebutkan bahwa pada saat event tertentu jumlah pengunjung bisa dua kali lipat dari hari biasanya. Faktor strategis kekuatan kelima adalah Taman Balekambang dapat dijadikan lokasi outbond. Banyak rombongan dari masyarakat yang datang ke Taman Balekambang untuk melakukan outbond . Faktor strategis kekuatan yang keenam adalah adanya fasilitas perahu bebek, data empiris menyebutkan 62,33% responden mengaku senang dengan adanya fasilitas perahu bebek di Taman Balekambang. Faktor strategis kekuatan eksternal yang ketujuh adalah kemudahan akses menuju Taman Balekambang, hal ini diperoleh dari data yang menunjukkan bahwa 79,33% responden menjawab bahwa akses menuju Taman Balekambang cukup baik.

Faktor strategis kelemahan yang pertama adalah kebersihan dan fasilitas pendukung yang belum maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh, 39,67% responden menjawab bahwa kebersihan taman masih

commit to user

buruk dan 67,33% responden menjawab bahwa kebersihan kolam masih buruk. Fasilitas pendukung yang belum maksimal diantaranya fasilitas parkir, mck, shelter kursi, warung makanan, dan tempat sampah. Berdasarkan data empiris, 45,67% responden menjawab bahwa parkir motor masih buruk dan 48,33% responden menyatakan bahwa parkir mobil masih dalam kondisi buruk. Hal ini senada juga dengan yang diungkapkan oleh Ibu Endang Sri Murniyati selaku Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan :

“Kendalanya adalah kita masih belum mempunyai lahan parkir, jalan akses yang belum memiliki petunjuk arah yang jelas, dan keterbatasan SDM.” (Wawancara 2 April 2012)

Kemudian untuk fasilitas MCK, 42% responden menjawab bahwa fasilitas MCK masih buruk, persentase ini hanya selisih 1% dengan persentase yang menyebutkan bahwa fasilitas MCK baik yaitu 41%. Shelter kursi di Taman Balekambang masih belum maksimal karena 86,67% responden menyatakan bahwa jumlah shelter kursinya sangat kurang. Mengingat bahwa pengunjung yang datang ke Taman Balekambang mayoritas melakukan obrolan santai dengan keluarga dan teman, maka pengunjung sangat membutuhkan kursi. Warung makan juga kondisinya masih buruk karena 48% responden menjawab bahwa warung makan ini masih buruk, sedangkan yang menjawab baik hanya sebesar 41%. Berdasarkan data peneliti, sebesar 59,67% responden menjawab bahwa jumlah tempat sampah masih kurang dan 37% responden menjawab bahwa kondisi tempat sampah masih buruk.

commit to user

Faktor strategis kelemahan yang kedua adalah keterbatasan dana dan SDM. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Endang Sri Murniyati (Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan) yaitu :

“Kendalanya adalah kita masih belum mempunyai lahan parkir, jalan akses yang belum memiliki petunjuk arah yang jelas, dan keterbatasan SDM. Untuk masalah SDM, memang kita masih belum memiliki tenaga ahli untuk merawat tanaman.” (Wawancara

2 April 2012) Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hadi Rudyatmo selaku Wakil

Walikota Solo, yaitu :

“Kemudian untuk masalah perawatan dan pemeliharaan, kita masih membutuhkan tenaga SDM yang benar-benar bisa menyapa alam. Sementara ini SDM yang ada hanya bisa membersihkan, belum bisa merawat tanaman dan hewan yang baik, karena memang mereka tidak mempunyai keahlian dalam bidang itu.” (Wawancara

5 Mei 2012) Untuk masalah keterbatasan dana, hal ini diungkapkan oleh Bapak FX.

Hadi Rudyatmo selaku Wakil Walikota Solo yaitu :

“Wah kalau membicarakan kekurangan, saya kira banyak sekali, khususnya anggaran dan perawatannya. Taman Balekambang juga ditarget APBD sehingga kalau membicarakan kekurangan akan sangat banyak sekali.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Widi selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta yaitu :

“Ya, Taman Balekambang tentunya mengalami beberapa kendala yaitu keterbatasan anggaran (APBD) yang dilakukan secara bertahap.” (Wawancara 3 April 2012)

Keterbatasan dana menyebabkan lambatnya pengembangan yang dilakukan dan saat ini Taman Balekambang juga tidak memiliki SDM yang berkompeten dalam menangani tanaman dan hewan.

commit to user

Faktor strategis yang ketiga adalah kurangnya promosi pada media cetak maupun elektronik. Hal ini didasarkan pada data yang menyebutkan bahwa 91,68% responden menjawab bahwa mereka mendapat

Balekambang dari teman/saudara/kolega, sedangkan untuk responden yang mendapat sumber informasi dari media cetak, elektronik, maupun internet hanya sebesar 5,32%. Kurangnya promosi pada pertunjukkan ketoprak menjadi faktor yang menentukan faktor strategis kelemahan yang ketiga ini karena sebagian besar pengunjung yaitu sebesar 86,33% responden mengaku belum pernah menonton ketoprak di Taman Balekambang. Faktor strategis kelemahan yang keempat adalah belum adanya fasilitas bermain untuk anak-anak. Berdasarkan observasi yang dilakukan, banyak orang tua yang membawa anaknya yang masih duduk di TK dan SD. Pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur mayoritas pengunjung Taman Balekambang adalah keluarga yang membawa anak kecil. Kemudian banyak rombongan TK dan SD yang melakukan kegiatan outbond di Taman Balekambang. Oleh karena itu, memang idealnya sebuah taman adalah bisa dijadikan tempat bermain terbuka untuk anak-anak, sehingga seharusnya dilengkapi dengan fasilitas bermain untuk anak-anak. Faktor strategis internal kelemahan yang kelima adalah belum adanya pengembangan daya tarik sejarah. Seperti yang diketahui, Taman Balekambang adalah peninggalan sejarah Keraton Mangkunegaran. Tetapi sayangnya pengelola belum mengangkat sisi sejarah sebagai suatu daya tarik wisata bagi pengunjung. Pendapat

commit to user

tentang kurangnya pengelolaan daya tarik sejarah juga diungkapkan oleh Bapak FX. Hadi Rudyatmo yaitu :

“Di Taman Balekambang juga terdapat bangunan bersejarah yang tidak banyak diketahui orang yaitu monumen yang berada di dekat patung katak. Monumen tersebut adalah tempat mandi 2 puteri Mangkunegara VII itu, yaitu Partini dan Partinah. Lalu apabila kita coba untuk menonjolkan sisi sejarah yang ada disana dengan cara memasang papan penjelasan di monumen tersebut, saya rasa ini akan menarik pengunjung yang datang. Ya nanti sisi sejarahnya akan kita wujudkan kembali.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Faktor strategis peluang eksternal yang pertama adalah Taman Balekambang adalah menjadi pilihan yang layak untuk dikunjungi. Faktor ini didasarkan pada data yang menyebutkan bahwa 72,33% responden mengaku sering mengunjungi Taman Balekambang, 89,33% responden menyatakan bahwa Taman Balekambang adalah tempat rekreasi yang layak untuk dikunjungi, dan 97,67% responden mengaku tertarik untuk mengunjungi Taman Balekambang lagi di lain waktu. Data empiris juga menghasilkan informasi yang menarik yaitu sebanyak 26,67% responden mengaku pernah mendengar berita negatif, tapi hal tersebut tidak menghalangi keinginan mereka untuk mengunjungi Taman Balekambang.

Faktor strategis peluang eksternal yang kedua adalah Taman Balekambang menawarkan kenyamanan untuk pengunjung. Berdasarkan data yang diperoleh, 67,67% responden mengaku menghabiskan waktu di Taman Balekambang selama lebih dari 60 menit. Ini menunjukkan bahwa pengunjung merasa betah dan nyaman untuk berlama-lama di Taman Balekambang. Kemudian untuk faktor strategis peluang eksternal yang ketiga adalah asal pengunjung yang tidak hanya berasal dari kota Solo

commit to user

saja, tetapi dari Karesidenan Surakarta dan luar kota Solo. Hal ini berdasarkan data yang menyebutkan bahwa meskipun mayoritas pengunjung berasal dari kota Solo sebesar 43,33%, pengunjung juga berasal dari wilayah Karesidenan Surakarta sebesar 47,3%, dan luar kota sebesar 9,33%.

Faktor strategis peluang eksternal yang keempat adalah Taman Balekambang adalah open space untuk penyelenggaraan berbagai macam event . Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, banyak komunitas atau kelompok masyarakat yang telah mengadakan acara di Taman Balekambang, kemudian Taman Balekambang juga mulai disewa masyarakat untuk menyelenggarakan acara resepsi pernikahan.

Faktor strategis ancaman eksternal yang pertama adalah adanya persaingan dengan tempat wisata lain yaitu Taman Satwa Taru Jurug. Meskipun saat ini perawatan Taman Satwa Taru Jurug sudah mulai terbengkalai, tetapi masih banyak masyarakat yang tertarik untuk mengunjunginya. Pada hari libur, Taman Satwa Taru Jurug sangat diminati oleh pengunjung. Maka dari itu, Taman Satwa Taru Jurug menciptakan suatu persaingan dengan Taman Balekambang.

Ancaman kerusakan lingkungan menjadi faktor strategis ancaman eksternal yang kedua dimana hal ini berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan pengelola. Peneliti telah mengadakan observasi dimana sesaat setelah Taman Balekambang mengadakan acara,

commit to user

rumput yang ada disana rusak parah. Ibu Endang Sri Murniyati (Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan) selaku pengelola mengungkapkan:

“Sebenarnya memang pemasukan event menutup biaya perawatannya. Biasanya di dalam surat izin kita, apabila terjadi kerusakan maka pihak yang mengadakan event akan bertanggung jawab untuk mengganti kerusakannya. Tetapi masalahnya, apabila terjadi kerusakan tanaman, berarti kita harus menanam ulang maka kita harus menunggu lagi tanaman itu tumbuh.” (Wawancara 2 April 2012)

2. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

Setelah melakukan identifikasi faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman), maka langkah selanjutnya adalah menyusun tabel faktor strategi internal (IFAS) dan memberikan bobot (0,00-1,00) dan rating (1-4). Skala bobot masing-masing faktor dimulai dari 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (paling penting). Skala rating dimulai dari 1 (poor) sampai 4 (outstanding), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap Taman Balekambang. Bobot dan rating kemudian dikalikan lalu dijumlahkan untuk mendapatkan total skor dari tabel IFAS.

commit to user

Tabel IV.54

IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Faktor Strategis Internal

Bobot Rating Skor Strength (Kekuatan) :

1. Suasana taman yang asri dan sejuk.

0,15

4 0,60

2. Keberadaan taman reptil dan hewan lainnya.

0,05

3 0,15

3. Biaya berkunjung yang murah.

0,10

4 0,40

4. Ada berbagai event (nasional dan internasional).

0,05

2 0,10

5. Dapat dijadikan lokasi outbond.

0,05

2 0,10

6. Fasilitas perahu bebek, satu-satunya di kota Solo.

0,05

2 0,10

7. Kemudahan akses menuju Taman Balekambang.

0,10

3 0,30

Weakness (Kelemahan) :

1. Tingkat kebersihan dan fasilitas pendukung belum

0,10

4 0,40 Maksimal (parkir, mck, shelter kursi, tempat sampah).

2. Keterbatasan dana dan SDM.

0,15

4 0,60

3. Kurangnya promosi pada media cetak dan elektronik.

0,10

3 0,30

4. Belum adanya fasilitas bermain untuk anak-anak.

0,05

3 0,15

5. Belum adanya pengembangan daya tarik sejarah.

Faktor strategis kekuatan suasana taman yang asri diberi bobot paling tinggi yaitu 0,15 karena memang faktor ini dinilai paling penting dan kekuatan yang utama dari Taman Balekambang. Pemberian rating untuk faktor suasana taman yang asri dan sejuk ini diberi rating cukup tinggi yaitu 4. Faktor biaya berkunjung yang murah diberi bobot cukup besar yaitu 0,10 dengan rating sebesar 4. Faktor keberadaan taman reptil dan hewan merupakan faktor kekuatan yang cukup kuat, tetapi faktor ini diberi bobot 0,05 karena ada juga pengunjung yang tidak menyukai hewan. Faktor keberadaan taman reptil dan hewan lainnya diberi poin rating sebesar 3. Faktor strategis internal kekuatan selanjutnya adalah ada berbagai macam event, Taman Balekambang dapat dijadikan lokasi

commit to user

outbond , dan fasilitas perahu bebek diberi bobot 0,05. Ketiga faktor ini bobotnya kecil karena bukan merupakan kekuatan yang utama dan tidak begitu penting dibandingkan suasana taman yang sejuk dan biaya berkunjung yang murah. Begitu juga dengan pemberian rating sebesar 2 untuk keempat faktor tersebut. Ketiga faktor ini tidak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Taman Balekambang sehingga poin rating- nya paling kecil dibandingkan faktor lainnya. Faktor strategis internal kekuatan terakhir adalah kemudahan akses menuju Taman Balekambang. Faktor ini dianggap cukup penting sehingga diberi bobot 0,10 dan dianggap cukup memberikan pengaruh terhadap Taman Balekambang sehingga diberi rating sebesar 3.

Faktor strategis kelemahan internal yang mendapat bobot dan rating paling besar adalah keterbatasan dana dan SDM dengan bobot sebesar 0,15 dan rating sebesar 4. Dari berbagai kelemahan, keterbatasan dana dan SDM adalah faktor yang paling berperan menyulitkan langkah- langkah pengembangan di Taman Balekambang. Faktor tingkat kebersihan yang masih buruk dan fasilitas pendukung yang belum maksimal diberi bobot sebesar 0,10 karena faktor ini cukup penting dalam kelemahan yang ada di Taman Balekambang karena berhubungan dengan kenyamanan pengunjung. Untuk pemberian rating-nya, tingkat kebersihan dan fasilitas pendukung yang belum maksimal diberi poin 4 sama dengan keterbatasan dana dan SDM karena pengaruh faktor ini sangat besar terhadap kemajuan Taman Balekambang.

commit to user

Faktor kurangnya promosi pada media cetak dan elektronik diberi bobot sebesar 0,10 karena cukup penting bagi pengembangan Taman Balekambang dan diberi rating sebesar 3 karena faktor promosi merupakan hal yang cukup penting. Tidak adanya fasilitas bermain anak- anak diberi bobot 0,05 dan rating 2 karena faktor ini tidak begitu buruk dibandingkan dengan faktor lainnya. Faktor strategis internal kelemahan yang terakhir adalah belum adanya pengembangan daya tarik sejarah diberi bobot sebesar 0,05, sedangkan rating-nya diberi poin 2.

Total skor faktor untuk IFAS ini adalah 3,30. Skor terbesar untuk faktor kekuatan (strength) adalah suasana taman yang sejuk dan asri dengan skor 0,60 diikuti dengan biaya berkunjung yang murah dengan skor 0,40. Dua faktor tersebut adalah faktor kekuatan yang paling menonjol diantara faktor-faktor kekuatan lainnya. Faktor kelemahan (weakness) yang harus diperhatikan adalah keterbatasan dana pengembangan dan SDM dengan skor 0,60 diikuti dengan tingkat kebersihan dan fasilitas pendukung yang belum maksimal dengan skor 0,40.

3. EFAS (External Factor Analysis Summary)

Pembuatan tabel EFAS dengan pemberian bobot dan rating sama dengan tabel IFAS. Skala bobot masing-masing faktor dimulai dari 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (paling penting). Skala rating dimulai dari 1 (poor) sampai 4 (outstanding), berdasarkan pengaruh faktor tersebut

commit to user

terhadap Taman Balekambang. Bobot dan rating kemudian dikalikan lalu dijumlahkan untuk mendapatkan total skor dari tabel EFAS.

Tabel IV.55

EFAS (External Factor Analysis Summary) Faktor Strategis Eksternal

Bobot Rating Skor Opportunity (Peluang) :

1. Taman Balekambang menjadi tempat yang layak 0,20

4 0,80 untuk dikunjungi.

2. Taman Balekambang menawarkan kenyamanan bagi 0,20

4 0,80 pengunjung.

3. Asal pengunjung tidak hanya berasal dari Kota Solo. 0,15

3 0,45

4. Taman Balekambang adalah open space untuk 0,15

2 0,30 penyelenggaraan event.

Threat (Ancaman) :

1. Persaingan dengan tempat wisata lain yaitu Taman Satwa Taru Jurug.

0,10

3 0,30

2. Ancaman kerusakan lingkungan. 0,20

Faktor Taman Balekambang menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi dan kenyamanan pengunjung untuk menghabiskan waktu di Taman Balekambang diberi bobot 0,20 karena kedua faktor ini merupakan faktor peluang yang paling penting dan paling berpengaruh dibandingkan faktor peluang lainnya. Kemudian untuk faktor asal pengunjung yang berasal dari kota Solo, Karesidenan Surakarta, dan luar kota diberi bobot 0,15 dan diberi rating sebesar 3. Faktor Taman Balekambang sebagai open space untuk penyelenggaraan event di Taman Balekambang diberi bobot sebesar 0,15 dan rating sebesar 2. Hal ini dikarenakan faktor ini tidak begitu penting dan tidak begitu berpengaruh dibandingkan faktor-faktor peluang lainnya.

commit to user

Faktor strategis ancaman eksternal yang pertama adalah persaingan dengan tempat wisata lain yaitu dengan Taman Satwa Taru Jurug diberi bobot 0,10 dan rating sebesar 3. Hal ini dikarenakan tingkat persaingannya masih kecil, saat ini Taman Balekambang lebih populer dan sedang diprioritaskan untuk pengembangannya. Faktor ancaman lingkungan diberi bobot yang lebih besar yaitu 0,20 dan rating sebesar 4 karena memang ancaman kerusakan lingkungan sangat besar. Adanya kerusakan lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan taman sehingga rating-nya lebih besar dibandingkan faktor persaingan.

Total skor faktor untuk IFAS ini adalah 3,45. Skor terbesar untuk faktor peluang (opportunity) berasal dari Taman Balekambang menjadi alternatif tempat yang layak untuk dikunjungi dan faktor kenyaman pengunjung dengan skor 0,80. Sedangkan untuk faktor ancaman (threat) yang harus diperhatikan adalah ancaman kerusakan lingkungan dengan skor 0,80. Untuk faktor persaingan skornya cukup kecil yaitu hanya 0,30 karena tingkat persaingannya tidak begitu besar. Berdasarkan observasi dan wawancara, saat ini memang Taman Balekambang mulai populer dan lebih sering dikunjungi oleh masyarakat dibandingkan dengan Taman Satwa Taru Jurug.

commit to user

4. Matriks Internal – Eksternal

Total Skor IFAS

KUAT RATA-RATA LEMAH 4,0 3,0 2,0 1,0

TINGGI

3,0

Total Skor EFAS

Gambar IV.1 Matriks Internal - Eksternal

Dari total skor IFAS dan EFAS kemudian dipetakan ke dalam Matriks Internal-Eksternal untuk melihat posisi strateginya.

Gambar IV.1 menunjukkan bahwa Taman balekambang berada di kuadran I yaitu pertumbuhan. Strategi pertumbuhan yang diperlukan oleh Taman Balekambang adalah meningkatkan jumlah pengunjung dengan cara memaksimalkan berbagai potensi yang ada dengan cara memperbaiki

I Pertumbuhan

(Urgen)

II Pertumbuhan

(Urgen)

III Penciutan (Tidak Urgen)

IV Stabilitas

(Urgen)

V Pertumbuhan

Stabilitas

(Urgen)

VI Penciutan (Tidak Urgen)

VII Pertumbuhan

(Urgen)

VIII Pertumbuhan

(Urgen)

IX Likuidasi (Tidak Urgen)

commit to user

semua komponen penawarannya dan meminimalisir kerusakan meskipun dana yang tersedia sangat terbatas.

5. Matriks Space (Strategic Position and Action Evaluation) Tabel IV.56

Matriks Space

Kekuatan Ekonomi (KE) Rating Stabilitas Lingkungan (SL) Rating

1. Penawaran obyek wisata

2. Pangsa pasar konsumen

3. Manfaat ekonomi pada saat event

1. Kerusakan lingkungan -3

Keunggulan Bersaing (KB) Kekuatan Daya Tarik (Kw)

1. Biaya relatif murah

2. Spesialisasi lokasi

3. Mutu obyek wisata

-4 -2 -3

1. Daya tarik obyek wisata

2. Daya tarik event

3. Dukungan aksesibilitas

4. Dukungan kelembagaan

5. Dukungan masyarakat

6. Latar belakang sejarah

-9

+20 KE = 11/3 = 3,6 SL = -3/1 = -3 KB = -9/3 = -3 KW = 20/6 = 3,3

Analisis : Sumbu vertikal = Kekuatan Ekonomi + Stabilitas Lingkungan = 3,6 + (-3) = 0,6 Sumbu horizontal = Kekuatan Daya Tarik Wisata + Keunggulan Bersaing

= 3,3 + (-3) = 0,3

commit to user

Kurva :

KE

Konservatif 0,6 Agresif

KB 0,3 KW

Defensif Kompetitif

SL

Gambar IV.2 Kurva Matriks Space

Berdasarkan gambar IV.2, terlihat bahwa garis vektor bernilai positif, baik untuk kekuatan ekonomi dan kekuatan daya tarik wisata. Ini menunjukkan bahwa Taman Balekambang ini memiliki kekuatan ekonomi yang cukup kuat dibandingkan kekuatan daya tariknya. Kekuatan ekonomi ini didukung oleh nilai penawaran obyek wisata dan pangsa pasar konsumennya sedangkan faktor kekuatan daya tarik wisata didukung oleh daya tarik wisata, dukungan aksesibilitas, dan dukungan kelembagaan sebagai penyumbang rating terbesar. Posisi agresif ini menunjukkan Taman Balekambang harus memanfaatkan peluang, mengatasi kelemahan, dan menghindari ancaman.

commit to user

6. Penentuan Strategi

a. Matriks SWOT

Tabel IV.57 Matriks SWOT

Faktor Penentu

Faktor Internal

Strength

Weakness

Faktor Eksternal

Opportunity

Strategi SO :

1. Pengoptimalan perawatan hewan dan tanaman.

2. Memasang papan penunjuk jalan di akses masuk Taman Balekambang.

3. Memasang peta representatif Taman Balekambang di tempat yang strategis.

4. Meningkatkan promosi event Taman Balekambang dengan memasang one year caledar event board di tempat strategis di Taman Balekambang.

5. Mengembangkan fasilitas outbond dengan pengelola yang profesional.

Strategi WO : 1. Pengelola harus lebih gencar mencari sponsor untuk memperbaiki fasilitas dari pihak swasta, LSM, BUMN, dan lain-lain.

2. Memasang kotak saran dan kritik agar pengelola mengetahui bagaimana keinginan pengunjung.

3. Mengadakan kerja sama dengan tour operator untuk mempromosikan ketoprak.

4. Memperbaiki fasilitas pendukung (lahan parkir, warung makan, shelter kursi, mck, dsb).

5. Mengembangkan daya tarik sejarah.

Threats

Strategi ST :

1. Menambah kuantitas SDM. 2. Meningkatkan kualitas SDM

dengan cara pengadaan pelatihan karyawan.

3. Meningkatkan kerja sama dengan LSM, universitas, perusahaan, dan lain-lain untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Strategi WT : 1. Membuat event yang menarik dengan konsep yang matang.

2. Meningkatkan promosi untuk menghadapi persaingan.

3. Pengoptimalan penggunaan dana.

commit to user

b. Analisis Strategi Pengembangan

Konsep Taman Balekambang adalah sebagai public area atau ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Untuk mewujudkan konsep tersebut dibutuhkan strategi pengembangan yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan berbagai pihak, peneliti menemukan berbagai masalah yang perlu ditangani dengan strategi yang benar.

Taman Balekambang sudah memiliki sebuah desain pengembangan yang biasanya disebut Grand Design. Menurut penuturan Bapak Widi (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) yaitu :

“Tentunya kita sudah memiliki Grand Design, dari Grand Design tersebut dikembangkan setiap tahunnya. Pencapaian Grand Design Taman Balekambang masih 30%.” (Wawancara 3 April 2012)

Sedangkan menurut Bapak FX Hadi Rudyatmo (Wakil Walikota Solo) adalah :

“Taman Balekambang ini menurut saya masih 20% dari Grand Design , yang penting kita sudah bisa menyelamatkan aset penting saya rasa sudah bagus, selanjutnya adalah kita berusaha mengembangkannnya secara perlahan.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan selaku pengelola menyatakan bahwa Grand Design telah mengalami perubahan dimana bangunan beton yang ada di Grand Design tidak akan dibangun seperti rencana semula dikarenakan Walikota Solo tidak menginginkan hal tersebut. Berikut pernyataan dari Ibu Endang Sri Murniyati selaku Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan :

commit to user

“Ya, tetapi disertai dengan sedikit perubahan. Contohnya Grand Design yang dahulu rencananya ada galeri dan beberapa bangunan beton, tetapi ke depannya akan dihilangkan karena pembangunan bangunan akan mengurangi fungsi sebagai hutan kota. Kalaupun ada beberapa perubahan maka perubahan tersebut harus sesuai dengan konsepnya.” (Wawancara 2 April 2012)

Disini terlihat melihat bahwa ada ketidakjelasan pencapaian Grand Design . Grand Design juga telah mengalami banyak perubahan termasuk rencana integrasi lingkungan Taman Balekambang yang sebelumnya belum ada di Grand Design.

Saat ini terdengar kabar bahwa Taman Balekambang akan diperluas menjadi sebuah kawasan wisata yang terintegrasi dengan Pasar Burung Depok dan Pasar Ikan. Bapak FX. Hadi Rudyatmo mengungkapkan :

“Ya, saya kira ini merupakan suatu perjuangan. Kalau nantinya ini bisa menjadi suatu kesatuan maka Taman Balekambang menjadi sangat luar biasa. Kalau kita bandingkan dengan taman yang ada di Bali, mungkin Taman Balekambang belum ada apa-apanya karena disana memang luasnya puluhan hektar. Meskipun Taman Balekambang yang kita punya tidak begitu luas, kita berusaha untuk mengembangkannya dengan sebaik mungkin.” (Wawancara

5 Mei 2012)

Pengintegrasian wilayah ini tentu akan membutuhkan banyak dana karena akan ada pemindahan pemakaman umum. Sebaiknya Taman Balekambang mengoptimalkan dana yang ada untuk memperbaiki komponen penawaran yang ada sebelum membuat keputusan memperluas wilayah. Keputusan pengintegtrasian wilayah ini dirasa kurang tepat karena untuk pengelolaan Taman Balekambang yang hanya 9,8 Ha saja pengelola masih merasa kesulitan dalam perawatannya dan masalah

commit to user

fasilitas sarana prasarana pendukung pariwisatanya. Menurut Yoeti (1985 : 181), mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”. Maka strategi yang dibutuhkan adalah harus memprioritaskan pembenahan sarana dan prasarana pendukung pariwisatanya.

Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa Taman Balekambang adalah peninggalan sejarah dari Mangkunegara VII. Potensi daya tarik latar belakang sejarah ini sebenarnya sangat menarik apabila dikembangkan dengan maksimal. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Hidayatullah Al Banjari selaku Kepala BPPIS (Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Surakarta) yaitu :

“Namun, yang belum dikembangkan lebih jauh adalah menghidupkan kembali cerita di balik Taman Balekambang ini (sejarahnya). Diperlukan adanya alat-alat promosi dan informasi yang bisa menceritakan sejarah dari taman ini.” (Wawancara 9 April 2012)

Pendapat tentang kurangnya pengelolaan daya tarik sejarah juga diungkapkan oleh Bapak FX. Hadi Rudyatmo yaitu :

“Di Taman Balekambang juga terdapat bangunan bersejarah yang tidak banyak diketahui orang yaitu monumen yang berada di dekat patung katak. Monumen tersebut adalah tempat mandi 2 puteri Mangkunegara VII itu, yaitu Partini dan Partinah. Lalu apabila kita coba untuk menonjolkan sisi sejarah yang ada disana dengan cara memasang papan penjelasan di monumen tersebut, saya rasa ini akan menarik pengunjung yang datang. Ya nanti sisi sejarahnya akan kita wujudkan kembali.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Bapak Suharto (Kepala ASHITTA) juga menyatakan hal yang sama yaitu : “Saya pikir tinggal satu langkah sedikit sekali Balekambang bisa

kita jadikan obyek wisata, karena yang namanya kolam itu

commit to user

peninggalan kerajaan Mangkunegaran. Nah, Pura Mangkunegaran itu memiliki nilai yang luar biasa, dari sisi sejarah nya kemudian seni nya, apa pun dia sangat indah sekali. Itu sementara terbengkalai dan tidak dimanfaatkan. Saya pikir Pemerintah Kota, baru berupa taman ya, belum masuk pemeliharaan kolam, bangunan dan lain-lain.” (Wawancara 10 April 2012)

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa daya tarik sejarah Taman Balekambang sebenarnya sangat menarik. Oleh karena itu, Taman Balekambang harus dikembangkan dengan menonjolkan keasliannya dalam arti dari sisi sejarahnya, sehingga nantinya daya tarik ini bisa dijual ke wisatawan bukan hanya pengunjung. Kenyataan di lapangan memang Taman Balekambang belum dikembangkan dari sisi sejarahnya, disana juga tidak ada papan interpretasi sejarah sedangkan beberapa bangunan sejarah, patung, dan tulisan Jawa Kuno dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari pengelola. Padahal hal ini bisa menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pengunjung atau wisatawan yang datang. Langkah awal yang bisa dimulai oleh pengelola adalah memasang papan penjelasan tentang sejarah umum di tempat yang strategis, bangunan- bangunan kuno, dan tulisan kuno. Untuk beberapa prasasti yang berisi tulisan kuno, pengelola bisa memasang papan yang berisi terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Masalah keterbatasan dana dan SDM di Taman Balekambang merupakan masalah yang paling utama. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada pihak-pihak yang terkait, mereka memang mengakui bahwa memang ada masalah keterbatasan dana dan SDM. Taman Balekambang mempunyai anggaran pengembangan yang sudah

commit to user

disetujui oleh dewan, tetapi Taman Balekambang memiliki target APBD yang harus dicapai setiap tahunnya. Keterbatasan danalah yang menyebabkan pengembangan Taman Balekambang mengalami kesulitan. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Endang Sri Murniyati (Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan) yaitu :

“Kendalanya adalah kita masih belum mempunyai lahan parkir, jalan akses yang belum memiliki petunjuk arah yang jelas, dan keterbatasan SDM. Untuk masalah SDM, memang kita masih belum memiliki tenaga ahli untuk merawat tanaman.” (Wawancara

2 April 2012) Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hadi Rudyatmo selaku Wakil

Walikota Solo, yaitu :

“Kemudian untuk masalah perawatan dan pemeliharaan, kita masih membutuhkan tenaga SDM yang benar-benar bisa menyapa alam. Sementara ini SDM yang ada hanya bisa membersihkan, belum bisa merawat tanaman dan hewan yang baik, karena memang mereka tidak mempunyai keahlian dalam bidang itu.” (Wawancara

5 Mei 2012) Untuk masalah keterbatasan SDM, pengelola dapat memilih strategi

meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki ketimbang menambah kuantitas SDM. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan atau training bagi SDM Taman Balekambang. Pelatihan dapat dilakukan dengan bantuan kerja sama dari DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Hal ini sesuai dengan yang dungkapkan oleh Bapak Suhanto selaku Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Jalan DKP yaitu :

“Jadi prinsipnya begini, Dispar sudah mempunyai kewenangan sendiri sehingga jika kami tidak dimintai bantuan secara resmi yang sesuai dengan norma yang ada maka kami tidak akan membantu. Tetapi lain halnya apabila mereka meminta bantuan secara resmi kepada kami, maka kami siap melakukan

commit to user

pendampingan dan bantuan pelatihan terhadap pemeliharaan tanaman tersebut.” (Wawancara 10 April 2012)

Sedangkan masalah keterbatasan dana, hal ini diungkapkan oleh Bapak FX. Hadi Rudyatmo selaku Wakil Walikota Solo yaitu :

“Wah kalau membicarakan kekurangan, saya kira banyak sekali, khususnya anggaran dan perawatannya. Taman Balekambang juga ditarget APBD sehingga kalau membicarakan kekurangan akan sangat banyak sekali.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Widi selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta yaitu :

“Ya, Taman Balekambang tentunya mengalami beberapa kendala yaitu keterbatasan anggaran (APBD) yang dilakukan secara bertahap.” (Wawancara 3 April 2012)

Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah menambah pemasukan dana selain dari event. Kebijakan yang bisa dilakukan adalah penetapan tarif masuk Taman Balekambang. Hal itu ditunjukkan oleh pernyataan Bapak FX. Hadi Rudyatmo, yaitu :

“Kalau seandainya diberlakukan tiket masuk, saya harap tiketnya murah dan bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kalu saya pribadi inginnya Taman Balekambang tidak ada tiket masuk alias gratis. Tetapi saya sadari bahwa memang Taman Balekambang memerlukan biaya pemeliharaan dan perawatan yang tidak sedikit. Tetapi hal ini juga sudah ditangani oleh pihak UPTD disana selaku pengelola dan tercantum pada SKPD yang ada.” (Wawancara 5 Mei 2012)

Tiket masuk yang diterapkan harus sesuai dengan kondisi masyarakat, artinya harus terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Jumlah pengunjung yang datang ke Taman Balekambang sangat banyak, apalagi pada akhir pekan, hari libur, dan pada saat event. Dengan adanya tiket masuk diharapkan pengelola bisa memanfaatkan dana tersebut untuk

commit to user

memperbaiki komponen penawarannya dengan perlahan. Tiket masuk ini bisa menimbulkan tambahan efek pengganda (multiplier effect) kepada masyarakat. Sayangnya yang menjadi kendala adalah saat ini Pak Walikota belum menghendaki adanya pemberlakuan tiket masuk.

Pengembangan event di Taman Balekambang yang ini harus memiliki konsep acara yang menarik. Sebagian besar pengunjung anak muda, seharusnya Taman Balekambang mennyelenggarakan acara yang melibatkan anak muda. Observasi di lapangan pada saat event adalah Taman Balekambang tidak memiliki konsep acara yang jelas dan konsep biasanya monoton, hampir sama di setiap acara rutinnya. Tema acara juga tidak sesuai dengan pengunjung yang datang. Pengelola hanya semata- mata memanfaatkan event tersebut hanya untuk mencari keuntungan semata.

Promosi event juga sangat penting, oleh karena itu pengelola harus memiliki papan one year calendar event khusus di Taman Balekambang. Nantinya papan ini dapat mengakordinir berbagai informasi tentang event yang dibutuhkan oleh pengunjung. Promosi Taman Balekambang melalui teknologi juga sangat penting. Oleh karena itu, pengelola harus bisa memanfaatkan peran teknologi dengan cara memperbaharui (update) isi blog dan facebook sesering mungkin.

Pertunjukkan ketoprak di Taman Balekambang merupakan salah satu upaya pengelola untuk mewujudkan konsep Taman Balekambang sebagai Taman Seni dan Budaya. Pertunjukkan ketoprak yang hanya dilakukan setiap Sabtu malam ini sepi penonton. Beberapa kendalanya

commit to user

adalah upaya promosi yang masih kurang, jam pertunjukkan yang hanya dilakukan pada malam hari, dan kurang adanya ketertarikan untuk menonton ketoprak. Tetapi anehnya, pertunjukkan Sendratari Ramayana yang dilakukan setiap bulan purnama ini menyedot banyak pengunjung. Padahal, kedua pertunjukkan ini dapat dibilang hampir sama. Hal ini harus dikaji lebih lanjut mengapa Sendratari Ramayana lebih bisa mengundang penonton dibandingkan dengan Ketoprak Taman Balekambang. Apakah hal ini semata karena Sendratari Ramayana ini tidak ada tiket masuk (gratis). Maka strategi yang dilakukan adalah meningkatkan promosi ketoprak Taman Balekambang. Strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan promosi yang lebih gencar lewat media cetak maupun elektronik dan meningkatkan promosi di sekolah-sekolah dari TK, SD, SMP maupun SMA dan memberikan diskon khusus untuk rombongan, dan mencoba mengadakan kerja sama dengan tour operator. Apabila itu masih belum maksimal dalam menghidupkan kembali ketoprak, maka strategi terakhir adalah mencoba merubah jam pertunjukkan ketoprak pada siang atau sore hari di saat Taman Balekambang ramai pengunjung. Diharapkan dengan strategi ini, daya tarik ketoprak akan semakin berkembang dan memajukan pengembangan budaya di Taman Balekambang.

Konsep Taman Balekambang sebagai taman budaya, taman rekreasi, taman edukasi, dan taman botani harus dikembangkan dengan semaksimal mungkin. Hal yang menjadi dasar dari pengelolaan Taman Balekambang adalah pengelolaan dan perawatan amenitas yang merupakan komponen yang cukup penting di dalam pariwisata. Kemudian

commit to user

Taman Balekambang juga harus meningkatkan produk pariwisatanya dengan perencanaan yang matang. Misalnya pengadaan suatu atraksi dan event tertentu, pengelola seharusnya memiliki perencanaan yang jelas bagaimana konsep pengelolaan dari atraksi tersebut. Dengan konsep atraksi dan event yang jelas, diharapkan akan menarik banyak pengunjung untuk datang dan memberikan ruang publik untuk berekreasi dan berkreasi. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pengelola harus memiliki prioritas apa saja yang harus dikembangkan sebelum melakukan hal-hal yang baru. Dengan melakukan analisis SWOT terhadap Taman Balekambang sebagai suatu produk pariwisata, peneliti mencoba memberikan strategi dan kebijakan yang harus dilakukan oleh pengelola dalam pengembangan potensi pariwisatanya. Apabila kebijakannya dilakukan oleh pengelola dan berhasil, maka diharapkan akan memberikan dampak positif bagi pengembangan potensi pariwisatanya. Semakin baik penawaran pariwisatanya maka akan meningkatkan jumlah pengunjung Taman Balekambang. Taman Balekambang harus melakukan suatu manajemen strategik untuk perkembangan ke depannya, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya dengan dampak ekonomi melalui timbulnya multiplier effect.

commit to user

G. Implikasi Kebijakan

Kebijakan adalah batasan bagi organisasi dan atau pejabatnya dalam pengambilan keputusan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Beberapa implikasi kebijakan yang harus dilakukan oleh pengelola Taman Balekambang :

1. Dana dan SDM. Pengelola dapat meningkatkan pemasukan selain dari penyelenggaraan event rutin maupun biaya sewa dengan cara menetapkan biaya tiket masuk yang terjangkau bagi pengunjung dan melakukan perbaikan pada lahan parkir sehingga nantinya pemasukan biaya parkir bisa dikelola oleh pengelola. Masalah SDM adalah faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu tempat wisata, maka dari itu pengelola harus meningkatkan kualitas SDM dengan cara mengadakan pelatihan rutin bekerja sama dengan DKP. Pengelola dapat mengajukan kerja sama secara resmi dengan DKP.

2. Promosi. Pengelola dapat meningkatkan promosi dengan cara memanfaatkan teknologi informasi misalnya dengan internet dan sering melakukan kerja sama dengan media cetak maupun elektronik. Pengelola harus memperbaharui isi akun facebook dan blog resmi Taman Balekambang secara berkelanjutan. Kedua akun tersebut harus berisi tentang berbagai macam informasi, event, atraksi, dan aktivitas dari Taman Balekambang. Pemasangan papan representatif tentang Taman Balekambang dan papan one year calendar event di lokasi taman juga menjadi sarana promosi.

commit to user

Promosi ketoprak dilakukan dengan mengadakan kerja sama dengan sekolah maupun universitas, tour operator, bahkan dengan mengganti jam pertunjukkan di siang hari.

3. Pengelolaan amenitas. Pengelola harus memprioritaskan perencanaan perbaikan amenitas (fasilitas pendukung pariwisata). Pengelola dapat membuat sebuah rencana yang matang termasuk dana yang dibutuhkan. Dana perbaikan dapat berasal dari dana internal maupun eksternal yang didapat dari sponsor.

4. Penyelenggaraan event. Event rutin harus memiliki sebuah konsep perencanaan yang jelas. Konsep event harus memiliki esensi dan tujuan yang jelas dengan mempertimbangkan profil pengunjung yang datang ke Taman Balekambang. Sebagian besar pengunjung Taman Balekambang adalah pelajar dan mahasiswa, maka seharusnya pengelola lebih banyak membuat event yang dapat menampung kreatifitas, minat, dan bakat remaja dan dewasa.

5. Atraksi wisata. Kebijakan untuk mengembangkan suatu atraksi wisata di Taman Balekambang dimulai dari pembuatan konsep atraksi yang menarik. Atraksi yang akan dibuat harus dikelola dengan sumber daya yang berkualitas.

6. Pengelolaan kondisi lingkungan. Aspek lingkungan sangat penting untuk diperhatikan agar dalam pengembangannya tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kebijakan

commit to user

yang harus dilakukan adalah bekerja sama dengan perusahaan swasta, BUMN, universitas, sekolah, bahkan Lembaga Sosial Masyarakat untuk mencegah kerusakan tanaman yang ada di Taman Balekambang.

7. Pengembangan daya tarik sejarah. Taman Balekambang merupakan peninggalan sejarah masa lampau. Maka dari itu, sisi sejarah ini harus ditonjolkan kembali sebagai daya tarik wisata. Kebijakan yang perlu dilakukan pengelola adalah pembuatan papan interpretasi sejarah Taman Balekambang, papan penjelasan patung- patung dan bangunan kuno, serta papan berisi terjemahan bahasa indonesia dari tulisan Jawa kuno.

8. Pengembangan daya tarik outbond. Pengelola dapat membuka kesempatan bagi investor yang ingin mengadakan kerja sama dalam pengadaan dan pengelolaan outbond.

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian tentang pengembangan potensi pariwisata Taman Balekambang berbasis analisis SWOT ini telah berupaya untuk memberikan langkah pengembangan berupa strategi dan kebijakan secara optimal dengan berdasarkan data kuesioner, studi pustaka, dan wawancara. Tetapi, penelitian ini masih memiliki berbagai keterbatasan yaitu :

1. Penelitian ini belum dilengkapi dengan analisis kuantitatif contohnya seperti analisis finansial. Analisis kuantitatif ini sangat diperlukan untuk melengkapi proses penentuan strategi dan kebijakan dalam perencanaan strategis.

commit to user

2. Penelitian ini belum dapat mengidentifikasikan semua data dan informasi mengenai profil, pendapat, dan pengalaman semua pengunjung Taman Balekambang. Ini dikarenakan oleh data dari responden tersampling masih umum dan relatif sederhana. Oleh karena itu seharusnya dilakukan wawancara yang lebih mendalam dan intensif.

3. Adanya keterbatasan informasi yang diperoleh dari narasumber yang berkepentingan.

4. Pertanyaan kuesioner yang belum dapat memperoleh jawaban yang mendalam dari responden.

commit to user