HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA ”

“PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA”

Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

HAPSARI DYAH RATNA FURI

F0108069

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul : “PENERAPAN ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN PARIWISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA ”

commit to user

commit to user

MOTTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.” (Lessing)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” (Andrew Jackson)

“Sesungguhnya beserta kesusahan ada kemudahan maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kepada Tuhanmulah kamu kembali”

(QS. AL-Insyiroh : 6-8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Penelitian ini saya persembahkan untuk :

1. Alm. Papa yang sudah tenang di sisi-Nya.

2. Mama dan Ayah.

3. Kakak dan adik : Mas Tiok, Mbak Tutut, dan Desi.

4. Semua keluarga besar.

5. Sahabat dan Teman-temanku.

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul : PENERAPAN

ANALISIS SWOT PADA KOMPONEN PENAWARAN TAMAN

BALEKAMBANG SURAKARTA. Analisis SWOT ini terdiri dari Strength (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan), dan Threat (Ancaman). Analisis SWOT dalam ekonomi pariwisata dapat dijadikan acuan untuk membuat kebijakan dalam pengembangan potensi pariwisata.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahannya selama ini.

2. Ibu Drs. Endang Sri Muniyarti, selaku Kepala UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan yang telah memberikan berbagai izin serta informasi terkait Taman Balekambang.

3. Bapak FX. Rudy Hardiyatmo (Wakil Walikota Surakarta), Bapak Widi (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta), Bapak Heri Jumadi (Anggota Komisi 4 DPRD Kota Surakarta), Bapak Suharto (Kepala Ashitta), Bapak Suhanto (Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Jalan DKP Kota Surakarta), Bapak Hidayatullah Al Banjari

commit to user

(Kepala Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Surakarta), dan Bapak Bambang Gunadi (Humas Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Surakarta) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk wawancara terkait dengan penelitian ini.

4. Semua pengunjung Taman Balekambang yang telah memberikan waktunya untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

5. Teman seperjuangan EP 2008 : Memel, Gilang, Fadil, Asha, Desi, Devi, Arif, Deary, Pipik, dan teman-teman seangkatan EP 2008.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan penelitian ini. Oleh karena itu masukan, saran, dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

commit to user

E. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................... 71

F. Analisis SWOT ..................................................................................... 102

G. Implikasi Kebijakan .............................................................................. 127

H. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 130

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 131

B. Saran ...................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 134 LAMPIRAN .................................................................................................

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta ................................ 5 Tabel III.1 Penentuan Jumlah Sampel Menurut Krejcie dan Morgan ............. 49

Tabel IV.1 Periodisasi Kawasan Wisata Taman Balekambang ........................ 64 Tabel IV.2 Atraksi Wisata yang Terdapat di Taman Balekambang ................ 69 Tabel IV.3 Asal Kota/Daerah ........................................................................... 71 Tabel IV.4 Umur Responden ........................................................................... 72 Tabel IV.5 Jenis Kelamin................................................................................. 72 Tabel IV.6 Status Tingkat Pendidikan ............................................................. 73 Tabel IV.7 Pekerjaan ........................................................................................ 73 Tabel IV.8 Tujuan Berkunjung ........................................................................ 74 Tabel IV.9 Sumber Informasi Taman Balekambang ....................................... 75 Tabel IV.10 Daftar Teman Berkunjung Pengunjung Taman Balekambang .... 76 Tabel IV.11 Opini Responden Terhadap Daya Tarik Taman Balekambang ... 76 Tabel IV.12 Opini Responden Terhadap Kebersihan di Taman Balekambang 77 Tabel IV.13 Opini Responden Terhadap Perawatan Tanaman ........................ 77 Tabel IV.14 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan ........................... 78 Tabel IV.15 Opini Responden Terhadap Perawatan Hewan di Taman Reptil 79 Tabel IV.16 Opini Responden Terhadap Perawatan dan Kebersihan Kolam .. 79 Tabel IV.17 Opini Responden Terhadap Amenitas di Taman Balekambang .. 80 Tabel IV.18 Opini Responden Terhadap Shelter Kursi di Taman Balekambang81 Tabel IV.19 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Motor ..................... 81 Tabel IV.20 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir Mobil ..................... 82 Tabel IV.21 Opini Responden Terhadap Fasilitas Toilet ................................ 83 Tabel IV.22 Opini Responden Terhadap Fasilitas Musholla ........................... 83

commit to user

Tabel IV.23 Opini Responden Terhadap Fasilitas Warung Makanan ............. 84 Tabel IV.24 Opini Responden Terhadap Fasilitas Hotspot Internet ................ 85 Tabel IV.25 Opini Responden Terhadap Fasilitas Tempat Sampah ................ 85 Tabel IV.26 Opini Responden Terhadap Aksesibilitas Taman Balekambang . 86 Tabel IV.27 Opini Responden Terhadap Kemudahan Akses .......................... 87 Tabel IV.28 Opini Responden Terhadap Petunjuk Jalan ................................. 87 Tabel IV.29 Opini Responden Terhadap Atraksi di Taman Balekambang ..... 88 Tabel IV.30 Opini Responden Terhadap Perahu Bebek .................................. 88 Tabel IV.31 Opini Responden Terhadap Pemancingan ................................... 89 Tabel IV.32 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ................... 90 Tabel IV.33 Opini Responden Terhadap Keberadaan Hewan ......................... 90 Tabel IV.34 Opini Responden Terhadap Keberadaan Taman Reptil .............. 91 Tabel IV.35 Opini Responden Terhadap Pertunjukkan Ketoprak ................... 92 Tabel IV.36 Opini Responden Terhadap Suasana Taman Balekambang ....... 92 Tabel IV.37 Opini Responden Terhadap Pengalaman Kunjungan .................. 93 Tabel IV.38 Opini Responden Terhadap Frekuensi Kunjungan ...................... 93 Tabel IV.39 Opini Responden Terhadap Fasilitas Perahu Bebek .................... 94 Tabel IV.40 Opini Responden Terhadap Jumlah Shelter Kursi ....................... 95 Tabel IV.41 Opini Responden Terhadap Jumlah Tempat Sampah .................. 95 Tabel IV.42 Opini Responden Terhadap Promosi Event ................................ 96 Tabel IV.43 Opini Responden Terhadap Event .............................................. 97 Tabel IV.44 Opini Responden Terhadap Berita Negatif Taman Balekambang97 Tabel IV.45 Opini Responden Terhadap Kelayakan Taman Balekambang .... 98 Tabel IV.46 Opini Responden Terhadap Ketidaknyamanan ........................... 98 Tabel IV.47 Opini Responden Terhadap Kelengkapan Fasilitas ..................... 99 Tabel IV.48 Opini Responden Terhadap Biaya Berkunjung ......................... 100

commit to user

Tabel IV.49 Lama Kunjungan ....................................................................... 100 Tabel IV.50 Opini Responden Terhadap Ketertarikan Kunjungan Selanjutnya101 Tabel IV.51 Keinginan Pengunjung Untuk Merekomendasikan ................... 102 Tabel IV.52 Opini Responden Terhadap Harga Tiket Masuk Maksimum .... 102 Tabel IV.53 Faktor-faktor Strategis SWOT yang Teridentifikasi ................. 104 Tabel IV.54 IFAS (Internal Factor Analysis Summary) ................................ 112 Tabel IV.55 EFAS (External Factor Analysis Summary) .............................. 115 Tabel IV.56 Matriks Space ............................................................................ 118 Tabel IV.57 Matriks SWOT ........................................................................... 120

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 46 Gambar III.1 Matriks Internal-Eksternal ......................................................... 56 Gambar III.2 Matriks Space ............................................................................. 57

Gambar IV.1 Matriks Internal-Eksternal ....................................................... 117 Gambar IV.2 Kurva Matriks Space................................................................ 119

commit to user i

ABSTRAK Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman

Balekambang Surakarta Oleh Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana profil dan strategi pengembangan yang dibutuhkan oleh Taman Balekambang dengan cara mengidentifikasi komponen penawaran menggunakan analisis SWOT. Data diambil dengan menggunakan teknik random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Penelitian ini mengambil 300 responden yang merupakan pengunjung Taman Balekambang dan hasil pengisian kuesioner tersebut diolah menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT menghasilkan total skor IFAS yaitu dan EFAS. Skor tersebut dimasukkan ke dalam Matriks Internal-Eksternal dan matriks space untuk mengetahui bagaimana posisi Taman Balekambang dan strategi yang dibutuhkan. Perumusan strategi pengembangan berdasarkan strategi yang didasarkan pada strategi kekuatan dan peluang (strategi SO), strategi kelemahan dan peluang (strategi WO), strategi kekuatan dan ancaman (ST), dan strategi kelemahan dan ancaman (strategi WO). Faktor strategi internal dan eksternal dimasukkan ke dalam tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Internal Factor Analysis Summary ) untuk mengetahui posisi dan strategi yang dibutuhkan. Hasil skor IFAS adalah 3,30 dan skor EFAS 3,45. Skor IFAS dan EFAS dimasukkan ke kuadran matriks internal dan eksternal, hasilnya Taman Balekambang berada di kuadran I yaitu posisi pertumbuhan (urgent). Matriks space menyebutkan bahwa Taman Balekambang berada di posisi agresif.

Saran dalam penelitian ini adalah Taman Balekambang harus meningkatkan kualitas komponen penawarannya dan membuat sebuah rencana pengembangan yang jelas sehingga dapat meningkatkan jumlah pengunjungnya.

Kata kunci : Taman Balekambang, Analisis SWOT

commit to user ii

ABSTRACT SWOT Analysis Aplication to Supply Component Tourism of Balekambang

Park Surakarta By Hapsari Dyah Ratna Furi F0108069

The research aimed to see what kind of profile and development strategy which is needed by Balekambang Park to identify supply component using SWOT analysis. Balekambang Park areas as research region. The data is taken by using random sampling technic; the prosedure is to take sample which give the same opportunity to every population element as a sample. This research uses 300 respondents who is the Balekambang Park’s visitors and then the result of the questionares analyzed with SWOT analysis.

SWOT analysis produce IFAS and EFAS total Score, those total scores are included into Intrenal-External Matrixs and Matrixs Space is used to understand the position of Balekambang Park and the strategy that is needed. The formulation of development strategy is based by strategy based from strength and opportunity (SO Strategy), weakness and opportuntiy strategy (ST atrategy), and weakness and threat strategy (WO strategy). Internal and External strategy factors are included into IFAS and EFAS table to detect the postion Balekambang Park in Internal-External Matrix. The total score for IFAS and EFAS are 3,30 and 3,45. Both will be put into quadrant I named growth postion (urgent). Matrix space stated that Balekambang Park on agrressive postion.

Balekambang Park have to increase supply component quality and make a clear development plan, so it can increase the number of visitors.

Key words : Taman Balekambang, SWOT Analysis.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi. Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang penting dalam pembangunan dikarenakan sektor ini mampu meningkatkan cadangan devisa negara, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak, meningkatkan GDP negara, memperkuat posisi neraca pembayaran, dan meningkatkan pembangunan ekonomi. Pariwisata adalah agent of development atau katalisator pembangunan dilihat dari berbagai peranannya di dalam perekonomian. World Tourism Organization menyatakan bahwa industri pariwisata diramalkan akan menjadi industri terbesar di dunia.

Pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Antara tahun 1970 dan 2000 pariwisata global tumbuh 1,4 kali lebih cepat dari perekonomian dunia. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa perkembangan industri pariwisata diramalkan akan terus bertumbuh mencapai 4,3% per tahun sampai tahun 2020. Peranan pariwisata dalam perekonomian, 10% GDP dunia dan menciptakan kesempatan kerja 8% dari kesempatan kerja dunia (World Travel and Tourism Council, 2007).

commit to user

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan sumber daya alam yang berlimpah. Kedua potensi ini merupakan modal yang potensial untuk mendukung industri pariwisata. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik sehingga nantinya pariwisata Indonesia akan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Hal ini merupakan tugas yang tidak mudah dimana industri pariwisata harus berusaha untuk menarik warga negaranya untuk berwisata di negeri sendiri untuk menjadi wisatawan domestik dan menarik wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Dampak pariwisata pada perekonomian juga sangat dirasakan, salah satunya kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional. Data Nesparnas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008 mengatakan bahwa pada tahun 2006 kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional mengalami peningkatan sebesar 134,62 atau 4,30%, namun pada tahun 2007 kontribusi pariwisata kembali meningkat menjadi 169,67 trilyun atau sebesar 4,29% dari total keseluruhan PDB nasional.

Industri pariwisata juga dapat menciptakan berbagai lapangan pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Industri pariwisata akan menghasilkan berbagai lapangan pekerjaan seperti usaha akomodasi, restoran atau kuliner, pramuwisata, penterjemah, hotel, biro perjalanan, dan lain-lain. Nesparnas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan bahwa kontribusi pariwisata menciptakan lapangan kerja mengalami pasang surut. Pada tahun 2004, kontribusi pariwisata terhadap lapangan kerja sebanyak 8,49 juta orang atau 9,06% dari total lapangan kerja nasional. Pada tahun 2005 kontribusi pariwisata turun menjadi 6,55 juta orang, atau 6,97% dari total lapangan kerja

commit to user

nasional sebesar 93,96 juta orang. Pada tahun 2006 kembali turun menjadi 4,41 juta orang, atau 4,65% dari total lapangan kerja kerja. Namun pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi 5,22 juta orang atau 5,22% dari total lapangan kerja sebesar 99,93 juta orang. Peningkatan jumlah lapangan kerja tersebut menunjukkan bahwa pariwisata adalah salah satu industri yang penting di dalam perekonomian.

Industri pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) bagi suatu daerah. Industri ini mampu memberikan kontribusi lebih dari 10% dari PAD. Maka saat ini, banyak daerah yang berusaha untuk memajukan dan mengembangkan industri pariwisata dengan harapan memberikan kontribusi yang besar pada pendapatan daerahnya.

Kota Surakarta atau yang lebih terkenal dengan nama Solo adalah kota yang memiliki kebudayaan yang sangat kental dan kebudayaan tersebut masih terpelihara hingga saat ini. Kota Solo sarat akan kebudayaan Jawa sehingga kota Solo memiliki berbagai obyek wisata budaya dan sejarah masa lampau. Faktor inilah yang mendasari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berusaha untuk mengembangkan sektor pariwisatanya agar dapat memberikan kontribusi yang lebih banyak pada PAD dan memberikan dampak ekonomi pada masyarakat kota Solo sehingga secara langsung maupun tidak langsung sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya. Kota Solo yang sebelumnya terkenal dengan kota perdagangan karena keberadaan pasar gedhe dan pasar klewer yang tersohor sejak dulu, saat ini kota Solo mulai memposisikan diri sebagai kota jasa melalui sektor pariwisatanya.

commit to user

Kota Solo yang memiliki kesamaan profil dengan Kota Yogyakarta dalam hal kekentalan budaya jawa mulai berbenah diri untuk mengembangkan pariwisatanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Kota Solo memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Kota ini memiliki banyak objek wisata budaya dan sejarah seperti Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Kuno Danar Hadi, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, dan masih banyak lagi. Kemudian padah tahun 2008, Pemkot Solo mulai membuat berbagai acara kesenian dan budaya untuk menarik minat wisatawan seperti SIEM (Solo International Ethnic Music) dan SIPA (Solo International Performing Arts) yang nyatanya mendapat sambutan positif dari masyarakat Kota Solo. Setelah SIEM dan SIPA mendapat sambutan yang positif, maka Pemkot menjadikan SIPA menjadi agenda tahunan sedangkan SIEM diselenggarakan setiap 2 tahun sekali.

Kota Solo juga memiliki banyak event kebudayaan dan kesenian selain SIEM dan SIPA, yaitu SBC (Solo Batik Carnival), Festival Keroncong, Solo Jazz Festival, Festival Kethoprak, Festival Dolanan Bocah, Kampung Art Festival, dan sebagainya. Selain itu, Solo juga terkenal dengan wisata kulinernya. Berbagai macam makanan tradisional jawa tersedia di kota ini sehingga banyak wisatawan yang merupakan pecinta kuliner tidak akan melewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner Solo.

Solo juga didukung oleh tersedianya fasilitas hotel, transportasi, MICE, kemudahan akses, dan lain-lain. Pada tahun 2011 saja, ada 9 hotel baru yang berdiri di Kota Solo. Keberadaan banyak opsi tempat penginapan akan

commit to user

memberikan kemudahan bagi wisatawan yang datang. Kemudahan akses juga tidak luput dari perhatian, Solo mudah diakses dari kota Yogyakarta melalui perjalanan darat melalui mobil dan kereta, akses dari Kota Semarang mulai diperbaiki seiring dengan pembuatan jalan tol Semarang-Solo, kemudian akses dari berbagai kota besar di Indonesia dan beberapa penerbangan internasional melalui Bandara Adi Soemarmo yang saat ini sudah berstatus bandara internasional.

Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan di Surakarta. Pada bulan Agustus 2011, Kadisbudpar Kota Surakarta, Drs. Purnomo Subagyo mengatakan bahwa pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah wisatawan asing maupun domestik.

Tabel I.1 Jumlah Wisdom dan Wisman di Kota Surakarta (orang)

Tahun

Wisatawan Domestik

Wisatawan Mancanegara

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah wisatawan domestik dengan wisatawan asing sangat jauh. Memang kenyataannya wisatawan domestik (wisdom) masih mendominasi dibandingkan wisatawan asing (wisman). Hal ini menjadi pekerjaan yang sangat sulit bagi Kota Solo karena belum mampu mendatangkan wisatawan

commit to user

mancanegara dalam jumlah yang besar. Kota Solo harus memiliki banyak strategi dan inovasi baru untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan mancanegara.

Salah satu objek wisata yang mulai menarik minat masyarakat kota Solo adalah adanya taman kota. Kota Solo memiliki beberapa taman kota seperti Taman Balekambang, Taman Sekartaji, dan Taman Tirtonadi. Di Kota Solo, Taman Balekambang merupakan taman kota yang paling populer dan sering dikunjungi oleh masyarakat kota Solo. Taman yang semula milik Puro Mangkunegaran akhirnya dibuka untuk umum dan telah dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan sejak puluhan tahun yang lalu.

Taman balekambang ini adalah taman dan hutan kota yang memiliki nilai historis yang tinggi dilihat dari sejarah awal pembuatannya. Di taman ini juga terdapat dua peninggalan sejarah yang berbentuk batu marmer yang berisi tulisan aksara jawa kuno. Peneliti menemukan fakta bahwa ternyata banyak pengunjung yang tidak mengetahui sejarah Taman Balekambang beserta peninggalan tulisan Jawa kuno tersebut.

Taman Balekambang ini sempat tidak terurus dan digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Seorang petugas kebersihan Taman Balekambang menyatakan bahwa taman ini sempat menjadi tempat prostitusi dan klub malam. Pada tahun 2008, Pemerintah Kota Solo mengambil alih perawatannya dan melakukan revitalisasi. Revitalisasi taman balekambang ini dilakukan tanpa mengubah konsep dan tatanan tamannya. Taman Balekambang yang di revitalisasi pada tahun 2008, disamping fungsi utamanya sebagai daerah resapan dan paru-paru kota juga diperuntukan sebagai public area atau

commit to user

ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botani, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi. Perawatan Taman Balekambang ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata dan Maliawan. Pemerintah Kota Solo juga membangun kantor untuk UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan. UPTD Kawasan Wisata dan Maliawan ini berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, sehingga Kepala UPTD nya bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. Tugas UPTD ini adalah mengelola Taman Balekambang dan hotel Maliawan yang terdapat di Tawangmangu.

Taman ini memiliki beberapa daya tarik yaitu suasana taman yang asri, keberadaan hewan-hewan, adanya arena outbond, adanya pertunjukan ketoprak, dan lain-lain. Salah satu kelebihan Taman Balekambang ini adalah pengunjung tidak memerlukan banyak uang untuk berkunjung ke taman ini karena hanya membayar biaya parkir saja. Tidak mengherankan bahwa taman ini sering kali dikunjungi banyak pengunjung. Petugas parkir mengatakan bahwa penerimaan parkir di Taman Balekambang cukup menguntungkan, apalagi jika di akhir pekan atau pada saat ada acara tertentu penerimaan parkirnya dapat mencapai dua kali lipat dari hari biasanya.

Beberapa tahun terakhir, Taman Balekambang menjadi salah satu tempat favorit untuk berekreasi bagi warga kota Solo. Masyarakat juga dapat menyewa taman ini untuk menyelenggarakan berbagai acara seperti resepsi pernikahan, konser, reuni, pameran, dan lain-lain. Pihak yang ingin mengadakan acara tertentu dapat menyewa seluruh area Taman Balekambang ataupun hanya menyewa area tertentu. Area tertentu yang dapat disewa

commit to user

diantaranya adalah taman kodok, bale tirtayasa, halaman depan mushalla, bale agung beserta kursinya, kolam ikan, daerah utara kolam/batu lintang, barat gedung ketoprak, gedung kesenian beserta kursi dan sound system, depan kantor UPTD, open space, partinah bosch, open stage, dan arena outbond. Masing-masing area memiliki tarif sewa yang berbeda.

Taman Balekambang saat ini hanya menjadi alternatif refreshing untuk masyarakat kota Solo dan sekitarnya, tempat ini jarang dikunjungi oleh wisatawan dari luar kota ataupun wisatawan asing.

Jumlah pengunjung Taman Balekambang juga cukup banyak, pengelola Taman Balekambang menyebutkan bahwa pada hari biasa jumlah pengunjungnya rata-rata 400-500 orang, sedangkan pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) jumlah pengunjungnya rata-rata 500-1000 orang. Berdasarkan data tersebut, maka jumlah pendapatan parkir sangat menguntungkan. Melihat tingginya jumlah pengunjung maka dapat dikatakan bahwa Taman Balekambang sebenarnya memiliki banyak potensi yang dapat mengundang pengunjung untuk datang.

Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan pada bulan Juli 2011 di UPTD Kawasan Wisata yang mengelola Taman Balekambang ini, ternyata fakta menunjukkan bahwa tingginya jumlah pengunjung setiap harinya ternyata membawa masalah yang serius yaitu adanya kerusakan lingkungan. Semakin banyak pengunjung, maka semakin tinggi peluang kerusakan yang akan terjadi. Tingginya biaya perawatan membuat pengelola tidak bisa memaksimalkan perawatan yang harus dilakukan. Pengamatan penulis saat magang adalah

commit to user

Taman Balekambang tidak memiliki konsep dan arah pengembangan yang jelas.

Taman Balekambang ternyata memiliki banyak potensi pariwisata, maka diperlukan suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Taman Balekambang perlu dilakukan sebuah analisis SWOT dalam upaya untuk mengembangkan potensi wisata ke depannya. Hasil analisis SWOT nantinya memungkinkan pembuat keputusan dapat mengembangkan kekuatan dan peluang yang ada serta dapat meminimalisir berbagai kelemahan dan ancamannya. Pihak yang berkepentingan diharapkan dapat membuat suatu kebijakan untuk langkah pengembangan lebih lanjut. Analisis SWOT juga dapat dijadikan acuan untuk mengambil suatu kebijakan pengembangan Taman Balekambang ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul penelitian ini adalah “Penerapan Analisis SWOT Pada Komponen Penawaran Pariwisata Taman Balekambang Surakarta ”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah profil atau gambaran umum dan pengembangan potensi pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

commit to user

Mengetahui bagaimana profil atau gambaran umum dan pengembangan potensi pariwisata di Taman Balekambang Surakarta dilihat dari komponen penawaran pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Ada beberapa kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Dapat memberikan masukan dan informasi kepada pembuat kebijakan, khususnya kepada pengelola Taman Balekambang agar pengembangan dan pengelolaannya bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan pengelola Taman Balekambang dapat mengetahui bagaimana pandangan dan pendapat pengunjung tentang Taman Balekambang itu sendiri sehingga dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan dalam pengembangan potensinya.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan dapat memberikan informasi tentang pengembangan potensi pariwisata dengan menggunakan analisis SWOT.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk sarana pembelajaran dalam menerapkan pengembangan ekonomi pariwisata beserta kebijakannya.

4. Untuk umum, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pengetahuan baru tentang pengembangan potensi Taman Balekambang sehingga masyarakat umum juga terus mendukung pengembangan potensi pariwisata Taman Balekambang. Peneliti berharap nantinya ada kerja sama yang baik antara pengelola dan masyarakat umum untuk melakukan pengembangan tersebut.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Secara etimologis pariwisata berasal dari dua suku kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali- kali, berputar-putar, sedangkan wisata yang berarti perjalanan dan bepergian. Berdasarkan pengertian secara etimologis diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Menurut UU no. 10 tahun 2009, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pengertian pariwisata menurut UU no. 10 tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (Pendit, 1999). Pengertian pariwisata modern menurut E. Guyer Freuler (Nyoman S. Pendit, 1986: 32) adalah suatu fenomena dari jaman sekarang yag didasarkan atas kesehatan dan pergantian

commit to user

hawa, penilaian yang sadar, dan menumbuhkan cinta kepada alam dan khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri perdagangan serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.

Pengertian pariwisata menurut Dr. Salah Wahab dalam Tourism Management adalah jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan masyarakat, meningkatkan standar hidup, serta menstimulasikan sektor-sektor produktivitas lainnya. Menurut H. Kodhyat (1983:4), pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara yang dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, dan ilmu. Lain lagi dengan pengertian pariwisata menurut R. G., Soekadijo (1996 : 12), pariwisata adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal dari tempat tersebut untuk melakukan sesuatu keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

James J. Spillane menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikamatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga/istirahat, menunaikan tugas, dan berziarah.

commit to user

B. Sifat dan Ciri Pariwisata

Ismayanti (2010 : 15-17) mengutarakan sifat dari pariwisata yaitu sebagai berikut :

1. Perpaduan sifat fana (intagible) dengan sifat berwujud (tangible). Pada intinya, apa yang ditawarkan di industri pariwisata adalah sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak dapat dibawa untuk ditunjukkan kepada orang lain. Namun, sarana dan prasarana yang digunakan untuk memberikan kenyamanan yang ditawarkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berwujud.

2. Sifat tak terpisahkan (inseparable). Kegiatan wisatawan membutuhkan interaksi antara wisatawan sebagai pengguna jasa dan tuan rumah sebagi penyedia jasa, bahkan partisipasi konsumen dalam setiap produk yang ditawarkan menjadi hal yang sangat penting. Wisatawan tidak dapat dipisahkan dengan penyedia jasa, maka kedua pihak tersebut harus bertemu dan melakukan kontak sosial. Wisatawan harus secara aktif memberikan kontribusi kepada penyedia jasa agar apa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan.

3. Keatsirian (volatility) Pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi banyak faktor seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman. Ada faktor yang mempengaruhi secara internal dan adapula faktor yang mempengaruhi secara eksternal. Akibat dari perubahan internal maupun eksternal tersebut maka penyedia jasa harus bisa memenuhi segala keinginan wisatawan yang

commit to user

mudah berubah. Pemenuhan keinginan wisatawan oleh penyedia jasa ini harus disertai dengan inovasi.

4. Keragaman Setiap wisatawan memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga ia tidak ingin kebutuhan dan keinginannya disamaratakan dengan wisatawan lain. Karena itu penyedia jasa harus mengetahui kebutuhan dan keinginan setiap wisatawan dan memberikan pelayanan yang maksimal.

5. Sifat Rapuh (perishable) Jasa adalah sesuatu yang fana, tetapi dapat memberikan pengalaman menyenangkan, suatu sensasi tersendiri, dan perasaan yang puas. Sifat rapuh merujuk pada jasa yang ditawarkan dalam pariwisata yang tidak dapat disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.

6. Musiman (seasonility) Pariwisata seringkali mengalami musim ramai pada waktu tertentu dan mengalami musim sepi pada waktu tertentu. Kondisi ini menyebabkan penyedia jasa harus terus-menerus melakukan inovasi dan menghasilkan ide kreatif agar pendapatan usaha tidak mengalami penurunan.

7. Tak Bertuan (no-ownership) Wisatawan adalah pembeli jasa, tetapi ia tidak bisa memiliki apa yang telah ia bayar dan ia beli, sehingga pariwisata adalah sesuatu yang tidak bertuan (no-ownership).

commit to user

Ismayanti (2010 : 17-18) mengungkapkan beberapa ciri-ciri pariwisata diantaranya sebagai berikut :

1. Sarat dimensi manusia. Manusia sebagai pelaku utama dalam pariwisata. Manusia sebagai pengguna jasa, penyedia jasa, pembuat keputusan, pembuat inovasi dan ide baru, inisiator dalam perjalanan, dan lain-lain.

2. Pembedaan antara konsumen dan pelanggan dalam pelayanan. Dalam pariwisata ada perbedaan yang sangat mencolok antara pelayanan terhadap pelanggan dan konsumen. Penyedia jasa cenderung mendapatkan sebanyak-banyaknya pelanggan sebanyak-banyaknya. Kebutuhan loyalitas untuk menjaga konsumen agar tetap menggunakan jasa yang ditawarkan sekalihus menjadi keunggulan persaingan.

3. Partisipasi aktif konsumen Keberadaan konsumen adalah penting karena tingginya interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa, antara hotel dan tamu, antara turis dan pemandu wisata, dan lain-lain.

C. Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis pariwisata menurut Pendit (1986;36-42) :

1. Wisata Budaya Suatu perjalanan wisata yang mempelajari kebudayaan dan adat istiadat di tempat wisata.

commit to user

2. Wisata Kesehatan Suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan mendapat kesehatan jasmani dan rohani. Misalnya mengunjungi mata air panas.

3. Wisata Olahraga Suatu perjalanan wisata dengan tujuan melakukan olahraga ataupun menyaksikan pesta olahraga.

4. Wisata Komersil Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke pameran dan pekan raya seperti pameran perindustrian dan pameran perdagangan.

5. Wisata Industri Rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan kunjungan ke kawasan perindustrian.

6. Wisata Politik Suatu perjalanan wisata yang melakukan kegiatan negara, misalnya ulang tahun negara.

7. Wisata Konvensi Orang-orang yang menghadiri suatu konvensi biasanya melakukan kunjungan wisata juga.

8. Wisata Sosial Adanya kemudahan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan perjalanan murah.

9. Wisata Pertanian Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke proyek pertanian dan perkebunan.

commit to user

10. Wisata Maritim dan Bahari Suatu perjalanan wisata yang melakukan wisata air dan olahraga air.

11. Wisata Cagar Alam Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan ke cagar lama, hutan lindung, dan lain-lain.

12. Wisata Buru Suatu perjalanan wisata yang mengunjungi daerah-daerah berburu.

13. Wisata Pilgrim Suatu perjalanan wisata yang melakukan kunjungan yang berkaitan dengan agama, sejarah, dan adat istiadat. Contohnya mengunjungi makam tokoh besar, tempat suci, dan lain-lain.

14. Wisata Bulan Madu Suatu perjalanan wisata yang dilakukan setelah melangsungkan pernikahan.

D. Permintaan Pariwisata

Permintaan pariwisata menurut Mathieson dan Wall adalah jumlah total dari orang yang melakukan perjalanan atau ingin melakukan perjalanan untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata ditempat yang jauh dari tempat tinggal dan tempat kerja. Penilaian permintaan pariwisata dapat dilakukan dengan melihat jumlah wisatawan yang datang, banyaknya uang yang dikeluarkan wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan motivasi wisatawan.

commit to user

E. Penawaran Pariwisata

Puspari UNS (2006) menyebutkan ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata yaitu 4 A’s yang terdiri dari Accessability (Aksesibilitas), Amenity (Amenitas), Attractions (Atraksi), dan Activity (Aktivitas). Aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu daerah tujuan wisata, sehingga alternatif rute menuju suatu tempat banyak sehingga dapat dicapai dengan gampang dari beberapa tujuan. Amenitas mencangkup ketersediaan superstruktur dan infrastruktur. Atraksi terdiri dari performing arts, events , tempat publik, taman kota, museum, acara budaya, pameran, dan warisan budaya. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di suatu objek wisata. Dengan 4 A’s ini, kita bisa menilai bagaimana aspek penawaran pariwisata dari suatu tempat tujuan wisata.

F. Produk Pariwisata

Produk pariwisata yaitu suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada wisatawan (Burkat dan Medlik : 1973).

Produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya ( Medlik dan Middleton : 1973). Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 (tiga) unsur yang membentuk suatu produk pariwisata, yaitu :

commit to user

1. daya tarik dari destinasi,

2. fasilitas dari destinasi,

3. kemudahan dari destinasi.

G. Obyek wisata

Obyek wisata adalah suatu tempat yang mempunyai keindahan dan dapat dijadikan sebagai tempat hiburan bagi orang yang berlibur dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani dan menumbuhkan cinta keindahan alam (Yoeti, 1985). Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam/lingkungan seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan sebagainya.

Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara, dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan. Kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam, dan keutuhan.

Spillane (1998 : 86) mengungkapkan unsur-unsur yag harus ada dalam kawasan wisata adalah :

1. Atraksi

2. Fasilitas

3. Infrastruktur atau sarana prasarana

4. Transportasi

5. Kenyaman.

commit to user

H. Atraksi Wisata

Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Atraksi harus memiliki ciri khas dan keunikan dari daerah wisata tersebut. Dengan demikian, maka wisatawan dapat mengingat dan memiliki pengalaman baru dari atraksi tersebut sehingga wisatawan tersebut ingin kembali lagi ke daerah itu dan merasakan lagi atraksi wisata yang telah disaksikannya. Atraksi wisata biasanya berbentuk peristiwa, kejadian, baik yang secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat alami, tradisional, ataupun yang telah dilembagakan dalam kehidupan modern.

Berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan maka ada dua jenis atraksi yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Atraksi wisata yang dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan akan kembali lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian adalah atraksi penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya menarik kedatangan wisatawan. Atraksi itu adalah atraksi penangkap wisatawan (tourist catcher) , yang hanya sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan lagi oleh wisatawan.

Salah satu cara membuat atraksi wisata yang baik adalah melalui pelestarian kesan, caranya dengan mengikatkan kesan pada obyek yang tidak cepat rusak dan dapat dibawa pulang, sehingga setiap kali wisatawan tersebut melihat benda itu, maka ia akan teringat kembali apa yang telah disaksikannya (Soekadijo, 1997 : 61). Atraksi wisata harus dibuat dengan sebaik mungkin karena atraksi merupakan daya tarik suatu objek wisata. Atraksi wisata harus

commit to user

dikembangkan, direncanakan, dan dikelola untuk kepentingan aktivitas dan kesenangan pengunjung.

Gunn (1994 : 89) menyatakan bahwa atraksi mempunyai dua fungsi utama yaitu pertama, atraksi memberikan daya tarik (entice), memikat (lure) dan merangsang (stimulate) keinginan untuk mengadakan suatu perjalanan wisata. kemudian wisatawan akan mempelajari tentang atraksi suatu daerah tujuan wisata, sehingga pada akhirnya membuat keputusan pada yang paling menarik, kedua, atraksi memberikan kepuasan kepada pengunjung.

I. Kebijakan Pariwisata

Gee (2000 : 287) mengatakan bahwa kebijakan pariwisata harus memperhatikan sejumlah isu kebijakan seperti :

1. Peran pariwisata dalam perekonomian.

2. Pengendalian pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata harus memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.

3. Administrasi pariwisata (dukungan struktur kelembagaan pemerintah).

4. Dukungan pemerintah terhadap pariwisata. Dukungan sumber daya pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangan pariwisata.

5. Dampak pariwisata. Pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan negatif, oleh karena itu kebijakan pariwisata harus memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan ke masyarakat.

commit to user

J. Pengembangan Pariwisata

Pemerintah saat ini mulai mencari salah satu sektor yang dapat digunakan sebagai alat untuk menanggulangi kemiskinan. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mulai diperhitungkan untuk menangani masalah kemiskinan. Maka dari itu, pemerintah harus terus membuat kebijakan dalam mengembangkan pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah dan nasional.

Cetak biru pengembangan destinasi pariwisata Indonesia tahun 2007- 2014 menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan pariwisata sangat didukung oleh pengembangan destinasi pariwisata secara profesional, terpadu secara sektoral dan kewilayahan, memiliki konsep yang jelas, didukung oleh sistem jasa dan layanan yang handal serta diperkuat oleh sistem dan strategi pemasaran yang aktif, terfokus dan terpadu, dan peran seluruh stakeholders.

Dalam GBHN tahun 1993, dikatakan bahwa pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional. Hal ini sejalan dengan tujuan pengembangan pariwisata sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah :

1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu dan daya tarik wisata.

commit to user

2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa.

3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

5. Mendorong pendayagunaan produk nasional. Yoeti (1985 : 164) menyatakan bahwa suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, dan rileks berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional.

commit to user

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Yoeti (1985 : 181) mengatakan : “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.

Daerah yang berhasil dalam mengembangkan sektor pariwisatanya adalah Bali dan Yogyakarta. Kedua kota tersebut berhasil meningkatkan PDRB nya. Dari provinsi Bali contohnya, sektor pariwisata adalah penyumbang PDRB daerah terbesar dibandingkan sektor lainnya. Apabila terjadi penurunan kegiatan wisata di Bali, maka hal itu akan berpengaruh secara spesifik terhadap jumlah PDRB daerahnya.

Pariwisata tidak hanya memberikan andil terhadap masyarakat menengah ke atas saja, tetapi juga memberikan andil yang besar terhadap perekonomian masyarakat kecil di daerah pariwisata itu dikembangkan. Keterlibatan langsung masyarakat berpendapatan rendah dalam program- program pengembangan pariwisata melalui pemanfaatan hasil kerajinan tangan (handycraft), hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, produk hasil seni dan budaya tradisional serta pengembangan desa wisata yang sangat membantu usaha meningkatkan perekonomian. Dengan kata lain, pariwisata dapat berfungsi sebagai “katalisator” dalam pembangunan (agent of

commit to user

development ) dan sekaligus menjadi penggerak dan mempercepat proses pembangunan itu sendiri (Yoeti, 2008:18).