Kajian Teori

5. Satuan Lahan

Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan, mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem dan seluruh satuan lahan yang sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 : 93).

Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang

6. Kualitas Lahan

FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi.

a. Suhu / Temperatur Udara (t)

Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut. Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak yaitu:

Keterangan:

- 26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis. - h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter).

(Arsyad, 1989: 223)

b. Ketersediaan Air (w)

Ketersediaan air terdiri dari: 1). Jumlah Bulan Kering

Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan yang kurang dari 60 mm selama satu tahun.

Tabel 2.1 . Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah. No.

Kelas

Curah Hujan (mm/bln)

1. Bulan Kering

< 60

2. Bulan Lembab

> 60 - <100

3. Bulan Basah

≥ 100

(Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28)

T = 26,3 ºC – 0,61 h

2). Hujan Tahunan Rata-Rata Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang

dinyatakan dalam mm.

c. Keadaan Perakaran

1). Drainase Tanah Drainase tanah merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu bidang

lahan, baik berupa hilangnya air dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau peresapan kedalam tanah.

Drainase luar (external) diamati dengan menentukan perbandingan relative jumlah air yang mengalir di permukaan tanah dari bidang tanah ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan.

Tabel 2.2 . Klasifikasi Drainase Tanah. No

Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanah akan segera mengalami kekurangan air.

2. Baik

Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai kebawah (150 cm) berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat bercak-bercak, kuning, coklat atau kelabu.

3. Sedang

Tanah mempunyai peradaran udara yang baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas dan lapisan bawah (Sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).

4. Agak buruk

Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak berwarna kuning, kelabu/coklat. Bercak- bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (Sekitar

40 cm dari permukaan tanah).

5. Buruk

Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) tedapat warna kelabu, coklat dan kuning.

6. Sangat Buruk Seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu

dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang mengenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menhambat pertumbuhan tanaman.

(Sumber: Arsyad, 1989: 229).

2). Tekstur Tanah Tekstur tanah ialah perbandingan relatif tiga golongan besar

partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand) (Darmawijaya, 1992: 163). Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat memacu dan memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik.

Pengukuran tekstur tanah dilakukan di laboratorium untuk keakuratan data. Setelah diketahui persentase lempung, debu dan pasir untuk mengklasifikasikan tekstur tanah dilakukan pencocokan segita tekstur tanah menurut USDA pada gambar 3 berikut ini

Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah. (Sumber http://www.worldagroforestry.org/sea diakses tanggal 21 April

3). Kedalaman Efektif Kedalaman tanah atau tebal lapisan tanah tertentu yang masih dapat di

tembus oleh perakaran untuk menyerap zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman secara efektif.

Tabel 2.3 Klasifikasi Kedalaman Efektif

No

Deskripsi

Kedalaman Tanah

1. Dalam

2. Cukup dalam

3. Cukup dangkal

5. Sangat dangkal

6. Dangkal sekali

<10 Sumber : Kementerian Kehutanan 2009 dalam www.dephut.go.id

/files/P32_09 diakses tanggal 25 april 2011

d. Retensi Hara

Retensi hara terdiri dari: 1). Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) suatu tanah didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation (Hakim dkk, 1986: 166). Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation. Semakin tinggi KTK, semakin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milli equivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.

Tabel 2.4. Klasifikasi KTK Tanah.

No. Kelas

KTK (me / 100g)

1. Sangat rendah

5. Sangat tinggi

>40 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno,

2). pH tanah. Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan

banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang ada di setiap satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5. Klasifikasi pH Tanah.

1. Sangat Masam

3. Agak Masam

5. Agak Alkalis

6. Alkalis

> 8,5 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno,

e. Ketersediaan Hara

Penggunaan tanah untuk tanaman tertentu menyebabkan perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks Penggunaan tanah untuk tanaman tertentu menyebabkan perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial redoks

Ketersediaan hara terdiri dari: 1). Nitrogen Total (N Total)

Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di laboratorium dan dinyatakan dalam persen.

Tabel 2.6. Klasifikasi Nitrogen Total.

No

Kelas

Nitrogen Total (%)

1. Sangat rendah

5. Sangat tinggi

> 0,75 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987:

2). Kandungan Phospat (P 2 O 5 )

Unsur phospat berperan dalam transfer energi. Kandungan phospat tersedia dalam bentuk ion P 2 O 5 dinyatakan dalam ppm (bagian per juta).

Tabel 2.7. Klasifikasi Phospat (P 2 O 5 )

No

Kelas

P 2 O 5 (ppm)

1. Sangat rendah

5. Sangat tinggi

> 35 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno,

1987: 125). 3). Kandungan Kalium (K 2 O Tersedia)

Unsur Kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisologi tanaman, Unsur Kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisologi tanaman,

Pengukuran kalium tersedia dilakukan di laboratorium pada sample tanah yang diambil dari lapangan yang dinyatakan dalam me/100 gr).

Klasifikasi K 2 O dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini. Tabel 2.8. Klasifikasi K 2 O Tersedia

No

Kelas

K 2 O Tersedia (me / 100g)

1. Sangat rendah

5. Sangat tinggi

> 1,0 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987:

f. Medan

Medan yang dimaksud meliputi: 1). Batuan Permukaan

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah. Batuan permukaan dilakukan dengan pengamatan langsung di titik pengambilan sampel tanah. Klasifikasi batuan permukaan menurut Arsyad (1989: 231) dapat dilihat dalam Tabel 2.9 dibawah ini.

Tabel 2.9 Klasifikasi Batuan Permukaan

No

Kelas

Batuan Permukaan (%)

1. Tidak Ada

5. Sangat Banyak

> 90 (Sumber: Arsyad, 1989: 231)

2). Kemiringan Lereng Kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng yang dihitung

dalam besaran derajat. Kemiringan lereng dapat diartikan dalam persen (%). Kemiringan 100% berarti mempunyai kemiringan lereng sebesar

90 0 . Kemiringan lereng dilapangan diukur menggunakan abney level Tabel 2.10. Klasifikasi Kemiringan Lereng

No.

Kelas

Kemiringan Lereng (%)

3. Agak Curam

5. Sangat Curam

> 45 (Sumber: Asdak, 1995: 512).

3). Singkapan Batuan Singkapan Batuan adalah batuan yang merupakan bagian dari

batuan yang ada di dalam tanah yang tersingkaap sehingga kelihatan di permukaan tanah yang diakibatkan proses erosi. Singkapan batuan mempengaruhi kemudahan suatu lahan untuk dapat diolah.

Tabel 2.11 Klasifikasi Singkapan Batuan.

No

Kelas

Singkapan Batuan (%)

1. Tidak Ada

5. Sangat Banyak

> 90 (Sumber: Arsyad, 1989: 231).

g. Bahaya Erosi

Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya produktivitas lahan pertanian, dan berkurangnya kapasitas saluran atau sungai akibat pengendapan material hasil erosi.

Proses terjadinya erosi pada permukaan lahan, umumnya disebabkan oleh faktor-faktor iklim (intensitas curah hujan), tanah, topografi, vegetasi dan faktor pengolah tanah. Curah hujan yang jatuh langsung atau tidak langsung dapat mengikis permukaan tanah yang secara perlahan dengan pertambahan waktu dan akumulasi intensitas hujan akan mendatangkan erosi. (Arsyad,1989).

Klasifikasi besar erosi mengacu pada petunjuk pedoman penyusunan RTL-RLTK, Departemen Kehutanan (1998) pada tabel 2.12 berikut.

Tabel 2.12 Klasifikasi Besar Erosi Kelas

Besar erosi (ton/ha/tahun)

Kriteria

I < 15

Sangat Ringan (SR)

II 16 – 60

Ringan (R)

III

Sedang (S)

IV 180 – 480

Berat (B)

V >480

Sangat Berat (SB) (Sumber:http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt072022.pdf diakses

tanggal 20 Juli 2011)

h. Banjir / Genangan

Banjir merupakan perisiwa menggenangnya air di permukaan tanah atau meluapnya air dari saluran yang kapasitasnya lebih kecil dari volume air. Banjir dan genangan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu sendiri yang dapat merusak tanaman atau dapat mengakibatkan tanaman mati. Pada tanaman kopi dan karet tidak dapat tumbuh baik pada lokasi- lokasi yang terkena banjir atau genangan karena tanaman kopi maupun karet memiliki perakaran yang dalam dan tidak cocok pada drainase tanah yang buruk akibat adanya genangan.

Informasi data banjir/genangan diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar daerah penelitian. Klasifikasi banjir /genangan dapat dilihat dalam Tabel 2.13 berikut ini.

Tabel 2.13. Klasifikasi Banjir/genangan

No Kelas Ciri-ciri

1. Tidak Pernah Dalam periode 1 tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu >24 jam

2. Kadang-kadang Banjir menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadi tidak teratur dalam periode kurang dari 1 bulan

3. Sedang Selama waktu 1 bulan setahun tanah secara rutin tertutup banjir dalam jangka waktu >24 jam

Sering

Selama kurun waktu 2-5 bulan dalam setahun tanah secara teratur dilanda banjiryang lamanya >24 jam.

5. Selalu Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah secara teraur dilanda banjir >24 jam.

(Sumber: Arsyad, 1989: 231).

7. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh dari karakteristik lahan adalah curah hujan, jumlah bulan kering, tekstur tanah, kedalaman efektif, besarnya kandungan N total dalam tanah dan lain sebagainya. Sitorus (1995: 5) mendefinisikan karakteristik lahan sebagai suatu proses yang meliputi penentuan ciri lahan (Land Properties) yang ada hubungannya dan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang besar.

Kualitas dan karakteristik sangat berpengaruh terhadap suatu penggunaan lahan tertentu. Parameter kualitas dan karakteristik lahan yang dinilai dalam evaluasi lahan tingkat semi detail dapat dilihat pada Tabel 2.14 berikut ini.

Tabel 2.14. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail

No. Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

A. Persyaratan Tumbuh Tanaman (Ekologi)

1. Regim Radiasi - Panjang/ lama penyinaran

2. Rejim Suhu ( t ) - Suhu rata-rata tahunan - Suhu rata-rata bulanan

- Suhu rata-rata maksimum/minimum

3. Kelembapan Udara - Kelembapan nisbi

4 Ketersediaan Air ( w ) - Curah Hujan tahunan - Curah hujan bulanan

- Bulan kering (< 60 mm) - LGP*

5. Media Perakaran ( r ) - Drainase - Tekstur

- Kedalaman Efektif - Gambut(kedalaman, kematanagan,

kadar abu)

6. Retensi Hara ( f ) - KPK - pH

7. Ketersediaan Hara ( n ) - N total - P 2 O 5 tersedia

- K 2 O tersedia

8. Bahaya Banjir ( b ) - Periode - Frekuensi

9. Kegaraman - Daya hantar listrik (DHL)

10. Toksisitas - Kejenuhan AL - Bahan Sulfidik

B Persyaratan Pengelolaan

11. Kemudahan Pengolahan - Tekstur

12. Pengelolaan Mekanisasi ( s ) - Kemiringan lereng - Batuan permukaan

- Batuan tersingkap

C Persyaratan Konservasi

13. Tingkat Bahaya Erosi - Indeks Bahaya Erosi *) LGP: Legth of Growing Period (Lamanya Periode Tumbuh)

(Sumber: Djaenudin dkk (1992) dalam Djaenudin dkk, 1994: 6)

8. Tanaman Kopi

Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini terdapat klasifikasi- klasifikasi dari tanaman kopi adalah sebagai berikut:

: Dicotiledónea

: Coffea Sp

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.

Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.

a. Lingkungan Tumbuh kopi. Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Pusat Penelitian

Tanah Dan Agroklimat Bogor IPB, 1993 tentang syarat tumbuh tanaman, maka persyaratan tumbuh tanaman kopi dapat dijelaskan pada Tabel 2.14 sebagai berikut.

Tabel 2.15. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman kopi

No Kualitas / karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaiaan Lahan

1. Temperatur ( t )

Rata-rata tahunan ( 0 C)

< 19 2. Ketersediaan Air (w)

Bulan Kering (<75 mm)

Curah Hujan/ tahun (mm)

< 100 3. Media Perakaran ( r )

Drainase Tanah

Baik

Sedang

Agak terhambat

Terhambat, Sangat terhambat

Agak cepat,

Cepat. Sangat cepat

Tekstur

L,SCL, SiL,Si,CL, SiCL

SL, SC, SiC, C

LS, Str C

td

Krikil, pasir

Kedalaman efektif (cm)

<50 4. Retensi Hara ( f ) KTK

≥ sedang

Rendah

sangat rendah

pH tanah (permukaan)

5. Hara Tersedia ( n ) N Total

≥ Sedang

Rendah

Sangat rendah

P 2 O 5 ≥Sedang

Rendah

sangat rendah

≥ Sedang

Rendah

sangat rendah

6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m )

> 25 - 45 > 45 Batuan permukaan (%)

Td > 40 Singkapan Batuan (%)

> 25 - 40 > 40 7. Tingkat Bahaya Erosi ( e )

SR

B SB 8. Bahaya Banjir( b )

F0 F1 F2 F3 F4

(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 15) Keterangan:

 Td

: Tidak Berlaku

: Pasir

 Str C

: Liat Berstruktur

 Si

: Debu

 Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol)  L

: Lempung

9. Karet

Tanaman karet (Havea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. tanaman karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.

Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:

- Divisi

: Spermatophyta

- Sub divisi

: Hevea brasiliensis.

Hasil sampingan dari tanaman karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun atau peremajaan kebun karet tua yang sudah tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjualbelikan adalah dari peremajaan kebun karet tua yang diganti dengan tanaman karet muda. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai kayu bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga. Getah karet yang disadap dari batang diolah menjadi karet dalam bentuk krep, sit yang diasap dan lateks pekat

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropik. Daerah pertanaman yang Tanaman karet adalah tanaman daerah tropik. Daerah pertanaman yang

Pemeliharaan tanaman karet dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi pengendalian gulma, merangsang percabangan, pemupukan, penyulaman, dan pengukuran lilit batang, sedangkan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) meliputi penyiangan, pemupukan, kerapatan tanaman dan penjarangan

a. Lingkungan Tumbuh karet. Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Pusat Penelitian

Tanah Dan Agroklimat Bogor IPB, 1993 tentang syarat tumbuh tanaman, maka persyaratan tumbuh tanaman Karet dapat dijelaskan pada Tabel 2.16. sebagai berikut.

Tabel 2.16. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet.

No Kualitas / karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaiaan Lahan

1. Temperatur ( t )

Rata-rata tahunan ( 0 C)

td 22-<24

2. Ketersediaan Air (w) Bulan Kering (<75 mm)

1-2

>2 - 4

Td >4,<1 Curah Hujan/ tahun (mm)

3. Media Perakaran ( r ) Drainase Tanah

baik

Sedang,

agak terhambat

Agak cepat

Terhambat, cepat.

Sangat terhambat Sangat cepat Tekstur

SL,L,SCL,

SiL,SiCL

LS,SC,SiC

Str C

td

Krikil, pasir

Kedalaman efektif (cm)

- <50 4. Retensi Hara ( f ) KTK

≥ sedang

Rendah

sangat rendah

- pH tanah (permukaan)

6.5 - 7,5 3,5 - <4,0

5. Hara Tersedia ( n ) N Total

≥ sedang

rendah

sangat rendah

P 2 O 5 ≥sedang

Rendah

sangat rendah

≥ rendah

sgt rendah

sangat rendah

C Organik

6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m )

> 25 - 45 > 45 Batuan permukaan (%)

Td > 40 Singkapan Batuan (%)

> 25 - 40 > 40 7. Tingkat Bahaya Erosi(e )

SR

B SB 8. Bahaya Banjir ( b )

F0 F1 F2 F3 F4

(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 15) Keterangan:

 Td

: Tidak Berlaku

: Pasir

 Str C

: Liat Berstruktur

 Si

: Debu

 Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol)  L

: Lempung

10. Produktivitas Tanaman

Produksi tanaman adalah puncak dari berbagai proses yang terjadi dalam suatu siklus hidup tanaman. Setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman berpengaruh terhadap produksi. Produktivitas tanaman (yield) ditentukan oleh kemampuan tanaman berfotosintesis dan pengalokasian sebagian besar hasil fotosintesis ke bagian yang bernilai ekonomi. ( Jumin, 1991: 59)

Produktivitas merupakan hasil per satuan lahan, tenaga kerja, modal (misal: ternak dan uang), waktu atau input lainnya (misal: uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Produktivitas tanaman merupakan hasil dari sebuah tanaman produktif dalam satuan berat per satuan lahan. Pengukuran produktivitas dalam usaha pertanian atau perkebunan menurut hasil total biomasa, hasil komponen- komponen tertentu (misalnya gabah, jerami, dan kandungan protein), hasil ekonomis atau keuntungan, hal-hal tersebut dipandang perlu untuk memaksimalkan hasil pertanian atau perkebunan.

11. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995: 4).

DAS secara yuridis formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah No:

33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifanya sedemikian rupa sehingga suatu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi

Dalam DAS terdapat ekosistem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 1995: 10). Komponen yang dimaksud adalah komponen biotik dan abiotik. Setiap komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, sehingga aktifitas suatu komponen ekosistem akan selalu memberikan pengaruh pada komponen ekosistem lainnya. Manusia merupakan salah satu ekosistem biotik yang penting dan dinamis. Dalam menjalankan aktifitasnya sering mangakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan untuk kemudian mempengaruhi ekosistem secara berurutan.

12. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi- informasi geografis (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002: 55).

Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untukmemasukkandata(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. (Prahasta, 2002: 54).

SIG dibutuhkan untuk menangani data spasial yang sangat sulit, terutama dikarenakan peta dan data statistik cepat mengalami kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyedia data. Hal ini berakibat informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut keistimewaan analisa melalui Sistem Informasi Geografis:

a. Analisa Proximity Analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis jarak

antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada).

b. Analisa Overlay Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda

disebut dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual. Layer yang dibutuhkan dapat hanya terdiri dari dua peta atau lebih, hal ini tergantung pada tujuan penggunaan peta.

Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan pengerjaan secara manual dapat dilihat pada Tabel 2.17 sebagai berikut.

Tabel 2.17. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan

Pengerjaan Secara Manual

Peta

SIG