Hubungan Jenis Kelamin Dengan Demensia Pasca Stroke

F. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Demensia Pasca Stroke

Stroke telah dikenal sebagai gangguan fungsi otak yang disebabkan karena gangguan fungsi aliran darah ke otak yang timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat (dalam beberapa jam) (Laksmiasanti, 1999). Kurangnya suplai darah ke suatu area di otak disebut iskemik. Penyebab terjadinya demensia vaskuler, dalam hal ini demensia pasca stroke adalah adanya gangguan pada pembuluh darah otak yang disebabkan oleh berbagai metabolic etiology . Dikatakan patofisiologi yang paling berperan dalam metabolic etiology ini adalah kelebihan asam lemak bebas (free fatty acid), yang mana asam lemak bebas merupakan hasil dari proses lipolisis (Asdie, 2012).

Gangguan yang terutama menyebabkan terjadinya demensia pasca stroke adalah aterosklerosis (Tampubolon, 2010). Dalam mekanisme aterosklerosis, kapiler dan arteriola jaringan otak akan mengalami penebalan dinding karena terjadi deposisi hyalin dan proliferasi tunika intima serta adanya plak aterosklerosis, sehingga menyebabkan penyempitan diameter lumen dan peningkatan resistensi pembuluh darah. Adanya sumbatan dan hipoperfusi

commit to user

seperti oksigen dan glukosa. Berkurangnya nutrisi akan mengakibatkan pengurangan ATP, glukosa dan gangguan asam basa sehingga menimbulkan edema dan kerusakan sampai kematian neuron dan sel glia. Perluasan kerusakan neuron dan glia mengakibatkan daerah yang diperdarahi pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemik sampai infark (Ois et al., 2007; Dong et al., 2005). Iskemik ini akan menimbulkan kematian suatu daerah atau jaringan di otak apabila tidak ditangani dengan cepat. Kematian daripada area di otak inilah yang menyebabkan terjadinya demensia (Suroto, 2004). Stroke akan menimbulkan demensia apabila jaringan otak yang rusak meliputi 50-100 gram, dengan demikian disebut sebagai multiinfark demensia atau kita sebut demensia vaskular.

Kondisi aterosklerosis cenderung lebih sedikit dijumpai pada wanita dibandingkan pria (Grundy, 1991). Hal ini dikarenakan adanya estrogen yang memiliki sifat protektif terhadap aterosklerosis. Estrogen efektif dalam menurunkan kadar low-density lipoproteins (LDLs) dan meningkatkan kadar high-density lipoproteins (HDLs) dalam darah. Di sisi lain, testosteron menurunkan konsentrasi HDL dan meningkatkan LDL dalam darah sehingga laki-laki rentan terhadap penyakit kardiovaskular. Dikatakan pula bahwa hormon estrogen mempunyai fungsi dalam menghambat perkembangan awal aterosklerosis dengan mengurangi pembentukan sel busa makrofag (Sulistiyani, 1997).

Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme lemak pada laki-laki dan perempuan seperti tingginya kadar kolesterol HDL dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase pada perempuan (Jawaharlal, 2000). Salah satu hormon yang mempengaruhi lipolisis adalah katekolamin (Asdie, 2012).

Katekolamin mempunyai 2 reseptor, yaitu α 2 -adrenoreseptor yang menghambat lipolisis dan β-adrenergic yang menstimulasi lipolisis.

commit to user

reseptor yang terdapat pada katekolamin. Estrogen menduduki α 2 - adrenoreseptor . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa estrogen menghambat lipolisis. Penghambatan lipolisis ini menyebabakan kolestrol yang beredar di dalam darah berkurang, sehingga risiko aterosklerosis pun menurun. Berbeda dengan estrogen, testosteron menduduki reseptor β-adrenergic yang akan menstimulasi lipolisis, sehingga kolestrol yang bersirkulasi dalam darah pun meningkat.

Pria lebih banyak menderita demensia vaskular karena berbagai faktor risiko penyebab stroke lebih banyak terdapat pada pria, seperti gaya hidup peminum alkohol dan merokok lebih banyak pada pria dibanding wanita, selain itu angka penderita penyakit jantung memang lebih banyak didapatkan pada pria dibanding wanita. Mekanisme yang mungkin menyebabkan meningkatnya aterosklerosis akibat rokok adalah injury endotel secara langsung akibat agen pada rokok (karbon monoksida dan nikotin) yang menyebabkan timbulnya bleb pada permukaan lumen, formasi mikrofili dan lepasnya sel endotel (endotel damage), perubahan trombosit, meningkatnya kadar fibrinogen dan C-reactive protein dan menginduksi sitokin proinflamasi (Jawaharlal, 2000; Maron, 2001). Namun, apabila di masa yang akan datang terjadi pergeseran di mana wanita lebih banyak merokok, minum alkohol, atau gaya hidup lain yang merupakan faktor risiko stroke, maka wanita pun akan menjadi lebih sering menderita demensia vaskular daripada pria.

commit to user

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan

: Aktivasi : Menghambat

Jenis Kelamin

Stimulasi α 2 -adrenoreseptor

Kolestrol darah ↓

Kolestrol darah ↑

Trombus/Embolus

Iskemia jaringan

Stroke iskemik

Demensia

Perubahan morfologi

arteriol otak

Aneurisma

Perdarahan arteri (intraserebral/subarakhnoid)

Stroke hemoragik

HDL HDL ↓, LDL ↑ ↑ , LDL ↓

commit to user