Pelanggaran Maksim Kearifan

1. Pelanggaran Maksim Kearifan

Maksim kearifan menasihatkan pada peserta tutur untuk (a) membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan (b) membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin. Maksim tersebut biasa diungkapkan dengan tuturan direktif dan tuturan komisif. Pelanggaran maksim kearifan dalam kolom komentar Kompasiana dapat dilihat pada data berikut.

(01) Konteks:

Admin Kompasiana menulis artikel yang berjudul “Selamat Datang di Fiksiana! ”. Artikel tersebut mengulas tentang peluncuran Fiksiana, sebuah kanal baru di Kompasiana yang menampung artikel-artikel bergenre fiksi karya para Kompasianer.

Tuturan:

Uleng Tepu, 26 September 2011, 19:32:44 - siap baca saja saya….

Granito Ibrahim, 26 September 2011, 21:30:24 - nggak boleh…….musti sering2 nulis…..

(44A/Blog) Pada data (01) terdapat pelanggaran submaksim kedua dari maksim kearifan yang menasihatkan pada peserta tutur untuk membuat keuntungan orang

lain sebesar mungkin. Tuturan Granito Ibrahim, “nggak boleh…….musti

sering2 nulis ” merupakan tindak tutur direktif „melarang‟. Tuturan tersebut melanggar maksim kearifan karena Granito Ibrahim meminimalkan keuntungan mitra tuturnya (Uleng Tepu) yang belum siap menulis artikel untuk Fiksiana.

Pelanggaran maksim kearifan yang dilakukan oleh Granito Ibrahim memiliki maksud melarang Uleng Tepu membaca saja tanpa menyumbangkan artikel di kanal baru Kompasiana, yaitu Fiksiana. Sebagai kanal baru, Fiksiana merupakan wadah yang ditunggu-tunggu oleh pembaca dan penulis artikel fiksi di Kompasiana . Sebelumnya, artikel yang berjenis fiksi kurang mendapat perhatian

commit to user

lebih dari pembaca karena tidak pernah terpilih menjadi Headline di Kompasiana. Oleh karena itu, pengelola Kompasiana, yaitu Admin Kompasiana menghadirkan Fiksiana untuk mengangkat artikel fiksi di Kompasiana. Pada peluncurannya, diharapkan para penulis artikel di Kompasiana untuk berperan aktif dalam mengisi Fiksiana dan tidak hanya sebagai pembaca.

Bentuk lain dari pelanggaran maksim kearifan dapat dilihat pada data berikut.

(02) Konteks:

Dina Sulistyaningtias menulis artikel yang berjudul “Pekerja Bakal Terlantar: Pembatalan 20 Jadwal Kereta Jakarta Bogor ”. Artikel tersebut mengulas tentang rencana pembatalan 20 jadwal kereta listrik Jakarta- Bogor karena rehabilitasi gardu listrik. Beberapa Kompasianer melakukan vote untuk memberikan penilaian (rating) pada artikel Dina Sulistyaningtias. Semakin banyak vote, semakin besar kemungkinan suatu artikel untuk terpilih sebagai Headline. Sampai saat ini, vote hanya bisa dilakukan bila Kompasianer mengakses Kompasiana melalui komputer.

Tuturan:

Alex Enha, 7 October 2011 14:33:00 - Alkuwaaaatttt eh aktuwallll maksudnya. Tak bisa rating,pake hapeh

Dina Sulistyaningtias, 7 October 2011 14:56:58 - akwutaaaalll…ra usah rating Lex..wis akeh kok…*nggaya

Cha, 7 October 2011 15:11:12 - hhahahahahh…gaya Budina…sopo sing td mohon vote

hahahaa…saiki wes akeh yo (49B/Lifestyle)

Data (02) di atas menunjukkan adanya pelanggaran submaksim pertama dari maksim kearifan yang menasihatkan pada penutur untuk membuat kerugian orang lain sekecil mungkin. Dina Sulistyaningtias menolak penilaian (rating atau vote ) artikel yang akan diberikan Alex Enha dengan alasan artikelnya sudah memiliki banyak rating. Cha menanggapi penolakan tersebut dengan menuturkan

commit to user

tindak tutur rogatif „mempertanyakan‟, “sopo sing td mohon vote” yang berarti “siapa yang tadi mohon vote”. Tuturan Cha tersebut tidak sesuai dengan maksim kearifan karena memaksimalkan kerugian orang lain.

Pelanggaran maksim kearifan yang dilakukan oleh Cha memiliki maksud untuk membeberkan rahasia Dina Sulistyaningtias. Sebagai Kompasianer, Dina Sulistyaningtias menginginkan artikelnya memiliki rating yang baik dan menjadi headline di Kompasiana. Untuk itu, Dina Sulistyaningtias meminta Cha dan beberapa Kompasianer lainnya melalui pesan pribadi untuk menilai artikel yang ditulisnya dengan melakukan vote. Penutur yang mematuhi prinsip kesopanan seharusnya tidak membeberkan rahasia mitra tuturnya, namun tidak demikian dengan Cha yang meminimalkan keuntungan mitra tuturnya dengan membeberkan rahasia Dina Sulistyaningtias yang meminta vote kepada para Kompasianer untuk menaikkan rating artikelnya.