Kajian Isi
B. Kajian Isi
Kajian isi mengungkapkan isi yang terkandung dalam Serat Mudhatanya. Secara garis besar serat ini menceritakan tentang ajaran-ajaran pokok kepemimpinan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ajaran kepemimpinan tersebut disampaikan secara lengkap mulai dari sikap seorang pemimpin terhadap keluarga dan sanak saudaranya sampai pada sikap seorang pemimpin terhadap bangsa dan negara yang dipimpinnya. Ajaran kepemimipinan ini dilengkapi dengan contoh-contoh gaya kepemimpinan dari para Nabi, sahabat- sahabat Nabi hingga para pemimpin Jawa mulai dari Kyai Ageng Sela sampai Kanjeng Sinuhun Paku Buwana VIII.
Kajian isi Serat Mudhatanya akan disampaikan secara detail dan urut susunannya perdialog, mulai dari dialog pertama hingga dialog keempat. Masing- masing dialog memuat isi yang berbeda-beda. Berikut uraiannya:
1. Dialog I (SM 1-16):
Dialog pertama ini berisi tentang etika hidup bermasyarakat bagi seorang pemimpin dalam lingkup keluarga, tetangga, bawahan, dan pihak luar, juga delapan ajaran pokok kepemimipinan.
Pemimpin adalah seorang manusia biasa yang kesehariannya selalu hidup bersama dengan keluarga dan sanak saudaranya. Di dalam teks SM ini dijelaskan bahwa dalam menciptakan suasana kehidupan keluarga yang harmonis dan sejahtera, seorang pemimpin atau kepala keluarga harus mampu bersikap seperti berikut: Pemimpin adalah seorang manusia biasa yang kesehariannya selalu hidup bersama dengan keluarga dan sanak saudaranya. Di dalam teks SM ini dijelaskan bahwa dalam menciptakan suasana kehidupan keluarga yang harmonis dan sejahtera, seorang pemimpin atau kepala keluarga harus mampu bersikap seperti berikut:
b. Seorang kepala keluarga harus mencintai keluarga dan sanak saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
c. Seorang pemimpin harus membangun pola komunikasi dua arah dengan anggota keluarga, tidak ada rasa rikuh pakewuh atau sungkan.
d. Pemimpin keluarga yang baik tidak hanya tampak baik di luar permukaannya saja. Antara hati, ucapan dan perbuatan harus sama.
e. Setiap keputusan dan kebijakan yang dikeluarkan harus didasari dengan hati yang bersih.
f. Jika ada anggota keluarga atau sanak saudara yang melakukan kesalahan, tidak langsung memarahinya dengan semena-mena, hadapi dengan kelembutan dan kepala dingin. Jika terbukti bersalah, jangan langsung memarahinya di depan orang banyak. Pilihlah saat yang tepat untuk menegurnya dengan teguran yang lembut dan nasehat secukupnya sesuai dengan kesalahan yang telah dilakukan. Dalam menegur jangan sampai berlebihan sampai menjatuhkan wibawa dan reputasi sebagai seorang pemimpin keluarga.
Dalam kehidupan kesehariannya, seorang pemimpin juga tidak bisa lepas dari hubungannya dengan seorang abdi (bawahan) yang senantiasa membantu kinerjanya. Berikut beberapa sikap yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap abdinya:
a. Memberikan pemahaman kepada abdi-nya akan tugas dan kewajibannya, selalu diingatkan agar jangan sampai mengkhianati pekerjaan dan kewajibannya.
b. Pemimpin yang baik harus memperhatikan kesejahteraan abdi-nya, (kebutuhannya) jangan sampai ada yang disia-siakan.
c. Membangun hubungan yang baik dengan abdi-nya, tidak sewenang-wenang (unsur senioritas).
d. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang ketika berbicara membuat hati para abdi tentram ketika mendengarnya.
e. Berlaku seadil-adilnya terhadap para abdi yang terbukti melakukan kesalahan, dengan memberikan ganjaran/ hukuman sesuai dengan kadar kesalahan yang telah dilakukan.
f. Jika hendak memerintah, yang seperlunya saja, tidak berlebihan.
Sebagai makhluk sosial, seorang pemimpin juga tidak bisa lepas dari hidup bermasyarakat yang setiap hari selalu berinteraksi. Berikut beberapa sikap yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin masyarakatnya:
a. Menjaga hubungan baik dengan orang lain, muda tua, lain bangsa, dan lain- lain.
b. Bertutur kata yang ramah dan santun dengan siapapun.
c. Setiap keputusan harus dipertimbangkan secara lebih mendalam lagi.
Selain beberapa sikap yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap keluarga, sanak saudara, abdi(bawahan), dan masyarakat yang telah diuraikan di atas, di dalam teks SM ini juga dijelaskan ada delapan pedoman (bekal) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Delapan pedoman tersebut adalah kuwasa, purba, wisesa, kukum, adil, paramarta, dana dan pariksa. Berikut uraiannya:
1) Kuwasa berarti wewenang yang dimiliki untuk memutuskan segala sesuatunya secara bijak. Berikut kutipannya: ”Kuwasa: wênang ngewahi tatanan ingkang kirang murakabi dhatêng
kulawarga” (SM: 7)
2) Purba berarti bertanggungjawab atas semua semua permasalahan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Berikut kutipannya:
”Purba: mêngku dhatêng samukawis agêng alit, amis bacin, èwêt pêkèwêt, gampil angèl, ruwêt rêntêng, papa sangsara. Sadaya kukubanipun ing ngriku, punika anggèr ingkang kajibah mêngku.” (SM: 7)
3) Wisesa berarti tegas terhadap siapapun untuk senantiasa berbuat kebajikan. Berikut kutipannya: ”Wisesa: punika satêngah amêksa dhatêng tindak sae. Angancam-ancam
sintên ingkang nglampahi lêpat badhe tampi pamisesa ing samurwatipun nanging saderengipun kêdah dipundhawuhakên. Yen ala bakal nemu ala. Yen becik bakal nemu becik.” (SM: 8)
4) Kukum berarti perlakuan hukum yang sama terhadap siapapun. Berikut kutipannya: ”Kukum: kêdah nindakakên ing salêrêsipun. Têgêsipun: botên bahu kapine
sintên-sintêna bilih botên lêrês inggih kêdah kalêrêsakên. Manawi mêksa botên purun mantuni tindakipun ingkang awon. Ing ngriku sampun sêdhêngipun katindakakên prakawisipun.” (SM: 8)
5) Adil berarti bersikap adil terhadap siapapun, sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. Berikut kutipannya: ”Adil: punika tumrap dhatêng putra wayah sadhèrèk santana abdi agêng alit.
Manawi prakawisan rêbat lêrês. Dhatêng sasaminipun putra wayah sadhèrèk santana abdi, kêdah dipuntêtêpakên ing pangadilanipun ingkang jêjêg. Babasan utang nyaur, nyilih ngulihake. Utang lara nyaur lara, utang pati nyaur pati, sapiturutipun. Botên kenging dlemok cung, kêdah wradin. Têgêsipn yen si dhadhap kang utang, mung nyaur samene, yen si waru kang utang kudu nyaur samene, punika dlêmok cung namanipun. Sampun ngantos makatên, kêdah sami-sami pamidananipun, sarta kêdah têtêp ingkang sampun kasêbut ing anggèr, anggèr botên kenging mèncèng.” (SM: 8)
6) Paramarta berarti berhati lembut dan mempunyai sifat belas kasihan terhadap siapapun, sabar dan pemaaf. Berikut kutipannya: ”Paramarta: punika bilih putra wayah sadhèrèk santana abdi gadhah
prakawis dhatêng anggèr, ingkang sanès prakawis agêng, kadosta kalentu ing patrap, dêksura, kumasurun, anggêgampil kagunganipun anggèr ingkang botên sapintêna, punika kêdah dipunparingi paramarta. Sampun lajêng katêtêpakên ing kalêpatanipun. Kêdah dipunaring-aringi supados asrêp manahipun. Saupami lêpat sakêdhik kemawon dhatêng angger lajêng kapidana awrat, sarta lajêng kauwus-uwus ingkang botên sampun-sampun, punika botên prayogi.” (SM: 9)
7) Dana berarti rajin berderma dengan pemberian yang terbaik. Berikut kutipannya: ”Dana: inggih ingkang kêrêp paparing. Manawi paparing barang ingkang
enggal risak, kadosta dhahar-dhaharan, sêmbêt sapanunggilanipun, punika kêdah ingkang kêrêp. Manawi paparing barang ingkang sagêd lami kanggenipun kadosta: ingkang warni mas, intên, dhuwung, tumpakan tuwin griya papan semahan. Punika kêdah ingkang awis-awis.” (SM: 9)
8) Pariksa berarti sungguh-sungguh ketika melakukan proses pemantauan dan kontrol terhadap kinerja bawahannya, tidak didelegasikan tetapi terjun langsung ke bawah. Berikut kutipannya: ”Pariksa: pikajêngipun inggih ingkang pariksa sayêktos. Têgêsipun ingkang
botên kaliyan aturing liyan, ingkang awon ingkang sae anggèr kêdah matitisakên piyambak dhatêng tiyangipun, botên mawi lalantaran utusan sabab utusan punika asring suda wêwah kaliyan nyatanipun.” (SM: 12)
Di dalam dialog ini juga diuraikan bahwa pemimpin yang baik hendaknya menjauhkan diri dari perbuatan nista. Berikut beberapa contoh perbutan nista:
a. Memperhatikan hal-hal kecil yang tidak ada manfaatnya.
b. Mendengarkan cerita/perkataan orang yang tidak membawa dampak halusnya budi pekerti.
c. Mendengarkan cerita/perkataan orang yang tidak berdasarkan pada agama
d. Berbicara sekehendak dirinya, suka menjelek-jelekkan orang lain.
e. Suka bercanda/bersendau gurau secara berlebihan.
f. Suka mengambil makanan yang sudah jatuh di atas tanah.
g. Jorok, tidak memperhatikan kebersihan diri dan lingkungannya.
h. cara berpakaian sekehendak hatinya, memakai baju yang sudah tidak layak
Dalam memimpin negara yang begitu kompleks permasalahannya, seorang raja juga perlu istirahat sejenak (refreshing) untuk kembali menyegarkan pikiran. Seperti orang Muslim, istirahatnya adalah shalatnya, sembahyang dan tafaqurrahman (mendekatkan diri kepada Allah). Atau seperti orang Budha, istirahatnya adalah bersemedi, mengheningkan jiwa raga.
2. Dialog II (SM 16-37)
Dialog ini berisi tentang keteladanan kepemimpinan para Nabi dan kepemimpinan sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang sebagian besar diambil dari Serat Tajussalatin bagian kitab Tabihul Gapilin dalam pasal ke-5.
1) Kepemimpinan Nabi Adam
Di dalam teks SM ini, Nabi Adam digambarkan sebagai seorang raja yang sebagai berikut:
a. Seorang raja yang bersedia bekerja pekerjaan kasar tanpa rasa malu, yakni sebagai seorang Pandhe tosan atau seorang pandai besi. Berikut kutipannya: ”...punika taksih karsa nyambut damêl kasap. Sabên dintên pandhe tosan,
kaurupakên kangge dhahar ing sadintên-dintênipun.” (SM: 18)
Terjemahan: ”....masih bersedia bekerja pekerjaan yang keras/kasar. Setiap harinya bekerja
sebagai Pandhe tosan (orang yang ahli membuat alat-alat/benda-benda dari besi), guna untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.” (SM: 18)
b. Selama hidupnya belum pernah makan enak. Tidak suka hidup bermewah- mewah. Setiap hari senantiasa terlihat prihatin. Berikut pernyataan Nabi Adam ketika ditanya oleh putranya tentang gaya hidup beliau yang senantiasa prihatin:
”Aku iki maune dikarsakakke dening Gusti Allah dadi kalipah ana suwarga. Nuju ana dosaku diudhunake marang ing donya kusniya malebari iki,
ngratoni anak putu. Mulane aku ora duwe bungah. Pancèn tak cêgah sak patute. Bok manawa dhompo panggawèhaku ngratoni kowe kabèh. Yèn luput saka kurang titi pariksa. Yakti nêmu duduka manèh. Kaya aku diudhunake marang bumi sap pitu. Yèn ratu kêrêp bungah-bungah lan juwèh iku ilang sênêne. Murwate ora nana kang kari .” (SM: 19)
Terjemahan: ”Awalnya, memang aku ditakdirkan menjadi seorang khalifah/pemimpin di
dalam surga. Karena kesalahan yang telah kuperbuat, Allah SWT memutuskan untuk menurunkanku ke bumi, mengelola dan memimpin bumi ini. Oleh sebab itu, sedikit sekali aku bersenang-senang, memang sekuat tenaga aku menekannya. Jangan sampai aku mengulangi kesalahan yang kedua kalinya karena ketidak telitianku dalam memimpin kalian semua, seperti kesalahanku dahulu hingga diturunkan dari langit tingkat tujuh. Jika raja hanya bersenang- senang belaka, hilanglah wibawanya dan harga dirinya”. (SM: 19)
2) Kepemimpinan Nabi Musa
Di dalam teks SM ini, Nabi Musa digambarkan sebagai seorang raja yang tangguh dan sangat pemberani. Ketika Masjid Al-Aqsa di negeri Baital Muqadas hendak dihancurkan oleh orang-orang kafir, Nabi Musa menginstruksikan kepada semua bala tentara dan semua rakyatnya untuk bersiap siaga perang melawan musuh Islam. Nabi Musa membagi dua pasukan, yakni pasukan Kanabeyan dan pasukan Karaton. Beliau Di dalam teks SM ini, Nabi Musa digambarkan sebagai seorang raja yang tangguh dan sangat pemberani. Ketika Masjid Al-Aqsa di negeri Baital Muqadas hendak dihancurkan oleh orang-orang kafir, Nabi Musa menginstruksikan kepada semua bala tentara dan semua rakyatnya untuk bersiap siaga perang melawan musuh Islam. Nabi Musa membagi dua pasukan, yakni pasukan Kanabeyan dan pasukan Karaton. Beliau
Ketika perang, Nabi Musa tidak bersedia naik di atas kuda atau tandu, beliau langsung terjun ke medan peperangan bersama tentaranya. Ketika malam, beliau beristirahat di jalan. Punggawa yang melihat kondisi beliau yang seperti itu, tidak tega dan langsung menawarkan tempat beristirahat yang lebih layak, tetapi beliau menolaknya dengan lembut. Beliau berpesan kepada punggawa tersebut supaya tenaganya jangan terlalu difokuskan untuk membuat tempat peristirahatan, lebih baik tenaganya disimpan untuk pertarungan esoknya.
Dalam kehidupan sehari-harinya, Nabi Musa selalu mengajak makan bersama dengan para abdi(bawahan) dan jajaran pemerintahannya. Beliau senantiasa membuat hati mereka senang.
3) Kepemimpinan Nabi Yusuf
Di dalam teks SM ini, Nabi Yusuf digambarkan ketika itu beliau
sedang jatuh sakit malaria. Semua saudara dan para punggawanya berkumpul jadi satu berada di samping beliau. Salah seorang dari mereka menanyakan perihal sakitnya karena disamping sakit, Nabi Yusuf nampak memikirkan sesuatu yang sangat berat. Dijawab oleh Nabi Yusuf bahwa beliau sangat khawatir terhadap kondisi rakyatnya. Beliau tidak akan makan enak sebelum rakyat terpenuhi sedang jatuh sakit malaria. Semua saudara dan para punggawanya berkumpul jadi satu berada di samping beliau. Salah seorang dari mereka menanyakan perihal sakitnya karena disamping sakit, Nabi Yusuf nampak memikirkan sesuatu yang sangat berat. Dijawab oleh Nabi Yusuf bahwa beliau sangat khawatir terhadap kondisi rakyatnya. Beliau tidak akan makan enak sebelum rakyat terpenuhi
4) Kepemimpinan Nabi Dawud
Di dalam teks SM ini, Nabi Dawud digambarkan ketika itu seusai memberikan perintah dan putusan-putusan, Nabi Dawud melangkah menuju ke masjid kemudian mendirikan sholat dua rakaat. Beliau berdoa, memohon kepada Allah SWT supaya diberi rezeki yang halal untuk hidup sehari-hari. Beliau tidak ingin memakai uang negara untuk membiayai hidup beliau sehari-hari. Jika sampai memakai uang negara adalah suatu kesia-siaan, percuma menjadi seorang raja.
Kemudian Allah mengabulkan doa Nabi Dawud. Dengan perantara kalam- Nya, Allah memerintahkan kepada Nabi Dawud untuk membuat baju besi. Perintah itu dijalankannya. Setiap hari Nabi Dawud membuat baju besi, kemudian menjualnya ke pasar, penghasilannya dipakai untuk hidup sehari-hari bersama istri dan anak-anak beliau. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan baju-baju besi tersebut secara cuma-cuma kepada semua punggawanya.
5) Kepemimpinan Nabi Sulaiman
Di dalam teks SM ini, diceritakan bahwa Nabi Sulaiman setiap harinya selalu menanak nasi sejumlah 1000 kendhil. Satu kendhilnya bisa untuk makan 10 Di dalam teks SM ini, diceritakan bahwa Nabi Sulaiman setiap harinya selalu menanak nasi sejumlah 1000 kendhil. Satu kendhilnya bisa untuk makan 10
Suatu ketika, Nabi Sulaiman bersama semua punggawanya diikuti rakyatnya dari bangsa jin, angin, mega, dan awan. Karena begitu banyaknya yang turut mengiringi, terlihat seolah-olah semua makhluk di bumi ini ikut semua. Rombongan tersebut tidak ada yang merasa kepanasan karena dilindungi oleh awan. Sesampainya di Arab, tepatnya di tepi kota Mekah, ada seorang fakir yang terpana melihat pemandangan seperti itu. Beliau menghampiri orang tersebut, memberikan salam, kemudian berkata bahwa kemuliaan yang beliau dapatkan sekarang ini masih jauh dibawah orang yang senantiasa memuji Allah dengan mengucapkan kata subhanallah walhamdulillah walaa ilaha illallah allahu akbar, la haula walaa quwatta illa billahil ‘aliyyil ‘adzim , sekaligus mengetahui makna kalimat tersebut, maka besok ketika di akhirat orang tersebut akan mendapatkan kemuliaan seperti kemuliaan Nabi Sulaiman saat itu. Nabi Dawud menambahkan kepada orang fakir tersebut bahwa di dunia hanya sementara.
6) Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Di dalam teks SM ini, Nabi Muhammad digambarkan sebagai sesosok bapak yang sangat menyayangi putrinya. Saat itu hendak dilaksanakan peperangan. Perang melawan orang kafir, orang yang mengkhianati dan memusuhi agama Islam. Pasukan perang dibagi menjadi dua kelompok, pasukan pertama dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib, pasukan kedua dipimpin oleh Khalid bin Walid. Dua-duanya adalah senapati yang pemberani dalam peperangan. Dalam perjalannya menuju medan peperangan, Nabi Muhammad hendak mampir sejenak menjenguk putrinya, Siti Fatimah, yang kabarnya sedang menderita sakit. Kepergian beliau didampingi Umar bin Khattab tanpa sepengetahuan para punggawanya. Sesampai di rumah Siti Fatimah, Nabi Muhammad menanyakan perihal sakitnya. Siti Fatimah menjelaskan kepada ayahandanya bahwa sakitnya disebabkan karena sudah tiga hari tidak makan dan tidak minum. Tidak ada sesuap nasipun yang bisa dimakan karena selama tiga hari itu pula suaminya, Ali bin Abi Thalib, tidak memberinya nafkah karena harus bertempur di medan peperangan melawan kaum kafir. Setelah mendengar penjelasan dari putrinya, beliau bersabda bahwa barang siapa yang sabar menghadapi cobaan dan ujian, kelak di akhirat akan mendapatkan balasan kebajikan seribu kali lipat.
7) Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Sepeninggal Nabi Muhammad, yang menggantikan kursi kekhalifahan adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Seusai memberikan perintah dan putusan-putusan di depan jajaran pemerintahannya, Abu Bakar pergi ke pasar menjual beberapa bajunya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Hal itu dilakukannya
berulang-ulang hingga diketahui oleh salah seorang punggawanya. Punggawa tersebut kemudian berkata kepada Abu Bakar bahwa perbuatan tersebut kurang layak dilakukan oleh seorang raja. Kemudian dengan sangat bijaknya Abu Bakar berkata, “Memang benar apa yang anda katakan. Namun, masalah kebutuhan istri, anak-anak dan keluarga di rumah itu di luar tanggung jawab kerajaan. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang kepala keluarga untuk memberi nafkah keluarga dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Jika sampai menggunakan uang negara yang bukan haknya itu dinamakan perbuatan riba”. Para punggawa bersikukuh mengeluarkan sedikit uang dari Baitul Mal untuk diberikan kepada Abu Bakar. Karena beliau sangat menghargai keputusan para punggawanya, beliau menerima tawaran tersebut. Menjelang akhir hidupnya, beliau berpesan kepada putranya, Sayidina Ngabdurrahman bahwa sepeninggal beliau nanti semua perkebunan kurma diminta untuk dijual dan uangnya digunakan untuk membayar uang dari Baitul Mal yang dahulu pernah dipakai untuk biaya hidup sehari-hari.
8) Kepemimpinan Umar
Sepeninggal Abu Bakar Asy-Syidiq, yang menggantikan kursi kekhalifahan adalah Umar bin Khatab. Suatu hari datang beberapa punggawa menghadap Umar. Kedatangan mereka hendak menawarkan uang dari Baitul Mal kepada Umar supaya dipakainya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh Umar tawaran tersebut ditolaknya secara bijaksana. Beliau meminta kepada punggawa-punggawa tersebut untuk memberikan uang dari Baital Mal itu kepada rakyatnya yang lebih membutuhkan, seperti orang miskin, anak yatim, orang yang teraniaya hidupnya, dan untuk kebutuhan negara yang mendesak. Jangan sampai Sepeninggal Abu Bakar Asy-Syidiq, yang menggantikan kursi kekhalifahan adalah Umar bin Khatab. Suatu hari datang beberapa punggawa menghadap Umar. Kedatangan mereka hendak menawarkan uang dari Baitul Mal kepada Umar supaya dipakainya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh Umar tawaran tersebut ditolaknya secara bijaksana. Beliau meminta kepada punggawa-punggawa tersebut untuk memberikan uang dari Baital Mal itu kepada rakyatnya yang lebih membutuhkan, seperti orang miskin, anak yatim, orang yang teraniaya hidupnya, dan untuk kebutuhan negara yang mendesak. Jangan sampai
9) Kepemimpinan Utsman bin Affan
Sepeninggal Umar bin Khatab, yang menggantikan kursi kekhalifahan adalah Ustman bin Affan. Suatu hari yakni hari Jumat, usai mengimami shalat para jamaahnya, Usman bergerak menuju mimbar hendak memberikan ceramah kepada para jamaah dan semua rakyatnya. Beliau berkata bahwa ada dua jenis pekerjaan yang lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain, yakni menjadi seorang raja yang adil dan pekerjaan memberikan nafkah kepada keluarga. Dua pekerjaan tersebut merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Beliau mengakui di depan para punggawanya, bahwa dua pekerjaan tersebut untuk saat itu tidak bisa dilaksanakan secara optimal karena kondisi beliau saat itu sudaah sangat tua. Para punggawa mendengar hal tersebut merasa iba. Seorang pembesar dari punggawa tersebut, yakni Ali bin Abi Thalib kemudian mengumpulkan semua punggawa membahas solusi untuk menghadapi kondisi rajanya yang seperti itu. Akhirnya mereka bersepakat Sepeninggal Umar bin Khatab, yang menggantikan kursi kekhalifahan adalah Ustman bin Affan. Suatu hari yakni hari Jumat, usai mengimami shalat para jamaahnya, Usman bergerak menuju mimbar hendak memberikan ceramah kepada para jamaah dan semua rakyatnya. Beliau berkata bahwa ada dua jenis pekerjaan yang lebih berat dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain, yakni menjadi seorang raja yang adil dan pekerjaan memberikan nafkah kepada keluarga. Dua pekerjaan tersebut merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Beliau mengakui di depan para punggawanya, bahwa dua pekerjaan tersebut untuk saat itu tidak bisa dilaksanakan secara optimal karena kondisi beliau saat itu sudaah sangat tua. Para punggawa mendengar hal tersebut merasa iba. Seorang pembesar dari punggawa tersebut, yakni Ali bin Abi Thalib kemudian mengumpulkan semua punggawa membahas solusi untuk menghadapi kondisi rajanya yang seperti itu. Akhirnya mereka bersepakat
Tidak lama kemudian, Usman bin Affan jatuh sakit. Kemudian Usman menjual semua perkebunan miliknya untuk membayar uang dari Baitul Mal. Dan kursi kekhalifahan dipegang oleh Ali bin Abi Thalib.
10) Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Di dalam teks SM ini, penulis naskah menyebut nama Ali dengan Ali bin Khatab. Menurut buku-buku sejarah Islam, seperti dalam buku “Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi” karya Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, nama lengkap Ali yang benar adalah Ali bin Abi Thalib. Sedangkan untuk kata “Khatab” adalah nama dari khalifah Umar, yakni Umar bin Khatab bukan Ali bin Khatab.
Ali bin Abi Thalib adalah seorang raja yang selalu waspada di setiap tindak-tanduknya, selalu hati-hati jangan sampai melakukan kesalahan. Ali bin Abi Thalib mendapat gelar Sultan Kabir Mukmin. Semasa pemerintahan Nabi Muhammad, beliau adalah seorang pemimpin perang yang sangat pemberani. Ketika menjadi raja, setiap harinya beliau hanya makan roti gandum. Gandum yang ditanam sendiri di kebunnya. Beliau sendiri juga yang membuat roti gandum tersebut. Setelah jadi, roti tersebut disimpan dalam peti rapat-rapat. Punggawa yang mengetahui hal itu langsung menanyakan kepada Ali kenapa sampai dikunci rapat-rapat, padahal hanya gandum, tidak akan ada orang yang berkeinginan untuk mengambilnya. Kemudian Ali mengutarakan alasannya mengapa roti gandum tersebut sampai disimpannya rapat-rapat, yakni beliau tidak ingin anak-anaknya Ali bin Abi Thalib adalah seorang raja yang selalu waspada di setiap tindak-tanduknya, selalu hati-hati jangan sampai melakukan kesalahan. Ali bin Abi Thalib mendapat gelar Sultan Kabir Mukmin. Semasa pemerintahan Nabi Muhammad, beliau adalah seorang pemimpin perang yang sangat pemberani. Ketika menjadi raja, setiap harinya beliau hanya makan roti gandum. Gandum yang ditanam sendiri di kebunnya. Beliau sendiri juga yang membuat roti gandum tersebut. Setelah jadi, roti tersebut disimpan dalam peti rapat-rapat. Punggawa yang mengetahui hal itu langsung menanyakan kepada Ali kenapa sampai dikunci rapat-rapat, padahal hanya gandum, tidak akan ada orang yang berkeinginan untuk mengambilnya. Kemudian Ali mengutarakan alasannya mengapa roti gandum tersebut sampai disimpannya rapat-rapat, yakni beliau tidak ingin anak-anaknya
3. Dialog III (SM: 53c-62)
Dialog ketiga ini berisi tentang gambaran kondisi alam yang terjadi saat itu serta bagaimana reaksi masyarakat dengan kondisi alam yang seperti itu. Berikut ada dua macam kondisi suatu bangsa dilihat dari reaksi masyarakat terhadap keempat musim yang sering terjadi di masyarakat, yaitu:
a. Kondisi bangsa yang sejahtera Bangsa yang sejahtera adalah bangsa yang senantiasa bersyukur dengan kondisi alam yang senantiasa berganti. Baik itu musim penghujan,musim kemarau,musim angin besar, maupun musim tidak ada angin sama sekali, mereka tetap menerima, menikmati dan mensyukurinya.
Pada waktu musim penghujan, atau istilah Jawanya “rendeng”, masyarakat menyambutnya dengan suka cita. Karena menurutnya di musim penghujan, air hujan sangat potensial untuk menyuburkan tanah dan membuat tanaman- tanaman semakin tumbuh subur. Air hujan juga bisa menyerap debu-debu yang bertebaran. Selain itu, air hujan juga bisa menghanyutkan sampah- sampah yang mengumpul di sungai-sungai. Cuaca di musim penghujan yang tidak begitu panas, membuat tubuh terasa segar.
Bagi mereka, musim kemarau, atau istilah Jawanya “katiga” pun juga bisa memberikan kemanfaatan yang luar biasa. Barang-barang atau benda-benda yang dijemur akan lebih cepat keingnya.
Ketika musim angin besar tiba, mereka juga menerimanya dengan senang hati karena dengan adanya angin besar bisa menghilangkan bau di lingkungan sekitar yang tidak sedap. Ketika tidak ada anginpun, mereka tidak mudah mengeluh justru mereka bersyukur karena aktivitas atau pekerjaan mereka tidak terhalang oleh angin besar.
b. Kondisi bangsa yang tidak sejahtera Suatu kondisi bangsa yang tidak sejahtera ditandai dengan kondisi alam yang cukup buruk dengan penerimaan masyarakat yang tidak baik pula. Ketika musim penghujan tiba, masyarakat menyambutnya dengan bersedih hati karena barang-barang atau benda-benda yang sedang dijemur lama keringnya. Jalan-jalan yang belum beraspal juga menjadi becek sehingga menyebabkan orang-orang terhalang untuk melakukan aktivitas. Cuaca dingin yang terjadi di musim penghujan ini juga menyebabkan tubuh menggigil kedinginan dan perut terasa kembung penuh udara sehingga mereka lebih memilih untuk bertahan di rumah saja.
Apalagi ketika musim kemarau panjang tiba, masyarakat semakin merasa sedih dan berkeluh kesah karena cuacanya sangat panas. Debu-debu banyak yang bertebaran membuat penglihatan jadi terganggu. Ketika tidak ada angin, bau tidak sedap di lingkungan sekitar semakin menyengat dan mengganggu ketentraman masyarakat.
Selain kondisi alam yang buruk, suatu kondisi bangsa yang tidak nyaman dan tidak tentram ditandai dengan sikap masyarakat saat itu yang berbuat sekehendak hatinya. Banyak masyarakat berbuat tanpa didasari moral dan etika yang baik. Hilang rasa saling menghormati dan menghargai. Tidak Selain kondisi alam yang buruk, suatu kondisi bangsa yang tidak nyaman dan tidak tentram ditandai dengan sikap masyarakat saat itu yang berbuat sekehendak hatinya. Banyak masyarakat berbuat tanpa didasari moral dan etika yang baik. Hilang rasa saling menghormati dan menghargai. Tidak
4. Dialog IV (SM: 71-90)
Dialog keempat ini berisi tentang keteladanan kepemimpinan raja-raja yang pernah memerintah di Jawa (Mataram, Surakarta, Yogyakarta) mulai dari Kyi Ageng Sela hingga PB VIII. Berikut uraiannya:
1) Kyai Ageng Sesela
Ketika masih muda, Kyai Ageng Sesela gemar sekali tentang hal-hal keprajuritan, hingga akhirnya diangkat menjadi prajurit Tamtama di Demak. Beliau juga gemar bertapa, rajin berpuasa, dan sedikit tidur. Beliau juga suka menimba ilmu kepada orang-orang berilmu hingga beliau menguasai ilmu kasampurnan . Saat usianya yang semakin lanjut, beliau rajin sekali melakukan budi kapandhitan, meyakini agama Islam. Siang malam senantiasa sembah Hyang, dengan penuh harap memohon kepada Allah semoga beliau bisa mengemban amanah sebagai pemimpin di Jawa.
2) Kyai Ageng Nis
Seorang raja yang kesehariannya hanya nyantri (belajar ilmu agama). Beliau gemar sekali bertapa di hutan, menuruni jurang dan mendaki gunung. Karena kegemarannya itu hingga beliau mendapat gelar Bagus Awis. Selain bertapa, beliau juga gemar mendatangi orang-orang pintar untuk menimba ilmunya, hingga bertemu dengan seorang kyai bernama kyai Beluk di desa Laweyan.
3) Kyai Ageng ing Pamanahan
Seorang raja yang gemar bertapa brata mardi budi utami. Cara berpikirnya tata titi tatas patitis. Senantiasa waspada terhadap perbuatan nista. Saat itu beliau sedang bertapa, hidup sementara di daerah Pajang. Beliau adalah seorang raja yang dalam dan tajam cara berpikirnya, halus persaannya, tajam mata batinnya, yakni bisa mengetahui kejadian yang bakal terjadi, hingga mendapat gelar Kyai Pamanahan (nama aslinya Kyai Ngabdurrahman). Karena kemampuan beliau yang bisa memprediksi masa depan, banyak orang di daerah Pajang tersebut yang meminta bantuan beliau. Sebagai ucapan terimakasih orang-orang di daerah itu memberikan tanah di daerah Mataram, hingga beliau mendapat julukan sebagai Kyai Ageng Mataram.
4) Kanjeng Panembahan Senapati
Seorang raja muda yang tangguh dan teguh. Meskipun telah mempunyai kesaktian dari ayahandanya, tetapi beliau tetap rajin bertapa brata mati raga, rajin berpuasa dan sedikit tidur, berharap kepada Yang Maha Murba Misesa semoga Seorang raja muda yang tangguh dan teguh. Meskipun telah mempunyai kesaktian dari ayahandanya, tetapi beliau tetap rajin bertapa brata mati raga, rajin berpuasa dan sedikit tidur, berharap kepada Yang Maha Murba Misesa semoga
5) Kanjeng Sinuhun Seda Krapyak
Sinuhun Seda Krapyak adalah seorang raja yang penuh perhatian dan
senantiasa mengasihi keluarga, para abdi dan jajaran pemerintahannya. Namun ada satu hal kelemahan beliau yakni karakter beliau yang kurang teguh pendiriannya hingga mudah sekali berubah pemikirannya.
6) Kanjeng Sinuhun Sultan Agung
Sinuhun Sultan Agung adalah seorang raja yang gemar bertapa, sangat patuh terhadap perintah agama. Seorang raja yang sangat menghormati para ulama yang ahli di bidang syariat, hakikat, tarikat, dan ma’rifat. Dalam menjalankan amanah sebagai seorang raja, Kanjeng Sinuhun Sultan Agung menggunakan 3 teori yang dikenal dengan ambeg Trimurti, yakni 1)ambeging ratu utami, 2)ambeging wali, 3)ambeging prajurit.
Ambeging ratu utami adalah sebagai seorang raja harus senantiasa peka, awas, waspada, adil, teguh pendirian, mampu membuat senang para jajaran pemerintahan di bawahnya, mengasihi kaum fakir miskin, dan bijak dalam hal pembagian wilayah kerja sesuai dengan kemampuan punggawanya.
Ambeging wali adalah sebagai seorang raja harus patuh terhadap ajaran agama Islam, gemar bertapa, sedikit makan, sedikit tidur. Seorang raja harus paham tentang ilmu hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang Ambeging wali adalah sebagai seorang raja harus patuh terhadap ajaran agama Islam, gemar bertapa, sedikit makan, sedikit tidur. Seorang raja harus paham tentang ilmu hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang
Ambeging prajurit adalah seorang raja harus tangguh, teguh pendirian, pemberani, waspada, Raja harus kritis terhadap permasalahan yang ada. Dalam peperangan, seorang raja harus kuat fisiknya, tangguh, dan pemberani.
Namun ada satu hal dari Sultan Agung yang kurang begitu bagus untuk diteladani yakni sikap beliau yang masih suka menjarah desa.
7) Kanjeng Sinuhun Tegal Arum
Sinuhun Tegal Arum adalah seorang raja yang sangat perhatian terhadap keluarga dan jajaran pemerintahannya. Setiap perkataan beliau yang keluar membuat hati tentram bagi yang mendengar, tetapi terkadang ada yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Terkadang masih suka memperhatikan hal-hal kecil yang sangat remeh. Suka memuja kecantikan wanita. Jika jajaran pemerintahannya melakukan kesalahan, tanpa berpikir panjang, beliau langsung memarahinya. Di medan peperangan, Sinuhun Tegal Arum kurang begitu pemberani dan tangguh.
8) Kanjeng Sinuhun Mangkurat Bawa
Sinuhun Mangkurat Bawa adalah seorang raja yang sangat pemberani dan tangguh dalam peperangan. Gaya bicaranya menyenangkan, ramah terhadap siapapun, tetapi kadang suka berubah pendirian, sekarang putih, keesokannya merah. Jika sudah punya keinginan yang kuat, beliau akan berusaha keras mewujudkannya.
9) Kanjeng Sinuhun Mangkurat Mas
Meskipun sudah dewasa, tetapi terkadang karakter beliau masih seperti anak-anak. Sinuhun Mangkurat Mas adalah seorang raja yang dermawan, gemar memberi kepada para punggawanya. Namun ada beberapa sikap dari Sinuhun Mangkurat Mas yang tidak baik untuk diteladani yakni: suka bermain wanita,. suka bercanda dan bersendau gurau secara berlebihan, suka mengingkari janji, tidak patuh terhadap nasehat ayahandanya, kurang tangguh dan berani di medan peperangan.
10) Kanjeng Sinuhun PB I
Sinuhun PB I adalah seorang raja yang penyabar, halus budi pekertinya, senantiasa bersyukur dan tawakal terhadap pemberian Allah, setiap pendapat dan masukan dari jajaran pemerintahannya baik itu baik maupun buruk, tidak langsung dituruti, melainkan dipikirkan lebih dalam lagi. Beliau adalah seorang raja yang gemar menyepi di daerah yang sepi, untuk menenangkan hati dan pikirannya, mendekatkan diri kepada Allah memohon petunjuk.
11) Kanjeng Sinuhun Prabu Amangkurat
Sinuhun Prabu Amangkurat adalah seorang raja yang sangat perhatian dan mengasihi keluarga, para abdi dan jajaran pemerintahan di bawahnya. Gemar memberikan uang kepada mereka. Seorang raja yang tidak suka membanding- bandingkan status, semua dirangkulnya dengan penuh kasih sayang.
12) Kanjeng Sinuhun PB II
Sinuhun PB II adalah seorang raja yang penyabar, halus budi pekertinya, dan baik hatinya. Senantiasa menyayangi para abdi beserta jajaran pemerintahannya dan para ulama. Namun ada satu hal dari beliau yang kurang begitu bagus untuk diteladani yakni menerima semua pendapat dan masukan dari jajaran pemerintahan di bawahnya, semua dipakainya tanpa dipertimbangkan lebih dalam lagi baik buruknya.
13) Kanjeng Sinuhun PB III
Sinuhun PB III adalah seorang raja yang sangat perhatian dan mengasihi keluarga, para abdi dan jajaran pemerintahan di bawahnya. Gemar bekerja dan membuat benda-benda yang terbuat dari kayu. Beliau sangat menyukai karya sastra hingga bersahabat dekat dengan seorang ahli sastra bernama Yasadipura I.
14) Kanjeng Sinuhun PB IV
Sebelum terjadi pemberontakan Pakepung, watak Sinuhun PB IV masih polos dan bersih. Namun pada perkembangannya, beliau menjadi mudah dipengaruhi oleh orang lain yakni ada tujuh orang. Begitu mudahnya beliau menerima ide-ide buruk dari ketujuh orang itu. Ada beberapa punggawa yang menyanggah dan tidak sepakat dengan ide tersebut. Hingga terjadilah pemberontakan Pakepung ketika Garebeg Maulud tahun 1717 Jawa. Ketujuh orang tersebut adalah Mbah Man, Wiradigda, Kandhuruhan, Pasêngah, Mat Saleh, Sujanapura dan Wartajaya. Ketujuh orang tersebut akhirnya ditangkap. Setelah kejadian tersebut, Sinuhun PB IV kembali ke jalan yang benar dengan mematuhi Sebelum terjadi pemberontakan Pakepung, watak Sinuhun PB IV masih polos dan bersih. Namun pada perkembangannya, beliau menjadi mudah dipengaruhi oleh orang lain yakni ada tujuh orang. Begitu mudahnya beliau menerima ide-ide buruk dari ketujuh orang itu. Ada beberapa punggawa yang menyanggah dan tidak sepakat dengan ide tersebut. Hingga terjadilah pemberontakan Pakepung ketika Garebeg Maulud tahun 1717 Jawa. Ketujuh orang tersebut adalah Mbah Man, Wiradigda, Kandhuruhan, Pasêngah, Mat Saleh, Sujanapura dan Wartajaya. Ketujuh orang tersebut akhirnya ditangkap. Setelah kejadian tersebut, Sinuhun PB IV kembali ke jalan yang benar dengan mematuhi
15) Kanjeng Sinuhun PB V
Sinuhun PB V adalah seorang raja yang sangat pandai dalam hal kesusastraan, suka mempelajari karya-karya sastra Jawa Kuna. Beliau menjabat sebagai raja hanya dalam waktu tiga tahun.
16) Kanjeng Sinuhun PB VI
Sinuhun PB VI adalah seorang raja yang penyabar, bersyukur dengan apa yang telah dimiliki. Beliau adalah orang yang supel terhadap siapapun. Gaya bicaranya sangat menyenangkan, ramah. Seusai turut dalam peperangan Dipanagara, beliau memutuskan untuk bertapa di pulau Ambon.
17) Kanjeng Sinuhun PB VII
Sinuhun PB VII adalah seorang raja yang sangat pemberani, tangguh, teguh pendirian, tegas, waspada, sabar dan berlaku adil terhadap siapapun. Gaya bicaranya sangat santun dan jelas. Karena sifat, karakter dan sikap beliau yang patut diteladani, semua rakyat, para abdi dan punggawa sangat menyukai Sinuhun PB VII, sampai sedia mengabdi dalam keadaan bagaimanapun. Semasa pemerintahannya, semua rakyat hidup sejahtera. Jaringan beliau cukup luas sampai ke mancanegara.
18) Kanjeng Sinuhun PB VIII
Sinuhun PB VIII adalah seorang raja yang multi talenta (serba bisa). Beliau gemar sekali melakukan olah budi, menenangkan diri dan mengheningkan cipta di setiap siang dan malam harinya. Hatinya sangat lembut, penyabar dan tidak pernah marah. Beliau sangat menyayangi keluarga, para abdi, punggawa dan jajaran pemerintahan di bawahnya.