Pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar kecamatan di kabupaten Karanganyar tahun 2001-2008

ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2001-2008

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ADITYA PRAMULYAWAN F1106015 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS EKONOMI SURAKARTA 2010

ABSTRAK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2001-2008

Aditya Pramulyawan F1106015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kabupaten Karanganyar, ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar serta klasifikasi kawasan ketimpangan.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari hasil publikasi BPS yang mencakup: Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun 2001-2008, Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2001-2008, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar atas dasar harga konstan tahun 2001-2008, PDRB perkapita Kabupaten Karanganyar atas dasar harga konstan tahun 2001-2008. Klasifikasi kecamatan dihitung menggunakan Tipologi Klassen, sedangkan untuk ketimpangan pendapatan dihitung menggunakan Indeks Williamson, kemudian Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan.

Hasil analisis dengan Tipologi Klassen menujukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Karanganyar kebanyakan masuk dalam daearah berkembang cepat dan daerah relatif tertinggal. Untuk hasil analisis dengan menggunakan Indeks Williamson, di dapat bahwa tingkat ketimpangan Kabupaten Karanganyar berkisar antara 0,89 sampai dengan 0,92 sehingga hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar masuk dalam kawasan ketimpangan besar. Untuk hasil perhitungan dengan menggunakan Korelasi Pearson dapat diketahui bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan adalah tidak signifikan.

Mengacu pada hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran kepada Pemerintah Daearah Kabupaten Karanganyar yaitu pertama, mengarahkan atau memprioritaskan perencanaan pembagunan bagi daerah yang relatif tertinggal dengan strategi penanggulangan kemiskinan. Kedua, meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional melalui peningkatan PDRB tanpa harus memperbesar ketimpangan pendapatan.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Tipologi Klassen, Disparitas pendapatan, Indeks Williamson (IW), Korelasi Pearson.

PERSEMBAHAN

K arya ini aku persembahkan kepada :

ALLAH SW T

Hanya kepada M U kembaliku, semoga Engkau mengampuni segala dosaku I nsyaAllah karya ini adalah jembatan menuju impianku Dan bimbinglah hamba, agar selalu berada dijalan M U

K arya Sederhana ini ku hadiahkan untuk :

 Ayah & I buku tersayang, yang senantiasa mengiringiku dengan doa dan kasih sayang.

M bah U ti & Adikku   Sobat-sobatku

 Almamaterku

MOTTO

“Ketahuilah bahwa kemenagan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan

datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan” (Rasulullah SAW)

”Barang siapa mengurangi satu kesulitan saudaranya sewaktu di dunia, maka

Allah akan mengurangi kesulitan-kesulitannya pada hari qiyamat kelak ”. (Al-Hadits)

”Kebahagiaan itu terdapat pada pengorbanan, menahan keinginan pribadi, pencurahan segala upaya, dan mencegah semua bahaya, serta jauh dari sifat

egoisme dan balas dendam” (A’idh Al-Qorni)

” Jadikanlah kelemahan menjadi suatu kelebihan yang dsapat ber manfaat

bagi diri sendiri dan juga orang lain”

(Penulis)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas bimbingan dan petunjuk-Nya penulis selalu diberikan kekuatan dan keteguhan iman dan kepercayaan diri sehingga dapat menyelesaikan karya kecil ini, penulisan skripsi yang berjudul PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

KETIMPANGAN

DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2001-2008.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selebihnya, penulis berharap skripsi ini bisa menjadi bahan perbandingan atau referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ketimpangan pendapatan.

Penulis menyadari bahwa di balik penyusunan skripsi ini terdapat banyak orang-orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan serta motivasi kepada penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Sutanto, MSi selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku dekan Fakultas Ekonomi UNS.

3. Bapak Drs. Agustinus Suryantoro, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNS.

5. Ibu Izza Mafruhah, SE, Msi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan FE UNS.

6. Keluarga dan teman-temanku yang selalu sabar memberikan dukungan dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi, terimakasih telah membimbing saya dan memberi saya tambahan ilmu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas sebelas Maret, terima kasih telah melayani kami hingga kami beranjak keluar dari Fakultas tercinta. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Apabila ada kesalahan, penulis juga memohon maaf, karena manusia tempat salah dan dosa. Demikianlah, semoga skripsi ini bisa bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, 15 April 2007.

Aditya Pramulyawan

Many Thank’s to :

ALL AH SW T , segala puji bagi Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi begitu banyak kenikmatan dan banyak

memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini...

Kedua Orang tuaku . Bapak, terima kasih atas segala dukungan yg diberikan. Terima kasih banyak atas segala yang telah kau ajarkan padaku mengenai

hidup ini. Ibu, makasih sudah banyak mendoakanku.

D rs. Sutanto, M Si , yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan skripsi.

yang telah meluangkan waktu untuk menjadi penguji.

D rs. H ari M urti, M Si dan

D rs. Supriyono, M Si

Buat M bah U ti , makasih buat segala nasihat-nasihatna, kemudian buat adikku Buat temen2ku EP 06 or IncHa-InChI ComUniTy :

E rma( akhuirnya Ma, stlah pejuangan yang berat, disertai tangisan, terbayar juga semuanya, heheeeee),

D ani( temen q yg puaaaliiiing keren, banyak bnget yo pengalamanmu),

V ina( cepet dirampungke skripsine Vin, jo dolan wae ),Puji( gmana skripsimu kok jrng kliatan), Pipit( Kpan2 ke Tasikmadu n rumahmu ya ? kan deket... ), Satrio( berwibawa bngt yo dirimu ), I yus( ndang nyusul pendadaran,Trus gmana kbar si CempluK ), Agus“Bocil“( Cil, yen wis rampung skripsiane kabar2 ya..,dolan2 bareng meneh yo.),

Yohan( Jrene toe kyo artis toheeee...., ndang rampungke skripsine ),

Anggun( temen ku yg pling intelek abeeeees n seneng jaim ),D anang( woi,,,,,g teu kliatan , pacaran + nge-mig- trus mesti ), M ami Tisna( Mam, duluan yo, jo lali q lo, kpan2 padu meneh ya, msh kangen ma Lab PP gak?), Febri( Gwe suka gaya loe, jangan pnah bosen gojegan mbi q yo ),Fetri(y ang suka cinlok ki, temen seperjuangan deg-degan, tp kyke wsudane cpetan kmu,heeee..... ), N isa( gmana kbarmu buk, kok hilang/, kerja terus mesti ), D anu( skrng kmu sibuk bngt to), Feni( Kok g pnah kliatan),

H adi( Si prof yg nge BAND bngt ), H anif( kamu itu kliatan misterius, heeee... ayo jd tenis gak) ,Ayu ( kpan2 traktir buah naga ya, Sragen aman to? Cpet

pendadran ya), W ida ( Skripsimu smpe ke Sumatera to , jauh banget )

Sidiq ( Gmana skripsimu Diq, kok g pnah maen kekampus? ),

Susan ( temen sperjuangan bingungnya daftar ciiiieeee ujiana dpet A ki ),N urul

( cpet ujian Nur, kan dah jadi skripsine to ),W iwin ( Wiiiiiiin, ndang rampungke skripsimu. Kapan ya bs gojegan lg ky Lab PP dulu ), Andi ( pertama kali q knal anak EP, yoe kwe iku) ,Yuli ( Yanto, ratakandani ..... ☺, raja nge MIG

ki ),Yudi ( ayo Yud, semangat kuliahna) , W awan( tak kandake yen toe........ ya, kapan dolan mahmu). N sory ya lo q bnyak slah ma kalian, maapin yaaaa................ Eko 04,Lindung 05,Pras 05, Catur 05,H andoko 05, Sonny 07 n kakak n adik tingkat yang laena, trims dah dibagi-bagi pengalamana. Wat sohib-sohib di rumah:

I mam (ayo Mam ndang garap skripsine),

H appy (kapan nikah?heee....),

F ajar

(Mg2 ktularan cpet dpet kerjaan) Full Magic TensClub M r.W arno, Agung, Frury (sory yen slama ki kalian tak dadeke pelampiasan wktu tenes), M D eni

I ndra (awakmu saiki keren),

D ’Ayo’ &

D ’ D avid (si kecil sumber inspirasi),

I im, Yudhi, Bashori n Z ulkifli( seneng dah temenen ma kalian ),M ilu (kerja dimana toe?? Mg2 q cpet ktularan ndang kerja ya )

Pegawai BPS yang sudah mau direpoti tanya-tanya ttg data

Mksh juga bwt Supra Biru yang slalu jd partner q kemana mana, wat komputer ma si printer yang dah mbantu skripsi q slama ni, Kemudian semua sahabat, teman, dan kawan yang belum dapat ku tuliskan satu per satu, percayalah jika aku tuliskan semua disini skripsi ini akan berjudul UcApan TeRimA kAsIH ToK. Terimakasih atas waktu, kebersamaan, dan cerita yang dapat aku tuliskan bersama kalian dalam cerita kehidupanku.

IV.9 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008.............................................70

IV.10 Korelasi Pearson Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan................................................................72

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran....................................................................... 42

4.1 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008 .........................................................................................67

4.2 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008......................................... ..........69

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus menghitung laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan

pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi (Suseno, 1990:35).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sadono, 1985:19). Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan pendapatan dari berbagai tahun yang dihitung berdasarkan harga berlaku atau harga konstan. Sehingga perubahan dalam nilai pendapatan hanya disebabkan oleh suatu perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut didistribusikan dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan ekonomi tetapi seberapa jauh pembangunan telah berhasil menyejahterakan masyarakatnya. Tingkat pertumbuhan dari 33 provinsi yang ada di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun yaitu selama periode 2004 – 2008, menunjukkan bahwa pada tahun 2005 laju pertumbuhan menunjukkan angka 5,38%, tahun 2006 sebesar 5,18%, kemudian tahun 2007 sebesar 5,67% dan merupakan laju pertumbuhan tertinggi dari tahun 2004-2008, serta pada tahun 2008 sebesar 5,59. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah dirasa cukup stabil, karena tidak ada perubahan yang mencolok. Kemudian untuk pertumbuhan PDRB Jawa Tengah dalam kurun waktu yang sama juga tidak mengalami perbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dari tahun 2005-2008 pertumbuhan PDRB Jawa Tengah berkisar 5%.

Tabel I.1

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional

Tahun 2004-2008

Provinsi Jawa Tengah 33 Provinsi Tahun

PDRB adhk 2000 Pertumbuhan PDRB adhk 2000 Pertumbuhan

1,983,833,965.19 5,59 Sumber: PDRB menurut Provinsi, diolah

Keterangan : adhk = atas dasar harga konstan Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang ada di Indonesia agar tepat sasaran, maka pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk pengembangan daerah. Pembangunan yang ada di daerah harus disesuaikan dengan prioritas dan potensi yang dimiliki karena setiap daerah tentu memiliki potensi yang berbeda. Setiap daerah dituntut untuk mampu mengolah potensi yang dimiliki guna meningkatkan kemampuan daerah agar tidak tertinggal dengan daerah lain.

Pembangunan ekonomi merupakan upaya dari suatu bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumber daya yang ada. Usaha-usaha pembangunan baik yang menyangkut sektoral maupun regional telah banyak memberikan hasil-hasilnya yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan sendiri bukanlah tujuan melainkan alat untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi disparitas distribusi pendapatan. Jadi berkurangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan inti dari pembangunan. Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh golongan Pembangunan ekonomi merupakan upaya dari suatu bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumber daya yang ada. Usaha-usaha pembangunan baik yang menyangkut sektoral maupun regional telah banyak memberikan hasil-hasilnya yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan sendiri bukanlah tujuan melainkan alat untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi disparitas distribusi pendapatan. Jadi berkurangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan inti dari pembangunan. Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh golongan

Dalam Kuncoro (2004) Kuznets menyatakan bahwa pada awal pembangunan ekonomi, perbedaan laju pertumbuhan ekonomi yang besar mengakibatkan kesenjangan dalam distribusi pendapatan antar propinsi. Namun, dalam jangka panjang, pada saat kondisi ekonomi mencapai tingkat kedewasaan (maturity), perbedaan laju pertumbuhan output antar propinsi cenderung akan mengecil bersamaan dengan meningkatnya pendapatan perkapita rata-rata di setiap propinsi. Pada akhirnya akan menghilangkan kesenjangan ekonomi antar daerah.

Pembangunan daerah dapat menjadi suatu jembatan dalam realisasi pembangunan nasional. Persoalan ketimpangan antar daerah, misalnya, merupakan salah satu pokok permasalahan dari berbagai persoalan besar lainnya yang hingga kini masih terus-menerus diagendakan. Tidak kurang mulai dari sekedar tuntutan peningkatan porsi keuangan daerah hingga gerakan pembangkangan yang mengarah pada ancaman pemisahan dari wilayah kesatuan Indonesia akhir-akhir ini semakin gencar dilakukan berbagai kalangan.

Pembangunan daerah tidak hanya melihat pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga ketimpangan pendapatan daerah. Ketimpangan pendapatan daerah terjadi disebabkan oleh adanya konsentrasi kegiatan ekonomi, perbedaan alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi antar daerah, perbedaan sumber daya alam, perbedaan kondisi demografis, kurang lancarnya perdagangan (Tambunan, 2001: 191)

Selama ini pemerintah pusat terlalu memikirkan kepentingan dirinya ketimbang kepentingan daerah. Padahal, untuk mewujudkan kepentingan pusat, tidak terhitung lagi seberapa besar sumber-sumber kekayaan daerah yang telah diberikan. Sementara, pola-pola pendistribusian hasil-hasil pembangunan yang selama ini dilakukan dianggap masih kurang sepadan yang mengakibatkan adanya ketimpangan daerah. Dari sebagian daerah, ketidakadilan yang dirasakan, diperparah oleh minimnya perbaikan program-program pemerataan. Yang terlihat, meskipun secara konseptual pembangunan selalu menjadi salah satu prioritas pembangunan, tetapi jurang pemisah antara pusat dan daerah semakin melebar, sehingga dikotomi pusat dan daerah pun lambat laun menjadi semakin menebal. Secara sederhana, segenap nilai kegiatan ekonomi baik berupa produksi barang maupun jasa suatu daerah dalam satu satuan waktu (tahun) dapat dijadikan indikator.

Dalam hal demikian, perhitungan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dijadikan acuan. Pendekatan demikian secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Perhitungan total PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk tiap-tiap propinsi memang menggambarkan kekayaan daerah dari sudut produksi dan kegiatan ekonomi. Namun, apakah kekayaan propinsi juga menjadi kekayaan penduduknya, itu soal lain lagi. Pasalnya, tidak semua kegiatan ekonomi dimiliki oleh masyarakat disuatu daerah. Bisa saja suatu daerah hanya menjadi tempat terjadinya kegiatan ekonomi, yang kepemilikannya justru datang dari luar. Atau, sumber daya alam berada di Dalam hal demikian, perhitungan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dijadikan acuan. Pendekatan demikian secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Perhitungan total PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk tiap-tiap propinsi memang menggambarkan kekayaan daerah dari sudut produksi dan kegiatan ekonomi. Namun, apakah kekayaan propinsi juga menjadi kekayaan penduduknya, itu soal lain lagi. Pasalnya, tidak semua kegiatan ekonomi dimiliki oleh masyarakat disuatu daerah. Bisa saja suatu daerah hanya menjadi tempat terjadinya kegiatan ekonomi, yang kepemilikannya justru datang dari luar. Atau, sumber daya alam berada di

Tabel I.2 PDRB dan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008

No Kecamatan

PDRB

PDRB per Kapita

Nilai 1 Jatipuro

5.709.165,40 Sumber : Karanganyar dalam Angka Tahun 2009 Catatan : *Dalam Jutaan Rupiah

Kabupaten Karanganyar mempunyai 17 Kecamatan yang meliputi 177 desa/kelurahan Tiap Kecamatan mempunyai nilai PDRB dan juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda. Dari Tabel I.2 Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing daerah yang cukup mencolok, dimana PDRB Kecamatan Jaten sebesar Rp 1.568.144,22 juta (31,86%) dan PDRB Kecamatan Kebakkramat sebesar Rp 586.288,83 juta (11,91). Sedangkan PDRB daerah-daerah lain berkisar antara Rp 1 triliun sampai Rp 3,5 triliun, kemudian juga terdapat kecamatan yang kurang dari Rp 1 triliun yaitu Kecamatan Jatiyoso.

PDRB perkapita di Kabupaten Karanganyar semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar memiliki PDRB perkapita yang cukup tinggi, ini disebabkan karena mayoritas pusat-pusat perkonomian dan kegiatan ekonomi terkonsentrasi di kecamatan ini. Dilihat dari nilai PDRB perkapitanya Kecamatan Jaten mempunyai nilai PDRB perkapita yang sangat tinggi, bahkan sekitar tiga kali lipat dari nilai dari Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi, perbedaan yang mencolok terjadi pada daerah lain, karena daerah- daerah lain tersebut hanya memiliki nilai PDRB perkapita yang hanya mempunyai kira-kira setengah dari nilai PDRB perkapita Kabupaten Karanganyar, seperti daerah Jatipuro, Jatiyoso.

Berangkat dari latar belakang tersebut, akan dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan

Antar Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008”

B. Perumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita menurut Tipologi Klassen?

2. Bagaimanakah tingkat ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar?

3. Adakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar?

4. Kecamatan manakah yang berada pada kawasan ketimpangan besar, kawasan ketimpangan sedang dan kawasan ketimpangan kecil?

C. Tujuan Penelitian :

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita menurut Tipologi Klassen.

2. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

4. Untuk mengetahui kecamatan mana saja yang berada pada kawasan ketimpangan besar, kawasan ketimpangan sedang dan kawasan ketimpangan kecil.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi Terkait Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam pengalokasian dana pembangunan kepada kecamatan sesuai dengan kondisi alamnya yang dapat dikembangkan.

b. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan serta pengetahuan masalah ketimpangan pendapatan di suatu daerah.

c. Bagi Peneliti Lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dari studi pustaka bagi penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang dan jasa ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional atau kelembagaan dan ideologis terhadap barbagai keadaan yang ada (Todaro, 200: 144). Dari ketiga komponen pokok tersebut, dapat dilihat ringkasannya untuk mengetahui definisinya,

a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagia jenis barang itu sendiri a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagia jenis barang itu sendiri

b. Perkembangan teknologi merupakan dasar bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, ini adalah suatu kondisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup ini saja (jadi disamping perkembangan atau kemajuan teknologi masih ditentukan sektor-sektor yang lain).

c. Usaha mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap dan teknologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa diikuti inovasi sosial, sama halnya dengan lampu pijar tanpa listrik (potensi ada, tetapi tanpa input komplementernya maka hal itu tidak bisa membuahkan hasil apapun).

Profesor Kuznets (dalam Todaro, 1994:117) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a) Tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang tinggi

b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas tenaga kerja

c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang bekelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat penigkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahun. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan PDB yang berarti juga pertumbuhan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001: 3). Akan tetapi, para teoritikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoritikus tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang dirasaka masyarakat luas (Arsyad,1999).

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Di sini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Menurut ekonom klasik maupun ekonom neoklasik (dalam Sukirno, 1985) pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:

1) Jumlah penduduk

2) Jumlah stok barang modal

3) Luas tanah dan kekayaan alam

4) Tingkat teknologi yang digunakan

2. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Menurut Sjafrizal (2008, 85) teori pertumbuhan ekonomi regional merupakan bagian penting dalam analisa ekonomi regional. Alasannya adalah karena pertumbuhan merupakan salah satu unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai kebijakan yang cukup luas. Sasaran utama analisa pertumbuhan ekonomi regional ini adalah untuk menjelaskan mengapa suatu daerah dapat tumbuh cepat dan ada juga daerah yang tumbuh lambat. Selain itu, analisa pertumbuhan ekonomi regional ini juga dapat menjelaskan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah. Sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi saja, tetapi sedemikian jauh pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat ini masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan wilayah. Target pertumbuhan ekonomi ternyata sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Melalui pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi tersebut diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat ditingkatkan.

Terdapat teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi daerah dalam Arsyad (1999) sebagai berikut :

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalsis pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 kosep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju kedaerah yang berupah rendah.

b. Teori Basis Ekonomi (Economy Base Theory) Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penetu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Perumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan b. Teori Basis Ekonomi (Economy Base Theory) Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penetu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Perumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan

c. Teori Lokasi Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu : lokasi, likasi dan lokasi. Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah anatar bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawabnya dan sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, seringkali masyarakat berusaha untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan industri.

Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern terlah mengubah signifikasi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang,

d. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daearh yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Misalnya perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjaadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai daearh pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi dareha dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem daearah.

e. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah-daearah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back-wash effects.

f. Model Daya Tarik Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi insentif.

3. Pengertian Disparitas

Disparitas pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang biasa terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas atau ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya alam dan letak demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Berdasarkan Berdasarkan perbedaan yang ada, kemampuan setiap daerah untuk mendorong pembangunan juga semakin berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila pada setiap daerah terdapat wilayah yang maju (Developed Region) dan daerah yang kurang maju (Undeveloped Region). Adanya disparitas antar daerah ini, membawa implikasi pada kesejahteraan masyarakat antar daerah (Sjafrizal,2008:104)

Simon Kuznetz menyatakan bahwa, pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap selanjutnya distribusi pendapatan di suatu daerah tersebut cenderung akan membaik. Hal ini yang biasa disebut dengan kurva Kuznetz ” U-terbalik”, Simon Kuznetz menyatakan bahwa, pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap selanjutnya distribusi pendapatan di suatu daerah tersebut cenderung akan membaik. Hal ini yang biasa disebut dengan kurva Kuznetz ” U-terbalik”,

4. Ketimpangan Pembangunan Daerah

Berdasarkan trend dalam distribusi pendapatan, ketimpangan pendapatan ini bisa dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu (Kuncoro, 2000: 118):

a. Ketimpangan Kota dan Desa Ketimpangan kota dan desa yaitu ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di kota dan di desa.

b. Ketimpangan Regional Ketimpangan regional yaitu ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah atau daerah.

c. Ketimpangan Interpersonal Ketimpangan interpersonal yaitu ketimpangan distribusi pendapatan masing-masing individu (personal).

d. Ketimpangan Antar Kelompok Sosial Ekonomi Ketimpangan antar kelompaok social ekonomi yaitu ketimpangan distribusi pendapatan dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin besar pendapatan yang diperoleh.

5. Penyebab Ketimpangan /Disparitas

Menurut Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris (1973) dalam Arsyad 1992, 174 penyebab ketidakmerataan adalah :

1. Pertambahan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita.

2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.

3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga pemerataan pendapatan modal dari harta tambahan lebih besar dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, hal ini menyebabkan pengangguran bertambah.

5. Rendahnya mobilitas sosial.

6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melidungi usaha-usaha golongan kapitalis.

7. Memburuknya nilai tukar bagi NSB dalam perdagangan dengan negara- negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang-barang ekspor NSB.

8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga dan lain-lain.

Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah adalah:

a. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam Penyebab pertama yang mendorong disparitas atau ketimpangan antar wilayah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah.

Sebagaimana diketahui bahwa perbedaan kandungan sumber daya alam di Indonesia ternyata cukup besar. Ada daerah yang memiliki kandungan minyak dan gas, tetapi ada juga daaerah yang tidak memiliki. Ada daerah yang memiliki deposit batubara yang cukup besar, tapi daerah lain tidak. Demikian juga dengan tingkat kesuburan lahan yang sangat bervariasi sehingga mempengaruhi upaya untuk mendorong pembangunan pertanian pada masing-masing daerah.

Perbedaan kandungan sumber daya alam ini jelas akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam yang cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan menjadi lebih lambat. Dengan demikian terlihat bahwa perbedaan sumber daya alam ini dapat mendorong terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah yang lebih tinggi pada suatu daerah.

b. Pebedaan Kondisi Demografi

Faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya disparitas antar wilayah adalah bilamana terdapat perbedaan kondisi demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, pebedaan tingkat pendidikan dan kesehatan perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Kondisi demografis ini akan dapat mempengaruhi ketimpangan antar wilayah karena hal ini akan berpengaruh terhadapa produktivitas kerja pada masyarakat di daerah yang bersangkutan. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan peningkatan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila suatu daerah tertentu kondisi demografisnya kurang baik akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja masyarakat setempat yang menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi penanaman modal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan akan menjadi lebih rendah.

c. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa

Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya peningkatan disparitas atau ketimpangan antar wilayah. Mobilitas barang dan jasa ini meliputi perdagangan antara daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi yang spontan. Alasannya adalah karena apabila mobilitas tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedarah lain yang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat membutuhkannya. Akibatnya, ketimpangan antar wilayah akan cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan daerah lain yang membutuhkan, sehinnga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila disparitas/ ketimpangan antar daerah akan cenderung tinggi pada negara yang sedang berkembang dimana mobilitas barang dan jasa kurang lancar dan masih terdapatnya beberapa daerah yang terisolir.

d. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi pada wilayah tertentu jelas akan mempengaruhi disparitas antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan d. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi pada wilayah tertentu jelas akan mempengaruhi disparitas antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan

Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, karena terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak di daerah tertentu, misalnya minyak bumi, gas, batu bara dan bahan mineral lainnya. Disamping itu terdapatnya lahan yang subur juga turut mempengaruhi, khususnya menyangkut dengan pertumbuhan pertanian. Kedua, meratanya fasilitas transportasi baik darat, laut dan udarajuga turut mempengaruhi konsentrasi kegiatan antar daerah. Ketiga, kondisi demografis atau kependudukan juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan cenderung terkonsentrasi dimana sumber daya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik.

e. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah Tidak dapat ditolak bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Demikian pula e. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah Tidak dapat ditolak bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Demikian pula

Alokasi investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan oleh sistem pemerintahan daerah yang dianut. Apabila sistem pemerintahan yang dianut bersifat sentralistik, maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih banyak dialokasikan pada pemerintah pusat, sehingga ketimpangan antar wilayah akan cenderung tinggi. Akan tetapi, sebaliknya bilamana sistem pemerintahan yang dianut adalah otonomi atau federal, maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan antara wilayah akan cenderung lebih rendah.

Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta ke suatu daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditentukan pula oleh biaya transport baik untuk bahan baku maupun hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Termasuk dalam keuntungan lokasi ini adalah keuntungan aglomerasi yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada suatu daerah tertentu. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana investasi cenderung lebih banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta ke suatu daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditentukan pula oleh biaya transport baik untuk bahan baku maupun hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Termasuk dalam keuntungan lokasi ini adalah keuntungan aglomerasi yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada suatu daerah tertentu. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana investasi cenderung lebih banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah

6. Penaggulangan Disparitas Wilayah

Kebijakan dan upaya untuk menaggulangi disparitas/ketimpangan wilayah sangat ditentukan oleh faktor yang menentukan terjadinya ketimpangan tersebut. Kebijakan yang dimaksudkan disini adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dapat dilakukan dalam rangka penaggulangan ketimpangan antar daerah. Kebijakan tersebut antara lain adalah (Sjafrizal,2005: 121):

a) Penyebaran Pembangunan Prasarana Pembangunan Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa salah satu penyebab disparitas/ketimpangan antar wilayah adalah karena adanya perbedaan kandungan sumber daya alam yang cukup besar antar daerah. Sementara itu, proses perdagangan dan mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah juga turut mendorong terjadinya ketimpangan antarwilayah tersebut. Karena itu, kebijakan yang dapta dilakukan untuk mengurangi ketimpangan tersebut adalah dengan memperlancar mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah.

Upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana dan sarana keseluruh pelosok wilayah. Prasarana perhubungan yang dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. Sejalan dengan hal tersebut jaringan dan fasilitas telekomunikasi juga sangat penting Upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana dan sarana keseluruh pelosok wilayah. Prasarana perhubungan yang dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. Sejalan dengan hal tersebut jaringan dan fasilitas telekomunikasi juga sangat penting

b)Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan Untuk mengurangi disparitas/ketimpangan antar wilayah, kebijakan dan upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong pelaksanaan transmigrasi dan migrasi spontan. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk ke daerah yang kurang berkembang dengan menggunakan fasilitas dan dukungan pemerintah. Sedangkan migrasi spontan adalah perpindahan penduduk yang dilakukan secara sukarela dengan menggunakan biaya sendiri. Melalui proses transmigrasi dan migrasi spontan ini, kekurangan tenaga kerja yang dialami daerah terbelakang akan dapat pula diatasi sehingga proses pembangunan daerah yang bersangkutan akan dapat pula digerakkan.

Indonesia sudah sejak lama melaksanakan program transmigrasi ini untuk mencapai dua tujuan sekaligus.Pertama, program transmigrasi ini Indonesia sudah sejak lama melaksanakan program transmigrasi ini untuk mencapai dua tujuan sekaligus.Pertama, program transmigrasi ini