Pengaruh negara asal, harga, iklan, kesadaran merek dan pendapatan konsumen terhadap keputusan pembelian televisi lg

PENGARUH NEGARA ASAL, HARGA, IKLAN, KESADARAN MEREK DAN PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TELEVISI LG (Studi Kasus Pada Masyarakat Surakarta)

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh : FITRIA INDRI HAPSARI F1207555 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

MOTTO

 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (QS. Al-Baqoroh : 45).

 Hidup di dunia hanya sekali, lakukan sesuatu yang baik dengan kesungguhan hati dan keikhlasan (Penulis).  Bergantung pada manusia, hanyalah menjadikan kita semakin bodoh dan tersesat, karena mereka belum tentu mampu menolong dirinya sendiri (Penulis).

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :  Bapak dan Ibu tercinta  Kakak-kakaku tersayang  “Kakakku”  Teman-teman manajemen  Almamaterku

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul

PENGARUH NEGARA ASAL, HARGA, IKLAN, KESADARAN MEREK DAN

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TELEVISI NON JEPANG (Studi Kasus Pada Masyarakat Surakarta) ini dapat diselesaikan dengan baik.

PENDAPATAN

KONSUMEN

Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Endang Suhari, Msi selaku Ketua Jurusan Manajemen S1 Non Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Heru Purnomo, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan skripsi.

4. Drs. Susanto Tirto Projo, MM, selaku pembimbing Akademik.

5. Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungan dan doa serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

6. Kakak-kakakku tersayang, yang telah memberikan dukungan semangat.

7. Segenap dosen Fakultas Ekonomi, khuusnya para dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

Penulis menyadari atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

DAFTAR GAMBAR GAMBAR HALAMAN

2.1 Tahapan Proses Keputusan Pembelian………………………………... 29

2.2 Kerangka Pemikiran…………………………………………………… 36

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 3. Frequency Table Lampiran 4. Tabel Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Hasil Regresi Lampiran 6. Table Value Of r product moment

INFLUENCE COUNTRY OF ORIGIN, PRICE, ADVERTISEMENT, BRAND AWARENESS AND INCOME OF CONSUMER TO PURCHASING DECISION OF LG TELEVISION

Fitria Indri Hapsari F1207555

The improvement demand of television continues every year. Surakarta’s society used television as entertainment, amusement and also as medium of

information. Many type of televisions which marketed from various brand and from country of origin where the product is produced.

The objectives of this research are to know the influence country of origin, influence of product price, influence of advertisement, influence of brand awareness, and influence of income consumer to purchasing decision. The objects of this research are societies in Surakarta. The type of research which conducted in this research is survey with intake sample use technique of accidental sampling. The samples are amount to 140 people. The method of collecting data used questionnaire. The analysis technique is doubled linear regression.

The result of the test obtain indicated that the relation are positive and significant between the variable. The test of doubled linear regression show Y =

1,279 + 0,307 X 1 + 0,201 X 2 + 0,123 X 3 + 0,281 X 4 + 0,301 X 5 . Doubled linear regression indicated that variable country of origin, price, advertisement, brand awareness and income had a positive effect on consumer purchasing decision. The most dominant variable that influence the consumer purchasing decision is variable country of origin, then followed with income of consumer, brand awareness, price and advertisement. Result of t-test had shown that there are influences partial between independent variable to dependent variable. The result of F-test had shown that there are influences together between variable with F

hitung = 34,195 and sig. 0,000. Result of coefficient test determination or R 2 obtained equal to 0,561. This indicate that ability variable country origin, price, advertisement, brand awareness and income of consumer explained the variation of consumer purchasing decision equal to 56,1%. While the rest equal to 43,9% influenced from other variable which is writer is not researching.

The suggestion of this study to the next research better than if conducted with extending responder and develops accurate variables and tested using different approach and method. This study gives the implication to the seller to improve advertisement frequency, clearly information of the product, and innovation in interesting advertisement better than other brand advertisement.

Keyword: Decision of Purchasing, country of origin, price, brand awareness, advertisement and income of consumer.

ABSTRAK PENGARUH NEGARA ASAL, HARGA, IKLAN, KESADARAN MEREK DAN PENDAPATAN KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TELEVISI LG (Studi Kasus Pada Masyarakat Surakarta)

Fitria Indri Hapsari F1207555

Permintaan televisi terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Masyarakat Surakarta sendiri banyak menggunakan televisi sebagai media hiburan maupun media informasi. Banyak type televisi yang ditawarkan di pasaran dari berbagai merek dan dari negara asal produk tersebut diproduksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh negara asal, harga produk, iklan, kesadaran merek, dan pendapatan konsumen terhadap keputusan pembelian. Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 140 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

Hasil pengujian yang diperoleh mengindikasi hubungan yang positif dan signifikan antar variabel. Uji regresi linier berganda menunjukkan Y = 1,279 + 0,307 X 1 + 0,201 X 2 + 0,123 X 3 + 0,281 X 4 + 0,301 X 5. Menunjukkan bahwa variabel negara asal, harga, iklan, kesadaran merek dan pendapatan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah variabel negara asal kemudian diikuti dengan pendapatan konsumen, kesadaran merek, harga dan iklan.. Hasil uji-t menunjukkan ada pengaruh secara parsial antar variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji-F menunjukkan terdapat pengaruh secara bersama-sama antar variabel dengan F hitung = 34,195 dan sig.

0,000. Hasil uji koefisien determinasi atau R 2 diperoleh sebesar 0,561 ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel negara asal, harga, iklan, kesadaran

merek dan pendapatan konsumen, dalam menjelaskan variasi keputusan pembelian sebesar 56,1%. Sedangkan sisanya sebesar 43,9% dipengaruhi dari

variabel yang tidak penulis teliti. Saran dari studi ini sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan dengan

memperluas responden dan mengembangkan variabel-variabel yang diteliti dan diuji lagi dengan menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda Studi ini memberikan implikasi bagi pemasar yaitu dengan lebih meningkatkan frekuensi iklan, kejelasan informasi produk, dan inovasi dalam beriklan dengan cara membuat iklan yang bagus dan menarik dibandingkan dengan merek lain

Keyword : country of origin, price, advertisement, brand awareness, income, decision purchasing

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan pemasaran bagi negara-negara lain. Dengan diberlakunya pasar terbuka, maka semakin banyak produsen dari luar yang semakin bersemangat untuk memasuki pasar Indonesia termasuk produsen produk elektronik. Dengan demikian produk- produk elektronik yang ditawarkan di Indonesia semakin banyak jenis, merek dan variasinya antara lain dari Jepang, Cina, Korea dan Amerika. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi konsumen untuk memilih produk sesuai dengan selera dan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

Dari perspektif pemasaran, “country of origin” (negara asal) memberikan cara untuk memilih produk dari produk-produk pesaing. Country of origin (negara asal) merupakan efek dari generalisasi dan persepsi sebagai sebuah negara yang dimiliki oleh tiap orang dalam evaluasi produk dan merek yang dimiliki oleh sebuah negara (Lamfert dan Jaffee dalam Yee dan Wa). Penelitian menunjukkan bahwa country of origin (negara asal) berdampak pada keputusan pembelian (Josiassen dan Harzing, dalam Veanne; 2007). Konsumen cenderung menggunakan informasi country of origin (negara asal) Dari perspektif pemasaran, “country of origin” (negara asal) memberikan cara untuk memilih produk dari produk-produk pesaing. Country of origin (negara asal) merupakan efek dari generalisasi dan persepsi sebagai sebuah negara yang dimiliki oleh tiap orang dalam evaluasi produk dan merek yang dimiliki oleh sebuah negara (Lamfert dan Jaffee dalam Yee dan Wa). Penelitian menunjukkan bahwa country of origin (negara asal) berdampak pada keputusan pembelian (Josiassen dan Harzing, dalam Veanne; 2007). Konsumen cenderung menggunakan informasi country of origin (negara asal)

Untuk produk Jepang harga disesuaikan dengan kualitas produk. Sedangkan untuk produk Korea harga lebih enteng dibandingkan dengan produk Jepang. Dalam masalah kualitas produk, pengetahuan konsumen sangat bervariasi. Harga bisa menjadi indikator dari pengorbanan untuk pembelian suatu produk dan menjadi indikator dari tingkatan kualitas (Scitovszky). Harga memiliki dua peranan penting terhadap konsumen. Pertama, harga berperan sebagai sinyal kualitas produk dan yang kedua harga merupakan suatu bentuk pengorbanan moneter yang harus dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh barang atau jasa tersebut (Teas dan Agarwal, 2000). Bagi konsumen yang pengetahuannya tentang kualitas produk tidak mendalam, dia akan mengasosiasikan dengan harga. Jika produk dengan harga tinggi berarti kualitasnya lebih bagus dari yang harganya rendah. Inilah yang terjadi dalam proses penilaian dan pengambilan keputusan kebanyakan konsumen. Agrawal menyimpulkan bahwa konsumen mempunyai beberapa Untuk produk Jepang harga disesuaikan dengan kualitas produk. Sedangkan untuk produk Korea harga lebih enteng dibandingkan dengan produk Jepang. Dalam masalah kualitas produk, pengetahuan konsumen sangat bervariasi. Harga bisa menjadi indikator dari pengorbanan untuk pembelian suatu produk dan menjadi indikator dari tingkatan kualitas (Scitovszky). Harga memiliki dua peranan penting terhadap konsumen. Pertama, harga berperan sebagai sinyal kualitas produk dan yang kedua harga merupakan suatu bentuk pengorbanan moneter yang harus dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh barang atau jasa tersebut (Teas dan Agarwal, 2000). Bagi konsumen yang pengetahuannya tentang kualitas produk tidak mendalam, dia akan mengasosiasikan dengan harga. Jika produk dengan harga tinggi berarti kualitasnya lebih bagus dari yang harganya rendah. Inilah yang terjadi dalam proses penilaian dan pengambilan keputusan kebanyakan konsumen. Agrawal menyimpulkan bahwa konsumen mempunyai beberapa

Umumnya konsumen memilih merek yang sudah familiar bagi mereka. Bisa jadi karena produk tersebut sudah cukup lama beredar di pasaran. Merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari perusahaan tertentu dari para pesaingnya. Menurut Styles dan Ambler (1995) dalam Grundey dan Bakowsaka (2008) merek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar produk. Hal ini berarti bahwa merek merupakan suatu janji dari seperangkat atribut, seseorang membeli dan memberikan kepuasan.

Brand awareness adalah salah satu dari empat element brand equity. Brand awareness adalah identifikasi dari nama merek pada suatu kondisi tertentu dan mengenalkan merek kepada konsumen (Rositer dan Percy,1987 dalam Grundey dan Bakowsaka, 2008) dan kemungkinan dari nama merek muncul pada ingatn konsumen (Garcia Rodriguez,1998 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Pada saat konsumen memiliki sedikit informasi terhadap suatu produk, pengetahuan merek digunakan sebgai kriteria dari pengambilan keputusan konsumen (Petty dan Cacioppo, 1986 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Brand awareness mempunyai pengaruh yang paling kuat diantara elemen lainnya. Misalnya industri otomotif sekarang sedang ramai dengan perbincangan kemunculan Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza. Akan tetapi, banyak konsumen yang lebih memilih pada Toyota Avanza. Hal Brand awareness adalah salah satu dari empat element brand equity. Brand awareness adalah identifikasi dari nama merek pada suatu kondisi tertentu dan mengenalkan merek kepada konsumen (Rositer dan Percy,1987 dalam Grundey dan Bakowsaka, 2008) dan kemungkinan dari nama merek muncul pada ingatn konsumen (Garcia Rodriguez,1998 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Pada saat konsumen memiliki sedikit informasi terhadap suatu produk, pengetahuan merek digunakan sebgai kriteria dari pengambilan keputusan konsumen (Petty dan Cacioppo, 1986 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Brand awareness mempunyai pengaruh yang paling kuat diantara elemen lainnya. Misalnya industri otomotif sekarang sedang ramai dengan perbincangan kemunculan Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza. Akan tetapi, banyak konsumen yang lebih memilih pada Toyota Avanza. Hal

Suatu dasar untuk mencapai kesadaran merek, secara positif dihubungkan dengan intensitas iklan ( Deighton, 1984; Hoyer & Brown, 1990 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Jefkins (1997) dalam Christianto (2009) mengemukakan bahwa iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan. Pengetahuan merek dicapai melalui komunikasi pemasaran dan periklanan yang merupakan alat promosi dari suatu produk dalam suatu market place (Villarejo dan Sanchez, 2005 dalam Ramos, Cataluna dan Franco).

Menurut Balabanis, Mueller dan Melewar (2002) dalam Khan dan Bamber berargumen bahwa pengukuran sikap konsumen, seharusnya juga meliputi karakteristik konsumen seperti value, norma sosial, dan demografi (pendapatan). Berdasarkan bukti ilmiah oleh French et al. dan Gabor dan Granger mengusulkan bahwa tingkatan pendapatan berpengaruh pada keputusan pembelian. Seorang dengan pendapatan yang tinggi kemungkinan sedikit mencari informasi tetapi membuat keputusan dengan cepat (Phau dan Prendergast, 1998 dalam Khan dan Bamber). Kekuatan membeli konsumen dipengaruhi oleh pendapatan mereka, pekerjaan (jabatan), pendudukan yang dihubungkan ke dalam kelas sosial mereka.

Permintaan televisi terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Masyarakat Surakarta sendiri banyak menggunakan televisi sebagai media hiburan maupun media informasi. Banyak type televisi yang telah ditawarkan di pasaran yaitu flat slim dan LCD (Liquid Cristal Display) dari berbagai merek dan dari negara asal produk tersebut diproduksi. Penjualan LCD TV LG berhasil mendongkrak pangsa pasar LG dari 19% di awal tahun 2008 menjadi 30% pada Februari 2009. Selama ini produk Jepang, bersaing ketat dengan produk Korea. Tahun lalu Sharp memegang market share 23 persen untuk pasar LCD TV di Indonesia. Tahun ini ditargetkan market share tersebut naik menjadi minimal 25 persen dari total market LCD TV di Indonesia.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti konsumen yang telah menggunakan produk tersebut dan melakukan pengujian tentang extrinix cues yang mempengaruhi konsumen dalam membeli maupun menggunakan LCD TV LG jika dibandingkan dengan LCD TV merek lain. Oleh karena itu, judul yang diambil peneliti adalah “Pengaruh Negara Asal,

Harga Produk, Kesadaran Merek, Iklan dan Pendapatan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Televisi LG” (Studi Kasus pada Masyarakat Surakarta).

B. Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh negara asal terhadap keputusan pembelian produk televisi non Jepang?

2. Bagaimana pengaruh harga terhadap keputusan pembelian produk non Jepang?

3. Bagaimana pengaruh kesadaran merek terhadap keputusan pembelian produk non Jepang?

4. Bagaimana pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk non Jepang?

5. Bagaimana pengaruh faktor demografi (pendapatan) terhadap keputusan pembelian produk non Jepang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh negara asal terhadap keputusan pembelian produk televisi non Jepang.

2. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian produk non Jepang.

3. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek terhadap keputusan pembelian produk non Jepang.

4. Untuk mengetahui pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk non Jepang.

5. Untuk mengetahui pengaruh faktor demografi (pendapatan) terhadap keputusan pembelian produk non Jepang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan elektronik khususnya produkk televisi merek LG yang memasuki pasar Indonesia untuk menetapkan strategi dalam memasarkan produknya agar dapat meningkatkan volume penjualan produknya.

2. Bagi peneliti Hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan serta tambhan wawasan dalam mengaplikasikan sebagian kecil dari teori pemasaran yang telah didapatkan dari bangku kuliah.

3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi keilmuan bagi kepentingan penelitian lain dalam masalah yang sama dimasa yang akan datang dengan mengembangkan model yang berbeda sehingga hasilnya dapat digeneralisasi pada konteks yang lebih luas.

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. Country of origin (negara asal)

Schooler (1965) menjadi seseorang yang pertama menguji pengaruh country of origin terhadap evaluasi produk, disimpulkan bahwa country of origin (negara asal) mempengaruhi persepsi konsumen dan keputusan pembelian. Country of origin (negara asal) merupakan efek dari generalisasi dan persepsi sebagai sebuah negara yang dimiliki oleh tiap orang dalam evaluasi produk dan merek yang dimiliki oleh sebuah negara (Lamfert dan Jaffee dalam Yee dan Wa). Country of origin (negara asal) merupakan faktor Schooler (1965) menjadi seseorang yang pertama menguji pengaruh country of origin terhadap evaluasi produk, disimpulkan bahwa country of origin (negara asal) mempengaruhi persepsi konsumen dan keputusan pembelian. Country of origin (negara asal) merupakan efek dari generalisasi dan persepsi sebagai sebuah negara yang dimiliki oleh tiap orang dalam evaluasi produk dan merek yang dimiliki oleh sebuah negara (Lamfert dan Jaffee dalam Yee dan Wa). Country of origin (negara asal) merupakan faktor

Pengaruh dari country of origin (negara asal) terhadap sikap konsumen diujikan di litelatur bisnis dan pemasaran (Papadopoulus dan Heslop, 2002; Dinnie, 2004 dalam Khan dan Bamber). Produk dari negara maju umumnya lebih mendapatkan penilaian yang lebih positif daripada produk dari negara berkembang. Pada umumnya produk-produk Jepang dan Amerika dinilai lebih tinggi oleh konsumen. Penilaian konsumen dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi negara tersebut (Ahmed dan d’Astous,1999; Chinen et al.,2000; Huddleston et al.,2001; Hsieh,2004).

Berdasarkan penelitian Bilkey dan Nes, 1982; dan Han 1989; dalam Teas dan Agarwal (2000) bahwa negara asal secara langsung mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk. Citra suatu negara asal merupakan satu faktor yang utama yang mempengaruhi konsumen terhadap kualitas produk (Okechuku, Elliott dan Cameron, Maheswaran, 1996; Liefeld Berdasarkan penelitian Bilkey dan Nes, 1982; dan Han 1989; dalam Teas dan Agarwal (2000) bahwa negara asal secara langsung mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk. Citra suatu negara asal merupakan satu faktor yang utama yang mempengaruhi konsumen terhadap kualitas produk (Okechuku, Elliott dan Cameron, Maheswaran, 1996; Liefeld

Hasil penelitin yang dilakukan oleh Erickson et al. (1984) dan Johannsson et al. (1985) dalam Teas dan Agarwal (2000) mengindikasikan bahwa negara asal terhadap feature dari automobil memiliki hubungan yang positif. Citra country of origin dipengaruhi oleh familiritas atau intensitas pengetahuan serta ketersediaan produk-produk dari suatu negara tertentu. Citra di sini dapat diklasifikasikan menjadi dua macam citra yaitu yang favorable (menguntungkan), maupun citra yang unfavorable (tidak menguntungkan). Country of origin yang favorable tentu saja akan mengakar citra kualitas dari produk maupun country of origin yang unfavorable yang menurunkan citra akan kualitas produk.

Saat ini banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar tentang pentingnya country of origin (negara asal) produk, oleh karena adanya fenomena baru yang terjadi yaitu bisnis global/internasional. Globalisasi telah mendorong suatu negara dengan produknya memperkenalkan atau menggunakan merek asing dengan label “made in” yang menjadi sifat atribut yang penting bagi konsumen dalam proses penilaian suatu produk. Hal ini menjadi sebuah stereotyping tentang sikap terhadap produk buatan luar negeri. Country of origin produk mempunyai pesan yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran internasional. Misalnya ”made in Italy” dikenal sebagai Saat ini banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar tentang pentingnya country of origin (negara asal) produk, oleh karena adanya fenomena baru yang terjadi yaitu bisnis global/internasional. Globalisasi telah mendorong suatu negara dengan produknya memperkenalkan atau menggunakan merek asing dengan label “made in” yang menjadi sifat atribut yang penting bagi konsumen dalam proses penilaian suatu produk. Hal ini menjadi sebuah stereotyping tentang sikap terhadap produk buatan luar negeri. Country of origin produk mempunyai pesan yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran internasional. Misalnya ”made in Italy” dikenal sebagai

B. Harga Produk

Harga merupakan banyaknya uang yang diterima oleh penjual dibandingkan dengan banyaknya barang atau jasa yang diterima oleh pembeli (Agarwal dan Teas dalam Wahyudi, 2005). Harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lainnya yang menimbulkan biaya, harga juga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel, harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti feature produk dan perjanjian distribusi (Zeithmal 1988 dalam Tjiptono, 2006).

Didasarkan pada teori dan bukti ilmiah yang menyatakan bahwa harga selallu digunakan oleh konsumen sebagai sebuah extrinsix cues kualitas produk (Bearden dan Shimp, Dodds dan Monroe, Dodds, Erickson dan Johansson, Lichtensein, Block dan Black, Monroe dan Krishnan, Zeithmal dalam Teas dan Agarwal, 2000). Pada saat yang sama, penetapan dan persaingan harga juga merupakan salah satu nomor satu yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran. Namun, yang paling utama adalah penetapan harga terlalu berorientasi biaya, harga kurang direvisi untuk dapat menangkap perubahan pasar, harga ditetapkan secara independent dari bauran pemasaran yang lainnya bukannya sebagai unsur instrinsik dari strategi penentuan posisi Didasarkan pada teori dan bukti ilmiah yang menyatakan bahwa harga selallu digunakan oleh konsumen sebagai sebuah extrinsix cues kualitas produk (Bearden dan Shimp, Dodds dan Monroe, Dodds, Erickson dan Johansson, Lichtensein, Block dan Black, Monroe dan Krishnan, Zeithmal dalam Teas dan Agarwal, 2000). Pada saat yang sama, penetapan dan persaingan harga juga merupakan salah satu nomor satu yang dihadapi banyak eksekutif pemasaran. Namun, yang paling utama adalah penetapan harga terlalu berorientasi biaya, harga kurang direvisi untuk dapat menangkap perubahan pasar, harga ditetapkan secara independent dari bauran pemasaran yang lainnya bukannya sebagai unsur instrinsik dari strategi penentuan posisi

Harga memiliki dua peranan penting terhadap konsumen. Pertama, harga berperan sebagai sinyal kualitas produk dan yang kedua harga merupakan suatu bentuk pengorbanan moneter yang harus dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh barang atau jasa tersebut (Teas dan Agarwal, 2000). Pengaruh harga yang mengena sebagian berkenaan dengan kenyataan bahwa isyarat harga (murah atau mahal dan atau tinggi atau rendah) ada pada semua situasi pembelian dan paling tidak menunjukkan kepada semua konsumen jumlah pengeluaran ekonomis yang harus dikorbankan untuk terlibat dalam suatu transaksi pembelian. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bahwa konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Engel, Blackwell dan Miniard&Kotler, 1996).

Berdasarkan asumsi bahwa konsumen memiliki informasi yang sempurna tentang harga dan selalu berupaya membandingkan dengan produk alternatif, maka peranan price awareness dan price consciouness sangat tinggi dalam proses pengambilan keputusan. Price awareness merupakan kemampuan individu atau konsumen untuk mengingat harg baik harga produk itu sendiri maupun harga produk kompetitor untuk dijadikan referensi sedangkan price consciouness adalah kecenderungan konsumen untuk mencari perbedaan produk tetapi hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi. Sampai saat ini, kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen yang memperhattikan price awareness dan price consciousness dalam mengambil keputusan. Untuk itu Berdasarkan asumsi bahwa konsumen memiliki informasi yang sempurna tentang harga dan selalu berupaya membandingkan dengan produk alternatif, maka peranan price awareness dan price consciouness sangat tinggi dalam proses pengambilan keputusan. Price awareness merupakan kemampuan individu atau konsumen untuk mengingat harg baik harga produk itu sendiri maupun harga produk kompetitor untuk dijadikan referensi sedangkan price consciouness adalah kecenderungan konsumen untuk mencari perbedaan produk tetapi hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi. Sampai saat ini, kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen yang memperhattikan price awareness dan price consciousness dalam mengambil keputusan. Untuk itu

Harga dari suatu produk bisa menyampaikan suatu informasi kepada konsumen tentang kualitas produk (Erickson dan Johansson). Konsumen mengasumsikan bahwa harga dan kualitas adalah korelasi tertinggi dan jika harga produk tinggi maka kualitas produk juga tinggi (”you get what you pay for”) (Kardes et al.,2004 dalam Veanne 2007). Dasar teori yang penting menjelaskan bahwa pengaruh positif harga dan kualitas didasarkan pada tekanan pasar produk dengan kualitas yang tinggi yang selalu membutuhkan biaya lebih besar dan lebih mahal untuk memproduksi, dibandingkan dengan kualitas yang rendah (Lichtenstein dalam Teas dan Agarwal, 2000). Hong dan Wyer dalam Teas dan Agarwal (2000) mencontohkan produk awal Jepang dan Jerman Barat dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggi.

Relevansi dari harga sebagai suatu pertanda kualitas bergantung pada tanda-tanda, individu dan produk lain. Harga akan cenderung dianggap sebagai pertanda kualitas jika tanda-tanda lain tidak ada. Untuk bersaing dengan sukses dalam suatu lingkungan persaingan bisnis yang ketat penjual harus menekankan pada nilai dari penawaran mereka. Penjual dapat Relevansi dari harga sebagai suatu pertanda kualitas bergantung pada tanda-tanda, individu dan produk lain. Harga akan cenderung dianggap sebagai pertanda kualitas jika tanda-tanda lain tidak ada. Untuk bersaing dengan sukses dalam suatu lingkungan persaingan bisnis yang ketat penjual harus menekankan pada nilai dari penawaran mereka. Penjual dapat

Para konsumen tertarik untuk mendapatkan suatu harga yang sesuai. Harga yang sesuai dengan apa yang didapat sesungguhnya berarti nilai yang dipersepsikan sesuai pada saat transaksi dilakukan. Harga dapat berhubungan dengan segala sesuatu tidak hanya uang, juga nilai yang melekat pada produk yang dibeli dan atau yang akan dibeli seorang konsumen.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa dan atas segala sesuatunya. Harga dapat didefinisikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang.

C. Iklan

Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan oleh perusahaan. Bahkan kegiatan iklan dianggap sangat penting jika ingin produknya sukses di pasar. Tak heran setiap tahun, bahkan tiap launching produk baru, perusahaan menghabiskan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk pengeluaran biaya iklan. Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat biaya ini bertambah tiap tahunnya. Perusahaan berlomba-lomba membuat iklan untuk membangun posisi yang menguntungkan di pasar. Biehal dan Sheinin, 1998; dalam yee dan Wa berpendapat bahwa sikap konsumen dan iklan secara langsung dapat mempengaruhi suatu mererk. Taktik merek untuk membangun citra merek yang lebih baik dapat dilakukan dengan periklanan, penge[akan dan Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan oleh perusahaan. Bahkan kegiatan iklan dianggap sangat penting jika ingin produknya sukses di pasar. Tak heran setiap tahun, bahkan tiap launching produk baru, perusahaan menghabiskan ratusan juta bahkan miliaran rupiah untuk pengeluaran biaya iklan. Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat biaya ini bertambah tiap tahunnya. Perusahaan berlomba-lomba membuat iklan untuk membangun posisi yang menguntungkan di pasar. Biehal dan Sheinin, 1998; dalam yee dan Wa berpendapat bahwa sikap konsumen dan iklan secara langsung dapat mempengaruhi suatu mererk. Taktik merek untuk membangun citra merek yang lebih baik dapat dilakukan dengan periklanan, penge[akan dan

Periklanan sebagai bagian dari ilmu komunikasi, dalam hal ini komunikasi pemasaran, didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli. Kotler (2002:658) mendefinisikan periklanan sebagai suatu bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa, yang dibayar oleh sponsor tertentu. Pujianto (2001) dalam Christianto (2009) mengemukakan bahwa iklan merupakan sarana komunikasi produk melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikutinya. Kasali dalam Christianto (2009) mendefinisikan iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media. Jefkins (1997) dalam Christianto (2009) mengemukakan bahwa iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat khalayak, orisinal, serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif sehingga konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan. Ramelan (2007) mendefinisikan periklanan adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan pembuat barang, atau pemasok jasa dengan masyarakat banyak atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan untuk menunjang upaya pemasaran. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan gambar, suara atau kata-kata, gerak atau bau yang disalurkan melalui media atau secara langsung.

Iklan yang akan kita buat dan tayangkan dengan baik di berbagai media dalam rangka mengkomunikasikan dan mempromosikan perusahaan atau merek produk perusahaan. Investasi besar-besaran yang dilakukan perusahaan dalam beriklan menunjukkan keyakinan bahwa iklan memiliki berbagai fungsi atau peranan yang positif bagi perusahaan, yaitu: Menurut Shimp (2003) fungsi-fungsi periklanan adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi (Informing) Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek- merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Periklanan ini merupakan bentuk komunikasi yang berkemampuan menjangkau khalayak secara luas dengan biaya yang relatif rendah. Periklanan ini memfasilitasi pengenalan produk/merek baru, meningkatkan jumlah permintaan produk/merek-merek yang sudah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran (TOMA = top of mind awareness ) di benak konsumen, serta mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek-merek yang sudah ada. Contohnya iklan: Gatorade, yang awalnya digunakan selama aktivitas atletik berat, diiklankan untuk menggantikan cairan-cairan yang hilang selama terkena flu.

b. Membujuk Periklanan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk yang diiklankan. Terkadang persuasi tersebut b. Membujuk Periklanan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk yang diiklankan. Terkadang persuasi tersebut

c. Mengingatkan Iklan dapat menjaga merek agar tetap segar dalam ingatan konsumen. Saat munculnya kebutuhan yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, konsumen akan segera ingat dengan merek yang diiklankan di masa lalu dan akhirnya membeli produk tersebut. Periklanan ini dapat meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian terhadap merek yang mungkin tidak akan dipilih, serta mampu mempengaruhi pengalihan merek.

d. Memberikan nilai tambah Iklan berfungsi memberikan nilai tambah bagi perusahaan akan tiga hal yang mendasar, yaitu : terjadinya inovasi, penyempurnaan kualitas, atau perubahan persepsi konsumen. Misalkan iklan Sari puspa yang berubah menjadi Softwell International dengan maksud untuk membuat perubahan dalam persepsi konsumen

e. Membantu upaya-upaya lain dari perusahaan Iklan yang telah dilakukan perusahaan dapat memberikan informasi pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum e. Membantu upaya-upaya lain dari perusahaan Iklan yang telah dilakukan perusahaan dapat memberikan informasi pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum

Periklanan juga dapat meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya. Contohnya, para konsumen dapat mengetahui kemasan-kemanasan produk di toko dan lebih mudah mengenali produk setelah melihat iklan produk tersebut di televisi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kotler (2000:67) yang mengemukakan bahwa peranan periklanan adalah: menyampaikan informasi (Informing), membujuk (Persuading), dan

mengingatkan (Reminding). Peran iklan yang utama adalah mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Iklan dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen sebagai sumber informasi produk, menciptakan kesadaran merek, dan meningkatkan kemungkinan bahwa merek ditimbulkan didalam pikiran konsumen (Walgren, Ruble, & Donthu, 1995 dalam Taeho Yoh, 2005).

D. Brand Equity (Ekuitas Merek)

Merek yang prestisius dapat dikatakan memiliki ekuitas merek yang kuat. Merek merupakan perilaku psikologis konsumen yang menggambarkan elemen kesadaran dan elemen ketidak sadaran untuk menciptakan hubungan

antara merek dan pengguna/konsummen (Blery dan Gilbert, 2006 dalam Grundey dan Bakowska, 2008). Merek sebagai sesuatu yang lebih dari hanya sekedar produk (Styles dan Ambler dalam Grundey dan Bakowska, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa merek merupakan suatu janji dari attribut produk ketika konsumen membeli produk tersebut dan memperoleh kepuasan dari produk tersebut. Ketika konsumen berpikir tentang produk bermerek, mereka biasanya mengasosiakan pada fiture positif terhadap produk tersebut, misalnya barangnya, manfaatnya, rasa dan keawetannya. Hal ini berarti bahwa merek sebagai suatu yang terkadang menjadi lebih penting dari produk itu sendiri (Grundey dan Bakowska, 2008). Dengan kata lain merek bisa menggantikan produk. Misalnya minum Nescafe tidak hanya sekedar minum kopi, memakai sepatu Adidas yang tidak hanya sekedar memakai sepatu olahraga dan sebagainya.

Konsep ekuitas merek menggambarkan hubungan antara konsumen dan merek (Wood, 2000 dalam Grundey dan Bakowska, 2008). Menurut Aaker, brand equity merupakan satu set brand asset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk landasan merek yang kuat sehingga mampu berkembang dalam persaingan dalam waktu lama. Produk yang ekuitas merek yang kuat akan tetap mampu bersaing, bertahan, merebut, dan menguasai pasar. Menurut

Lamb. Hair dan Mc. Danie (2001: 422) ekuitas merek didefinisikan sebagai nilai dari perusahaan dan nama merek.

Lebih lanjut menurut Hana dan Wozniak dalam Simamora (2002 : 49), ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek kepada produk. Ekuitas itu dianggap ada jika merek itu memberikan nilai tambah, jika tidak memberikan nilai tambah apalagi jika dapat mengurangi nilai produk berarti tidak ada ekuitas merek.

Pelanggan berdasar ekuitas merek yang baik akan mempengaruhi tanggapan mereka secara positif terhadap suatu produk, harga, atau komunikasi ketika merek tersebut diidentifikasi. Pemahaman akan merek tersebut dapat dilihat dari dimensi brand awareness dan brand image. Untuk menuju ekuitas merek yang tinggi hanya terjadi saat konsumen menyadari keberadaan merek (aware of the brand) dan konsumen memiliki image/asosiasi kuat, menguntungkan dan menyadari keunikan/keunggulan merek tertentu.

E. Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Brand awareness merupakan kapasitas potensial bahwa konsumen mengenal dan mengingat kembali nama dari merek sebagai penawaran daari suatu kategori produk tertentu. Brand awareness adalah identifikasi dari nama merek pada suatu kondisi tertentu (Rositer dan Percy,1987 dalam Grundey dan Bakowska,2008) dan kemungkinan dari nama merek muncul pada ingatan konsumen (Garcia Rodriguez,1998 dalam Grundey dan Bakowska,2008).

Brand awareness merupakan pilihan instrumen utama konsumen tanpa pengalaman menggunakan suatu produk dengan produk maupun merek baru (Hoyer dan Brown, 1990 dalam Ramos, Cataluna dan Franco). Brand awareness menghubungkan suatu merek dengan kategori produknya (Kohli and Leuthesser, 2001).

Menurut Keller (1993) brand awareness terdiri dari brand recognize dan brand recall. Brand recall merupakan kemampuan konsumen dalam mendapatkan kembali merek suatu produk dalam ingatan mereka ketika merek tersebut disebutkan. Dengan kata lain, kemudahan bagi konsumen dalam mengingat suatu produk. Czerniawski dan Maloney dalam Yee dan Wa (2007), untuk membangun suatu merek, positioning dan periklanan merupakan elemen penting. Mereka mengusulkan bahwa positioning meliputi enam faktor yaitu kebutuhan konsumen, kerankan persaingan, target konsumen, keuntungan, reason-why dan karakter merek. Perusahaan harus tahu siapa target konsumennya dan memahami apa kebutuhan konsumen untuk memuaskan konsumen.

Selain itu, periklanan juga hal penting karena iklan merupakan saluran untuk memberikan pesan merek dan informasi produk kepada publik, khususnya pada target konsumen. Konsumen mengasosiasikan nilai suatu produk dengan suatu merek. Merek bisa menyampaikan pesan positif maupun negatif tentang suatu produk (Kim dan Chung,1997). Menurut Jaffe dan Nebenzahl (2001), nama merek menimbulkan kepercayaan tentang merek itu Selain itu, periklanan juga hal penting karena iklan merupakan saluran untuk memberikan pesan merek dan informasi produk kepada publik, khususnya pada target konsumen. Konsumen mengasosiasikan nilai suatu produk dengan suatu merek. Merek bisa menyampaikan pesan positif maupun negatif tentang suatu produk (Kim dan Chung,1997). Menurut Jaffe dan Nebenzahl (2001), nama merek menimbulkan kepercayaan tentang merek itu

Menurut Aaker, yang dikutip oleh Rangkuti (2002:39) kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang dan pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa upaya meraih kualitas kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingat kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu berusaha membangun identitas merek (brand identity) dan berusaha membentuk citra merek (brand image building) dalam benak konsumen.

Pendapat lain mengungkapkan bahwa kesadaran merek merupakan informasi mengenai tingkat kemampuan konsumen untuk mengenal dan mengingat keberadaan suatu produk (Umar, 2000:425). Brand awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinim) dari perasaan yang Pendapat lain mengungkapkan bahwa kesadaran merek merupakan informasi mengenai tingkat kemampuan konsumen untuk mengenal dan mengingat keberadaan suatu produk (Umar, 2000:425). Brand awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinim) dari perasaan yang

Menurut Aaker, peran brand awareness dalam brand equity:

1. Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi, artinya suatu merek dapat digambarkan seperti jangkar dengan beberapa ranntai. Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

2. Familier atau rasa suka, artinya dengan mengenal merrek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah). Suatu keterbiasan akan menimbulkan keterkaitan kesukaan yang terkadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.

3. Substansi/komitmen, yaitu kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstensi dalam industri yang sudah lama dan lain- lain. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.

4. Mempertimbangkan merek, yaitu langkah pertama dalam suatu proses pembelian dengan menyeleksi dari suatu merek yang dikenal untuk mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek 4. Mempertimbangkan merek, yaitu langkah pertama dalam suatu proses pembelian dengan menyeleksi dari suatu merek yang dikenal untuk mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek

sekarang ini. Di satu sisi merek menjadi menjadi komponenpenting dalam marketing mix (Murphy 1990 dalam Grundey dan Bakowska, 2008) dan di sisi lainnya merek merupakan sumber informasi bagi konsumen (Aaker dan Biel, 1993 dalam Grundey dan Bakowska, 2008). Merek memiliki perbedaan nilai, manfaat dan arti tersendiri bagi manufaktur maupun bagi konsumen.

a. Bagi perusahaan, merek berfungsi sebagai:  Perlindungan hukum dari suatu fiture produk,  Menciptakan suatu image perusaahaan, membantu dalam

peluncuran merek baru (Kotler dan Amstrong, 1997),  Suatu alat untuk membedakan produk dengan produk pesaing,  Ukuran dari suatu produk, misalnya kualitas dan harga (Ambler,

1997),  Meraih competitive advantage (Skinner, 1990).

b. Bagi konsumen, merek berfungsi sebagai:  Garansi kualitas dari suatu produk (Kotler dan Amstrong, 1997),  Mengurangi resiko selama konsumen melakukan pembelian

(Janiszewski dan Van Osselaer, 2000),  Membantu dalam keputusan pembelian (Aaker).

F. Pendapatan konsumen

Pendapatan menurut ilmu ekonomi adalah nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam dengan suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian ini menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode.

Berdasarkan bukti ilmiah oleh French et al. Dan Gabor dan Granger mengusulkan bahwa tingkataan pendapatan berpengaruh pada keputusan pembelian. Beberapa peneliti menemukan bahwa ketika konsumen mencari informasi tentang suatu produk tertentu, mereka bersandar pada beberapa sumber yang memberikan nilai-nilai terkait dengan konsumen, sikap, motivasi, dan perilaku. (Rubinson, 1996; Light 1994 dalam Taeho Yoh, 2005).

Banyak study yang menemukan bahwa terdapat sumber informasi yang berbeda, seperti keluarga, media massa, iklan, dan sales adalah sumber informasi yang paling utama (Keillor, Parker, & Schaefer, 1996; Mascarenhas & Higby, 1993; Shimp, 1996). Sumber informasi berpengaruh secara langsung oleh variabel tertentu (Mangleburg et al., 1997; Moschis& Mitchell, 1986; Shim, 1996 dalam Taeho Yoh, 2005). Variabel ini dapat berbeda dengan individu ke individu, seperti jabatan;pendudukan, pendidikan, pendapatan, ras, agama, jenis kelamin, dan area hidup (Moschis, 1987). Sampai saat ini, kebanyakan konsumen mempunyai pendapatan rendah adalah konumen yang memperhatikan price awareness dan price consciousness Banyak study yang menemukan bahwa terdapat sumber informasi yang berbeda, seperti keluarga, media massa, iklan, dan sales adalah sumber informasi yang paling utama (Keillor, Parker, & Schaefer, 1996; Mascarenhas & Higby, 1993; Shimp, 1996). Sumber informasi berpengaruh secara langsung oleh variabel tertentu (Mangleburg et al., 1997; Moschis& Mitchell, 1986; Shim, 1996 dalam Taeho Yoh, 2005). Variabel ini dapat berbeda dengan individu ke individu, seperti jabatan;pendudukan, pendidikan, pendapatan, ras, agama, jenis kelamin, dan area hidup (Moschis, 1987). Sampai saat ini, kebanyakan konsumen mempunyai pendapatan rendah adalah konumen yang memperhatikan price awareness dan price consciousness