Ajaran Moral Kepemimpinan Hakim dan Jaksa

3. Ajaran Moral Kepemimpinan Hakim dan Jaksa

Hakim dan Jaksa merupakan elemen penegak hukum dalam sebuah negara. Keduanya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap hukum yang berlaku dalam negara atau kerajaan. Sehingga untuk menjadi hakim dan jaksa

commit to user

tegas dan jujur. Dalam naskah CAA terdapat dua kisah mengenai hakim dan jaksa yang didalamnya terkandung ajaran moral yang dapat dijadikan teladan.

a. Adil Hakim adalah orang yang bertugas untuk mengadili sebuah perkara. Menjadi seorang hakim tidaklah mudah, karena filosofi seorang hakim ialah ditegakkannya keadilan-keadilan Ilahi sebab ia memutuskan perkara dengan didahuluinya sumpah dan Demi Keadilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam naskah CAA Pupuh XLV tertulis kisah tentang seorang hakim yang memutuskan sebuah perkara dengan adil. Cerita berawal dari seorang saudagar yang kehilangan uangnya dan mengadu pada pihak kerajaan agar ia dibantu menemukan kembali uang emasnya yang kira-kira berjumlah delapan ratus. Saudagar juga berjanji akan menghadiahkan seratus uang emas pada siapa saja yang dapat menemukannya. Tetapi saudagar berbuat curang, ia mengaku bahwa seharusnya ada sembilan ratus uang emas dalam kantong dan menuduh bahwa tukang kayu yang menemukannya telah mengambil seratus uang emas dalam kantong tersebut. Hakim menyelesaikan permasalahan tersebut dengan berusaha berbuat seadil-adilnya. Akhirnya, diketahuilah bahwa saudagar yang telah berbohong.

Kisah tersebut ditulis dalam bentuk têmbang Kinanthi, bait 24 hingga

27 menunjukkan hakim yang bersikap adil dalam menyelesaikan masalah. Kutipannya adalah sebagai berikut:

commit to user

kêpanggya/ pawilangane gèsèhi/ iku dudu melikira/ lah ta sira kya undhagi//

25. wus abênêring aturmu/ sarta gêlêm supatani/ iku pratandha raharja/ nanging yèn ana ing wingking/ angaku inguwangira/ pêpak sêksi anêksèni//

26. nuli sungêna dèn gupuh/ jroning patang puluh ari/ luwih catur dasa dina/ bêjamu sira darbèni/ katrangan mêngkono praja/ angalêm kapya sujalmi//

27. juragan anggana jêrgug/ anutuh-nutuhi dhiri/ gya amantuk calurutan/ amanggih sakêthi angsan/ atobat marang ing sukma/ têmbe amanggih raharji//

Terjemahan:

24. benar apa yang dikatakan keduanya, saudagar yang memiliki keinginan untuk menguasai, tentu belum menemukan, hitungan yang ternyata luput, itu bukanlah miliknya, dan kamu tukang kayu.

25. juga benar apa yang kau katakan, serta mau untuk mengungkapkan kebenaran dengan bersumpah, itu pertanda kebaikan, tetapi jika pada akhirnya, mengaku uang itu milikmu, maka akan lengkap saksi yang memberikan kesaksian.

26. segera berikanlah, selama empat puluh hari, lebih dari empat puluh hari, keberuntunganmu memiliki, keterangan seperti itu baik, orang-orang memuji.

27. saudagar hanya terdiam, menyumpah serapahi diri sendiri, tergopoh-gopoh berlari pulang ke rumah, menemukan seratus uang emasnya di dalam sebuah laci, bertobatlah ia kepada Tuhan, berharap keselamatan esok hari.

Dari kutipan diatas, hakim berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bersikap adil. Tukang kayu yang menemukannya mengaku hanya ada delapan ratus uang emas saja dalam kantong, tetapi saudagar mengaku jika seharusnya ada sembilan ratus uang emas. hakim memberikan kesempatan untuk keduanya saling memberikan kesaksian dan memutuskan permasalahan tersebut dengan adil. Hakim akhirnya membebaskan tukang kayu yang bersumpah berkata jujur, sedangkan saudagar yang mendapat malu

commit to user

ternyata berada di laci lemarinya sendiri.

b. Tegas Selain harus memiliki sikap adil dan jujur, seorang hakim juga harus tegas dalam mengambil sebuah keputusan dalam perkara sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam naskah CAA Pupuh I tertulis sebuah kisah tentang seorang hakim yang sedang mengadili seorang pandai besi. Pandai besi tersebut telah melakukan pembunuhan dan harus dihukum mati sesuai hukum yang berlaku. Sesaat hakim merasa bimbang dengan keputusannya menghukum pandai besi, sebab ia khawatir jika pandai besi tersebut dihukum gantung, maka tidak akan ada lagi orang yang membuat peralatan pertanian seperti cangkul, golok dan sebagainya. Tetapi datanglah seorang lelaki yang menghadap hakim dan memberitahukan padanya bahwa desanya hanyalah desa kecil dan tidak masalah jika pandai besi tersebut dihukum gantung sesuai dengan hukum yang berlaku. Maka tanpa berpikir panjang lagi, hakim segera menjatuhkan hukuman gantung pada pandai besi tersebut. Kutipan dari pupuh tersebut adalah bait ke-6 dan 7 têmbang Dhandhanggula seperti di bawah ini :

6. priye olèh sun matrapkên adil/ dadi bubrah tataning agama/ tandya na jalma sawiyos/ majêng gadhêpêk ngayun/ ulun matur panduka Khakim/ lah ta inggih punika/ dwi sujalma tênun/ ingatasipun ing desa/ anyêkapi pandhe gintungnya sawiji/ juganya ingapura//

7. kapênuju turirèng sujalmi/ pan wus kêlakwan gintung sajuga/ juga ginêsangan muleh/ mring wismanira dhusun/ iku kukum nora raharji/ jalma dwi nandhang dosa/ agêng raja lampus/ wusana kinukum juga/ lah dèn awas praparentah dipun eling/ dadi têpa tuladha//

Terjemahan:

commit to user

tanda ada seseorang saat itu, berdiri dihadapanku, bolehkah aku berbicara paduka hakim, ini tentulah, ada dua orang yang berguna (sama pekerjaannya), di desa ini, cukuplah jika salah satu pandai besi dihukum mati, jika hanya seorang bolehlah diampuni.

7. setelah orang tersebut berbicara, maka dilaksanakan hukum gantung, yang lain pulang dalam keadaan hidup, di rumahnya di sebuah desa, itu hukum yang tidak beruntung, pandai besi yang berdosa, dosa sangat besar yaitu membunuh, akhirnya dihukum juga, maka waspada pada perintah yang harus di ingat, menjadi sebuah contoh (panutan).

Dari kedua bait diatas, menunjukkan bahwa seorag hakim haruslah tegas dalam mengambil keputusan dalam sebuah perkara dan senantiasa mematuhi hukum yang berlaku dalam menegakkan keadilan. Selain itu, menjadi seorang hakim haruslah teguh pada pendirian dan tunduk pada aturan hukum yang berlaku agar mencapai keadilan untuk bersama.

c. Jujur dan Menolak Suap Seorang jaksa memiliki posisi yang sangat penting dalam penegakan hukum di peradilan. Menjadi seorang jaksa diperlukan sifat jujur dan adil dalam menangani sebuah perkara. Seperti salah satu cerita yang tertulis dalam naskah CAA Pupuh XXX têmbang Sinom. Dalam pupuh tersebut diceritakan seorang jaksa yang menolak seekor kambing suapan seseorang yang menghadapi perkara di pengadilan. Jaksa tersebut dengan tegas menolak kambing tersebut, tetapi si penyuap pun bersikukuh tidak mau membawa kembali kambing yang sudah dikirimkan kepada jaksa. Jaksa teguh tidak mau disuap dan akhirnya membayar kambing kiriman si penyuap tersebut.

6. kari dhawuhkên kewala/ kalah siji mênang siji/ iyêg sakonca manira/ nanging tan rampung saiki/ yèn durung ingsun yêkti/

commit to user

kirimakên mami/ lah ta pira rêgane kang wêdhus domba//

7. ing saiki ingsun bayar/ gugat amangsuli angling/ kula botên sade menda/ tan wrin aosirèng kambing/ inggih tuwan pirsani/ kanca panduka sêdarum/ kang sampun sami tampa/ rumiyin pakintun mami/ kula sampun lêga lila yya sumêlang//

8. lah aja dadi tyasira/ yèn sira nora nampani/ baline wêdhusmu domba/ tan rampung sadina iki/ nuli bayar tinampin/ sapuluh rupiyah rampung/ wong gugat garundêlan/ tobat yèn manèh nglakoni/ amêminta adil marang ing pajêksan//

Terjemahan:

6. tinggal menentukan saja, yang satu kalah dan satunya lagi menang, ucap majikan, namun tidak dapat selesai sekarang, jika belum aku tahu kebenarannya, ambil kembali kambing milikmu, tentu kambing ini, yang kau kirimkan padaku, berapa harga kambing itu katakanlah.

7. akan aku bayar sekarang, yang memiliki perkara menjawab, aku tidak menjual kambing ini, tidak tampakkah tujuanku memberikan kambing ini, ketahuilah tuan, teman anda semuanya, yang sudah diterima, yang sebelumnya sudah aku kirimkan, aku sudah ikhlas dan janganlah khawatir.

8. jangan menjadi sakit hatimu, jika kau tidak menerima, saat aku kembalikan kambingmu itu, hari ini juga, maka akan aku bayar, sepuluh rupiah dan selesai, orang yang menggugat bersumpah serapah, tidak akan mengulang lagi, jika menghadapi hukum di pengadilan.

Dari kutipan diatas, terlihat bahwa jaksa tersebut sama sekali tidak tergoda dengan suap. Jaksa dalam cerita di atas merupakan jaksa yang pantas dijadikan teladan karena keteguhan hatinya dalam menjalankan profesinya serta masih memegang etika dalam pekerjaannya yaitu berusaha jujur dan menolak suap. Hal tersebut berbeda jauh dengan keadaan zaman sekarang yang dapat kita saksikan adalah maraknya kasus jaksa yang mau menerima suap.

Ajaran-ajaran moral kepemimpinan diatas masih relevan dengan keadaan sekarang dan sangat bermanfaat untuk dijadikan teladan bagi para

commit to user

terjadi, yang dirasa masyarakat bahwa pemimpin negara telah mengalami kemerosotan moral. Misalnya saja tentang pemimpin yang tidak menetapi janjinya, yang mana pada masa kampanye banyak mengumbar janji-janji, tetapi pada saat terpilih pelaksanaan dari janji tersebut kurang maksimal atau bahkan ada yang tidak sanggup memenuhi janji-janjinya.

Peristiwa-peristiwa lain yang membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin negara adalah kasus suap hakimdan jaksa yang akhir-akhir ini banyak di blow up oleh media massa, serta kasus-kasus korupsi yang menjatuhkan martabat para pemimpin negara. Kisah-kisah dalam naskah CAA yang sarat akan ajaran moral kepemimpinan tersebut, diharapkan dapat menjadi inspirasi di berbagai kalangan.

commit to user

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA SMAN 3 CIMAHI TAHUN 2016 Susilowati), Ayu Laili Malik2 , Astrina Tarigan3 , Tya Nita Ariffah4

0 0 11

HUBUNGAN PARENTING STRESS, PENGASUHAN DAN PENYESUAIAN DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU KEKERASAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA Kinanti Ayu Ratnasari, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga E-mail :

0 0 11

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT GINJAL STADIUM AKHIR YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI BRSU TABANAN-BALI I Gusti Ayu Puja Astuti Dewi

0 0 9

GAMBARAN SWAMEDIKASI ANALGESIK PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI DI PELAYANAN KOMUNITAS Description of self-medication for joint pain with anlagesic on geriatric patients at community Dwi Arymbhi Sanjaya1 , Ida Ayu Manik Damayanti2 , Ni Wayan Sukma Antari3,

0 0 7

Rini Afridayanti¹ Agus Dwi Wijaksono ² Turniningtyas Ayu Rachmawati³

0 0 9

PENGARUH PEOPLE, PROCESS DAN PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP TINGKAT KEPUTUSAN MENJADI NASABAH BNI TAPLUS PADA BNI CABANG DAGO BANDUNG Dr. Hj. Nunung Ayu Sofiati (Efi), S.Pd., MM efi.ayu24yahoo.com ABSTRAK - View of PENGARUH PEOPLE, PROCESS DAN PHYSICAL EVIDEN

0 0 16

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Putu Diah Putri Idawati1 , I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi2

1 1 15

PERAN RESPON EMOSI DALAM MEMEDIASI PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN TERHADAP PERPINDAHAN MEREK Kadek Aria Satriawan1 , I Gusti Ayu Ketut Giantari2

1 4 15

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI E-PROCUREMENT MODUL PADA PEMESANAN BARANG NON PRODUKSI DI PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Angelina Ervina Jeanette Egeten, Yanes Hardianto S, Putri Ayu P, Okky Marita S. Universitas Bina Nusantara angelina

0 0 10

PERBEDAAN SISA MAKANAN PADA LAUK HEWANI BERDASARKAN PEMBERIAN GARNISH ( The Differences of Food Waste in Animal Side Dishes Based on Garnish Giving) Mustakim1 , Hapsari Sulistya Kusuma2 , Yuliana Noor Setiawati Ulvie3

0 0 6