2x2 Between Subject
Uji Hipotesis
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis ini menggunakan Two Ways Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian ini dilakukan dengan two ways karena terdapat satu variabel dependen, satu variabel independen, dan satu variabel moderating. Menurut Imam Ghozali (2005) ANOVA merupakan suatu metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal). ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal (sering disebut variabel faktor) terhadap variabel dependen metrik. Pengujian mendalam pada penelitian ini kemudian digunakan One Ways Analysis of Variance (ANOVA) untuk dapat melihat perbandingkan antar grup interaksi variabel sifat machiavellian dan budaya etis organisasi. Pengujian hipotesis ini dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5%, peneliti akan melihat Pvalue untuk mengetahui signifikansi hasil uji. Hipotesis dinyatakan diterima apabila Pvalue kurang dari 5%.
Variabel dan Pengukuran
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen, variabel independen, dan variabel moderating. Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Dependen Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang membenarkan terjadinya penyimpangan dalam penugasan audit (Donnely, Quirin dan David
O’Bryan, 2003). Perilaku yang termasuk dalam perilaku disfungsional audit yaitu penghentian prematur atas prosedur audit (premature sign-off), penyelesaian pekerjaan tanpa melaporkan waktu sesungguhnya yang digunakan (underreporting of time), dan penggantian prosedur audit yang telah ditetapkan (replacing audit procedures).
Perilaku disfungsional audit diukur menggunakan 12 item pernyataan atas berbagai bentuk perilaku disfungsional audit yang diadopsi dari penelitian Donnelly et al. (2003). Kuesioner menggunakan skala Likert 5 poin yaitu 1 mewakili “sangat tidak setuju” dan 5 untuk “sangat setuju. Pada kuesioner mengenai pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit, terdapat keterangan aturan yang diharapkan dapat diikuti oleh responden. Keterangan aturan tersebut berfungsi untuk mengingatkan responden untuk dapat menjawab pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit berdasarkan kondisi budaya organisasi yang telah digambarkan pada lembar sebelumnya. Sedangkan untuk variabel sifat machiavellian tidak perlu untuk dicantumkan pada keterangan aturan tersebut agar responden mengisi pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit berdasarkan sifat machiavelliannya. Hal ini dikarenakan sifat machiavellian merupakan sifat yang berasal dari dalam diri seseorang dan telah melekat. Stephen Robbins (2002) juga menyatakan bahwa sifat machiavellian merupakan salah satu sifat yang dapat mempengaruhi seseorang dalam organisasi. Sehingga penulis mengasumsikan bahwa tanpa mencantumkan sifat machiavellian pada keterangan aturan menjawab pernyataan perilaku disfungsional audit tersebut, setiap responden dalam menjawab pernyataan tersebut telah didasarkan juga pada karakter sifat machiavellian yang dimilikinya.
Variabel Independen Sifat Machiavellian
Sifat Machiavellian didefinisikan sebagai kepribadian yang kurang peduli dalam hubungan personal dengan mengabaikan moralitas konvensional dan memiliki komitmen ideologi yang rendah ,sehingga cenderung memiliki sikap manipulatif (Christie dan Geis, 1970). Sifat Machiavellian seorang auditor diukur dengan skala Mach IV yang diadopsi dari Agnes Chrismastuti dan Vena Purnamasari (2004). Pengukuran dengan skala Mach IV terdiri dari 14 item pernyataan, dimana empat pernyataan merupakan kategori taktik Machiavellian, sembilan pernyataan merupakan pandangan personal atau tujuan, dan satu pernyataan merupakan ciri moralitas. Semakin tinggi skor Mach
IV berarti semakin tinggi sifat Machiavellian responden.
Variabel Moderating Budaya Etis Organisasi
Budaya etis organisasi dalam penelitian ini dimanipulasi dengan menggunakan vignette yang menempatkan responden pada kondisi budaya organisasi yang etis dan kondisi budaya organisasi yang tidak etis. Penyusunan kondisi pada instrumen penelitian budaya etis organisasi didasarkan pada lima indikator dalam penelitian Hunt, Chonko & Wood (1989) diantaranya adalah :
1. Gaya kepemimpinan atasan
2. Kompromi terhadap sikap etis tidak dibenarkan
3. Hukuman akan diberikan untuk setiap perilaku tidak etis dalam organisasi
4. Peringatan langsung bagi yang melanggar kepentingan instansi
5. Kepentingan instansi lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi
Vignette pada variabel budaya etis organisasi ini tidak memiliki pertanyaan tambahan. Pertanyaan tambahan tersebut sebenarnya berfungsi sebagai confirmation question setiap responden mengenai kondisi budaya organisasi Vignette pada variabel budaya etis organisasi ini tidak memiliki pertanyaan tambahan. Pertanyaan tambahan tersebut sebenarnya berfungsi sebagai confirmation question setiap responden mengenai kondisi budaya organisasi
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jawa tengah diantaranya Semarang, Solo dan Yogyakarta. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi partner, supervisor, dan auditor.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 28 November 2016 hingga 6 Januari 2017. Penulis mengambil sampel sebanyak 11 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah Semarang, Solo, dan Jogja dengan distribusi yang terlihat dalam tabel 3.
Tabel 3 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Akuntan Publik
Kota
Kuesioner Kuesioner Dikirim
Dikembalikan
1 Ahmad, Rasyid, Hisbullah &
5 5 Jerry 2 Benny, Tony, Frans & Daniel
Semarang
7 6 3 Yulianti,SE, BAP
Semarang
5 5 4 Bayudi, Yohana, Suzy & Arie
Semarang
5 5 5 Riza, Adi, Syahril & Rekan
Semarang
5 5 6 Sodikin & Harijanto
Semarang
5 5 7 Kumalahadi, Kuncara, Sugeng
Semarang
5 5 Pamudji & Rekan 8 Dra. Suhartati & Rekan
Semarang
5 1 9 Bismar, Muntalib & Yunus
Yogyakarta
5 5 10 Wartono & Rekan
Yogyakarta
5 5 11 Dr. Payamta, CPA
Sumber : Data Primer, 2017 Kuesioner yang berjumlah 57 buah dan jumlah kuesioner yang kembali
adalah sebanyak 52 kuesioner atau 91,23%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 5 buah atau 8,77%. Pada penelitian ini kuesioner yang dapat diolah berjumlah 46 buah atau 80,70%.
Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Semarang, Solo dan Yogyakarta. Berikut ini merupakan tabel karakteristik responden penelitian menurut jenis kelamin, usia, masa kerja serta jabatan.
Tabel 4 Karakteristik Responden
46 100% Jenis Kelamin • Pria
26 56,52% • Wanita
20 43,48% Usia • 20-30
40 86,96% • 31-41
Masa Kerja • 1-5 Tahun
34 73,91% • 6-11 Tahun
7 15,22% • 12-16 Tahun
Jabatan • Partner
2 4,35% • Supervisor
4 8,70% • Senior Auditor
6 13,04% • Junior Auditor
34 73,91% Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 4 menunjukkan responden penelitian ini adalah mayoritas laki-laki sebanyak 26 orang (56,52%) dan sisanya perempuan sebanyak 20 orang (43,48%). Berdasarkan usia responden terlihat mayoritas berusia 20-30 tahun (86,96%), kemudian disusul usia responden 31-41 tahun sebesar 13,04%. Dilihat dari jabatan auditor pada kantor akuntan publik yang menjadi responden penelitian terdapat 2 orang auditor (4,35%) berperan sebagai Partner, 4 auditor (8,70%) berperan sebagai Supervisor, 6 auditor (13,04%) berperan sebagai Senior Auditor dan 34 auditor (73,91%) sebagai Junior Auditor.
Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sifat machiavellian, budaya etis organisasi, dan perilaku disfungsional audit akan diuji secara statistik deskriptif, namun untuk variabel budaya etis organisasi tidak Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sifat machiavellian, budaya etis organisasi, dan perilaku disfungsional audit akan diuji secara statistik deskriptif, namun untuk variabel budaya etis organisasi tidak
Tabel 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel
Minimum Maksimum
Mean Standar Deviasi
Sifat Machiavellian 46 14 42 32,9783 5,68620 Perilaku
46 24 40 32,1739 4,44874 Disfungsional Audit
Sumber : Hasil olah SPSS, 2017 Tabel 5 menjelaskan jumlah responden sebanyak 46 auditor, variabel sifat
machiavellian mempunyai nilai minimum sebesar 14 dan nilai maksimum sebesar
42 dengan nilai rata-rata 32,9783 yang artinya responden banyak yang setuju dengan pernyataan dalam instrumen sifat machiavellian, ini menunjukan bahwa responden memiliki tingkat Machiavellian yang tinggi serta standar deviasi sebesar 5,68620. Sedangkan adalah variabel perilaku disfungsional audit dibedakan dalam dua kondisi budaya organisasi yang etis dan tidak etis. Variabel perilaku disfungsional audit pada kondisi budaya organisasi yang etis mempunyai nilai minimum sebesar 24 dan nilai maksimum sebesar 40 dengan nilai rata-rata 32,1739 serta standar deviasi sebesar 4,44874. Sedangkan variabel perilaku disfungsional audit pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis mempunyai nilai minimum sebesar 24 dan nilai maksimum sebesar 56 dengan nilai rata-rata 41,0870 serta standar deviasi sebesar 8,00785.
Tabel 6
Hasil Uji Kualitas Data dan Asumsi ANOVA
PANEL A : UJI VALIDITAS Variabel
Kriteria
Nilai R Hitung >
Kriteria
Variabel
R Tabel (0,2907)
Sifat Machiavellian 14 pertanyaan terpenuhi Valid Perilaku Disfungsional
12 pertanyaan terpenuhi Valid Audit
Etis
Tidak Etis
12 pertanyaan terpenuhi Valid
PANEL B : UJI RELIABILITAS Variabel
Kriteria
Nilai Cronbach’s Alpha Kriteria
Variabel
Reliabel Perilaku Disfungsional
Sifat Machiavellian
Reliabel Audit
Etis
Tidak Etis
Reliabel
PANEL C : UJI NORMALITAS Variabel
Kriteria
Nilai Asymp.Sig
Sifat Machiavellian
Normal Perilaku Disfungsional
Tinggi
Normal Audit
Etis
Tidak Etis
Normal
PANEL D : UJI HOMOGENITAS Variabel Dependen
Nilai Sig.
Kriteria
Perilaku Disfungsional Audit
Homogen
Sumber : Hasil olah SPSS, 2017
2. Hasil Uji Kualitas Data Uji Validitas dan Reliabilitas
Teknik pengujian kualitas data dan analisisnya menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Menurut Imam Gozali (2005) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner Teknik pengujian kualitas data dan analisisnya menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Menurut Imam Gozali (2005) reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
Uji Validitas
Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson, yaitu membandingkan koefisien korelasi item total ( r hitung) dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung > r tabel, maka instrumen dapat dinyakan valid, dan sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid.
Dari tabel 6 diatas, dapat dilihat bahwa semua pernyataan dalam variable sifat Machiavellian dan perilaku disfungsional audit dinyatakan valid karena r hitung > r tabel (0,2907). Dengan hasil ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pernyataan yang ada dalam kuesioner penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pernyataan dalam suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersamasama terhadap seluruh butir pernyataan. Jika nilai alpha > 0,600 maka dikatakan reliabel. (Imam Gozali, 2005).
Dari hasil pengolahan data yang terlihat pada tabel 6 , nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Machiavellian sebesar 0,784, variabel perilaku disfungsional audit pada budaya organisasi yang etis sebesar 0,651 dan variabel perilaku disfungsional audit pada budaya organisasi yang tidak etis sebesar 0,891. Dapat disimpulkan variabel sifat Machiavellian, perilaku disfungsional audit memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,600 yang artinya semua variabel dalam penelitian ini reliabel.
3. Hasil Uji Asumsi ANOVA Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah dengan tujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji normal Kolmogorov-Smirnov.
Berdasarkan uji normal Kolmogorov-Smirnov pada tabel 6 diatas, diperoleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,15, 0,163 , 0,2 , 0,2 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hasil analisis menunjukkan data berdistribusi normal dengan Asymp (2-tailed) lebih besar dari nilai sig 5% yang berarti data tersebut memiliki distribusi normal.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah varian populasi sama (homogen) atau tidak. Kita dapat melihat hasil uji data homogen berdasarkan nilai signifikansi hasil Levene Test. Data dapat dikatakan memiliki variasi populasi yang sama (homogen) apabila nilai signifikansi nya > 0,05.
Berdasarkan uji data homogen pada tabel 6 diatas, diperoleh nilai signifikansi hasil Levene Test menunjukkan 0,224 yang berarti hasil tersebut lebih besar dari 0,05. Sehingga hasil analisis menunjukkan data homogen.
4. Hasil Pengujian Hipotesis 1
Tabel 7 Hasil Pengujian Two Ways Anova Tests of Between-Subjects Effects
Variabel
Mean Square
F Sig.
Hasil
Hipotesis 1 didukung Mach * Budaya
Hipotesis 2 didukung Sumber : Hasil olah SPSS,2017
Hipotesis 1 menyebutkan bahwa auditor yang memiliki sifat machiavellian yang lebih tinggi cenderung memiliki perilaku disfungsional audit yang tinggi daripada auditor yang memiliki sifat machiavellian yang rendah. Hasil uji ANOVA menunjukkan main effect dari variabel independen sifat machiavellian terhadap perilaku disfungsional audit (p=0,000), secara statistik signifikan pada α=0,05. Hasil uji ini mendukung hipotesis 1.
Interaction effect dari sifat machiavellian dan budaya etis organisasi juga menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,001). Sehingga terdapat perbedaan antara perilaku disfungsional auditor pada berbagai kombinasi dari berbagai level sifat machiavellian dan budaya etis organisasi. Hasil uji ini mendukung hipotesis 2.
Tabel 8 Rata-Rata Perilaku Disfungsional Audit (PDA) Pairwise Comparisons
Variabel Dependen : Perilaku Disfungsional Audit
Mean
Rata- Rata Perilaku Disfungsional Audit
Difference
Std. Error
Sig. b
(I-J)
Sifat Machiavellian
Sifat Machiavellian
Tinggi (I)
Rendah (J)
Sumber : Hasil olah SPSS,2017
Dari tabel 8 nampak bahwa auditor yang memiliki sifat machiavellian yang rendah lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan perilaku disfungsional audit. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai signifikan (p=0,000) dan juga mendukung hipotesis pertama. Hasil statistik tersebut sesuai dengan penelitian oleh Saputri & Wirama (2015) yang menjelaskan bahwa Semakin tinggi sifat Machiavellian yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi pula kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku disfungsional. Hal ini disebabkan karena sifat Machiavellian yang menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan memberikan peluang yang besar bagi auditor dengan sifat Machiavellian untuk melakukan perilaku disfungsional.
Selain itu, hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Sartika (2013) yang menyimpulkan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh terhadap perilaku disfungsional audit. Pernyataan ini sejalan dengan machiavellianism yang dikonseptualisasikan sebagai kecenderungan seseorang untuk tidak mempercayai orang lain, terlibat dalam manipulasi amoral, mencari kontrol atas orang lain, dan mencari status untuk diri sendiri. Dengan kata lain, machiavellianism terkait dengan kecenderungan munculnya perilaku tidak etis (Dahling, Kuyumcu, & Librizzi, 2012). Adanya kecenderungan berperilaku amoral, tidak mengherankan pekerja tipe mach bertindak tidak etis dan kontraproduktif di tempat kerja, mereka mudah terlibat penyimpangan interpersonal dan pengambilan keputusan tidak etis yang tercermin dalam hal seperti mencuri, berbohong, sabotase, dan kecurangan lainnya (Dahling, Kuyumcu, & Librizzi, 2012). Hal ini mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis 2
Untuk menguji Hipotesis 2, auditor dikelompokkan menjadi 4 grup untuk diteliti diantaranya adalah sebagai berikut : Grup 11 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi etis
Grup 21 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi etis Grup 12 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi tidak etis Grup 22 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi tidak etis
Kemudian digunakan one way ANOVA untuk membandingkan tingkat perilaku disfungsional audit mereka. Hipotesis 2 menyatakan bahwa Auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi mengurangi perilaku disfungsional auditnya jika bekerja pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang etis dibandingkan jika bekerja pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang tidak etis. Hasil uji statistik nampak pada tabel dibawah ini.
Tabel 9 Multiple Comparisons pada Perilaku Disfungsional Audit (PDA)
Std. Error Sig. Mach_Budaya
Mach_Budaya
Difference (I-J)
Sumber : Hasil olah SPSS,2017 Auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah adalah auditor yang
berada pada grup 11 dan 12. Auditor dalam grup 11 adalah auditor yang berada pada kondisi budaya yang etis sedangkan auditor dalam grup12 adalah auditor berada pada grup 11 dan 12. Auditor dalam grup 11 adalah auditor yang berada pada kondisi budaya yang etis sedangkan auditor dalam grup12 adalah auditor
Tabel 9 di atas juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara auditor yang berada pada grup 21 dan 22 (p=0,000). Auditor pada kedua grup ini adalah grup auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi. Auditor dalam grup 21 berada pada kondisi budaya yang etis sedangkan auditor dalam grup 22 adalah auditor yang berada pada kondisi budaya yang tidak etis. Hasil pengujian dalam tabel 10 di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara auditor pada grup 21 dengan auditor pada grup
22 tersebut. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi melakukan perilaku disfungsional yang lebih besar apabila berada pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis. Hasil ini mendukung hipotesis 2.
Tabel 9 di atas melalui grup 11 dan 21 menunjukkan bahwa pada kondisi budaya organisasi yang etis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,727) antara auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah dan tinggi. Namun apabila auditor ditempatkan pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis yang terlihat pada grup 12 dan 22, terjadi perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah dan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa apabila auditor berada pada kondisi budaya organisasi yang etis, tidak akan mempengaruhi perbedaan perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi maupun rendah dengan tingkat perilaku disfungsional yang rendah. Namun apabila auditor berada pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis maka terjadi perbedaan yang signifikan pada perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor sifat machiavellian tinggi dan rendah. Sama-sama terjadi peningkatan pada perilaku disfungsional audit yang dilakukan Tabel 9 di atas melalui grup 11 dan 21 menunjukkan bahwa pada kondisi budaya organisasi yang etis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,727) antara auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah dan tinggi. Namun apabila auditor ditempatkan pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis yang terlihat pada grup 12 dan 22, terjadi perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah dan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa apabila auditor berada pada kondisi budaya organisasi yang etis, tidak akan mempengaruhi perbedaan perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi maupun rendah dengan tingkat perilaku disfungsional yang rendah. Namun apabila auditor berada pada kondisi budaya organisasi yang tidak etis maka terjadi perbedaan yang signifikan pada perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor sifat machiavellian tinggi dan rendah. Sama-sama terjadi peningkatan pada perilaku disfungsional audit yang dilakukan
Gambar 2
Interaksi Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi terhadap