PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

ORGANISASI TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

Oleh: Eugenia Elisa Devi Sulistyaningtyas

NIM: 232013295

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS: EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI: AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

MOTTO

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

-Mazmur 23: 1-

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

-Filipi 3:13-

“Kesuksesan adalah kolaborasi antara kesempatan dan kesiapan”

-Agnes Monica-

“The greatest pleasure in life is doing what people say you cannot do.”

“A journey of a thousand miles begins with a single step.” “Berusahalah sebaik yang kamu bisa lakukan, sisanya biarkanlah

tangan Tuhan yang b ekerja.” “If you can imagine, you can do it.”

-Walt Disney-

ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of Machiavellian nature and ethical culture of the organization's dysfunctional behavior audit data collection technique using a survey method is by using a questionnaire containing questions and vignette. Vignette contains two scenarios buidaya condition organizational ethical and unethical to obtain information on the effect and the Machiavellian nature of the organization's ethical culture audit dysfunctional behavior. The subjects studied are auditors who work in public accounting in Central Java. The questionnaire has been distributed as much as 60 ekslempar with rate of return 77% of the questionnaires.

Analysis of the data using ANOVA with SPSS. The statistical results of this study indicate that high Machiavellian nature significantly affect the auditor in conducting an audit of dysfunctional behavior. Their condition ethical organizational culture will influence dysfunctional behaviors performed by the auditor. Depth testing is done by using one-way ANOVA and provide results that auditors have a high Machiavellian nature will tend to conduct an audit of dysfunctional behavior compared with auditors who have low Machiavellian nature, especially if it is conditioned in the organizational culture that is unethical.

Key word : Machiavellian, Ethical Firm Culture, Dysfunctional Behaviour Audit

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sifat Machiavellian dan budaya etis organisasi terhadap perilaku disfungsional audit Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei yaitu dengan menggunakan instrumen kuesioner yang berisi pertanyaan serta vignette. Vignette tersebut berisi dua skenario kondisi buidaya organisasi yang etis dan tidak etis untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh sifat machiavellian dan budaya etis organisasi terhadap perilaku disfungsional audit. Subjek yang diteliti adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah. Kuesioner yang telah didistribusikan sebanyak 60 ekslempar dengan tingkat pengembalian 77% kuesioner.

Analisis data yang menggunakan ANOVA dengan SPSS. Hasil statistik penelitian ini menunjukkan bahwa sifat machiavellian tinggi secara signifikan mempengaruhi auditor dalam melakukan perilaku disfungsional audit. Adanya kondisi budaya organisasi yang etis akan mempengaruhi perilaku disfungsional yang dilakukan oleh auditor. Pengujian mendalam dilakukan dengan menggunakan one way anova dan memberikan hasil bahwa auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi akan cenderung melakukan perilaku disfungsional audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah terutama jika dikondisikan dalam budaya organisasi yang tidak etis.

Kata Kunci : Sifat Machiavellian, Budaya Etis Organisasi, Perilaku Disfungsional Audit

KATA PENGANTAR

Topik dalam kertas kerja ini adalah pengaruh sifat Machiavellian dan budaya etis organisasi terhadap perilaku disfungsional audit untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Kertas kerja ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sifat Machiavellian terhadap perilaku disfungsional audit dan untuk menguji apakah budaya etis organisasi yang terdapat pada kantor akuntan publik tempat auditor bekerja dapat mengurangi intensi kecenderungan auditor yang memiliki high Mach untuk melakukan perilaku disfungsional audit. Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan maupun kantor akuntan publik, terkait budaya etis organisasi dapat mempengaruhi karakter seseorang terutama auditor yang bekerja di kantor akuntan publik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah memberkati kita semua. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Salatiga, 15 Februari 2017

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang tellah memberi rahmatnya, kekuatan, ketabahan dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan

“ PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI TERHADAP

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis dihadapkan pada berbagai hambatan ataupun kendala. Namun penulis memperoleh dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya Eddy Sulistyanto, S.P dan Nurhayati, S.Pd, serta adik saya Isidorus Boby Sulistyo Wibisono yang telah memberikan segala doa, bimbingan dan dukungan kepada penulis.

2. Ibu Dr. Suzy Noviyanti, MM., CPA selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan saran, arahan, serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

3. Prof. Christantius Dwiatmaja, SE., ME., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

4. Ibu Dr. Theresia Woro Damayanti, S.E.,M.Si. selaku Kaprodi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

5. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., Ph.D selaku wali studi yang selama ini memberikan nasehat kepada penulis.

6. Teman-teman tersayang, Indri, Jeni, Gayuh, Ayu, Puji, Katrin, Jojo, Jasmin, Baro, Anggit, Tien, Rifai yang telah memberi motivasi dan semangat dalam penulis melakukan proses penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama dan saling memberi motivasi, Hana, Tika, Feing, Tyas, Christin, Ayu, Penny, Jeni.

Semoga Allah selalu memberkati, memberikan rahmat dan anugerahNya kepada semua pihak dan keluarganya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas kerja ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kertas kerja ini dapat berguna bagi setiap pembaca dan penelitian selanjutnya.

Salatiga, 15 Februari 2017

Penulis

45 Daftar Pustaka .................................................................................................

Keterbatasan dan Saran .....................................................................

39

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model Penelitian................................................................

14 Gambar 2 : Interaksi Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi

35

terhadap Perilaku Disfungsional Audit..............................

PENDAHULUAN

Setiap auditor yang bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya (Ludigdo dan Machfoedz, 1999). Salah satu perilaku profesional auditor yang bekerja di KAP direfleksikan dalam bentuk menghindari perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang membenarkan terjadinya penyim- pangan dalam penugasan audit (Donnely,2003), yang mengakibatkan penurunan kualitas laporan audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, para pengguna laporan mengalami krisis kepercayaan atas hasil laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Donelly (2003) dalam Saputri dan Wirama (2015) menjelaskan bahwa perilaku disfungsional yang umum dilakukan seorang auditor terdiri dari Premature-Sign-Off Audit Procedures (menghentikan prosedur audit), Underreporting of Time (pelaporan tidak menurut anggaran waktu), Altering or Replacing Audit Procedures (mengganti atau mengubah prosedur audit). Penyimpangan perilaku auditor dalam melakukan audit tersebut dapat mempengaruhi reliabilitas laporan audit sehingga perilaku disfungsional akan mengancam keyakinan publik pada profesi auditor yang bekerja di KAP publik (Saputri dan Wirama, 2015).

Ketika auditor melakukan Underreporting of Time (URT), hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kendala anggaran waktu yang ditetapkan oleh KAP. Kendala anggaran waktu adalah suatu kondisi dimana auditor menghadapi keterbatasan waktu dalam pelaksanaan program audit. Keterbatasan waktu tersebut timbul dari adanya limit (batas) waktu yang ditetapkan KAP dalam menyelesaikan suatu prosedur audit (McNair, 1991). KAP menetapkan batas waktu penyelesaian prosedur audit melalui anggaran waktu audit. Anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam pelaksanaan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit, dan selanjutnya Ketika auditor melakukan Underreporting of Time (URT), hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kendala anggaran waktu yang ditetapkan oleh KAP. Kendala anggaran waktu adalah suatu kondisi dimana auditor menghadapi keterbatasan waktu dalam pelaksanaan program audit. Keterbatasan waktu tersebut timbul dari adanya limit (batas) waktu yang ditetapkan KAP dalam menyelesaikan suatu prosedur audit (McNair, 1991). KAP menetapkan batas waktu penyelesaian prosedur audit melalui anggaran waktu audit. Anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam pelaksanaan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit, dan selanjutnya

Bachtiar (2012) mengungkapkan beberapa contoh kasus perilaku disfungsional audit di Indonesia antara lain kasus mark up yang dilakukan PT Kimia Farma dalam laporan keuangan perusahaan tahun buku 2001. Kantor Auditor yang bekerja di KAP Publik Hans Tuanakotta dan Mustofa secara moral harus ikut bertanggung jawab karena tidak berhasil mendeteksi adanya mark up yang telah dilakukan oleh pihak manajemen Kimia Farma, pelanggaran terhadap SPAP juga dilakukan oleh auditor yang bekerja di KAP publik Justinus Aditya Sidharta dalam kasus Great River International tahun 2003. Bapepam menemukan telah terjadi rekayasa laporan keuangan Great River International berupa penggelembungan nilai penjualan dan piutang, serta tidak adanya bukti penambahan aset tetap dari penjualan obligasi. Selain itu, kasus yang terjadi pada auditor di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana komisaris PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut dimana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Akibat pelanggaran tersebut, tahun 2007 izin auditor yang bekerja di KAP publik Drs. Salam Mannan dibekukan oleh Menteri Keuangan (Harian Tempo, 2007). Kasus pengungkapan dari ICW (Indonesian Corruption Watch) yang menyatakan sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.

Sorotan dan tudingan yang ditujukan kepada profesi auditor yang bekerja di KAP menimbulkan pertanyaan mengapa auditor yang bekerja di KAP bisa terlibat, apakah faktor kepribadian auditor yang bekerja di KAP memiliki pengaruh pada pengambilan keputusan tidak etis sehingga menyebabkan perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional audit telah menyebar berdasarkan survei Sorotan dan tudingan yang ditujukan kepada profesi auditor yang bekerja di KAP menimbulkan pertanyaan mengapa auditor yang bekerja di KAP bisa terlibat, apakah faktor kepribadian auditor yang bekerja di KAP memiliki pengaruh pada pengambilan keputusan tidak etis sehingga menyebabkan perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional audit telah menyebar berdasarkan survei

Terdapat berbagai faktor yang dapat memicu seorang auditor yang bekerja di KAP melakukan hal-hal yang bertentangan dengan prosedur dan etika yang ada, dan perilaku tersebut disebut dengan perilaku disfungsional. Menurut Marietza (2010) faktor yang mempengaruhi seorang auditor yang bekerja di KAP publik berperilaku disfungsional dibagi atas dua yaitu: faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Sehingga perilaku seseorang tidak hanya dibentuk dari atribut kepribadian yang berasal dari dalam diri mereka namun juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal dari lingkungan atau situasi sekitar.

Sifat Machiavellian merupakan sifat kepribadian utama yang dapat memengaruhi perilaku suatu organisasi (Robbins, 2002). Menurut Anderson dan Bateman (1997) sifat Machiavellian dapat digunakan untuk memprediksi perilaku tidak etis. Sifat Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan reward untuk kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima umum, namun dalam profesi auditor yang mengutamakan implikasi etis, sifat Machiavellian merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan kejujuran dalam mencapai tujuan. Individu yang memiliki sifat Machiavelliantinggi berusaha memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan cenderung untuk tidak patuh pada peraturan (Ghosh dan Crain, 1996). Hasil penulisan Saputri dan Wirama (2015) menunjukkan bahwa Sifat Machiavellian berpengaruh pada perilaku disfungsional audit. Semakin tinggi sifat Machiavellian yang Sifat Machiavellian merupakan sifat kepribadian utama yang dapat memengaruhi perilaku suatu organisasi (Robbins, 2002). Menurut Anderson dan Bateman (1997) sifat Machiavellian dapat digunakan untuk memprediksi perilaku tidak etis. Sifat Machiavellian dalam dunia bisnis yang memberikan reward untuk kemenangan merupakan sifat yang dapat diterima umum, namun dalam profesi auditor yang mengutamakan implikasi etis, sifat Machiavellian merupakan sifat yang negatif karena mengabaikan pentingnya integritas dan kejujuran dalam mencapai tujuan. Individu yang memiliki sifat Machiavelliantinggi berusaha memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan cenderung untuk tidak patuh pada peraturan (Ghosh dan Crain, 1996). Hasil penulisan Saputri dan Wirama (2015) menunjukkan bahwa Sifat Machiavellian berpengaruh pada perilaku disfungsional audit. Semakin tinggi sifat Machiavellian yang

Budaya etis organisasi dibentuk salah satunya dari nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan pada akhirnya akan memberi identitas yang jelas pada organisasi tersebut, memudahkan berkembangnya komitmen bersama, mendorong stabilitas sistem sosial, dan membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi menyadari keadaan sekelilingnya. Hunt dan Vitell (1986) menyimpulkan bahwa budaya etis organisasi merupakan faktor organisasional yang dapat berpengaruh pada timbulnya perilaku etis seseorang.Budaya etis organisasi yang tinggi akan mempengaruhi pola perilaku orang disekitarnya terutama dalam pembentukan perilaku dan pertimbangan etis.

Beberapa penulisan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disfungsional audit. Hasil penulisan Richmond (2003) dalam Chrismastuti dan Purnamasari (2004) mengatakan bahwa auditor dengan sifat Machiavellian akan memiliki peluang memanipulasi hasil audit untuk kepentingan pribadinya yang mencerminkan rendahnya perilaku etis auditor. Adanya sifat Machiavellian dalam diri auditor menyebabkan auditor lebih rentan melakukan perilaku disfungsional. Individu yang memiliki sifat Machiavellian akan memiliki persepsi bahwa etika dan tanggung jawab sosial tidaklah penting. Selain itu dalam penulisan Schein (2004) mengatakan bahwa nilai-nilai yang mendasari dan keyakinan budaya organisasi seperti budaya etis organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu anggota- anggotanya. Adanya pernyataan melalui hasil penulisan terdahulu yang telah menyatakan bahwa kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi perilaku disfungsional audit, maka penulis hendak mengkombinasikan kedua faktor yaitu Sifat Machiavellian dengan Budaya Etis Organisasi. Hal ini dikarenakan dalam hasil penulisan Saputri dan Wirama (2015) menunjukkan bahwa sifat

Machiavellian yang dimiliki auditor harus dikendalikan agar tidak terjadi perilaku disfungsional karena profesi sebagai auditor dituntut memiliki tanggung jawab etis pada publik. Didalam penulisan yang dilakukan oleh Rae dan Subramaniam (2008) dalam Pramudita (2013) menunjukkan bahwa di suatu lingkungan yang lebih etis, seorang karyawan akan lebih cenderung melakukan atau menjalankan peraturan peraturan perusahaan, dan menghindari perbuatan kecurangan di dalam instansi, lingkungan etis ini dapat dinilai dengan adanya budaya etis organisasi.Sehingga penulis ingin mengetahui dengan adanya pengendalian melalui budaya etis organisasi yang ada dalam sebuah perusahaan apakah dapat mempengaruhi seseorang yang memiliki sifat Machiavellian yang bersifat sangat manipulatif. Sejumlah penulisan telah menganalisis faktor sifat machiavellian yang mempengaruhi timbulnya perilaku disfungsional audit, namun demikian tidak banyak yang mengaitkan hal tersebut dengan budaya etis organisasi.

Penulisan terdahulu menurut Saputri dan Wirama (2015) menunjukkan bahwa sifat Machiavellian berpengaruh positif pada perilaku disfungsional auditor. Selain itu, penelitian Vosva ( 2015) menunjukkan bahwa bahwa sifat Machiavellian berpengaruh pada perilaku disfungsional. Sedangkan penulisan terdahulu mengenai Budaya Etis Organisasi menurut Artini, Adiputra dan Herawati (2014) menunjukkan bahwa Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Selain itu, penelitian Morris (2014) menunjukkan bahwa Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap Perilaku Disfungsional Auditor.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penulisan dan menggabungkan kedua variabel yaitu Sifat Machiavellian serta budaya etis organisasi ini dimana pada penulisan sebelumnya belum terdapat penulisan yang mengkombinasikan antar dua variabel tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kedua contoh penulisan sebelumnya mengatakan bahwa Sifat Machiavellian memiliki pengaruh positif dan Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap terhadap Perilaku Disfungsional Audit. Penulis ingin melihat dan mengetahui jika mengabungkan kedua variabel dari penulisan sebelumnya apakah variabel Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penulisan dan menggabungkan kedua variabel yaitu Sifat Machiavellian serta budaya etis organisasi ini dimana pada penulisan sebelumnya belum terdapat penulisan yang mengkombinasikan antar dua variabel tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kedua contoh penulisan sebelumnya mengatakan bahwa Sifat Machiavellian memiliki pengaruh positif dan Budaya Etis Organisasi berpengaruh negatif terhadap terhadap Perilaku Disfungsional Audit. Penulis ingin melihat dan mengetahui jika mengabungkan kedua variabel dari penulisan sebelumnya apakah variabel

Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi terhadap Perilaku Disfungsional Audit .”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi dan rendah dalam melakukan perilaku disfungsional auditnya serta mengetahui dengan adanya suatu kondisi budaya organisasi yang etis apakah dapat mempengaruhi seorang auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi untuk dapat mengurangi atau membatasi perilaku disfungsional audit yang dilakukannya. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi bagi praktisi yang bekerja di kantor akuntan publik untuk teliti dalam proses perekrutan auditor, mengetahui karakteristik personal auditor, serta untuk memperhatikan pentingnya kondisi budaya etis organisasi yang tercipta dalam kantor akuntan publik tersebut.

TELAAH LITERATUR Perilaku Disfungsional Audit

Dalam konteks auditing manipulasi dilakukan dalam bentuk dysfunctional behavior. Perilaku ini adalah alat bagi auditor untuk memanipulasi proses audit dalam upaya mencapai tujuan kinerja individual. Perilaku disfungsional menggambarkan kecenderungan perbuatan penyimpang dari yang semestinya dan dilakukan oleh seorang individu dalam melaksanakan tugasnya. Dalam lingkungan audit pusat dari konflik kepentingan yang paling jelas adalah persaingan untuk mendapatkan promosi yang terbatas, di mana karir seseorang di KAP tergantung dari evaluasi kinerjanya. Perilaku disfungsional terjadi pasca situasi ketika individu merasa dirinya kurang mampu mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya sendiri. SAS No 82 dalam Donelly et al (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Perilaku Disfungsional Auditor

(Dysfunctional Audit Behavior) merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al,2003). Ulum (2005) menyatakan bahwa perilaku disfungsional audit disebabkan oleh orientasi etika auditor yang rendah. Demikian juga Chan dan Leung (2006) menyebutkan bahwa perilaku disfungsional audit disebabkan auditor berperilaku tidak etis. Perilaku disfungsional dapat juga digolongkan sebagai perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah setiap tindakan yang diperbuat seseorang yang dapat berdampak buruk pada pihak lain, dimana tindakan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan atau aturan yang berlaku dan moral (Jones 1991). Kurangnya kejujuran dan integritas dengan menyajikan data yang salah merupakan salah satu ciri perilaku tidak etis (Arens dan Loebecke, 2002). Adapun indikator dari dysfunctional behavior adalah :

1) Premature sign-off Sesuai dengan standar auditing bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas maka auditor harus melaksanakan beberapa prosedur audit (IAI, 2001). Prosedur audit merupakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan audit. Premature sign-off merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang (Basuki dan Krisna, 2006). Kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item. Basuki dan Krisna (2006) menemukan bahwa premature signoff biasanya terjadi pada area audit dengan sedikit dokumentasi kertas kerja, misalnya pada saat tahapan dilakukannya prosedur analitik pada permulaan audit, pengujian terhadap pengendalian intern klien, dan pemeriksaan terhadap pekerjaan staf klien. Premature sign off memiliki dampak langsung pada kualitas audit, sehingga dapat menciptakan laporan audit yang kurang berkualitas dan akan mempengaruhi judgment atau opini pada laporan auditan. Oleh karena itu premature sign off harus dapat diminimalisasi sekecil mungkin.

2) Underreporting of time Dimensi perilaku dysfunctional yang lain ialah underreporting of time. Underreporting of time menyebabkan keputusan personal yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa underreporting of time atau adalah perilaku disfungsional yang dilakukan auditor dengan tidak melaporkan waktu yang sebenarnya atau menggunakan waktu pribadinya dalam mengerjakan prosedur audit dengan motivasi untuk menghindari atau meminimumkan anggaran yang berlebihan. Underreporting of time dapat dilakukan dengan datang beberapa jam lebih awal, tetap bekerja pada saat makan siang atau pada akhir minggu tanpa menuliskan extra hours ini pada time sheet (Basuki dan Krisna, 2006). Dengan melakukan hal tersebut terkesan bahwa auditor melaksanakan pekerjaan auditnya dengan waktu yang telah dianggarkan atau sesuai jadwal, padahal terdapat berjam-jam waktu dalam melakukan pengauditan yang tidak dicantumkan. Seperti memanipulasi waktu agar terlihat baik di mata supervisinya. Underreporting of time merupakan hal yang lazim dalam kegiatan yang dilakukan oleh auditor. Walaupun demikian, perilaku ini tetap merupakan perilaku disfungsional yang merupakan pelanggaran terhadap etika profesi. Underreporting of time menyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui.

3) Altering or Replacement of Audit Procedure Altering or replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang seharusnya telah ditetapkan dalam standar auditing.

Sifat Machiavellian

Paham Machiavelianis diajarkan oleh seorang ahli filsuf politik dari Italian bernama Niccolo Machiavelli (1469-1527). Christie dan Geis (1970) dalam penelitiannya mendeskripsikan kepribadian Machiavellian sebagai suatu kepribadian antisosial, yang tidak memperhatikan moralitas konvensional dan

mempunyai komitmen ideologis yang rendah. Disini, seorang Machiavellian mempunyai kecenderungan untuk mementingkan kepentingan sendiri, manipulatif dan agresif. Menariknya, machiavellian merupakan hal yang biasa dan dapat diterima dalam persepsi profesi bisnis, namun bukan tipe karakter yang menarik bagi profesi akuntan terutama auditor. Profesi auditor dituntut untuk mempunyai tanggung jawab etis yang bahkan lebih daripada tanggung jawab profesi lainnya. Eksistensi profesi sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat sebagai pengguna jasa profesi. Jika di profesi lain mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara auditor mendapat penugasan dan memperoleh fee dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan. Sedangkan Stephen Robbins (2002) mendefinisikan machiavellian sebagai tingkat dimana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian sifat Machiavellian adalah kepribadian yang cenderung mementingkan keuntungan pribadi, kurang mempunyai afeksi dalam hubungan personal, mengabaikan moralitas konvensional, dan memperlihatkan komitmen ideologi yang rendah, sehingga mempunyai kecenderungan untuk memanipulasi orang lain. Penelitian Purnamasari (2006) menemukan bahwa individu dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih mungkin melakukan tindakan yang tidak etis dibandingkan individu dengan sifat Machiavellian rendah. Sehingga diekspektasikan bahwa individu dengan sifat machiavellian tinggi akan lebih mungkin melakukan tindakan yang tidak etis dibandingkan individu dengan sifat Machiavellian rendah. Ciri-ciri machiavellian dalam Chrismastuti dan Purnamasari (2006) adalah individu dengan sifat machiavellian yang tinggi cenderung bertindak tidak independen, berperilaku tidak etis dan bersifat manipulatif. Skala mach yang dikembangkan Richmond dalam Chrismastuti dan Purnamasari (2006) ini mengacu pada 4 pertanyaan etis : 1) transparansi, 2) kejujuran, 3) kemoralan, 4) penghargaan.

Budaya Etis Organisasi

Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan (Armstrong dalam Pramudita, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan aspek subjektif dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi. Hal ini dapat memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi semua kegiatan bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Budaya organisasi yang kuat akan lebih mempengaruhi karyawan daripada budaya yang lemah. Jika budaya dalam sebuah organisasi kuat dan mendorong standar etika yang tinggi, pasti akan berpengaruh kuat dan positif terhadap perilaku karyawan. Menurut Stephen Robbins (2002) menyatakan bahwa isu dan kekuatan suatu budaya organisasi mempengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya kemungkinan paling besar untuk membentuk standar etika tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap resiko tinggi, rendah sampai sedang dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain juga hasil. Budaya organisasi yang kuat akan lebih memengaruhi karyawan daripada budaya yang lemah. Jika budayanya kuat dan mendorong standar etika yang tinggi, ia pasti akan berpengaruh kuat dan positif terhadap perilaku karyawan. Budaya organisasi memiliki sejumlah fungsi dalam sebuah organisasi diantaranya adalah :

1. Sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya organisasi menciptakan perbedaan atau distingsi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.

2. Budaya organisasi memuat rasa identitas anggota organisasi.

3. Budaya organisasi memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu

4. Budaya organisasi meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.

5. Budaya organisasi bertindak sebagai mekanisme sense-making serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

Budaya etis organisasi merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu panutan bagi semua anggota organisasi, tingkah laku disini merupakan suatu tingkah laku yang dapat diterima oleh moral dan benar secara hukum, didalam suatu budaya organisasi yang etis terdapat adanya suatu komitmen dan lingkungan yang etis pula.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Perilaku Disfungsional Audit

Paham Machiavelianis diajarkan oleh seorang ahli filsuf politik dari Italian bernama Niccolo Machiavelli (1469-1527). Machiavellianisme didefinisikan sebagai ”sebuah proses dimana manipulator mendapatkan lebih banyak reward dibandingkan yang dia peroleh ketika tidak melakukan manipulasi, ketika orang lain mendapatkan lebih kecil, minimal dalam jangka pendek Christie dan Geis (1970). Sifat Machiavellian diekspektasikan menjadi konstruk tambahan yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku tidak etis atau membantu menstimulus perbedaan perilaku etis. Individu dengan sifat Machiavellian tinggi cenderung lebih berbohong McLaughlin (1970), kurang bermoral, dan lebih manipulatif. Oleh karena itu diduga bahwa perilaku yang memiliki kecenderungan untuk berbohong, kurang bermoral, dan lebih manipulatif dapat mengabaikan independensinya sebagai auditor dengan mengikuti kemauan klien. Auditor dapat mengubah hasil audit demi mendapatkan lebih banyak reward dengan melakukan penggantian prosedur audit (Replacing/ Altering Audit Procedures). Dalam konteks audit, Machiavellians lebih cenderung untuk menggunakan perilaku disfungsional audit untuk mengatasi tekanan dari lingkungan audit

Individu yang memiliki sifat Machiavellian tinggi berusaha memanfaatkan keadaan untuk memperoleh keuntungan pribadi dan cenderung untuk tidak patuh

pada peraturan (Ghosh dan Crain, 1996 dalam Purnamasari, 2006). Hasil penelitian Richmond (2001) menunjukkan bahwa kecenderungan seseorang semakin tinggi untuk melakukan tindakan yang tidak etis apabila sifat Machiavellian yang dimilikinya semakin tinggi. Seorang auditor yang memiliki kecenderungan sifat Machiavellian tinggi kemungkinan akan melakukan tindakan yang melanggar aturan etika profesi sehingga menyebabkan terjadinya perilaku disfungsional yang akan meragukan independensi seorang auditor dalam mengaudit suatu perusahaan. Oleh karena itu diduga bahwa Machiavellians cenderung akan menggunakan perilaku disfungsional audit untuk mengatasi tekanan dari lingkungan audit. Hal ini didukung dengan pernyataan oleh Saputri & Wirama (2015) yang menjelaskan bahwa Semakin tinggi sifat Machiavellian yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi pula kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku disfungsional. Berdasarkan riset terdahulu dan argumentasi diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi akan cenderung melakukan perilaku disfungsional audit dibandingkan auditor yang memiliki sifat machiavellian rendah.

Pengaruh Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi terhadap Perilaku Disfungsional Audit

Kepribadian Machiavellian dideskripsikan sebagai kepribadian yang kurang mempunyai afeksi dalam hubungan personal, mengabaikan moralitas konvensional, dan memperlihatkan komitmen ideologi yang rendah, sehingga mempunyai kecenderungan untuk memanipulasi orang lain Christie and Geis (1970). Kohlberg (1981) dalam Yuliana (2012) menjelaskan bahwa orientasi etika mempunyai

hubungan dengan dimensi-dimensi etis seperti Machiavellianisme. Skala Machiavellian ini menjadi proksi perilaku moral yang mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan etis Hegarty dan Sims (1979) dan Trevino et al. (1986). Sehingga diekspektasikan bahwa individu dengan sifat hubungan dengan dimensi-dimensi etis seperti Machiavellianisme. Skala Machiavellian ini menjadi proksi perilaku moral yang mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan etis Hegarty dan Sims (1979) dan Trevino et al. (1986). Sehingga diekspektasikan bahwa individu dengan sifat

Seseorang yang memiliki sifat Machiavellian adalah orang rela mengorbankan etika untuk mencapai tujuan mereka (Gable dan Dangello 1994). Dalam situasi di mana mereka tidak mampu untuk mendapatkan bala bantuan yang diperlukan untuk bertahan hidup, mereka melihat manipulasi orang lain sebagai pertahanan yang diperlukan (Solar dan Bruehl 1971). Perilaku Machiavellian yang paling mungkin untuk mewujudkan diri dalam situasi di mana ada persepsi dari tingkat kontrol yang tinggi (Gable dan Dangello 1994). Oleh karena itu diduga bahwa seorang Machiavellian yang dapat mengorbankan etika untuk tujuan mereka. Stephen Robbins (2002) juga menyatakan bahwa tingginya sifat machiavellian ini dapat diredam dengan faktor situasional dan telah ditemukan bahwa individu dengan sifat machiavellian yang tinggi akan berkembang baik salah satunya ketika situasi mempunyai sedikit peraturan, yang memungkinkan kebebasan improvisasi seperti dalam melakukan perilaku disfungsional audit. Oleh karena itu diduga dalam lingkungan auditor bekerja perlu diterapkan sebuah kondisi yang etis untuk membatasi improvisasi yang dilakukan oleh auditor dalam perilaku disfungsional audit. Berdasarkan riset terdahulu dan argumentasi diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Auditor yang memiliki sifat machiavellian tinggi dan bekerja pada budaya organisasi yang etis akan cenderung memiliki perilaku disfungsional yang lebih rendah dibandingkan jika bekerja pada budaya organisasi yang tidak etis.

KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan permasalahan di atas, maka model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sifat Perilaku H1

Disfungsional Machiavellian

Auditor

H2

Budaya Etis Organisasi

Gambar 1. Model Penelitian

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan sifat machiavellian terhadap perilaku disfungsional audit sudah banyak dilakukan sebelumnya. Sedangkan budaya etis organisasi terhadap perilaku disfungsional audit penulis hanya menjumpai jurnal internasional saja. Di Indonesia, penulis hanya menemukan penelitian budaya etis organisasi yang melihat pengaruhnya terhadap kecurangan akuntansi dan pengendalian internal. Oleh karena itu penulis mencoba menggabungkan dua variabel tersebut untuk meneliti Pengaruh Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi terhadap Perilaku Disfungsional Audit karena belum terdapat penelitian yang mengkombinasikan antar dua variabel tersebut.

Tabel 1

Rangkuman Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Machiavellian Yuli

1 I.G.Agung

A. Sifat

Penyebaran

• Sifat

berpengaruh pada perilaku Saputri dan B.Tipe

Machiavellian

kuesioner di KAP

disfungsional auditor. Dewa Gede kepribadian

Bali.

Hasil

diolah • Semakin tinggi sifat Wirama

kuesioner

Machiavellian yang dimiliki (2015)

C.Perilaku

dengan

Disfungsional

auditor, maka semakin tinggi Audit

menggunakan uji

regresi.

pula kecenderungan auditor untuk melakukan perilaku

disfungsional. • Tipe Kepribadian berpengaruh

pada perilaku disfungsional auditor.

2 Sartika • A. S

Machiavellian (2013)

Sifat Teknik

• Sifat

berpengaruh signifikan positif • B. Perkembangan dengan

Machiavellian

pengumpulan data

terhadap perilaku Moral

disfungsional. • C.

menyebarkan

Perilaku kuesioner kepada • Perkembangan Moral Disfungsional

manager-manager

berpengaruh signifikan negatif

perusahaan.

terhadap perilaku

regresi berganda.

Machiavellian Purnamasar Machiavellian

3 Vena a. A. Sifat

Penyebaran

• Sifat

berhubungan negatif dengan i , SE.,Msi

kuesioner kepada

independensi dan perilaku etis (2006)

b. B. Independensi

140 auditor. Data

c. C.Pertimbangan

itu dikumpulkan

auditor.

Etis

• Artinya auditor yang memiliki d. D. Perilaku etis dan diuji dengan

oleh mail survey

sifat Machiavellian tinggi auditor

analisis jalur.

akan

cenderung lebih menyetujui

penyimpangan terhadap independensi dan cenderung berperilaku tidak etis.

No Peneliti

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

• Empat konstruk kepemimpinan Morris

4 Jan Taylor a. A. Authentic Penyebaran

otentik memiliki pengaruh (2014)

Leadership

kuesioner di KAP

terhadap persepsi karyawan

dari sisi etika budaya organisasi culture

b. B. Ethical firm dikirimkan melalui

email kepada 436

perusahaan.

• Budaya organisasi berpengaruh culture

c. C. Ethical firm senior auditor.

perilaku

anggota individu(DAB).

• Terdapat pengaruh negatif Pramudita

5 Aditya a. A. Gaya

Teknik

antara gaya kepemimpinan (2013)

Kepemimpinan

pengambilan

b. B. Keefektifan

fraud di sektor Sistem

sampel

dengan

pemerintahan. Pengendalian

menggunakan

• Terdapat pengaruh negatif Internal

convenience

antara keefektifan pengendalian c. C. Komitmen

sampling . Sampel

internal dengan fraud di sektor Organisasi

penelitian

ini

pemerintahan d. D. Kesesuaian

sejumlah 111

pegawai dinas Kota • Tidak terdapat pengaruh antara Kompensasi

komitmen organisasi dengan e. E. Budaya Etis

Salatiga.

fraud di sektor pemerintahan. Organisasi

Pengumpulan data

• Terdapat pengaruh negatif f. F. Penegakan

dengan

antara kesesuaian kompensasi Hukum

menggunakan

fraud di sector g. G.Kecenderunga data

kuesioner. Analisis

dengan

pemerintahan. n Terjadinya

dalam

penelitian

ini • Terdapat pengaruh negatif

Fraud menggunakan

antara budaya etis organisasi

analisis full model

dengan

fraud di sektor

Structural Equation

pemerintahan.

Modeling

(SEM) • Tidak terdapat pengaruh antara

dengan alat analisis

penegakan hokum dengan smart- fraud di sektor pemerintahan.

PLS.

6 Artini, N. a. A. Budaya etis

• Terdapat pengaruh negatif dan L. E. A., organisasi

Penyebaran

signifikan antara budaya etis Adiputra, I. b. B. Efektivitas

kuesioner kepada

organisasi terhadap M. P., Si, Pengendalian

88 pegawai Dinas

kecenderungan kecurangan M.,

Pemerintah

akuntansi. Herawati,

Internal

Kabupaten

c. C. Jembrana. Analisis • Terdapat pengaruh negatif N. T., & d. Kecenderungan

dan signifikan antara budaya AK,

data menggunakan

etis organisasi dan efektivitas (2014).

S. Kecurangan

analisis regresi

Akuntansi

linear

pengendalian internal terhadap

berganda.

kecenderungan kecurangan akuntansi.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Provinsi Jawa Tengah diantaranya adalah Semarang, Solo, dan Jogja. Sampel yang terpakai dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang memberikan ijinnya untuk penulis melakukan penelitian pada KAP tersebut. Pengambilan sampel menggunakan convinience sampling, yaitu dengan menghubungi kantor akuntan publik (KAP) yang berada di kota Semarang, Solo, dan Jogja yang bersedia untuk menjadi responden.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan survey kepada para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Provinsi Jawa Tengah. Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung dengan mendatangi dan memberikan langsung ke tiap KAP dituju. Setiap kantor akuntan publik hanya menerima maksimal lima kuesioner penelitian. Kuesioner penelitian berisi mengenai beberapa pertanyaan yang terkait identitas responden serta pertanyaan yang telah dirumuskan terkait variabel dalam penelitian ini.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan vignette di lapangan terhadap target populasi. Kuesioner penelitian ini berisi mengenai pertanyaan untuk mengetahui skor sifat machiavellian seorang auditor. Selanjutnya karena penulis tidak dapat mengetahui situasi dan kondisi budaya organisasi tempat masing-masing responden bekerja, penulis memberikan vignette berupa dua kasus yang mengambarkan situasi dan kondisi budaya organisasi etis dan tidak etis. Vignette merupakan skenario dengan deskripsi singkat dari sebuah situasi yang dihasilkan dengan cara menggabungkan karakteristik secara acak dan dimanipulasi oleh peneliti (Ganong dan Coleman, 2006). Dalam satu kuesioner yang disusun oleh penulis, responden dihadapkan pada dua situasi budaya organisasi yang berbeda yaitu etis dan tidak etis yang kemudian pada masing-masing vignette tersebut berisi pertanyaan mengenai Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan vignette di lapangan terhadap target populasi. Kuesioner penelitian ini berisi mengenai pertanyaan untuk mengetahui skor sifat machiavellian seorang auditor. Selanjutnya karena penulis tidak dapat mengetahui situasi dan kondisi budaya organisasi tempat masing-masing responden bekerja, penulis memberikan vignette berupa dua kasus yang mengambarkan situasi dan kondisi budaya organisasi etis dan tidak etis. Vignette merupakan skenario dengan deskripsi singkat dari sebuah situasi yang dihasilkan dengan cara menggabungkan karakteristik secara acak dan dimanipulasi oleh peneliti (Ganong dan Coleman, 2006). Dalam satu kuesioner yang disusun oleh penulis, responden dihadapkan pada dua situasi budaya organisasi yang berbeda yaitu etis dan tidak etis yang kemudian pada masing-masing vignette tersebut berisi pertanyaan mengenai

Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan eksperimen 2x2 antar subjek (between subject), dimana peneliti menggunakan dua variabel independen berupa Sifat Machiavellian dan Budaya Etis Organisasi. Kedua variabel independen tersebut akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, yakni perilaku disfungsional audit. Dalam eksperimen ini, desain antar subjek dipilih dengan tujuan agar setiap subjek yang berbeda mendapatkan paparan manipulasi yang berbeda (Nahartyo, 2012).

Dalam penelitian ini, mula-mula subyek penelitian akan dibedakan berdasarkan hasil skor pada kuesioner sifat machiavellian yaitu rendah atau tinggi. Kriteria yang digunakan untuk menentukan sifat machiavellian responden didasarkan pada hasil rata-rata skor sifat mach pada keseluruhan responden. Responden akan masuk ke dalam kategori sifat machiavellian rendah apabila skor berada di bawah rata-rata begitu sebaliknya dengan kategori sifat machiavellian tinggi. Setiap responden akan dihadapkan dengan dua vignette yang berbeda yaitu vignette situasi budaya organisasi yang etis dan yang kedua adalah vignette situasi budaya organisasi yang tidak etis. Melalui kedua vignette tersebut, responden akan menjawab pernyataan mengenai perilaku disfungsional audit. Peneliti akan melihat apakah akan terdapat perubahan jawaban dengan adanya dua vignette situasi budaya organisasi yang berbeda. Dengan demikian akan didapat empat kelompok subyek sebagai berikut :

Grup 11 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi etis Grup 21 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi etis Grup 12 : Sifat machiavellian rendah, budaya organisasi tidak etis Grup 22 : Sifat machiavellian tinggi, budaya organisasi tidak etis

Tabel 2

Matrix Perilaku Disfungsional Auditor

2x2 Between Subject

Budaya Organisasi Perilaku Disfungsional Audit

Tidak Etis Sifat Machiavellian

Teknik Analisis Data Pilot Test

Pilot test (penelitian pendahuluan) dilakukan terhadap beberapa mahasiswa S1 Akuntansi yang sudah mengambil matakuliah auditing. Pilot test dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan dalam desain survei. Hal ini mungkin adalah salah satu langkah yang paling penting dalam mengelola survei. Pilot test memberikan umpan balik pada peneliti apakah kata-kata survei dan kejelasan telah jelas untuk semua responden dan apakah pertanyaan diartikan sebagai hal yang sama untuk semua responden.

Analisis Data

Metode analisis data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan melakukan beberapa uji diantaranya adalah :

Uji Kualitas Data

1. Uji Validitas Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan 1. Uji Validitas Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur (Sugiharto dan Sitinjak, 2006). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan

2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien kehandalan atau alpha: < 0,6 (tidak reliabel), 0,6-0,7 (acceptable), 0,7-0,8 (baik) dan >0,8 (sangat baik).

Uji Asumsi Klasik

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26