Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia.
PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA
DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI
PT GALIH ESTETIKA INDONESIA
NORISA ADHI TINA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPS
ABSTRAK
NORISA ADHI TINA. Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada
Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia. Dibimbing oleh
SAM HERODIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pada tingkat
usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat/sarana kerja
pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan rekomendasi tata
kerja yang optimal berkaitan dengan penggunaan alat/sarana kerja serta
penjadwalan kerja proses pengolahan ubi jalar melalui pendekatan ergonomi.
Subjek penelitian berjumlah 12 orang pada golongan usia tua, usia menengah dan
usia muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi energi saat
melakukan kerja terbesar pada subjek golongan usia tua. Sehingga shift kerja pagi
lebih baik dikerjakan oleh usia tua dibantu usia menengah dan usia muda,
sedangkan shift sore dan malam sebaiknya dikerjakan oleh usia menengah dan
usia muda. Produktivitas tertinggi dicapai oleh subjek golongan usia menengah
yang konstan pada setiap shift kerja. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa beban
kerja subjek berada pada kategori beban kerja sedang, namun sarana kerja subjek
berada pada kategori sangat tidak nyaman untuk penggunaan sarana/alat kerja
yang telah ada sehingga diperlukan perbaikan sesuai dengan dimensi antropometri
pekerja.
Kata kunci : beban kerja, pengolahan ubi jalar, perancangan tata kerja, sarana/alat
kerja
ABSTRACT
NORISA ADHI TINA. Work System Design of Sweet Potato Peeling-Checking
Process in PT Galih Estetika Indonesia. Supervised by SAM HERODIAN.
The objective of the research were to examine the workload for several age
levels of workers, to observe the tools and equipments utilization effect to fatigue,
and also to recommend an optimal work system that related with tools/equipment
utilization and work scheduling through ergonomic approach of sweet potato
processing. The subjects employed in this research were 12 employees that
divided based on age level into young, middle, and old age. The results of this
research showed that the highest energy consumption when doing a work is on
subject in old age group. Therefore, the morning shift is preferable to be taken by
the old age workers with assistance from young and middle age workers, whereas
afternoon and night shift were preferable for middle and young age. The highest
productivity was coming from the middle age group that was constant in every
work shift. The questionnaire results indicated that the workload of subjects on
medium workload category, but in case of working equipment, subjects were
situated in very uncomfortable category for using working tools and equipment,
so the repairments based on anthropometric dimensions are required in order to fit
the workers to the task.
Keywords : sweet potato processing, workload, work system design, work
tools/equipment
PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA
DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI
PT GALIH ESTETIKA INDONESIA
NORISA ADHI TINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penelitian dengan judul Perancangan
Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih
Estetika Indonesia dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah
direncanakan. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Wiwik Utami, perempuan hebat yang mampu mengantarkan kedua
putrinya hingga menjadi sarjana, yang selalu memberikan doa, semangat dan
kasih sayang yang berlimpah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak
perempuan Ariska Duti Lina yang selalu memberi dukungan dan doa terbaik.
2. Dr Ir Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, saran yang membangun, pendampingan
selama proses penyelesaian skripsi ini.
3. Dr Ir I Wayan Astika, M Si dan Dr Lenny Saulia, STP, M Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan ilmu serta saran yang membangun bagi
penulis.
4. Pihak PT Galih Estetika Indonesia yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk dapat melaksanakan penelitian, serta seluruh subjek penelitian
yang telah membantu lancarnya proses penelitian. Keluarga Bapak Edi
Akhmad yang telah membantu penulis dalam penyediaan tempat tinggal
selama proses penelitian.
5. Beasiswa Bidikmisi sebagai pemberi dana pendidikan untuk penulis selama
proses perkuliahan.
6. Rekan-rekan TMB angkatan 48 (Regenboog) yang selalu membanggakan,
penuh semangat serta memberikan banyak cerita kebersamaan selama 3
tahun menuntut ilmu bersama. Partner dan sahabat hebat yang selalu
memberikan dukungan, nasehat, dan saran untuk penulis Taufik Nugraha,
Rosari Prabawati, Abi Rafdi Aziz, Anggun Puspita Anggoro, Riendy
Puspitasari dan lainnya.
7. Teman-teman Wisma Fauziah yang menjadi pengganti peran keluarga
dirumah, penyemangat serta menjadi keluarga baru di tanah rantau.
8. Teman-teman Sarjana Pendamping Demfarm Optimasi IPB 3S Karawang
yang telah memberikan semangat untuk penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor,
Agustus 2015
Norisa Adhi Tina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODOLOGI
2
Waktu dan Tempat
2
Peralatan dan Subjek Penelitian
2
Tahapan Penelitian
3
Tahapan Pendahuluan
4
Tahapan Pengambilan Data
5
Tahapan Pengolahan Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta
Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar
9
11
Kalibrasi Metode Step test
11
Beban Kerja Kuantitatif
16
Kelelahan Kerja
24
Analisis Perancangan Sarana Kerja
26
Beban Kerja Kualitatif
34
Rekomendasi Perancangan Tata Kerja
36
SIMPULAN DAN SARAN
38
Simpulan
38
Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
60
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Karakteristik subjek penelitian
Konversi BME ekuivalem VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh
Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR
Macam persentil dan cara perhitungannya
Kegiatan kerja pada bagian kupas-periksa
Nilai perhitungan BME subjek penelitian
Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test
Nilai IRHRst dan WECst
Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst dengan IRHRst
Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar
Kategori beban kerja
Data antropometri posisi duduk
Hasil pengolahan data antropometri subjek
Kategori beban kerja kuesioner
Kategori sarana/alat kerja kuesioner
3
5
6
8
10
12
14
15
15
20
23
28
28
35
35
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diagram alir tahap penelitian
Grafik denyut jantung step test Subjek 2
Grafik denyut jantung step test Subjek 4
Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 2
Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 4
Grafik rata-rata HR shift pagi
Grafik rata-rata HR shift sore
Grafik rata-rata HR shift malam
Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi selama melakukan kerja
Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore selama melakukan kerja
Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam selama melakukan
kerja
Grafik persentase kelelahan usia 3
Grafik persentase kelelahan usia 2
Grafik persentase kelelahan usia 1
Data antropometri posisi duduk
Posisi sarana kerja yang telah ada
Dimensi sandaran punggung dan kemiringan sadaran punggung
Bentuk fisik kursi kerja beserta dimensinya
Posisi pekerja saat meraih ubi dari dalam loyang
Sudut bentukan tempat duduk dan sandaran duduk
Tata letak sarana kerja yang ada
Tata letak sarana kerja rekomendasi
Posisi kerja pengolahan ubi
Pisau kerja pengolahan ubi jalar
Rekomendasi tata letak sarana kerja
4
13
13
16
16
17
18
18
21
21
22
25
25
25
26
27
30
31
32
32
33
33
34
37
38
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kuisioner penelitian
Lembar Checklist kelelahan kerja
Contoh Perhitungan Nilai BME (Basal Metabolic Energy)
Perhitungan WECstep test
Perhitungan IRHRwork
Analisis antropometri sarana kerja proses kupas-periksa ubi jalar
Hasil skor kuesioner dan perhitungan skala interval
Tabel uji validitas kuisioner
Tabel uji reliabilitas kuesioner
Tabel nilai r-product moment
Penentuan jumlah subjek
41
44
45
45
46
47
49
50
54
55
56
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT. Galih Estetika Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pengolahan ubi jalar yang merambah pada pemasaran ekspor.
Perkembangan industri pengolahan ubi jalar ini memberikan dampak positif
kepada masyarakat karena penyediaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan
masyarakat dengan penerapan sistem kerja padat karya, sehingga dapat menyerap
sebanyak mungkin tenaga kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Proses produksi dilakukan secara manual oleh pekerja karena perusahaan
menerapkan sistem kerja padat karya pada sebagian besar proses produksi. Oleh
karena itu kajian mengenai ergonomika menjadi bahasan yang penting antara
interaksi manusia dengan lingkungan kerja.
Ergonomika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala
pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan
secara sistematis manfaat tersebut untuk tujuan perancangan teknik (desain bendabenda), fasilitas sehingga dapat tercipta sistem lingkungan kerja yang lebih sesuai
dengan manusia. Desain suatu kerja harus menjadikan manusia sebagai pusat
dalam perancangannya, hal tersebut mengartikan bahwa segala sesuatu yang
dirancang seperti metode kerja, peralatan, lingkungan fisik kerja dan bahkan
organisasi kerja harus dapat mengakomodasi kemampuan dan keterbatasan
manusia agar manusia dapat melakukan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.
Beban kerja harus dianalisa dan disesuaikan dengan kemampuan pekerja untuk
dapat mengetahui tata kerja yang sesuai untuk dibebankan pada tenaga kerja.
Beban kerja atau workload merupakan usaha yang dikeluarkan pekerja untuk
memenuhi “permintaan” dari pekerjaan. Kapasitas kerja adalah kemampuan
pekerja yang dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seorang pekerja
(Napitupulu 2009).
Interaksi antara manusia dengan lingkungan kerja merupakan aspek penting
yang perlu dipelajari lebih mendalam dan diharapkan hubungan yang ada dapat
menjadikan pekerja/pelaku produksi dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan
sehat. Tingkat beban kerja yang dialami pekerja merupakan salah satu aspek yang
penting untuk mengetahui kesesuaian penempatan shift kerja berdasarkan usia
para pekerja serta untuk mengetahui tingkat kenyaman pekerja pada saat
menggunakan alat dan sarana kerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan
maksimal dan produktivitas pekerja dapat berada pada tingkat optimum untuk
dapat memenuhi permintaan produksi perusahaan.
Perumusan Masalah
Kelelahan kerja terjadi karena beban kerja yang cenderung statis ataupun
monoton, hal tersebut terjadi pada perusahaan yang belum menerapkan sistem dan
metode kerja yang efektif. Keluhan yang dirasakan pekerja menjadi dasar
pengkajian yang lebih dalam mengenai tata kerja yang berlaku pada pekerjaan,
sehingga perlu dilakukannya perancangan tata kerja yang sesuai pada kegiatan
2
pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses kupas-periksa ubi jalar untuk produk
pasta ubi jalar beku. Perancangan tata kerja dilakukan pada tingkat beban kerja
yang diterima pekerja untuk menyusun penjadwalan kerja serta kenyamanan
pekerja dalam penggunaan alat/sarana kerja.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pekerja pada
tingkat usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat dan
sarana kerja pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan
rekomendasi tata kerja yang optimal yang berkaitan dengan penggunaan alat dan
sarana kerja serta penjadwalan kerja melalui pendekatan ergonomi.
Ruang Lingkup Penelitian
Perhatian dalam memecahan masalah agar dapat terpusat, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang
akan dibahas yaitu :
1. Penelitian dilakukan pada proses pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses
kupas-periksa ubi jalar untuk produk ubi pasta.
2. Tingkat beban kerja, kelelahan kerja penggunaan alat dan sarana kerja.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Mei
2015. Penelitian dilaksanakan di PT Galih Estetika Indonesia, Kuningan sebagai
tempat pengamatan dan pengambilan data secara langsung dan Laboratorium
Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB
Peralatan dan Subjek Penelitian
Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stopwatch, heart rate
monitor, digital metronome, bangku step test, timbangan badan, lembar
pengamatan dan kuisioner, pita ukur, dan perangkat komputer dengan dilengkapi
software pendukung serta program pengolahan data statistika.
3
Subjek Penelitian
Perancangan tata kerja didasarkan pada beberapa pengkuran yang dilakukan
terhadap subjek pekerja pada bagian pengecekan ubi pasta. Pengukuran dilakukan
pada 12 orang pekerja periksa ubi pasta yang terbagi dalam tiga kategori usia,
yaitu usia 1 (< 20 tahun), usia 2 (20 – 40 tahun) dan usia 3 (> 40 tahun).
Penentuan jumlah subjek yang diambil berdasarkan pada rumus Slovin yang
terdapat pada Lampiran 11. Data mengenai karakteristik masing-masing subjek
ditampilkan pada Tabel 1.
Kategori
Usia
> 40
tahun
20 – 40
tahun
< 20
tahun
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
Usia
Pendidikan Lama Bekerja
(tahun)
Terakhir
pada Bagian
Kupas-periksa
52
SMA
20 tahun
48
SD
19 tahun
48
SMP
18 tahun
45
SD
18 tahun
37
SMP
1 tahun
37
SMP
2 tahun
30
SMA
1 tahun
36
SMP
2 tahun
17
SMP
2 bulan
18
SMP
3 bulan
18
SMP
2 bulan
17
SMP
2 bulan
Berat
Badan
(kg)
54.5
57.5
48.5
40
58
59
44
58
44
35
45
38.5
Tinggi
Badan
(cm)
156
149
142
142
152
158
148
154
151
156
149
148
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, tahap pertama yaitu tahap
pendahuluan, kedua adalah tahap pengambilan data. Tahap ketiga adalah tahap
pengolahan data, pada tahap ini data yang telah diambil baik data kuantitatif
maupun data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan metode yang
ditentukan peneliti. Tahap yang terakhir adalah tahap perbaikan, pada tahap ini
data yang telah dianalisis akan dilakukan proses optimasi untuk menghasilkan
output rekomendasi untuk perusahaan. Tahap-tahap penelitian disajikan pada
diagram alir pada Gambar 1.
4
Mulai
Tahapan Pendahuluan
1. Pengamatan umum
2. Pemilihan, pendataan subjek penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Tahapan Pengambilan Data
Denyut jantung step test
Denyut jantung aktivitas kerja
Data antropometri posisi kerja
Data kelelahan pekerja
Data produktivitas kerja
Tahapan Pengolahan Data
Kelelahan Kerja
Checklist kelelahan
kerja
Kuesioner alat/sarana
kerja
Dimensi sarana kerja
Beban Kerja
Kuesioner beban
kerja
Tingkat beban
kerja
Tahapan Perancangan Tata Kerja
Rekomendasi
Selesai
Gambar 1 Diagram alir tahap penelitian
Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap observasi awal mengenai lingkungan,
budaya dan kondisi kerja tempat penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk dapat
mengetahui kegiatan serta dapat menyesuaikan proses pengambilan data dengan
sistem kerja yang berlaku di perusahaan. Pengambilan data dilakukan saat mulai
kerja hingga berakhirnya jam kerja. Pengambilan data terhadap subjek akan
dilakukan pada tiga jadwal kerja (shift kerja) yang telah berlaku di PT Galih
Estetika Indonesia dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:
5
a.
b.
c.
shift pagi
: 08.00-16.00 WIB
shift sore
: 16.00-23.00 WIB
shift malam : 24.00-07.00 WIB
Tahap Pengambilan Data
Data yang diambil pada penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data step test
2. Pengambilan data denyut jantung selama bekerja
3. Pengambilan data hasil kerja kupas ubi
4. Pengambilan data kuesioner dengan format kuisioner pada Lampiran 1
5. Pengambilan data antropometri subjek penelitian serta dimensi alat/sarana
kerja
Tahap Pengolahan Data
Perhitungan kelelahan kerja berdasarkan denyut jantung (heart rate), secara
umum setiap individu memiliki karakteristik fisik dan fisiologi yang berbeda dan
spesifik, termasuk di dalamnya Nilai Basal Metabolic Energy (BME). Nilai BME
dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan usia. Salah satu
metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan
menghitung dimensi tubuh, ditentukan oleh perhitungan luasan tubuh yang
kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO2). Luas permukaan
dapat dihitung dengan persamaan Du’Bois yang tertera pada persamaan 1 (Syuaib
dalam Lovita 2009):
(1)
Keterangan :
A
= Luas permukaan tubuh (m2)
H
= Tinggi badan (cm)
W
= Berat badan (kg)
Berdasarkan perhitungan luasan tubuh dengan menggunakan persamaan
tersebut, BME (ekuivalen terhadap VO2) bisa ditentukan dengan menggunakan
tabel konversi yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Konversi BME ekivalen VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh
1/100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
m
1.1
136
137
138
140
141
142
143
145
146
147
1.2
148
150
151
152
153
155
156
157
158
159
1.3
161
162
163
164
166
167
168
169
171
172
1.4
173
174
176
177
178
179
181
182
183
184
1.5
186
187
188
189
190
192
193
194
195
197
1.6
198
199
200
202
203
204
205
207
208
209
1.7
210
212
213
214
215
217
218
219
220
221
1.8
223
224
225
226
228
229
230
231
233
234
1.9
235
236
238
239
240
241
243
244
245
246
Sumber : Nurmanjiru (1969) dalam Syuaib (2003)
6
Menurut Sanders dan McCormick (1993), secara umum konsumsi 1 liter
oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. BME dapat dihitung
menggunakan persamaan 2:
Keterangan:
BME = Basal metabolic energy (kkal/menit)
VO2 = Konversi nilai VO2 dari luas permukaan tubuh (l/min)
e
= Konsumsi 1 liter O2 ekuivalen dengan energi sebesar 5 kkal
k
= Koefisien gender ( k=1 untuk pria, k=0.95 untuk wanita)
Subjektivitas nilai Heart Rate (HR) yang umumnya dipengaruhi faktorfaktor personal, psikologis dan lingkungan perlu dihindari sehingga perhitungan
nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif (Syuaib 2003).
Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat
bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan IRHR
(Increase Ratio of Heart Rate). IRHR dapat dirumuskan dengan persamaan 3.
Keterangan : HRwork
= Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (watt)
HRrest
= Denyut jantung saat istirahat (watt)
Nilai IRHR dapat menunjukkan kategori dari jenis pekerjaan untuk masingmasing pekerja (Syuaib 2003). Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR
Kategori
Nilai IRHR
Ringan
1.00 < IRHR < 1.25
Sedang
1.25 < IRHR < 1.50
Berat
1.50 < IRHR < 1.75
Sangat Berat
1.75 < IRHR < 2.00
Tetapi sebelumnya dilakukan pengkalibrasian dalam pengukuran dengan
menggunakan metode step test. Menurut Herodian et al (1997), tenaga yang
dibutuhkan pada saat step test dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.
Keterangan : WEC = Work energy cost (kkal/menit)
m
= Massa (kg)
g
= Percepatan gravitasi (m/s2)
h
= Tinggi bangku step test (m)
f
= Frekuensi step test (siklus/menit)
Nilai IRHR yang didapatkan dari HRrest dan HRwork pada saat melakukan
step test dihubungkan dengan besarnya daya yang digunakan saat step test
tersebut dan dapat diketahui persamaan garis lininernya dengan menggunakan
persamaan 5 (Herodian et al 1997).
7
Keterangan : Y = IRHR
X = WEC (kkal/menit)
Setiap subjek mempunyai persamaan yang berbeda-beda. Persamaan inilah
yang digunakan untuk menduga nilai daya pada saat bekerja untuk masing-masing
subjek. Pengukuran beban kerja saat aktivitas kupas-periksa ubi menghasilkan
nilai denyut jantung saat istirahat dan denyut jantung selama kerja.
Selanjutnya, energi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan
dapat dihitung menggunakan data BME (Basal Metabolic Energy) dan WEC
(Work Energy Cost) dengan menggunakan persamaan 6.
Keterangan : TEC = Total energy cost (kkal/menit)
WEC = Work energy cost (kkal/menit)
BME = Basal metabolic energy (kkal/menit)
Terminologi kebutuhan energi kerja menyatakan bahwa terdapat istilah
Total Energy Cost per Weight (TEC’). TEC’ merupakan nilai dari TEC yang
dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh
seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC’ perlu dihitung untuk mengetahui nilai
TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Nilai
TEC’ dapat dihitung dengan persamaan 7.
Keterangan : TEC’ = TEC ternormalisasi (kkal/kg.menit)
TEC = Total energy cost (kkal/menit)
w
= Berat badan (kg)
Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan pengisian checklist
keluhan yang dirasakan pekerja pada bagian tubuh subjek seperti pada Lampiran 2.
Dalam pengisian checklist ini mereka diharapkan memberikan tanda check ( )
terhadap setiap bagian tubuh, dimana ada empat pilihan keluhan yang dirasakan
yaitu:
1. Tidak ada keluhan (dengan skor 0), hal ini apabila pekerja tidak merasakan
keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.
2. Rasa kesemutan (dengan skor 1), hal ini bila pekerja hanya merasakan rasa
nyeri sesekali saja.
3. Rasa pegal (dengan skor 2), hal ini bila pekerja sering merasakan rasa
nyeri terhadap bagian tubuh mereka.
4. Rasa sakit (dengan skor 3), hal ini bila pekerja mengalami rasa pegal dan
nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai/sudah
sampai dirumah).
Data antropometri yang telah didapatkan akan ditentukan persentil.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometri adalah seperti Tabel 4 serta persamaan untuk mendapatkan nilai
standar deviasi terdapat pada persamaan 10.
8
Tabel 4 Macam Persentil dan Cara
Perhitungan
Persentil
Perhitungan
1 – st
X – 2.325
5 – th
X – 1.645
50 – th
X
95 – th
X + 1.645
99 - th
X + 2.325
Sumber : Husein dan Sarsono (2009)
Keterangan :
X
= Rata – rata pengukuran
= Simpangan baku (Standard Deviation)
n
= Jumlah sampel
√|
∑
|
Pengolahan data antropometri dipergunakan untuk merancang sarana kerja
yang berkenaan langsung pada proses pengupasan dan pengecekan ubi jalar yaitu
perancangan sarana duduk pekerja yang disesuaikan dengan dimensi pekerja.
Data kuisioner merupakan data kualitatif yang dilalukan dengan
memberikan pertanyan-pertanyaan tertutup dengan lima pilihan jawaban dalam
skala Likert. Skala Likert dapat dipergunakan untuk mengetahui sikap, pendapat
serta presepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai hal sosial sehingga
dapat menunjukkan respon tertentu (Sugiyono dalam Mardika 2015). Respon
yang muncul merupakan tingkatan persetujuan dari subjek dengan tingkatan nilai
positif hingga negatif. Total respon yang didapat kemudian dibandingkan dengan
skala interval untuk dapat menginterpretasikan data kuisoner yang telah diambil.
Data kuesioner yang telah didapat kemudian dianalisis dengan melakukan uji
validitas dan uji realibilitas. Usman dan Akbar (2003) menyatakan bahwa validitas
adalah mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan reliabilitas adalah mengukur
instrumen terhadap ketepatan (kekonsistenan). Pengujian validitas digunakan untuk
mengukur sah/valid atau tidaknya butir kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika
butir pertanyaan kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten. Pengujian validitas dan reliabilitas
menggunakan bantuan software pengolahan data statistik menggunakan analisis
korelasi bivariat. Nilai koefisien korelasi yang ada di Tabel nilai-nilai r product
moment ditampilkan pada Lampiran 10 digunakan menjadi acuan atau pembanding
untuk nilai koefisien korelasi (r) yang didapat dari hasil analisis korelasi. Uji validitas
dilakukan secara dua arah (two-tailed) antara item kuesioner dengan taraf signifikan
sebesar 5% dan jumlah subjek 12 orang. Kuisioner yang diberikan pada subjek
penelitian merupakan kuisioner yang berkaitan dengan beban kerja yang dialami
pekerja serta mengenai penggunaan alat dan sarana kerja pada proses pengolahan
ubi jalar.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta
Kegiatan produksi pada PT Galih Estetika Indonesia salah satunya adalah
proses pengolahan ubi jalar menjadi produk setengah jadi berupa ubi pasta beku.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat memproduksi produk tersebut salah
satunya adalah kegiatan kupas dan pengecekan kembali kualitas hasil kupasan ubi
jalar yang telah dimatangkan sebelumnya. Proses kupas-periksa ubi jalar dilakukan
oleh 40-60 orang pegawai wanita di dalam suatu ruangan khusus yang steril. Proses
pengupasan dilakukan secara manual dengan anggapan bahwa pengupasan secara
manual dapat mengurangi tingkat kehilangan karena pengupasan manual dapat
dikontrol oleh masing-masing pegawai kupas ubi. Proses pengecekan ubi untuk
menjaga kualitas ubi yang akan dijadikan produk unggulan perusahaan. Ubi diperiksa
kembali warna dagingnya, tekstur ubi, kematangan ubi dan titik hitam busuk atau
lanas yang dapat merusak rasa ubi saat dikonsumsi. Ubi yang telah diperiksa adalah
ubi yang dipastikan bersih dan memiliki warna yang seragam.
Kegiatan kerja yang dilakukan pada bagian kupas-periksa dimulai dengan
mempersiapkan diri pekerja seperti rangkaian sanitasi diri pekerja. Pekerja memulai
pekerjaan dengan mengupas ubi jalar yang telah matang bakar, kemudian proses
pengecekan dilakukan dengan beberapa kriteria pengecekan yang harus dipenuhi.
Kriteria pengecekan yang harus dipenuhi adalah blackspot pada daging ubi, sisa kulit
ubi yang masih menempel, daging ubi yang gosong serta pekerja harus mengecek
aroma daging ubi apakah beraroma baik atau tidak. Kegiatan kerja pada bagian
kupas-periksa dapat dibagi menjadi empat kegiatan utama selama kerja pada
bagian kupas-periksa yaitu persiapan kerja, kerja awal sebelum istirahat, istirahat
dan kerja akhir setelah istirahat hingga jam kerja berakhir. Penjelasan setiap
kegiatan kerja terdapat pada Tabel 5.
10
Kegiatan
Produksi
Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa
Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja
Persiapan
pakaian kerja
Memakai pakaian kerja berwarna putih
Memakai pakaian pendukung seperti celemek dan
masker
Mencuci tangan
dengan sabun,
menyikat kuku
Persiapan Sanitasi diri
Membersihkan
permukaan badan
dengan blower atas
Membersihkan mata dengan blower mata
Merendam tangan ke dalam antiseptic untuk
membunuh kuman di tangan
Membersihkan
pakaian yang
dikenakan dengan
perekat debu, rambut
dan benang kecil
(contaminant trapper)
Kerja
awal
sebelum
istirahat
Persiapan alat
pendukung
kerja
Pengupasan dan
pengecekan ubi
jalar
Memotong
ubi
Sterilisasi pisau kerja
Mempersiapkan loyang dan baki yang akan
digunakan
Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan
pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan
dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan
pisau
Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil
untuk memudahkan proses penggilingan ubi
11
Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa (lanjutan)
Kegiatan Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja
Produksi
Berganti pakaian
Kegiatan di kamar mandi
Beribadah
Kegiatan
Istirahat
Tidur
istirahat
Mengkonsumsi makanan dan minuman
Bersosialisasi (mengobrol, bergurau dll)
Kegiatan jual beli
Pengupasan dan Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan
pengecekan ubi pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan
jalar
dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan
pisau
Kerja
Memotong ubi Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil
akhir
untuk memudahkan proses penggilingan ubi
setelah
Membersihkan meja kerja
istirahat
Membersihkan dan merapikan loyang dan baki habis
Merapikan
pakai
ruang kerja
Mengembalikan posisi ruang kerja sama seperti
sebelum kerja dimulai
PT Galih Estetika Indonesia menerapkan sistem shift kerja guna menjaga
stabilitas produksi. Sistem shift kerja yang diterapkan pada PT Galih Estetika
Indonesia memiliki pembagian waktu kerja pagi selama 8 jam dan waktu kerja
sore dan malam selama 7 jam dengan waktu istirahat pada setiap shift kerja
selama 1 jam. Pembagian waktu kerja tersebut berlaku selama 5 hari dalam
seminggu yaitu pada hari Senin hingga hari Jumat, untuk pembagian waktu kerja
pada hari Sabtu diterapkan sistem kerja setengah hari yaitu bekerja selama 5 jam
tanpa istirahat pada semua shift kerja. Pembagian jadwal shift kerja dilakukan
dengan membagi tim kerja, apabila ketiga shift kerja sedang berjalan maka tim
kerja dibagi menjadi tiga dengan masing-masing tim memiliki seorang pengawas.
Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar
Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan suatu pekerjaan.
Beban ini akan diketahui pada saat operator maupun pekerja menanggapi kerja
dengan memberikan respon seperti halnya denyut jantung yang tinggi atau
keringat yang keluar (Rasyani 2001). Kapasitas kerja yang dimiliki manusia
dibatasi dan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk menyediakan oksigen
dan makanan yang cukup. Metode denyut jantung memiliki kelemahan karena
hubungan yang tidak mantap antara hasil pengukuran dengan pengeluaran energi.
Kalibrasi Metode Step test
Metode step test perlu dilakukan untuk mengkalibrasi denyut jantung yang
berbeda-beda pada suatu waktu dan dipengaruhi oleh kondisi individu, serta selain
pengaruh kerja fisik denyut jantung juga dipengaruhi oleh beban mental setiap
individu (Kastaman dan Herodian 1998). Kalibrasi dengan metode step test
12
memerlukan beberapa parameter pendukung untuk dapat mengetahui beban kerja
subjek. BME didapatkan dengan proses perhitungan sesuai karakteristik masingmasing subjek. Nilai hasil perhitungan BME dapat dilihat pada Tabel 6.
Golongan
usia
Usia tua
Usia
menengah
Usia muda
Tabel 6 Nilai Perhitungan BME Subjek Penelitian
Berat Tinggi
Luas
Usia
VO2
Subjek
badan badan permukaan
(tahun)
(liter)
(kg)
(cm)
tubuh (m2)
52
54.5
156
1
1.54
190
48
57.5
149
2
1.53
189
48
48.5
142
3
1.37
169
45
40
142
4
1.26
156
37
58
152
5
1.55
192
37
59
158
6
1.61
199
30
44
148
7
1.36
168
36
58
154
8
1.57
194
17
44
151
9
1.38
171
18
35
156
10
1.28
158
18
45
149
11
1.37
169
17
38.5
148
12
1.28
158
BME
(kkal/
menit)
0.90
0.89
0.80
0.74
0.91
0.95
0.80
0.92
0.81
0.75
0.80
0.75
Nilai perhitungan BME menunjukkan bahwa semakin besar dimensi tubuh
subjek maka nilai BME semakin besar, pada subjek 6 memiliki nilai BME yang
paling besar karena dipengaruhi dimensi tubuh yang besar pula. Nilai BME
terkecil pada subjek 10 dan subjek 12, pada kedua subjek tersebut memiliki
perbedaan ukuran tinggi badan serta berat namun perbedaan tersebut kecil
sehingga saat dihitung nilai konsumsi VO2 akan menghasilkan nilai yang sama
yaitu 158 liter dan nilai BME yang didapat pun akan sama yaitu 0.75 kkal/menit.
Setelah penentuan nilai BME, nilai denyut jantung saat melakukan kegiatan step
test diperlukan untuk kalibrasi nilai denyut jantung kerja setiap subjek. Grafik
denyut jantung step test dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan grafik
step test yang dilakukan subjek 2 dengan 3 frekuensi langkah serta Gambar 3 yang
menunjukkan grafik step test yang dilakukan subjek 4 dengan 4 frekuensi langkah.
13
180
Heart Rate (pulse/menit)
160
140
120
100
80
60
40
Rest 1
20
ST1
ST2
Rest 2
Rest 3
ST3
Rest 4
0
0:05:46
0:14:24
0:23:02
0:31:41
0:40:19
0:48:58
0:57:36
Waktu
Gambar 2 Grafik denyut jantung step test Subjek 2
180
Heart Rate(pulse/menit)
160
140
120
100
80
60
40
20
Rest 1
0
0:00:00
ST1
Rest 2
0:14:24
ST2
Rest 3
0:28:48
ST3
0:43:12
Rest 4 ST4
Rest 5
0:57:36
1:12:00
Waktu
Gambar 3 Grafik denyut jantung step test Subjek 4
Grafik denyut jantung step test tersebut menunjukkan bahwa kondisi
istirahat memiliki nilai denyut jantung yang rendah dan kemudian akan meningkat
pada saat kegiatan step test dimulai. Kegiatan step test dilakukan pada 4 frekuensi
step test, 15 siklus/menit, 20 siklus/menit, 25 siklus/menit dan 30 siklus/menit.
Namun tidak semua subjek mampu melakukan step test hingga frekuensi langkah
ke 4, seperti pada subjek 2 sehingga nilai denyut jantung yang terekam hanya
sampai 3 siklus. Denyut jantung saat kegiatan step test diperlukan untuk
mendapatkan perbandingan HR kerja dengan HR istirahat. Sebelumnya perlu
dilakukan perhitungan WEC (Work Energy Cost) pada setiap frekuensi langkah
step test yang telah dilakukan. Setiap subjek melakukan step test pada tangga
14
ataupun bangku dengan tinggi 30 cm. Perbandingan HR kerja dengan HR istirahat
akan didapatkan IRHR step test yang kemudian dipergunakan untuk mendapatkan
persamaan garis kalibrasi denyut jantung setiap subjek. Tabel 7 menunjukkan nilai
HRst serta HRrest setiap subjek pada masing-masing frekuensi langkah step test
yang telah dilakukan. Sedangkan Tabel 8 menunjukkan WECst dan IRHRst pada
setiap frekuensi langkah step test yang dilakukan.
Tabel 7 Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
HR rest
(pulse/
menit)
76
78
79
78
79
77
74
75
73
67
76
79
HRst 1
HR
st 2
HR
st 3
HR
st 4
IRHR
st 1
IRHR
st 2
IRHR
st 3
IRHR
st 4
120
126
145
127
133
139
122
121
135
129
129
131
129
145
162
147
143
144
133
135
153
137
149
144
130
167
168
157
149
148
158
147
169
154
157
155
173
153
175
156
182
172
167
169
1.58
1.62
1.84
1.63
1.68
1.68
1.65
1.61
1.85
1.93
1.70
1.66
1.70
1.86
2.05
1.88
1.81
1.87
1.80
1.80
2.10
2.04
1.96
1.82
1.71
2.14
2.13
2.01
1.89
1.92
2.14
1.96
2.32
2.30
2.07
1.96
2.22
1.99
2.36
2.08
2.49
2.57
2.20
2.14
Nilai IRHRst didapatkan dengan membandingkan nilai HRrest yaitu nilai
denyut jantung subjek yang terendah selama istirahat saat melakukan rangkaian
kegiatan step test dengan nilai denyut jantung subjek yang tertinggi pada setiap
frekuensi langkah selama rangkaian kegiatan step test. Tabel 7 menunjukkan
bahwa semakin meningkat frekuensi langkah step test maka semakin meningkat
pula nilai denyut jantung step test yang terekam oleh HRmonitor. Semakin
meningkat frekuensi langkah yang dilakukan maka nilai beban kerja yang harus
ditanggung subjek akan meningkat pada ketinggian bangku step test yang sama.
Besaran denyut jantung akan meningkat sesuai dengan meningkatnya frekuensi
langkah step test yang dilakukan karena beban kerja semakin berat sehingga
dibutuhkan energi yang lebih besar untuk dapat mempertahankan aktivitas yang
dilakukan (Himawan dan Herodian 2000).
15
Tabel 8 Nilai IRHRst dan WECst
Sub
jek
Berat
badan
(kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
54.5
57.5
48.5
40
58
59
44
58
44
35
45
38.5
15 siklus/mnt
WEC
IRHR
(kkal/
menit)
1.58
1.14
1.62
1.21
1.84
1.02
1.63
0.84
1.68
1.21
1.68
1.24
1.65
0.92
1.61
1.22
1.85
0.92
1.93
0.74
1.70
0.95
1.66
0.81
20 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
1.70
1.53
1.86
1.61
2.05
1.36
1.88
1.12
1.81
1.62
1.87
1.65
1.80
1.23
1.80
1.62
2.10
1.23
2.04
0.98
1.96
1.26
1.82
1.08
25 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
1.71
1.91
2.14
2.01
2.13
1.70
2.01
1.40
1.89
2.03
1.92
2.06
2.14
1.54
1.96
2.03
2.32
1.54
2.30
1.23
2.07
1.58
1.96
1.35
30 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
2.22
1.68
1.99
2.48
2.36
1.85
2.08
2.44
2.49
1.85
2.57
1.47
2.20
1.89
2.14
1.62
Nilai WECst merupakan besaran energi yang dikeluarkan subjek untuk
melakukan kegiatan step test dengan ketinggian bangku step test tertentu pada
setiap tingkatan frekuensi langkah. Semakin tinggi frekuensi langkah dan dimensi
tubuh subjek maka nilai WECst yang didapatkan juga semakin tinggi. Hal tersebut
dapat terjadi karena semakin besar energi yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan step test. Nilai WECst dan IRHRst diplotkan kedalam grafik sehingga
membentuk persamaan linear dapat dilihat pada Tabel 9, selain itu grafik
hubungan antara WECst dengan IRHRst ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.
Tabel 9 Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst
dengan IRHRst
Subjek Persamaan Linier
Koefisien Korelasi (R2)
1
y = 0.1724x + 1.3991
0.8242
2
y = 0.5459x + 1
0.9703
3
y = 0.4288x + 1.4219
0.9292
4
y = 0.6777x + 1.0821
0.9849
5
y = 0.2494x + 1.3882
0.9796
6
y = 0.239x + 1.4195
0.8997
7
y = 0.7173x + 1
0.9678
8
y = 0.3842x + 1.1613
0.9909
9
y = 0.6983x + 1.2205
0.9949
10
y = 0.8894x + 1.2284
0.9742
11
y = 0.5096x + 1.2579
0.9553
12
y = 0.5871x + 1.1835
0.9981
16
2.40
2.20
IRHRst
2.00
y = 0.5459x + 1
R² = 0.9703
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0
0.5
1
1.5
2
2.5
WECst (kkal/menit)
Gambar 4 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 2
2.40
2.20
IRHRst
2.00
y = 0.6777x + 1.0821
R² = 0.9849
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0
0.5
1
1.5
2
WECst(kkal/menit)
Gambar 5 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 4
Beban Kerja Kuantitatif
Pengukuran denyut jantung dilakukan pada saat subjek memulai pekerjaan
hingga jam kerja berakhir pada setiap shift kerja yang diterapkan pada perusahaan
untuk mengetahui tingkat beban kerja yang diterima subjek pada golongan usia
yang berbeda di setiap shift kerja. Data denyut jantung dipergunakan untuk
menghitung nilai energi yang dikonsumsi oleh subjek selama melakukan kerja
(Mardika 2015). Kegiatan pertama yang dilakukan subjek adalah persiapan,
kegiatan tersebut mencatatkan nilai denyut jantung yang memiliki rata-rata paling
tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya karena kegiatan persiapan
memerlukan gerakan aktif subjek. Kegiatan persiapan dilakukan selama lebih
kurang 15-20 menit yang kemudian langsung dilanjutkan dengan kegiatan kerja
awal. Kegiatan kerja awal menunjukkan nilai denyut jantung yang cenderung
rendah karena kegiatan saat kerja awal merupakan kegiatan monoton dengan
posisi kerja duduk lalu membersihkan ubi serta melakukan pengecekan ubi
dengan alat kerja berupa pisau, sekali waktu subjek harus berdiri kemudian
17
berjalan menuju wastafel untuk membersihkan sarung tangan untuk menjaga
kebersihan produk. Beberapa subjek memperlihatkan bahwa sesaat sebelum
istirahat terjadi peningkatan nilai denyut jantung yang disebabkan oleh aktivitas
aktif subjek untuk merapikan serta membersihkan ruang kerja sebelum istirahat.
Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan secara berkelompok dan diarahkan
oleh pengawas kerja sesuai dengan jadwal piket kebersihan ruang kerja yang telah
ditentukan sebelumnya.
Kegiatan istirahat yang dilakukan subjek menunjukkan peningkatan denyut
jantung karena pada saat istirahat subjek lebih banyak melakukan aktivitas yang
beragam selama isirahat, sehingga memicu peningkatan denyut jantung subjek
selama istirahat. Namun pada shift kerja malam terdapat perbedaan yang
siginifikan pada hasil denyut jantung direkam karena pada saat istirahat istiaraht
shift malam subjek cenderung lelah sehingga memanfaatkan waktu istirahat yang
diberikan semaksimal mungkin, penurunan denyut jantung saat istirahat shift
malam disebabkan subjek mempergunakan sebagian waktu istirahat untuk tidur.
Penggunaan waktu istirahat yang baik adalah untuk menghilangkan kelelahan
dengan mengembalikan tubuh pada kondisi stabil dan tenang sehingga pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik dan dapat mencapai target produksi yang telah
ditetapkan. Rangkaian kegiatan kerja yang terakhir adalah kerja akhir setelah
istirahat, pada bagian kerja akhir sebagian besar subjek mengalami peningkatan
denyut jantung yang disebabkan oleh terakumulasinya kelelahan kerja yang telah
diterima dari awal kerja hingga istirahat yang seharusnya dipergunakan sebagai
waktu recovery tubuh namun tidak dipergunakan dengan baik waktu istirahat
tersebut.Gambar 6, 7 dan 8 akan memperlihatkan perbandingan rata-rata denyut
jantung subjek pada setiap shift kerja.
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
112.85
103.25 106.24
104.46
98.36
99.80
95.99 95.54
97.05
93.78
95.67
92.13
80.00
Usia Tua
60.00
Usia Sedang
40.00
Usia Muda
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 6 Grafik rata-rata HR shift pagi
18
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
100.51
102.05102.73
99.45
100.37
98.68
99.14
96.39
94.96
94.85
94.07
91.33
80.00
Usia Tua
Usia Sedang
60.00
Usia Muda
40.00
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 7 Grafik rata-rata HR shift sore
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
102.14
98.09
97.72
101.22
99.97
96.83
96.83
96.52
96.80
93.20
92.28
90.11
80.00
Usia Tua
Usia Sedang
60.00
Usia Muda
40.00
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 8 Grafik rata-rata HR shift malam
Shift kerja yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada
setiap subjek. Rata-rata nilai HR kerja stabil saat proses kerja dilakukan karena
telah memiliki keterampilan yang baik serta telah terbiasa dalam menjalankan
pekerjaan pengolahan ubi jalar. Namun pada bagian istirahat dan kerja akhir, pada
golongan usia muda menunjukkan peningkatan karena aktivitas yang lebih aktif
19
dan juga karena belum terbiasa bekerja pada bagian pengolahan ubi sehingga
beban kerja yang diterima lebih tinggi daripada golongan kerja lain. Usia muda
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kegiatan istirahat hingga kerja
akhir dan tidak memanfaatkan waktu istirahat namun lebih digunakan sebagai
waktu beraktivitas lainnya sehingga kelelahan kerja terkumulasi sehingga HR
yang terekam masih dalam nilai yang cukup tinggi. Usia tua memiliki rata-rata
HR yang tinggi pada sesi persiapan dan mengalami penurunan pada kegiatan kerja
selanjutnya. HR saat awal kerja merupakan respon tubuh yang terkejut karena
setelah istirahat panjang (tidur) kemudian bekerja selama 6 jam kedepan pada shift
malam. Namun nilai HR pada semua golongan usia cenderung stabil
menunjukkan bahwa tubuh telah mampu beradaptasi dengan kondisi kerja pada
malam hari yang seharusnya merupakan waktu istirahat panjang.
Rata-rata HR yang diperoleh kemudian dipergunakan untuk mengetahui
beban kerja yang diterima subjek secara kuantitas. Berdasarkan denyut jantung
yang telah diukur selama kerja dilakukan oleh subjek, didapatkan nilai IRHRwork.
Gambar 9, 10, 11 menunjukkan grafik denyut jantung selama kerja. Tabel 10
menunjukkan hasil perhitungan TEC (Total Energy Cost). Tabel 11 menunjukkan
kategori IRHR kerja. TEC yang didapatkan merupakan TEC masing-masing
subjek pada setiap shift kerja yang telah dilakukan. TEC merupakan nilai beban
kerja kuantitatif yang menyatakan nilai beban kerja yang diterima subjek pada
setiap shift kerja yang kemudian dibandingkan dengan jumlah produktivitas kerja
yang dihasilkan setiap subjek.
20
Tabel 10 Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar
Sub
jek
TEC
(kkal/
mnt)
TEC'
(kkal/
kg.mnt)
Produktivitas
Lo
yang
kg/
jam
Rata-rata Produkti
(kg/jam)
vitas
Per
Per (kg/kkal)
usia shift
Rata-rata
(kg/kkal)
Per
Per
usia
shift
Shift pagi
1
3.701
2
1.956
3
0.904
4
1.276
5
1.107
6
1.061
7
1.410
8
1.710
9
1.247
10
1.158
11
1.014
12
1.872
Shift sore
0.068
0.036
0.017
0.023
0.020
0.019
0.026
0.031
0.023
0.021
0.019
0.034
14
12
15
12
10
15
13
14
8
4
4
7
24
20.6
25.7
20.6
17.1
25.7
22.3
24
13.7
6.9
6.9
12
1
2.098
2
1.580
3
0.904
4
1.340
5
0.950
6
1.833
7
1.765
8
2.070
9
1.315
10
0.966
11
1.082
12
1.230
Shift malam
0.039
0.029
0.017
0.025
0.017
0.034
0.032
0.038
0.024
0.018
0.020
0.023
9
7
9
10
11
15
12
12
3
3
4
3
18
14
18
20
22
30
24
24
6
6
8
6
0.044
0.039
0.021
0.020
0.036
0.019
0.030
0.034
0.021
0.022
0.025
0.023
6
7
9
10
11
10
10
12
3
3
3
3
12
14
18
20
22
20
20
24
6
6
6
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.399
2.132
1.169
1.117
1.937
1.033
1.647
1.870
1.151
1.191
1.374
1.239
22.7
22.3
18.3
9.9
17.5
25
16.3
6.5
16
21.5
6
14.5
0.108
0.187
0.474
0.269
0.258
0.404
0.285
0.234
0.183
0.099
0.113
0.107
0.143
0.168
0.332
0.249
0.386
0.273
0.235
0.193
0.076
0.103
0.123
0.081
0.083
0.114
0.257
0.298
0.189
0.323
0.213
0.214
0.087
0.084
0.073
0.081
0.260
0.295
0.227
0.125
0.223
0.272
0.197
0.096
0.188
0.235
0.081
0.168
140
4A
120
Heart Rate
100
60
40
20
Persiapan
80
0
0:00:00
Kerja awal
1:12:00
Kerja akhir
Istirahat
2:24:00
3:36:00
Waktu
4:48:00
6:00:00
7:12:00
8:24:00
Gambar 9 Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi (A) selama melakukan kerja
140
11B
120
Heart Rate
100
60
40
20
Persiapan
80
0
0:00:00
Kerja awal
1:12:00
Kerja akhir
Istirahat
2:24:00
3:36:00
Waktu
4:48:00
6:00:00
21
Gambar 10 Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore (B) selama melakukan kerja
7:12:00
140
7C
120
80
60
40
20
Persiapan
Heart Rate
100
0
0:00:00
Istirahat
Kerja awal
1:12:00
2:24:00
3:36:00 Waktu
4:48:00
Kerja akhir
6:00:00
22
Gambar 11 Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam (C) selama melakukan kerja
7:12:00
23
Tabel 11 Kategori beban kerja
Subjek
Shift pagi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Shift sore
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Shift malam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
IRHR work
Kategori Beban Kerja
1.882
1.512
1.465
1.444
1.437
1.447
1.361
1.464
1.524
1.591
1.366
1.842
Sangat berat
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Sedang
Sangat berat
1.605
1.266
1.465
1.488
1.398
1.632
1.648
1.603
1.571
1.421
1.400
1.465
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Berat
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
1.657
1.605
1.579
1.337
1.644
1.440
1.553
1.526
1.457
1.620
1.549
1.471
Berat
Berat
Berat
Sedang
Berat
Sedang
Berat
Berat
Sedang
Berat
Berat
Sedang
24
Hasil pengukuran beban kerja menunjukkan nilai TEC paling besar oleh
subjek pada golongan usia 3 (usia tua). Hasil produktivitas kerja rata-rata
terbanyak pada setiap shift kerja dihasilkan olah golongan usia 2. Nilai TEC
menunjukkan bahwa semakin muda usia pekerja maka semakin rendah TEC yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Masloch (1982) dalam
Tuti (2003), pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Nilai TEC yang lebih rendah
dimiliki oleh subjek golongan usia 2 dibandingkan golongan usia 1 pada setiap
shift kerja. Namun kategori IRHR menunjukkan bahwa pada shift sore pada
golongan usia 2 memiliki kategori berat dibandingkan golongan usia lainnya,
namun pada golongan usia 2 mampu menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Kategori beban kerja yang didapatkan berdasarkan nilai IRHRwork
menunjukkan bahwa pada golongan usia 1 memiliki kategori beban kerja sedang
hingga berat namun nilai TEC menunjukkan nominal yang rendah serta angka
produktivitas kerja yang dihasilkan golongan usia 1 cukup kecil. Hal tersebut
terjadi karena pada golongan usia 1 merupakan pekerja yang belum memiliki
pengalaman kerja yang lama sehingga tingkat terampil kerja serta keterbiasaan
kerja masih kurang. Hal tersebut didukung oleh Simanjuntak (1985) yang
menyatakan bahwa Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) mula-mula meningkat sesuai
dengan pertambahan umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun
atau umur tua. Pada saat usia seseorang mencapai tua maka TPK akan mengalami
penurunan, karena pada usia tersebut akan banyak tenaga kerja yang mengalami
masa pensiun.
Shift kerja sore dan shift kerja malam menunjukkan produktivitas kerja
golongan usia 2 lebih tinggi daripada golongan usia 1 dan golongan usia 3.
Golongan usia 2 mampu menyelesaikan pengolahan 20-25 kg/jam dengan lama
kerja selama 6-7 jam kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa golongan usia 2
merupakan golongan usia yang optimal dalam berpartisipasi kerja dengan tingkat
beban kerja yang cukup dan mampu untuk menghasilkan produktivitas yang
tinggi sehingga mampu menjalankan pekerjaan dengan baik serta menghasilkan
prestasi kerja yang optimal pada setiap shift kerja.
Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan
kelelahan umum ditandai hilangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan
karena monotoni atau pekerjaan dengan intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi
(Grandjean 1997). Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan
pengisian checklist keluhan yang dirasakan pekerja sebagai wujud kelelahan kerja
yang dialami pekerja. Hasil checklist kelelahan kerja ditampilkan pada Gambar 12,
13 dan 14.
25
15.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 12 Grafik persentase kelelahan usia tua
20.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 13 Grafik persentase kelelahan usia menengah
20.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 14 Grafik persentase kelelahan usia muda
Persentase kelelahan fisik selama kerja yang dirasakan oleh subjek direkam
dengan sistem checklist. Gambar 12 merupakan hasil persentase kelelahan fisik
yang dirasakan usia 3 yang menunjukkan bahwa kelelahan yang dirasakan pada
bagian punggung, leher, pinggan serta lengan. Golongan usia 3 merasakan
kelelahan hampir pada seluruh bagian tubuh dengan nilai persentase yang kecil
pada paha, pantat serta siku. Golongan usia 2 banyak mengeluhkan kelelahan pada
bagian punggung dengan persentase tertinggi namun kelelahan tidak merata pada
semua bagian tubuh sedangkan pada golongan usia 1 keluhan yang memiliki
26
persentase tinggi pada punggung, pinggang, bahu, leher serta lengan. Keluhan
tersebut dapat disebabkan dari sarana kerja statis yang menopang tubuh pekerja
selama kerja dirasakan kur
DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI
PT GALIH ESTETIKA INDONESIA
NORISA ADHI TINA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPS
ABSTRAK
NORISA ADHI TINA. Perancangan Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada
Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih Estetika Indonesia. Dibimbing oleh
SAM HERODIAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pada tingkat
usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat/sarana kerja
pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan rekomendasi tata
kerja yang optimal berkaitan dengan penggunaan alat/sarana kerja serta
penjadwalan kerja proses pengolahan ubi jalar melalui pendekatan ergonomi.
Subjek penelitian berjumlah 12 orang pada golongan usia tua, usia menengah dan
usia muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi energi saat
melakukan kerja terbesar pada subjek golongan usia tua. Sehingga shift kerja pagi
lebih baik dikerjakan oleh usia tua dibantu usia menengah dan usia muda,
sedangkan shift sore dan malam sebaiknya dikerjakan oleh usia menengah dan
usia muda. Produktivitas tertinggi dicapai oleh subjek golongan usia menengah
yang konstan pada setiap shift kerja. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa beban
kerja subjek berada pada kategori beban kerja sedang, namun sarana kerja subjek
berada pada kategori sangat tidak nyaman untuk penggunaan sarana/alat kerja
yang telah ada sehingga diperlukan perbaikan sesuai dengan dimensi antropometri
pekerja.
Kata kunci : beban kerja, pengolahan ubi jalar, perancangan tata kerja, sarana/alat
kerja
ABSTRACT
NORISA ADHI TINA. Work System Design of Sweet Potato Peeling-Checking
Process in PT Galih Estetika Indonesia. Supervised by SAM HERODIAN.
The objective of the research were to examine the workload for several age
levels of workers, to observe the tools and equipments utilization effect to fatigue,
and also to recommend an optimal work system that related with tools/equipment
utilization and work scheduling through ergonomic approach of sweet potato
processing. The subjects employed in this research were 12 employees that
divided based on age level into young, middle, and old age. The results of this
research showed that the highest energy consumption when doing a work is on
subject in old age group. Therefore, the morning shift is preferable to be taken by
the old age workers with assistance from young and middle age workers, whereas
afternoon and night shift were preferable for middle and young age. The highest
productivity was coming from the middle age group that was constant in every
work shift. The questionnaire results indicated that the workload of subjects on
medium workload category, but in case of working equipment, subjects were
situated in very uncomfortable category for using working tools and equipment,
so the repairments based on anthropometric dimensions are required in order to fit
the workers to the task.
Keywords : sweet potato processing, workload, work system design, work
tools/equipment
PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA
DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI
PT GALIH ESTETIKA INDONESIA
NORISA ADHI TINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penelitian dengan judul Perancangan
Tata Kerja Bagian Kupas-Periksa pada Proses Pengolahan Ubi Jalar di PT Galih
Estetika Indonesia dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang telah
direncanakan. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Wiwik Utami, perempuan hebat yang mampu mengantarkan kedua
putrinya hingga menjadi sarjana, yang selalu memberikan doa, semangat dan
kasih sayang yang berlimpah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak
perempuan Ariska Duti Lina yang selalu memberi dukungan dan doa terbaik.
2. Dr Ir Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, saran yang membangun, pendampingan
selama proses penyelesaian skripsi ini.
3. Dr Ir I Wayan Astika, M Si dan Dr Lenny Saulia, STP, M Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan ilmu serta saran yang membangun bagi
penulis.
4. Pihak PT Galih Estetika Indonesia yang telah memberikan kesempatan
penulis untuk dapat melaksanakan penelitian, serta seluruh subjek penelitian
yang telah membantu lancarnya proses penelitian. Keluarga Bapak Edi
Akhmad yang telah membantu penulis dalam penyediaan tempat tinggal
selama proses penelitian.
5. Beasiswa Bidikmisi sebagai pemberi dana pendidikan untuk penulis selama
proses perkuliahan.
6. Rekan-rekan TMB angkatan 48 (Regenboog) yang selalu membanggakan,
penuh semangat serta memberikan banyak cerita kebersamaan selama 3
tahun menuntut ilmu bersama. Partner dan sahabat hebat yang selalu
memberikan dukungan, nasehat, dan saran untuk penulis Taufik Nugraha,
Rosari Prabawati, Abi Rafdi Aziz, Anggun Puspita Anggoro, Riendy
Puspitasari dan lainnya.
7. Teman-teman Wisma Fauziah yang menjadi pengganti peran keluarga
dirumah, penyemangat serta menjadi keluarga baru di tanah rantau.
8. Teman-teman Sarjana Pendamping Demfarm Optimasi IPB 3S Karawang
yang telah memberikan semangat untuk penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor,
Agustus 2015
Norisa Adhi Tina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODOLOGI
2
Waktu dan Tempat
2
Peralatan dan Subjek Penelitian
2
Tahapan Penelitian
3
Tahapan Pendahuluan
4
Tahapan Pengambilan Data
5
Tahapan Pengolahan Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta
Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar
9
11
Kalibrasi Metode Step test
11
Beban Kerja Kuantitatif
16
Kelelahan Kerja
24
Analisis Perancangan Sarana Kerja
26
Beban Kerja Kualitatif
34
Rekomendasi Perancangan Tata Kerja
36
SIMPULAN DAN SARAN
38
Simpulan
38
Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
60
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Karakteristik subjek penelitian
Konversi BME ekuivalem VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh
Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR
Macam persentil dan cara perhitungannya
Kegiatan kerja pada bagian kupas-periksa
Nilai perhitungan BME subjek penelitian
Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test
Nilai IRHRst dan WECst
Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst dengan IRHRst
Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar
Kategori beban kerja
Data antropometri posisi duduk
Hasil pengolahan data antropometri subjek
Kategori beban kerja kuesioner
Kategori sarana/alat kerja kuesioner
3
5
6
8
10
12
14
15
15
20
23
28
28
35
35
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diagram alir tahap penelitian
Grafik denyut jantung step test Subjek 2
Grafik denyut jantung step test Subjek 4
Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 2
Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 4
Grafik rata-rata HR shift pagi
Grafik rata-rata HR shift sore
Grafik rata-rata HR shift malam
Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi selama melakukan kerja
Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore selama melakukan kerja
Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam selama melakukan
kerja
Grafik persentase kelelahan usia 3
Grafik persentase kelelahan usia 2
Grafik persentase kelelahan usia 1
Data antropometri posisi duduk
Posisi sarana kerja yang telah ada
Dimensi sandaran punggung dan kemiringan sadaran punggung
Bentuk fisik kursi kerja beserta dimensinya
Posisi pekerja saat meraih ubi dari dalam loyang
Sudut bentukan tempat duduk dan sandaran duduk
Tata letak sarana kerja yang ada
Tata letak sarana kerja rekomendasi
Posisi kerja pengolahan ubi
Pisau kerja pengolahan ubi jalar
Rekomendasi tata letak sarana kerja
4
13
13
16
16
17
18
18
21
21
22
25
25
25
26
27
30
31
32
32
33
33
34
37
38
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kuisioner penelitian
Lembar Checklist kelelahan kerja
Contoh Perhitungan Nilai BME (Basal Metabolic Energy)
Perhitungan WECstep test
Perhitungan IRHRwork
Analisis antropometri sarana kerja proses kupas-periksa ubi jalar
Hasil skor kuesioner dan perhitungan skala interval
Tabel uji validitas kuisioner
Tabel uji reliabilitas kuesioner
Tabel nilai r-product moment
Penentuan jumlah subjek
41
44
45
45
46
47
49
50
54
55
56
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT. Galih Estetika Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pengolahan ubi jalar yang merambah pada pemasaran ekspor.
Perkembangan industri pengolahan ubi jalar ini memberikan dampak positif
kepada masyarakat karena penyediaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan
masyarakat dengan penerapan sistem kerja padat karya, sehingga dapat menyerap
sebanyak mungkin tenaga kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Proses produksi dilakukan secara manual oleh pekerja karena perusahaan
menerapkan sistem kerja padat karya pada sebagian besar proses produksi. Oleh
karena itu kajian mengenai ergonomika menjadi bahasan yang penting antara
interaksi manusia dengan lingkungan kerja.
Ergonomika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala
pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan
secara sistematis manfaat tersebut untuk tujuan perancangan teknik (desain bendabenda), fasilitas sehingga dapat tercipta sistem lingkungan kerja yang lebih sesuai
dengan manusia. Desain suatu kerja harus menjadikan manusia sebagai pusat
dalam perancangannya, hal tersebut mengartikan bahwa segala sesuatu yang
dirancang seperti metode kerja, peralatan, lingkungan fisik kerja dan bahkan
organisasi kerja harus dapat mengakomodasi kemampuan dan keterbatasan
manusia agar manusia dapat melakukan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.
Beban kerja harus dianalisa dan disesuaikan dengan kemampuan pekerja untuk
dapat mengetahui tata kerja yang sesuai untuk dibebankan pada tenaga kerja.
Beban kerja atau workload merupakan usaha yang dikeluarkan pekerja untuk
memenuhi “permintaan” dari pekerjaan. Kapasitas kerja adalah kemampuan
pekerja yang dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seorang pekerja
(Napitupulu 2009).
Interaksi antara manusia dengan lingkungan kerja merupakan aspek penting
yang perlu dipelajari lebih mendalam dan diharapkan hubungan yang ada dapat
menjadikan pekerja/pelaku produksi dapat bekerja dengan nyaman, aman, dan
sehat. Tingkat beban kerja yang dialami pekerja merupakan salah satu aspek yang
penting untuk mengetahui kesesuaian penempatan shift kerja berdasarkan usia
para pekerja serta untuk mengetahui tingkat kenyaman pekerja pada saat
menggunakan alat dan sarana kerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan
maksimal dan produktivitas pekerja dapat berada pada tingkat optimum untuk
dapat memenuhi permintaan produksi perusahaan.
Perumusan Masalah
Kelelahan kerja terjadi karena beban kerja yang cenderung statis ataupun
monoton, hal tersebut terjadi pada perusahaan yang belum menerapkan sistem dan
metode kerja yang efektif. Keluhan yang dirasakan pekerja menjadi dasar
pengkajian yang lebih dalam mengenai tata kerja yang berlaku pada pekerjaan,
sehingga perlu dilakukannya perancangan tata kerja yang sesuai pada kegiatan
2
pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses kupas-periksa ubi jalar untuk produk
pasta ubi jalar beku. Perancangan tata kerja dilakukan pada tingkat beban kerja
yang diterima pekerja untuk menyusun penjadwalan kerja serta kenyamanan
pekerja dalam penggunaan alat/sarana kerja.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat beban kerja pekerja pada
tingkat usia pekerja yang berbeda, mengetahui pengaruh penggunaan alat dan
sarana kerja pengupasan ubi jalar terhadap kelelahan kerja serta memberikan
rekomendasi tata kerja yang optimal yang berkaitan dengan penggunaan alat dan
sarana kerja serta penjadwalan kerja melalui pendekatan ergonomi.
Ruang Lingkup Penelitian
Perhatian dalam memecahan masalah agar dapat terpusat, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang
akan dibahas yaitu :
1. Penelitian dilakukan pada proses pengolahan ubi jalar, khususnya pada proses
kupas-periksa ubi jalar untuk produk ubi pasta.
2. Tingkat beban kerja, kelelahan kerja penggunaan alat dan sarana kerja.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Mei
2015. Penelitian dilaksanakan di PT Galih Estetika Indonesia, Kuningan sebagai
tempat pengamatan dan pengambilan data secara langsung dan Laboratorium
Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB
Peralatan dan Subjek Penelitian
Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stopwatch, heart rate
monitor, digital metronome, bangku step test, timbangan badan, lembar
pengamatan dan kuisioner, pita ukur, dan perangkat komputer dengan dilengkapi
software pendukung serta program pengolahan data statistika.
3
Subjek Penelitian
Perancangan tata kerja didasarkan pada beberapa pengkuran yang dilakukan
terhadap subjek pekerja pada bagian pengecekan ubi pasta. Pengukuran dilakukan
pada 12 orang pekerja periksa ubi pasta yang terbagi dalam tiga kategori usia,
yaitu usia 1 (< 20 tahun), usia 2 (20 – 40 tahun) dan usia 3 (> 40 tahun).
Penentuan jumlah subjek yang diambil berdasarkan pada rumus Slovin yang
terdapat pada Lampiran 11. Data mengenai karakteristik masing-masing subjek
ditampilkan pada Tabel 1.
Kategori
Usia
> 40
tahun
20 – 40
tahun
< 20
tahun
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
Usia
Pendidikan Lama Bekerja
(tahun)
Terakhir
pada Bagian
Kupas-periksa
52
SMA
20 tahun
48
SD
19 tahun
48
SMP
18 tahun
45
SD
18 tahun
37
SMP
1 tahun
37
SMP
2 tahun
30
SMA
1 tahun
36
SMP
2 tahun
17
SMP
2 bulan
18
SMP
3 bulan
18
SMP
2 bulan
17
SMP
2 bulan
Berat
Badan
(kg)
54.5
57.5
48.5
40
58
59
44
58
44
35
45
38.5
Tinggi
Badan
(cm)
156
149
142
142
152
158
148
154
151
156
149
148
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, tahap pertama yaitu tahap
pendahuluan, kedua adalah tahap pengambilan data. Tahap ketiga adalah tahap
pengolahan data, pada tahap ini data yang telah diambil baik data kuantitatif
maupun data kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan metode yang
ditentukan peneliti. Tahap yang terakhir adalah tahap perbaikan, pada tahap ini
data yang telah dianalisis akan dilakukan proses optimasi untuk menghasilkan
output rekomendasi untuk perusahaan. Tahap-tahap penelitian disajikan pada
diagram alir pada Gambar 1.
4
Mulai
Tahapan Pendahuluan
1. Pengamatan umum
2. Pemilihan, pendataan subjek penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Tahapan Pengambilan Data
Denyut jantung step test
Denyut jantung aktivitas kerja
Data antropometri posisi kerja
Data kelelahan pekerja
Data produktivitas kerja
Tahapan Pengolahan Data
Kelelahan Kerja
Checklist kelelahan
kerja
Kuesioner alat/sarana
kerja
Dimensi sarana kerja
Beban Kerja
Kuesioner beban
kerja
Tingkat beban
kerja
Tahapan Perancangan Tata Kerja
Rekomendasi
Selesai
Gambar 1 Diagram alir tahap penelitian
Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap observasi awal mengenai lingkungan,
budaya dan kondisi kerja tempat penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk dapat
mengetahui kegiatan serta dapat menyesuaikan proses pengambilan data dengan
sistem kerja yang berlaku di perusahaan. Pengambilan data dilakukan saat mulai
kerja hingga berakhirnya jam kerja. Pengambilan data terhadap subjek akan
dilakukan pada tiga jadwal kerja (shift kerja) yang telah berlaku di PT Galih
Estetika Indonesia dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:
5
a.
b.
c.
shift pagi
: 08.00-16.00 WIB
shift sore
: 16.00-23.00 WIB
shift malam : 24.00-07.00 WIB
Tahap Pengambilan Data
Data yang diambil pada penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data step test
2. Pengambilan data denyut jantung selama bekerja
3. Pengambilan data hasil kerja kupas ubi
4. Pengambilan data kuesioner dengan format kuisioner pada Lampiran 1
5. Pengambilan data antropometri subjek penelitian serta dimensi alat/sarana
kerja
Tahap Pengolahan Data
Perhitungan kelelahan kerja berdasarkan denyut jantung (heart rate), secara
umum setiap individu memiliki karakteristik fisik dan fisiologi yang berbeda dan
spesifik, termasuk di dalamnya Nilai Basal Metabolic Energy (BME). Nilai BME
dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan usia. Salah satu
metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan
menghitung dimensi tubuh, ditentukan oleh perhitungan luasan tubuh yang
kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO2). Luas permukaan
dapat dihitung dengan persamaan Du’Bois yang tertera pada persamaan 1 (Syuaib
dalam Lovita 2009):
(1)
Keterangan :
A
= Luas permukaan tubuh (m2)
H
= Tinggi badan (cm)
W
= Berat badan (kg)
Berdasarkan perhitungan luasan tubuh dengan menggunakan persamaan
tersebut, BME (ekuivalen terhadap VO2) bisa ditentukan dengan menggunakan
tabel konversi yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Konversi BME ekivalen VO2 berdasarkan luas permukaan tubuh
1/100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2
m
1.1
136
137
138
140
141
142
143
145
146
147
1.2
148
150
151
152
153
155
156
157
158
159
1.3
161
162
163
164
166
167
168
169
171
172
1.4
173
174
176
177
178
179
181
182
183
184
1.5
186
187
188
189
190
192
193
194
195
197
1.6
198
199
200
202
203
204
205
207
208
209
1.7
210
212
213
214
215
217
218
219
220
221
1.8
223
224
225
226
228
229
230
231
233
234
1.9
235
236
238
239
240
241
243
244
245
246
Sumber : Nurmanjiru (1969) dalam Syuaib (2003)
6
Menurut Sanders dan McCormick (1993), secara umum konsumsi 1 liter
oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. BME dapat dihitung
menggunakan persamaan 2:
Keterangan:
BME = Basal metabolic energy (kkal/menit)
VO2 = Konversi nilai VO2 dari luas permukaan tubuh (l/min)
e
= Konsumsi 1 liter O2 ekuivalen dengan energi sebesar 5 kkal
k
= Koefisien gender ( k=1 untuk pria, k=0.95 untuk wanita)
Subjektivitas nilai Heart Rate (HR) yang umumnya dipengaruhi faktorfaktor personal, psikologis dan lingkungan perlu dihindari sehingga perhitungan
nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif (Syuaib 2003).
Normalisasi nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat
bekerja terhadap nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan IRHR
(Increase Ratio of Heart Rate). IRHR dapat dirumuskan dengan persamaan 3.
Keterangan : HRwork
= Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (watt)
HRrest
= Denyut jantung saat istirahat (watt)
Nilai IRHR dapat menunjukkan kategori dari jenis pekerjaan untuk masingmasing pekerja (Syuaib 2003). Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR
Kategori
Nilai IRHR
Ringan
1.00 < IRHR < 1.25
Sedang
1.25 < IRHR < 1.50
Berat
1.50 < IRHR < 1.75
Sangat Berat
1.75 < IRHR < 2.00
Tetapi sebelumnya dilakukan pengkalibrasian dalam pengukuran dengan
menggunakan metode step test. Menurut Herodian et al (1997), tenaga yang
dibutuhkan pada saat step test dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.
Keterangan : WEC = Work energy cost (kkal/menit)
m
= Massa (kg)
g
= Percepatan gravitasi (m/s2)
h
= Tinggi bangku step test (m)
f
= Frekuensi step test (siklus/menit)
Nilai IRHR yang didapatkan dari HRrest dan HRwork pada saat melakukan
step test dihubungkan dengan besarnya daya yang digunakan saat step test
tersebut dan dapat diketahui persamaan garis lininernya dengan menggunakan
persamaan 5 (Herodian et al 1997).
7
Keterangan : Y = IRHR
X = WEC (kkal/menit)
Setiap subjek mempunyai persamaan yang berbeda-beda. Persamaan inilah
yang digunakan untuk menduga nilai daya pada saat bekerja untuk masing-masing
subjek. Pengukuran beban kerja saat aktivitas kupas-periksa ubi menghasilkan
nilai denyut jantung saat istirahat dan denyut jantung selama kerja.
Selanjutnya, energi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan
dapat dihitung menggunakan data BME (Basal Metabolic Energy) dan WEC
(Work Energy Cost) dengan menggunakan persamaan 6.
Keterangan : TEC = Total energy cost (kkal/menit)
WEC = Work energy cost (kkal/menit)
BME = Basal metabolic energy (kkal/menit)
Terminologi kebutuhan energi kerja menyatakan bahwa terdapat istilah
Total Energy Cost per Weight (TEC’). TEC’ merupakan nilai dari TEC yang
dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh
seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC’ perlu dihitung untuk mengetahui nilai
TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Nilai
TEC’ dapat dihitung dengan persamaan 7.
Keterangan : TEC’ = TEC ternormalisasi (kkal/kg.menit)
TEC = Total energy cost (kkal/menit)
w
= Berat badan (kg)
Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan pengisian checklist
keluhan yang dirasakan pekerja pada bagian tubuh subjek seperti pada Lampiran 2.
Dalam pengisian checklist ini mereka diharapkan memberikan tanda check ( )
terhadap setiap bagian tubuh, dimana ada empat pilihan keluhan yang dirasakan
yaitu:
1. Tidak ada keluhan (dengan skor 0), hal ini apabila pekerja tidak merasakan
keluhan yang berarti terhadap bagian tubuh.
2. Rasa kesemutan (dengan skor 1), hal ini bila pekerja hanya merasakan rasa
nyeri sesekali saja.
3. Rasa pegal (dengan skor 2), hal ini bila pekerja sering merasakan rasa
nyeri terhadap bagian tubuh mereka.
4. Rasa sakit (dengan skor 3), hal ini bila pekerja mengalami rasa pegal dan
nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai/sudah
sampai dirumah).
Data antropometri yang telah didapatkan akan ditentukan persentil.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometri adalah seperti Tabel 4 serta persamaan untuk mendapatkan nilai
standar deviasi terdapat pada persamaan 10.
8
Tabel 4 Macam Persentil dan Cara
Perhitungan
Persentil
Perhitungan
1 – st
X – 2.325
5 – th
X – 1.645
50 – th
X
95 – th
X + 1.645
99 - th
X + 2.325
Sumber : Husein dan Sarsono (2009)
Keterangan :
X
= Rata – rata pengukuran
= Simpangan baku (Standard Deviation)
n
= Jumlah sampel
√|
∑
|
Pengolahan data antropometri dipergunakan untuk merancang sarana kerja
yang berkenaan langsung pada proses pengupasan dan pengecekan ubi jalar yaitu
perancangan sarana duduk pekerja yang disesuaikan dengan dimensi pekerja.
Data kuisioner merupakan data kualitatif yang dilalukan dengan
memberikan pertanyan-pertanyaan tertutup dengan lima pilihan jawaban dalam
skala Likert. Skala Likert dapat dipergunakan untuk mengetahui sikap, pendapat
serta presepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai hal sosial sehingga
dapat menunjukkan respon tertentu (Sugiyono dalam Mardika 2015). Respon
yang muncul merupakan tingkatan persetujuan dari subjek dengan tingkatan nilai
positif hingga negatif. Total respon yang didapat kemudian dibandingkan dengan
skala interval untuk dapat menginterpretasikan data kuisoner yang telah diambil.
Data kuesioner yang telah didapat kemudian dianalisis dengan melakukan uji
validitas dan uji realibilitas. Usman dan Akbar (2003) menyatakan bahwa validitas
adalah mengukur apa yang ingin diukur, sedangkan reliabilitas adalah mengukur
instrumen terhadap ketepatan (kekonsistenan). Pengujian validitas digunakan untuk
mengukur sah/valid atau tidaknya butir kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika
butir pertanyaan kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten. Pengujian validitas dan reliabilitas
menggunakan bantuan software pengolahan data statistik menggunakan analisis
korelasi bivariat. Nilai koefisien korelasi yang ada di Tabel nilai-nilai r product
moment ditampilkan pada Lampiran 10 digunakan menjadi acuan atau pembanding
untuk nilai koefisien korelasi (r) yang didapat dari hasil analisis korelasi. Uji validitas
dilakukan secara dua arah (two-tailed) antara item kuesioner dengan taraf signifikan
sebesar 5% dan jumlah subjek 12 orang. Kuisioner yang diberikan pada subjek
penelitian merupakan kuisioner yang berkaitan dengan beban kerja yang dialami
pekerja serta mengenai penggunaan alat dan sarana kerja pada proses pengolahan
ubi jalar.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Kupas-Periksa Ubi Pasta
Kegiatan produksi pada PT Galih Estetika Indonesia salah satunya adalah
proses pengolahan ubi jalar menjadi produk setengah jadi berupa ubi pasta beku.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat memproduksi produk tersebut salah
satunya adalah kegiatan kupas dan pengecekan kembali kualitas hasil kupasan ubi
jalar yang telah dimatangkan sebelumnya. Proses kupas-periksa ubi jalar dilakukan
oleh 40-60 orang pegawai wanita di dalam suatu ruangan khusus yang steril. Proses
pengupasan dilakukan secara manual dengan anggapan bahwa pengupasan secara
manual dapat mengurangi tingkat kehilangan karena pengupasan manual dapat
dikontrol oleh masing-masing pegawai kupas ubi. Proses pengecekan ubi untuk
menjaga kualitas ubi yang akan dijadikan produk unggulan perusahaan. Ubi diperiksa
kembali warna dagingnya, tekstur ubi, kematangan ubi dan titik hitam busuk atau
lanas yang dapat merusak rasa ubi saat dikonsumsi. Ubi yang telah diperiksa adalah
ubi yang dipastikan bersih dan memiliki warna yang seragam.
Kegiatan kerja yang dilakukan pada bagian kupas-periksa dimulai dengan
mempersiapkan diri pekerja seperti rangkaian sanitasi diri pekerja. Pekerja memulai
pekerjaan dengan mengupas ubi jalar yang telah matang bakar, kemudian proses
pengecekan dilakukan dengan beberapa kriteria pengecekan yang harus dipenuhi.
Kriteria pengecekan yang harus dipenuhi adalah blackspot pada daging ubi, sisa kulit
ubi yang masih menempel, daging ubi yang gosong serta pekerja harus mengecek
aroma daging ubi apakah beraroma baik atau tidak. Kegiatan kerja pada bagian
kupas-periksa dapat dibagi menjadi empat kegiatan utama selama kerja pada
bagian kupas-periksa yaitu persiapan kerja, kerja awal sebelum istirahat, istirahat
dan kerja akhir setelah istirahat hingga jam kerja berakhir. Penjelasan setiap
kegiatan kerja terdapat pada Tabel 5.
10
Kegiatan
Produksi
Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa
Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja
Persiapan
pakaian kerja
Memakai pakaian kerja berwarna putih
Memakai pakaian pendukung seperti celemek dan
masker
Mencuci tangan
dengan sabun,
menyikat kuku
Persiapan Sanitasi diri
Membersihkan
permukaan badan
dengan blower atas
Membersihkan mata dengan blower mata
Merendam tangan ke dalam antiseptic untuk
membunuh kuman di tangan
Membersihkan
pakaian yang
dikenakan dengan
perekat debu, rambut
dan benang kecil
(contaminant trapper)
Kerja
awal
sebelum
istirahat
Persiapan alat
pendukung
kerja
Pengupasan dan
pengecekan ubi
jalar
Memotong
ubi
Sterilisasi pisau kerja
Mempersiapkan loyang dan baki yang akan
digunakan
Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan
pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan
dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan
pisau
Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil
untuk memudahkan proses penggilingan ubi
11
Tabel 5 Kegiatan Kerja pada Bagian Kupas-Periksa (lanjutan)
Kegiatan Kegiatan Kerja Uraian Kegiatan Kerja
Produksi
Berganti pakaian
Kegiatan di kamar mandi
Beribadah
Kegiatan
Istirahat
Tidur
istirahat
Mengkonsumsi makanan dan minuman
Bersosialisasi (mengobrol, bergurau dll)
Kegiatan jual beli
Pengupasan dan Pengupasan ubi dilakukan oleh petugas kupas dan
pengecekan ubi pengecekan dilakukan oleh petugas pengecekan
jalar
dengan kriteria pengecekan tertentu menggunakan
pisau
Kerja
Memotong ubi Memotong ubi menjadi potongan yang lebih kecil
akhir
untuk memudahkan proses penggilingan ubi
setelah
Membersihkan meja kerja
istirahat
Membersihkan dan merapikan loyang dan baki habis
Merapikan
pakai
ruang kerja
Mengembalikan posisi ruang kerja sama seperti
sebelum kerja dimulai
PT Galih Estetika Indonesia menerapkan sistem shift kerja guna menjaga
stabilitas produksi. Sistem shift kerja yang diterapkan pada PT Galih Estetika
Indonesia memiliki pembagian waktu kerja pagi selama 8 jam dan waktu kerja
sore dan malam selama 7 jam dengan waktu istirahat pada setiap shift kerja
selama 1 jam. Pembagian waktu kerja tersebut berlaku selama 5 hari dalam
seminggu yaitu pada hari Senin hingga hari Jumat, untuk pembagian waktu kerja
pada hari Sabtu diterapkan sistem kerja setengah hari yaitu bekerja selama 5 jam
tanpa istirahat pada semua shift kerja. Pembagian jadwal shift kerja dilakukan
dengan membagi tim kerja, apabila ketiga shift kerja sedang berjalan maka tim
kerja dibagi menjadi tiga dengan masing-masing tim memiliki seorang pengawas.
Beban Kerja Proses Pengolahan Ubi Jalar
Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan suatu pekerjaan.
Beban ini akan diketahui pada saat operator maupun pekerja menanggapi kerja
dengan memberikan respon seperti halnya denyut jantung yang tinggi atau
keringat yang keluar (Rasyani 2001). Kapasitas kerja yang dimiliki manusia
dibatasi dan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk menyediakan oksigen
dan makanan yang cukup. Metode denyut jantung memiliki kelemahan karena
hubungan yang tidak mantap antara hasil pengukuran dengan pengeluaran energi.
Kalibrasi Metode Step test
Metode step test perlu dilakukan untuk mengkalibrasi denyut jantung yang
berbeda-beda pada suatu waktu dan dipengaruhi oleh kondisi individu, serta selain
pengaruh kerja fisik denyut jantung juga dipengaruhi oleh beban mental setiap
individu (Kastaman dan Herodian 1998). Kalibrasi dengan metode step test
12
memerlukan beberapa parameter pendukung untuk dapat mengetahui beban kerja
subjek. BME didapatkan dengan proses perhitungan sesuai karakteristik masingmasing subjek. Nilai hasil perhitungan BME dapat dilihat pada Tabel 6.
Golongan
usia
Usia tua
Usia
menengah
Usia muda
Tabel 6 Nilai Perhitungan BME Subjek Penelitian
Berat Tinggi
Luas
Usia
VO2
Subjek
badan badan permukaan
(tahun)
(liter)
(kg)
(cm)
tubuh (m2)
52
54.5
156
1
1.54
190
48
57.5
149
2
1.53
189
48
48.5
142
3
1.37
169
45
40
142
4
1.26
156
37
58
152
5
1.55
192
37
59
158
6
1.61
199
30
44
148
7
1.36
168
36
58
154
8
1.57
194
17
44
151
9
1.38
171
18
35
156
10
1.28
158
18
45
149
11
1.37
169
17
38.5
148
12
1.28
158
BME
(kkal/
menit)
0.90
0.89
0.80
0.74
0.91
0.95
0.80
0.92
0.81
0.75
0.80
0.75
Nilai perhitungan BME menunjukkan bahwa semakin besar dimensi tubuh
subjek maka nilai BME semakin besar, pada subjek 6 memiliki nilai BME yang
paling besar karena dipengaruhi dimensi tubuh yang besar pula. Nilai BME
terkecil pada subjek 10 dan subjek 12, pada kedua subjek tersebut memiliki
perbedaan ukuran tinggi badan serta berat namun perbedaan tersebut kecil
sehingga saat dihitung nilai konsumsi VO2 akan menghasilkan nilai yang sama
yaitu 158 liter dan nilai BME yang didapat pun akan sama yaitu 0.75 kkal/menit.
Setelah penentuan nilai BME, nilai denyut jantung saat melakukan kegiatan step
test diperlukan untuk kalibrasi nilai denyut jantung kerja setiap subjek. Grafik
denyut jantung step test dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan grafik
step test yang dilakukan subjek 2 dengan 3 frekuensi langkah serta Gambar 3 yang
menunjukkan grafik step test yang dilakukan subjek 4 dengan 4 frekuensi langkah.
13
180
Heart Rate (pulse/menit)
160
140
120
100
80
60
40
Rest 1
20
ST1
ST2
Rest 2
Rest 3
ST3
Rest 4
0
0:05:46
0:14:24
0:23:02
0:31:41
0:40:19
0:48:58
0:57:36
Waktu
Gambar 2 Grafik denyut jantung step test Subjek 2
180
Heart Rate(pulse/menit)
160
140
120
100
80
60
40
20
Rest 1
0
0:00:00
ST1
Rest 2
0:14:24
ST2
Rest 3
0:28:48
ST3
0:43:12
Rest 4 ST4
Rest 5
0:57:36
1:12:00
Waktu
Gambar 3 Grafik denyut jantung step test Subjek 4
Grafik denyut jantung step test tersebut menunjukkan bahwa kondisi
istirahat memiliki nilai denyut jantung yang rendah dan kemudian akan meningkat
pada saat kegiatan step test dimulai. Kegiatan step test dilakukan pada 4 frekuensi
step test, 15 siklus/menit, 20 siklus/menit, 25 siklus/menit dan 30 siklus/menit.
Namun tidak semua subjek mampu melakukan step test hingga frekuensi langkah
ke 4, seperti pada subjek 2 sehingga nilai denyut jantung yang terekam hanya
sampai 3 siklus. Denyut jantung saat kegiatan step test diperlukan untuk
mendapatkan perbandingan HR kerja dengan HR istirahat. Sebelumnya perlu
dilakukan perhitungan WEC (Work Energy Cost) pada setiap frekuensi langkah
step test yang telah dilakukan. Setiap subjek melakukan step test pada tangga
14
ataupun bangku dengan tinggi 30 cm. Perbandingan HR kerja dengan HR istirahat
akan didapatkan IRHR step test yang kemudian dipergunakan untuk mendapatkan
persamaan garis kalibrasi denyut jantung setiap subjek. Tabel 7 menunjukkan nilai
HRst serta HRrest setiap subjek pada masing-masing frekuensi langkah step test
yang telah dilakukan. Sedangkan Tabel 8 menunjukkan WECst dan IRHRst pada
setiap frekuensi langkah step test yang dilakukan.
Tabel 7 Nilai IRHRst pada setiap frekuensi langkah step test
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
HR rest
(pulse/
menit)
76
78
79
78
79
77
74
75
73
67
76
79
HRst 1
HR
st 2
HR
st 3
HR
st 4
IRHR
st 1
IRHR
st 2
IRHR
st 3
IRHR
st 4
120
126
145
127
133
139
122
121
135
129
129
131
129
145
162
147
143
144
133
135
153
137
149
144
130
167
168
157
149
148
158
147
169
154
157
155
173
153
175
156
182
172
167
169
1.58
1.62
1.84
1.63
1.68
1.68
1.65
1.61
1.85
1.93
1.70
1.66
1.70
1.86
2.05
1.88
1.81
1.87
1.80
1.80
2.10
2.04
1.96
1.82
1.71
2.14
2.13
2.01
1.89
1.92
2.14
1.96
2.32
2.30
2.07
1.96
2.22
1.99
2.36
2.08
2.49
2.57
2.20
2.14
Nilai IRHRst didapatkan dengan membandingkan nilai HRrest yaitu nilai
denyut jantung subjek yang terendah selama istirahat saat melakukan rangkaian
kegiatan step test dengan nilai denyut jantung subjek yang tertinggi pada setiap
frekuensi langkah selama rangkaian kegiatan step test. Tabel 7 menunjukkan
bahwa semakin meningkat frekuensi langkah step test maka semakin meningkat
pula nilai denyut jantung step test yang terekam oleh HRmonitor. Semakin
meningkat frekuensi langkah yang dilakukan maka nilai beban kerja yang harus
ditanggung subjek akan meningkat pada ketinggian bangku step test yang sama.
Besaran denyut jantung akan meningkat sesuai dengan meningkatnya frekuensi
langkah step test yang dilakukan karena beban kerja semakin berat sehingga
dibutuhkan energi yang lebih besar untuk dapat mempertahankan aktivitas yang
dilakukan (Himawan dan Herodian 2000).
15
Tabel 8 Nilai IRHRst dan WECst
Sub
jek
Berat
badan
(kg)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
54.5
57.5
48.5
40
58
59
44
58
44
35
45
38.5
15 siklus/mnt
WEC
IRHR
(kkal/
menit)
1.58
1.14
1.62
1.21
1.84
1.02
1.63
0.84
1.68
1.21
1.68
1.24
1.65
0.92
1.61
1.22
1.85
0.92
1.93
0.74
1.70
0.95
1.66
0.81
20 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
1.70
1.53
1.86
1.61
2.05
1.36
1.88
1.12
1.81
1.62
1.87
1.65
1.80
1.23
1.80
1.62
2.10
1.23
2.04
0.98
1.96
1.26
1.82
1.08
25 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
1.71
1.91
2.14
2.01
2.13
1.70
2.01
1.40
1.89
2.03
1.92
2.06
2.14
1.54
1.96
2.03
2.32
1.54
2.30
1.23
2.07
1.58
1.96
1.35
30 siklus/mnt
WEC
IRHR (kkal/
menit)
2.22
1.68
1.99
2.48
2.36
1.85
2.08
2.44
2.49
1.85
2.57
1.47
2.20
1.89
2.14
1.62
Nilai WECst merupakan besaran energi yang dikeluarkan subjek untuk
melakukan kegiatan step test dengan ketinggian bangku step test tertentu pada
setiap tingkatan frekuensi langkah. Semakin tinggi frekuensi langkah dan dimensi
tubuh subjek maka nilai WECst yang didapatkan juga semakin tinggi. Hal tersebut
dapat terjadi karena semakin besar energi yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan step test. Nilai WECst dan IRHRst diplotkan kedalam grafik sehingga
membentuk persamaan linear dapat dilihat pada Tabel 9, selain itu grafik
hubungan antara WECst dengan IRHRst ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.
Tabel 9 Persamaan linear dan koefisien korelasi antara WECst
dengan IRHRst
Subjek Persamaan Linier
Koefisien Korelasi (R2)
1
y = 0.1724x + 1.3991
0.8242
2
y = 0.5459x + 1
0.9703
3
y = 0.4288x + 1.4219
0.9292
4
y = 0.6777x + 1.0821
0.9849
5
y = 0.2494x + 1.3882
0.9796
6
y = 0.239x + 1.4195
0.8997
7
y = 0.7173x + 1
0.9678
8
y = 0.3842x + 1.1613
0.9909
9
y = 0.6983x + 1.2205
0.9949
10
y = 0.8894x + 1.2284
0.9742
11
y = 0.5096x + 1.2579
0.9553
12
y = 0.5871x + 1.1835
0.9981
16
2.40
2.20
IRHRst
2.00
y = 0.5459x + 1
R² = 0.9703
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0
0.5
1
1.5
2
2.5
WECst (kkal/menit)
Gambar 4 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 2
2.40
2.20
IRHRst
2.00
y = 0.6777x + 1.0821
R² = 0.9849
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
0
0.5
1
1.5
2
WECst(kkal/menit)
Gambar 5 Grafik hubungan WECst dengan IRHRst pada Subjek 4
Beban Kerja Kuantitatif
Pengukuran denyut jantung dilakukan pada saat subjek memulai pekerjaan
hingga jam kerja berakhir pada setiap shift kerja yang diterapkan pada perusahaan
untuk mengetahui tingkat beban kerja yang diterima subjek pada golongan usia
yang berbeda di setiap shift kerja. Data denyut jantung dipergunakan untuk
menghitung nilai energi yang dikonsumsi oleh subjek selama melakukan kerja
(Mardika 2015). Kegiatan pertama yang dilakukan subjek adalah persiapan,
kegiatan tersebut mencatatkan nilai denyut jantung yang memiliki rata-rata paling
tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya karena kegiatan persiapan
memerlukan gerakan aktif subjek. Kegiatan persiapan dilakukan selama lebih
kurang 15-20 menit yang kemudian langsung dilanjutkan dengan kegiatan kerja
awal. Kegiatan kerja awal menunjukkan nilai denyut jantung yang cenderung
rendah karena kegiatan saat kerja awal merupakan kegiatan monoton dengan
posisi kerja duduk lalu membersihkan ubi serta melakukan pengecekan ubi
dengan alat kerja berupa pisau, sekali waktu subjek harus berdiri kemudian
17
berjalan menuju wastafel untuk membersihkan sarung tangan untuk menjaga
kebersihan produk. Beberapa subjek memperlihatkan bahwa sesaat sebelum
istirahat terjadi peningkatan nilai denyut jantung yang disebabkan oleh aktivitas
aktif subjek untuk merapikan serta membersihkan ruang kerja sebelum istirahat.
Kegiatan membersihkan ruang kerja dilakukan secara berkelompok dan diarahkan
oleh pengawas kerja sesuai dengan jadwal piket kebersihan ruang kerja yang telah
ditentukan sebelumnya.
Kegiatan istirahat yang dilakukan subjek menunjukkan peningkatan denyut
jantung karena pada saat istirahat subjek lebih banyak melakukan aktivitas yang
beragam selama isirahat, sehingga memicu peningkatan denyut jantung subjek
selama istirahat. Namun pada shift kerja malam terdapat perbedaan yang
siginifikan pada hasil denyut jantung direkam karena pada saat istirahat istiaraht
shift malam subjek cenderung lelah sehingga memanfaatkan waktu istirahat yang
diberikan semaksimal mungkin, penurunan denyut jantung saat istirahat shift
malam disebabkan subjek mempergunakan sebagian waktu istirahat untuk tidur.
Penggunaan waktu istirahat yang baik adalah untuk menghilangkan kelelahan
dengan mengembalikan tubuh pada kondisi stabil dan tenang sehingga pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik dan dapat mencapai target produksi yang telah
ditetapkan. Rangkaian kegiatan kerja yang terakhir adalah kerja akhir setelah
istirahat, pada bagian kerja akhir sebagian besar subjek mengalami peningkatan
denyut jantung yang disebabkan oleh terakumulasinya kelelahan kerja yang telah
diterima dari awal kerja hingga istirahat yang seharusnya dipergunakan sebagai
waktu recovery tubuh namun tidak dipergunakan dengan baik waktu istirahat
tersebut.Gambar 6, 7 dan 8 akan memperlihatkan perbandingan rata-rata denyut
jantung subjek pada setiap shift kerja.
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
112.85
103.25 106.24
104.46
98.36
99.80
95.99 95.54
97.05
93.78
95.67
92.13
80.00
Usia Tua
60.00
Usia Sedang
40.00
Usia Muda
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 6 Grafik rata-rata HR shift pagi
18
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
100.51
102.05102.73
99.45
100.37
98.68
99.14
96.39
94.96
94.85
94.07
91.33
80.00
Usia Tua
Usia Sedang
60.00
Usia Muda
40.00
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 7 Grafik rata-rata HR shift sore
120.00
NIlai Rata-rata HR
100.00
102.14
98.09
97.72
101.22
99.97
96.83
96.83
96.52
96.80
93.20
92.28
90.11
80.00
Usia Tua
Usia Sedang
60.00
Usia Muda
40.00
20.00
0.00
Persiapan
Kerja Awal
istirahat
Kerja Akhir
Gambar 8 Grafik rata-rata HR shift malam
Shift kerja yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada
setiap subjek. Rata-rata nilai HR kerja stabil saat proses kerja dilakukan karena
telah memiliki keterampilan yang baik serta telah terbiasa dalam menjalankan
pekerjaan pengolahan ubi jalar. Namun pada bagian istirahat dan kerja akhir, pada
golongan usia muda menunjukkan peningkatan karena aktivitas yang lebih aktif
19
dan juga karena belum terbiasa bekerja pada bagian pengolahan ubi sehingga
beban kerja yang diterima lebih tinggi daripada golongan kerja lain. Usia muda
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kegiatan istirahat hingga kerja
akhir dan tidak memanfaatkan waktu istirahat namun lebih digunakan sebagai
waktu beraktivitas lainnya sehingga kelelahan kerja terkumulasi sehingga HR
yang terekam masih dalam nilai yang cukup tinggi. Usia tua memiliki rata-rata
HR yang tinggi pada sesi persiapan dan mengalami penurunan pada kegiatan kerja
selanjutnya. HR saat awal kerja merupakan respon tubuh yang terkejut karena
setelah istirahat panjang (tidur) kemudian bekerja selama 6 jam kedepan pada shift
malam. Namun nilai HR pada semua golongan usia cenderung stabil
menunjukkan bahwa tubuh telah mampu beradaptasi dengan kondisi kerja pada
malam hari yang seharusnya merupakan waktu istirahat panjang.
Rata-rata HR yang diperoleh kemudian dipergunakan untuk mengetahui
beban kerja yang diterima subjek secara kuantitas. Berdasarkan denyut jantung
yang telah diukur selama kerja dilakukan oleh subjek, didapatkan nilai IRHRwork.
Gambar 9, 10, 11 menunjukkan grafik denyut jantung selama kerja. Tabel 10
menunjukkan hasil perhitungan TEC (Total Energy Cost). Tabel 11 menunjukkan
kategori IRHR kerja. TEC yang didapatkan merupakan TEC masing-masing
subjek pada setiap shift kerja yang telah dilakukan. TEC merupakan nilai beban
kerja kuantitatif yang menyatakan nilai beban kerja yang diterima subjek pada
setiap shift kerja yang kemudian dibandingkan dengan jumlah produktivitas kerja
yang dihasilkan setiap subjek.
20
Tabel 10 Hasil perhitungan TEC dan produktifitas kerja pengolahan ubi jalar
Sub
jek
TEC
(kkal/
mnt)
TEC'
(kkal/
kg.mnt)
Produktivitas
Lo
yang
kg/
jam
Rata-rata Produkti
(kg/jam)
vitas
Per
Per (kg/kkal)
usia shift
Rata-rata
(kg/kkal)
Per
Per
usia
shift
Shift pagi
1
3.701
2
1.956
3
0.904
4
1.276
5
1.107
6
1.061
7
1.410
8
1.710
9
1.247
10
1.158
11
1.014
12
1.872
Shift sore
0.068
0.036
0.017
0.023
0.020
0.019
0.026
0.031
0.023
0.021
0.019
0.034
14
12
15
12
10
15
13
14
8
4
4
7
24
20.6
25.7
20.6
17.1
25.7
22.3
24
13.7
6.9
6.9
12
1
2.098
2
1.580
3
0.904
4
1.340
5
0.950
6
1.833
7
1.765
8
2.070
9
1.315
10
0.966
11
1.082
12
1.230
Shift malam
0.039
0.029
0.017
0.025
0.017
0.034
0.032
0.038
0.024
0.018
0.020
0.023
9
7
9
10
11
15
12
12
3
3
4
3
18
14
18
20
22
30
24
24
6
6
8
6
0.044
0.039
0.021
0.020
0.036
0.019
0.030
0.034
0.021
0.022
0.025
0.023
6
7
9
10
11
10
10
12
3
3
3
3
12
14
18
20
22
20
20
24
6
6
6
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2.399
2.132
1.169
1.117
1.937
1.033
1.647
1.870
1.151
1.191
1.374
1.239
22.7
22.3
18.3
9.9
17.5
25
16.3
6.5
16
21.5
6
14.5
0.108
0.187
0.474
0.269
0.258
0.404
0.285
0.234
0.183
0.099
0.113
0.107
0.143
0.168
0.332
0.249
0.386
0.273
0.235
0.193
0.076
0.103
0.123
0.081
0.083
0.114
0.257
0.298
0.189
0.323
0.213
0.214
0.087
0.084
0.073
0.081
0.260
0.295
0.227
0.125
0.223
0.272
0.197
0.096
0.188
0.235
0.081
0.168
140
4A
120
Heart Rate
100
60
40
20
Persiapan
80
0
0:00:00
Kerja awal
1:12:00
Kerja akhir
Istirahat
2:24:00
3:36:00
Waktu
4:48:00
6:00:00
7:12:00
8:24:00
Gambar 9 Grafik denyut jantung subjek 4 pada shift pagi (A) selama melakukan kerja
140
11B
120
Heart Rate
100
60
40
20
Persiapan
80
0
0:00:00
Kerja awal
1:12:00
Kerja akhir
Istirahat
2:24:00
3:36:00
Waktu
4:48:00
6:00:00
21
Gambar 10 Grafik denyut jantung subjek 11 pada shift sore (B) selama melakukan kerja
7:12:00
140
7C
120
80
60
40
20
Persiapan
Heart Rate
100
0
0:00:00
Istirahat
Kerja awal
1:12:00
2:24:00
3:36:00 Waktu
4:48:00
Kerja akhir
6:00:00
22
Gambar 11 Grafik denyut jantung subjek 7 pada shift malam (C) selama melakukan kerja
7:12:00
23
Tabel 11 Kategori beban kerja
Subjek
Shift pagi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Shift sore
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Shift malam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
IRHR work
Kategori Beban Kerja
1.882
1.512
1.465
1.444
1.437
1.447
1.361
1.464
1.524
1.591
1.366
1.842
Sangat berat
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Sedang
Sangat berat
1.605
1.266
1.465
1.488
1.398
1.632
1.648
1.603
1.571
1.421
1.400
1.465
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Berat
Berat
Berat
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
1.657
1.605
1.579
1.337
1.644
1.440
1.553
1.526
1.457
1.620
1.549
1.471
Berat
Berat
Berat
Sedang
Berat
Sedang
Berat
Berat
Sedang
Berat
Berat
Sedang
24
Hasil pengukuran beban kerja menunjukkan nilai TEC paling besar oleh
subjek pada golongan usia 3 (usia tua). Hasil produktivitas kerja rata-rata
terbanyak pada setiap shift kerja dihasilkan olah golongan usia 2. Nilai TEC
menunjukkan bahwa semakin muda usia pekerja maka semakin rendah TEC yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut Masloch (1982) dalam
Tuti (2003), pekerja yang lebih muda cenderung rendah pengalaman kerjanya jika
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Nilai TEC yang lebih rendah
dimiliki oleh subjek golongan usia 2 dibandingkan golongan usia 1 pada setiap
shift kerja. Namun kategori IRHR menunjukkan bahwa pada shift sore pada
golongan usia 2 memiliki kategori berat dibandingkan golongan usia lainnya,
namun pada golongan usia 2 mampu menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Kategori beban kerja yang didapatkan berdasarkan nilai IRHRwork
menunjukkan bahwa pada golongan usia 1 memiliki kategori beban kerja sedang
hingga berat namun nilai TEC menunjukkan nominal yang rendah serta angka
produktivitas kerja yang dihasilkan golongan usia 1 cukup kecil. Hal tersebut
terjadi karena pada golongan usia 1 merupakan pekerja yang belum memiliki
pengalaman kerja yang lama sehingga tingkat terampil kerja serta keterbiasaan
kerja masih kurang. Hal tersebut didukung oleh Simanjuntak (1985) yang
menyatakan bahwa Tingkat Partisipasi Kerja (TPK) mula-mula meningkat sesuai
dengan pertambahan umur, kemudian menurun kembali menjelang usia pensiun
atau umur tua. Pada saat usia seseorang mencapai tua maka TPK akan mengalami
penurunan, karena pada usia tersebut akan banyak tenaga kerja yang mengalami
masa pensiun.
Shift kerja sore dan shift kerja malam menunjukkan produktivitas kerja
golongan usia 2 lebih tinggi daripada golongan usia 1 dan golongan usia 3.
Golongan usia 2 mampu menyelesaikan pengolahan 20-25 kg/jam dengan lama
kerja selama 6-7 jam kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa golongan usia 2
merupakan golongan usia yang optimal dalam berpartisipasi kerja dengan tingkat
beban kerja yang cukup dan mampu untuk menghasilkan produktivitas yang
tinggi sehingga mampu menjalankan pekerjaan dengan baik serta menghasilkan
prestasi kerja yang optimal pada setiap shift kerja.
Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan
kelelahan umum ditandai hilangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan
karena monotoni atau pekerjaan dengan intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi
(Grandjean 1997). Identifikasi kelelahan kerja dilakukan dengan melakukan
pengisian checklist keluhan yang dirasakan pekerja sebagai wujud kelelahan kerja
yang dialami pekerja. Hasil checklist kelelahan kerja ditampilkan pada Gambar 12,
13 dan 14.
25
15.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 12 Grafik persentase kelelahan usia tua
20.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 13 Grafik persentase kelelahan usia menengah
20.00%
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Gambar 14 Grafik persentase kelelahan usia muda
Persentase kelelahan fisik selama kerja yang dirasakan oleh subjek direkam
dengan sistem checklist. Gambar 12 merupakan hasil persentase kelelahan fisik
yang dirasakan usia 3 yang menunjukkan bahwa kelelahan yang dirasakan pada
bagian punggung, leher, pinggan serta lengan. Golongan usia 3 merasakan
kelelahan hampir pada seluruh bagian tubuh dengan nilai persentase yang kecil
pada paha, pantat serta siku. Golongan usia 2 banyak mengeluhkan kelelahan pada
bagian punggung dengan persentase tertinggi namun kelelahan tidak merata pada
semua bagian tubuh sedangkan pada golongan usia 1 keluhan yang memiliki
26
persentase tinggi pada punggung, pinggang, bahu, leher serta lengan. Keluhan
tersebut dapat disebabkan dari sarana kerja statis yang menopang tubuh pekerja
selama kerja dirasakan kur