Strategi Pengadaan Bahan Baku Agroindustri Ubi Jalar untuk Memenuhi Permintaan Pasar (Studi Kasus PT Galih Estetika Indonesia, Desa Bandorasa, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat).

(1)

35 3.1 Objek dan Tempat Penelitian

Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan agroindustri ubi jalar pertama di Indonesia, yang dimana pangsa pasar perusahaan ini adalah pangsa lokal dan khususnya ekspor. Pemilihan daerah Kabupaten Kuningan juga memiliki alasan dikarenakan merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar terbesar di Jawa Barat.

3.2 Desain dan Teknik Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik studi kasus. Deskriptif kualitatif merupakan penelitian terperinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Robert K Yin (2008) menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena dan kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata.


(2)

3.3 Operasionalisasi Variabel

1. Strategi pengadaan bahan baku, adalah tindakan terpadu yang dilakukan perusahaan dalam pengadaan bahan baku agar keberlangsungan proses produksi untuk memenuhi permintaan konsumen dapat terus terpenuhi. a. Sumber pengadaan bahan baku, adalah tempat asal memperoleh bahan

baku. Sumber pengadaan bahan baku bisa dibedakan menjadi dua, yaitu dari petani kontrak dan pembelian ke bandar ubi jalar.

b. Kuantitas bahan baku, adalah jumlah bahan baku yang dibutuhkan tiap produksi (kg)

c. Kualitas bahan baku, adalah standar kualitas yang ditetapkan perusahaan dalam penerimaan bahan baku dari petani. Perusahaan tidak memberikan standar kualitas khusus kepada petani, perusahaan hanya melihat ubi jalar yang akan diberikan oleh petani berdasarkan varietasnya. Jenis ubi jalar yang digunakan perusahaan adalah ubi jalar ase putih dan ubi jalar varietas jepang (ubi jalar bogor, naruto dan beniazuma).

d. Waktu, adalah lama waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam pengadaan bahan baku dari proses pemesanan sampai penerimaan bahan baku (1 minggu).

e. Biaya, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan bahan baku, seperti harga bahan baku (Rp/kg) dan biaya transportasi yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku (Rp/kg).


(3)

2. Strategi alternatif pengadaan bahan baku, adalah strategi alternatif yang tepat untuk digunakan perusahaan dalam menentukan sumber pengadaan bahan baku. Alternatif dari strategi pengadaan bahan baku ini meliputi: a. Pembelian bahan baku tanpa ikatan kontrak, yaitu dengan pembelian

langsung ke bandar ubi jalar.

b. Pembelian ke petani dengan sistem kontrak, adalah salah satu alternatif sistem pengadaan bahan baku dengan melakukan kontrak kepada petani. Pengadaan bahan baku melalui sistem kontrak meliputi perjanjian tertulis antara kedua belah pihak mengenai harga, kuantitas, kualitas dan waktu pengiriman untuk satu kali musim tanam.

c. Pola kemitraan sistem plasma, adalah salah satu alternatif sistem pengadaan bahan baku dengan perusahaan menyediakan modal berupa pinjaman uang dan pinjaman bibit, selain itu perusahaan juga melakukan pengawasan rutin selama 2 minggu sekali selama masa tanam. Kelompok mitra dalam hal ini petani menyediakan kebutuhan sesuai kesepakatan dengan perusahaan agar kontinuitas pengadaan bahan baku terus terpenuhi.


(4)

3. Faktor-faktor prinsip yang digunakan dalam pemilihan strategi alternatif bahan baku, adalah:

a. Biaya, adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau melakukan sesuatu. Biaya-biaya yang dimaksud pada pemilihan alternatif strategi adalah:

Harga bahan baku (Rp/kg)

Biaya transportasi (Rp/kg).

b. Kontrol, adalah tindakan pengendalian fungsi produksi terhadap kendala sumber daya yang digunakan. Kontrol yang dimaksud dalam pemilihan alternatif strategi adalah kuantitas atau jumlah rata-rata bahan baku yang dibutuhkan setiap produksi (kg), kesesuaian kualitas yang dibutuhkan dengan perusahaan, dan lama waktu yang dibutuhkan dalam pengadaan bahan baku (1 minggu).

c. Fleksibilitas, adalah keluwesan atau bisa diartikan sebagai keluwesan hubungan/ikatan antara kedua belah pihak yang berhubungan. Fleksibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hubungan kerjasama yang dilakukan perusahaan dengan pemasok, yang mencakup jangka waktu hubungan kerjasama dan kesepakatan-kesepakatan apa yang ada di perjanjian antara perusahaan dengan pemasok.


(5)

Tabel 6. Operasionalisasi Variabel

Konsep Dimensi Variabel Sub Variabel Indikator Jenis Data Satuan

Strategi

Strategi pengadaan bahan baku yang digunakan perusahaan

Sumber

pengadaan

Sistem kontrak dengan petani

Kualitatif Pembelian langsung ke bandar Kualitatif Kuantitas Kebutuhan bahan baku per produksi Kuantitatif kg Kualitas

bahan baku

Jenis varietas yang dibutuhkan

perusahaan Kualitatif

Waktu Waktu yang dibutuhkan untuk

pengadaan bahan baku Kuantitatif 1 minggu

Biaya

Harga bahan baku Kuantitatif Rp/kg

Biaya transportasi untuk pengadaan

bahan baku Kuantitatif Rp/kg

Strategi alternatif pengadaan bahan baku Pembelian langsung ke petani atau pasar tanpa ikatan kontrak, Pembelian ke petani dengan sistem kontrak dan Pola kemitraan sistem plasma

Biaya Harga bahan baku Kuantitatif Rp/kg

Biaya transportasi Kuantitatif Rp/kg

Kontrol

Kuantitas yang cukup dengan

kebutuhan produksi Kuantitatif Kg Kualitas yang sesuai dengan

kebutuhan perusahaan Kualitatif Waktu yang dibutuhkan dalam

pengadaan bahan baku Kuantitatif 1 minggu Fleksibilitas Ada atau tidak hubungan kerjasama


(6)

3.4 Sumber Data/Informasi dan Cara Menentukannya 3.4.1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer. Data yang diperoleh dari wawancara langsung kepada informan yang ada di PT Galih Estetika Indonesia dan informan dari pemasok ubi jalar PT Galih Estetika Indonesia.

2. Data sekunder. Data yang diperoleh dari perusahaan serta dinas-dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik.

3.4.2 Cara Menentukan Informan

Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive). Informan yang akan diwawancarai di PT Galih Estetika Indonesia adalah sebanyak empat orang, yang terdiri dari: kepala bagian personalia, kepala bagian pengadaan bahan baku, kordinator lapangan dan bagian perencanaan produksi. Hal tersebut dikarenakan informan memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap bidang yang diteliti sekaligus permasalahannya.

Pemilihan informan dari pemasok ubi jalar PT Galih Estetika Indonesia dipilih secara sengaja (purposive), hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai penyebab permasalahan kesulitan bahan baku yang dialami perusahaan.


(7)

3.5 Teknik Pengumpulan Data/Informasi

Teknik pengumpulan data atau informasi yang digunakan oleh penulis, adalah :

1. Dokumentasi. Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengutip arsip-arsip dan catatan-catatan perusahaan.

2. Wawancara. Pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara mendalam terhadap informan yang telah ditentukan.

3. Observasi. Pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan mengenai pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar.

3.6 Rancangan Analisis

3.6.1 Rancangan Analisis untuk Mengidentifikasi Strategi Pengadaan Bahan Baku yang Digunakan Perusahaan

Analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi strategi pengadaan bahan baku yang digunakan perusahaan adalah secara deskriptif dengan menggambarkan serta mendeskripsikan sistem pengadaan bahan baku, baik data sumber pemasok, harga, waktu, kualitas, kuantitas bahan baku serta hubungan perusahaan dengan pemasok bahan baku.

3.6.2 Rancangan Analisis untuk Menentukan Srategi Alternatif Pengadaan Bahan Baku

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan strategi pengadaan bahan baku berdasarkan kriteria pengadaan bahan


(8)

baku dan alternatif-alternatif strategi yang sudah diterapkan oleh perusahaan. Strategi dipilih setelah alternatif-alternatif strategi tersebut dianalisis dengan menggunakan AHP.

Pendekatan AHP menggunakan skala banding berpasangan mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan “sama penting“, artinya nilai atribut yang sama skalanya, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang “penting absolut“ dibandingkan dengan atribut lainnya (lihat pada tabel 5).

Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian, mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan sesuatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level hirarki.

Contoh dari matrik perbandingan berpasangan sebagai berikut:

Baris 1 kolom 2 : Jika A dibandingkan dengan B,maka A sedikit lebih penting/cukup penting daripada B yaitu sebesar 3. Sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.

Baris 1 kolom 3 : Jika A dibandingkan dengan C, maka A lebih penting daripada C yaitu sebesar 5. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7

Baris 1 kolom 4 : Jika A dibandingkan dengan D,maka A jelas sangat penting penting daripada D dengan nilai 7. Sedangkan nilai pada baris 4 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7.


(9)

Tabel 7. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A B C D

A 1 3 5 7

B 1/3 1 7 5

C 1/5 1/7 1 5

D 1/7 1/5 1/5 1

Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut (Saaty, 1993):

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan tujuan yang ingin dicapai, dalam penelitian ini tujuan yang dicapai adalah menentukan strategi alternatif pengadaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan. Kriteria pengadaan bahan baku yang akan digunakan adalah berdasarkan biaya, kontrol dan fleksibilitas dalam menentukan alternatif strategi yang akan dipilih yaitu pembelian langsung ke bandar, sistem kontrak dengan petani dan pola kemitraan sistem plasma. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum menentukan strategi alternatif pengadaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan, dilanjutkan dengan kriteria biaya, kontrol dan fleksibilitas, sub kriteria biaya (harga bahan baku dan biaya transportasi), lalu dilanjutkan dengan sub kriteria kontrol (kuantitas, kualitas dan waktu) dan sub kriteria


(10)

fleksibilitas (isi perjanjian dan jangka waktu perjanjian). Untuk struktur hirarki paling bawah setelah sub kriteria adalah alternatif strategi pembelian langsung ke bandar, sistem kontrak dengan petani dan pola kemitraan sistem plasma.

3. Perbandingan berpasangan kriteria pengadaan bahan baku antara biaya-kontrol, biaya-fleksibilitas, kontrol-biaya, kontrol fleksibilitas dan fleksibilitas-biaya, fleksibilitas-kontrol, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria pengadaan bahan baku yang setingkat di atasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgment atau pendapat dari para informan di perusahaan yang dianggap sebagai key person.

4. Informan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak empat orang yaitu kepala bagian pengadaan bahan baku, kepala kordinator lapangan, kepala bagian produksi dan kepala bagian personalia. Informan yang digunakan lebih dari satu informan, sehingga diperlukan penggabungan pendapat informan. Penggabungan pendapat informan dapat digabungkan dengan menggunakan rata geometrik. Berikut adalah rumus menghitung rata-rata geometrik:

XG =

Keterangan:

XG = rata-rata geometrik n = jumlah informan


(11)

Xi = penilaian informan ke –i ∏ = perkalian

5. Membuat matriks kriteria pengadaan bahan baku dan alternatif strategi pengadaan bahan baku. Berdasarkan hasil perhitungan nilai tunggal untuk kriteria pengadaan bahan baku dan alternatif strategi pengadaan bahan baku terhadap masing-masing kriteria pengadaan bahan baku, kemudian dibuat matriksnya. Matriks ini nanti digunakan untuk perhitungan bobot dengan cara manipulasi matriks.

6. Penyelesaian dengan manipulasi matriks. Matriks perbandingan berpasangan akan diolah untuk menentukan ranking dari kriteria pengadaan bahan baku, yaitu dengan cara menghitung nilai eigen. Tahapan yang digunakan adalah:

a. Melakukan perkalian kuadrat terhadap matriks.

b. Menghitung jumlah nilai dari setiap baris dan dinormalisasi.

7. Nilai-nilai perbandingan harus diperoleh tingkat konsistensinya. Jika nilai CR < 0,10 maka matriks dianggap konsisten, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap pembobotan selanjutnya. Untuk menghitung tingkat konsistensi ini analisa AHP menggunakan rumus consistency ratio (CR) sebagai berikut:

C.R = C.I R.I

C.I = maksimum – n n-1


(12)

Tabel 8. Random Index/Nilai Pembangkit Random (R.I) Urutan

matriks

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

R.I 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber: Thomas L. Saaty, 1993

Tabel 8 digunakan sebagai nilai pembagi yang dibagi dengan nilai consistency index (CI) pada saat melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai consistency ratio (CR). Sebagai contoh apabila n yang digunakan adalah 3, maka nilai R.I adalah 0,58.

Untuk menghitung consistency vector atau bisa dilambangkan dengan lambda ( ) yaitu dengan menghitung weighted sum vector terlebih dahulu dengan cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai eigen. Kemudian dihitung consistency vector dengan cara membagi weighted sum vector dengan nilai eigen.

Untuk menghitung lambda ( ) maksimum digunakan rumus:

maksimum =

Dimana: C.I = Indeks Konsistensi

R.I = Nilai Pembangkit Random

n = Jumlah Ordo Matriks

maksimum = Nilai Rata-rata dari Consistency

Vector

8. Menentukan skor akhir. Skor akhir dari alternatif ditentukan dengan mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria. Setelah dikalikan, maka hasil kali tersebut dijumlahkan berdasarkan

∑ n


(13)

alternatif setiap barisnya. Hasil jumlah tersebut yang akan menjadi nilai prioritas menyeluruh dari alternatif yang dicari.

9. Menentukan rangking dari skor akhir. Skor akhir yang diperoleh pada tahapan di atas kemudian diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 9. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tahapan Waktu

1. Tahap Persiapan Januari 2012-Februari 2012 2. Tahap Pengumpulan Data Februari 2012-Maret 2012 3. Tahap Pengolahan Data Maret 2012-April 2012 4. Tahap Penulisan April 2012-selesai


(1)

baku dan alternatif-alternatif strategi yang sudah diterapkan oleh perusahaan. Strategi dipilih setelah alternatif-alternatif strategi tersebut dianalisis dengan menggunakan AHP.

Pendekatan AHP menggunakan skala banding berpasangan mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan “sama penting“, artinya nilai atribut yang sama skalanya, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang “penting absolut“ dibandingkan dengan atribut lainnya (lihat pada tabel 5).

Seorang pengambil keputusan akan memberikan penilaian, mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan sesuatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level hirarki.

Contoh dari matrik perbandingan berpasangan sebagai berikut:

Baris 1 kolom 2 : Jika A dibandingkan dengan B,maka A sedikit lebih penting/cukup penting daripada B yaitu sebesar 3. Sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.

Baris 1 kolom 3 : Jika A dibandingkan dengan C, maka A lebih penting daripada C yaitu sebesar 5. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7

Baris 1 kolom 4 : Jika A dibandingkan dengan D,maka A jelas sangat penting penting daripada D dengan nilai 7. Sedangkan nilai pada baris 4 kolom 1 diisi dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7.


(2)

Tabel 7. Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan

A B C D

A 1 3 5 7

B 1/3 1 7 5

C 1/5 1/7 1 5

D 1/7 1/5 1/5 1

Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut (Saaty, 1993):

1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan tujuan yang ingin dicapai, dalam penelitian ini tujuan yang dicapai adalah menentukan strategi alternatif pengadaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan. Kriteria pengadaan bahan baku yang akan digunakan adalah berdasarkan biaya, kontrol dan fleksibilitas dalam menentukan alternatif strategi yang akan dipilih yaitu pembelian langsung ke bandar, sistem kontrak dengan petani dan pola kemitraan sistem plasma. Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan, sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum menentukan strategi alternatif pengadaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan, dilanjutkan dengan kriteria biaya, kontrol dan fleksibilitas, sub kriteria biaya (harga bahan baku dan biaya transportasi), lalu dilanjutkan dengan sub kriteria kontrol (kuantitas, kualitas dan waktu) dan sub kriteria


(3)

fleksibilitas (isi perjanjian dan jangka waktu perjanjian). Untuk struktur hirarki paling bawah setelah sub kriteria adalah alternatif strategi pembelian langsung ke bandar, sistem kontrak dengan petani dan pola kemitraan sistem plasma.

3. Perbandingan berpasangan kriteria pengadaan bahan baku antara biaya-kontrol, biaya-fleksibilitas, kontrol-biaya, kontrol fleksibilitas dan fleksibilitas-biaya, fleksibilitas-kontrol, menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria pengadaan bahan baku yang setingkat di atasnya. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgment atau pendapat dari para informan di perusahaan yang dianggap sebagai key person.

4. Informan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak empat orang yaitu kepala bagian pengadaan bahan baku, kepala kordinator lapangan, kepala bagian produksi dan kepala bagian personalia. Informan yang digunakan lebih dari satu informan, sehingga diperlukan penggabungan pendapat informan. Penggabungan pendapat informan dapat digabungkan dengan menggunakan rata geometrik. Berikut adalah rumus menghitung rata-rata geometrik:

XG =

Keterangan:

XG = rata-rata geometrik n = jumlah informan


(4)

Xi = penilaian informan ke –i ∏ = perkalian

5. Membuat matriks kriteria pengadaan bahan baku dan alternatif strategi pengadaan bahan baku. Berdasarkan hasil perhitungan nilai tunggal untuk kriteria pengadaan bahan baku dan alternatif strategi pengadaan bahan baku terhadap masing-masing kriteria pengadaan bahan baku, kemudian dibuat matriksnya. Matriks ini nanti digunakan untuk perhitungan bobot dengan cara manipulasi matriks.

6. Penyelesaian dengan manipulasi matriks. Matriks perbandingan berpasangan akan diolah untuk menentukan ranking dari kriteria pengadaan bahan baku, yaitu dengan cara menghitung nilai eigen. Tahapan yang digunakan adalah:

a. Melakukan perkalian kuadrat terhadap matriks.

b. Menghitung jumlah nilai dari setiap baris dan dinormalisasi.

7. Nilai-nilai perbandingan harus diperoleh tingkat konsistensinya. Jika nilai CR < 0,10 maka matriks dianggap konsisten, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap pembobotan selanjutnya. Untuk menghitung tingkat konsistensi ini analisa AHP menggunakan rumus consistency ratio (CR) sebagai berikut:

C.R = C.I R.I

C.I = maksimum – n n-1


(5)

Tabel 8. Random Index/Nilai Pembangkit Random (R.I) Urutan

matriks

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

R.I 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber: Thomas L. Saaty, 1993

Tabel 8 digunakan sebagai nilai pembagi yang dibagi dengan nilai consistency index (CI) pada saat melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai consistency ratio (CR). Sebagai contoh apabila n yang digunakan adalah 3, maka nilai R.I adalah 0,58.

Untuk menghitung consistency vector atau bisa dilambangkan dengan lambda ( ) yaitu dengan menghitung weighted sum vector terlebih dahulu dengan cara mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai eigen. Kemudian dihitung consistency vector dengan cara membagi weighted sum vector dengan nilai eigen.

Untuk menghitung lambda ( ) maksimum digunakan rumus:

maksimum =

Dimana: C.I = Indeks Konsistensi

R.I = Nilai Pembangkit Random

n = Jumlah Ordo Matriks

maksimum = Nilai Rata-rata dari Consistency

Vector

8. Menentukan skor akhir. Skor akhir dari alternatif ditentukan dengan mengalikan matriks nilai eigen dari alternatif dengan matriks bobot kriteria. Setelah dikalikan, maka hasil kali tersebut dijumlahkan berdasarkan

∑ n


(6)

alternatif setiap barisnya. Hasil jumlah tersebut yang akan menjadi nilai prioritas menyeluruh dari alternatif yang dicari.

9. Menentukan rangking dari skor akhir. Skor akhir yang diperoleh pada tahapan di atas kemudian diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 9. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tahapan Waktu

1. Tahap Persiapan Januari 2012-Februari 2012 2. Tahap Pengumpulan Data Februari 2012-Maret 2012 3. Tahap Pengolahan Data Maret 2012-April 2012 4. Tahap Penulisan April 2012-selesai