II.1.6. Patogenesis
Studi pada pasien dan hewan percobaan menunjukkan bukti bahwa GBS disebabkan oleh respon imun menyimpang yang merusak saraf perifer dan dipicu oleh
infeksi yang akhirnya menyebabkan rusaknya blood-nerve barrier dan kerusakan selubung myelin danatau akson.
5,10,11
Terdapat empat faktor penting yang mengendalikan proses ini.
1. Antibodi antigangliosida
5,10
Pada sekitar separuh pasien GBS, antibodi serum terhadap berbagai jenis gangliosida telah ditemukan pada saraf perifer, termasuk LM1, GM1,GM1b,
GM2,GD1a, GD2,GD3,GQ1b. Gangliosida ini memiliki distribusi spesifik pada saraf perifer dan berperan dalam mempertahankan struktur membran. Menariknya,
sebagian besar antibodi ini spesisik untuk subgrup GBS. Antibodi terhadap GM1,GM1b,GD1a dan Ga1Nac-GD1a berhubungan dengan varian aksonal atau
motorik murni, sedangkan antibodi terhadap GD3,GT1a dan GQ1b berhubungan dengan ophtalmoplegia dan MFS.
2. Molecular mimicry dan reaksi silang
5,10
Sekitar dua pertiga pasien GBS terjadi beberapa minggu setelah infeksi C.jejuni, CMV,Mycoplasma pneumonia atau visrus influenza. Agen infeksius ini memiliki
epitop pada permukaannya yang menyerupai epitop pada permukaan saraf perifer yaitu gangliosida, glikolipid menyebabkan saraf perifer menjadi ‘molecular mimic’
dari agen infeksius.
8
Contohnya C. jejuni yang diisolasi dari pasien mengekspresikan lipo-oligosakarida LOS yang menyerupai karbohidrat dari
gangliosida misalnya GM1,GD1a,GQ1b yang ditemukan pada permukaan saraf perifer.
5,8,10
Antibodi pada pasien ini biasanya mengadakan reaksi silang dan mengenali LOS dan gangliosida.
5,10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Molecular mimicry
3. Aktivasi komplemen Studi post-mortem telah menunjukkan bahwa aktivasi komplemen dijumpai pada
lokasi kerusakan saraf, seperti aksolemma pada pasien dengan AMAN dan membran sel Schwann pada AIDP. Pada hewan percobaan, dijumpai pelepasan dramatis dari
asetilkolin, yang menyebabkan deplesi neurotransmitter ini pada ujung saraf dan blokade transmisi saraf dan paralisis otot. Ujung saraf dan sel Schwann perisinaptik
juga hancur. Antibodi terhadap GM1 mempengaruhi channel sodium pada nodus ranvier saraf perifer. Seluruh efek ini tampaknya bergantung pada aktivasi
komplemen dan pembentukan membrane attack complex. gambar 3
5,6,10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Aktivasi Komplemen
Dikutip dari : Lehmann HC, Hartung HP, Hetzel GR, et al. Plasma exchange in Neuroimmunological Disorders. Treatment of Neuromuscular Disorders. Arch Neurol 2006; 63 : 1066-1071.
4. Faktor host Kurang dari 1 dari 1000 pasien yang terinfeksi dengan C jejuni akan menderita
GBS. Faktor host dapat mempengaruhi kerentanan terhadap GBS, atau luasnya kerusakan saraf dan outcome. Tidak terdapat hubungan anatara HLA class II dengan
GBS. Single-nucleotide polymorphism SNPs menunjukkan hubungan yang tidak konsisten dengn GBS. Walaupun begitu, SNPs ini dapat berperan sebagai disease-
modifying factors. Telah ditemukan hubungan antara keparahan penyakit atau outcome dengn SNPs pada gen yang mengkode mannose-binding lectin, Fc gamma
receptor III, matrix metalloproteinase 9 dan tumor necrosis factor α. Studi ini
memerlukan konfirmasi lebih lanjut.
5,10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Immunobiologi GBS
Dikutip dari : Doorn PA, Ruts L, Jacobs BC. Clinical features, pathogenesis, and treatment of Guillain- Barre syndrome. Lancet Neurol 2008 ; 7 : 939-50.
Universitas Sumatera Utara
II.1.7. Penatalaksanaan