Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif dari tumbuh-tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan.
4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis
Semua konstituen tumbuhan dan binatang dibiosintesis dalam organisme melalui reaksi-reaksi yang dibantu oleh enzim tertentu. istilah “biosintesis” dan “biogenesis”
mempunyai arti yang sama: pembentukan bahan alam oleh organisme hidup.
2.3 MINYAK
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larutbercampur dalam air hidrofobik tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat
tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit, kata minyak biasanya mengacu ke minyak bumi petroleum atau produk olahannya:
minyak tanah kerosena.Namun demikian, kata ini sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan misalnya minyak goreng, sebagai
bahan bakar misalnya minyak tanah, sebagai pelumas misalnya minyak rem, sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi-wangianmisalnya
minyak nilam. Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter C
2
H
5
OC
2
H
5
, Kloroform CHCl
3
, benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.
Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”.Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis
minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
2.3.1 Struktur Minyak
Trigliserida merupakan lipida yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul gliserol seperti yang ditunjukan
pada Gambar 14.41.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 14.41. Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas
Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas Hidrogen yang
dikatalisis oleh logam Nikel atau Platina, reaksi untuk senyawa tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada Bagan 14.42.
Bagan 14.42. Reaksi hidrogenasi trigliserida Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan bantuan enzim. Reaksi hidrolisis dari trigliserida dapat dilihat pada persamaan di
bawah ini
Gambar 14.43. Reaksi Hidrolisi trigliserida
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Klasifikasi Minyak
Dilihat dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak: minyak yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan minyak nabati dan hewan minyak hewani, dan minyak yang
diperoleh dari kegiatan penambangan
Minyak tumbuhan dan hewan
Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid
. Dari sudut pandang kimia
, minyak kelompok ini sama saja dengan lemak.
]
Minyak dibedakan dari lemak
berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang: minyak berwujud cair sedangkan lemak berwujud padat
.
Penyusunnya bermacam-macam, tetapi yang banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan saja,
•
Gliserida dan atau
asam lemak , yang mencakup minyak makanan
minyak masak
atau minyak sayur serta minyak ikan, bahan baku industri sabun, bahan campuran minyak pelumas, dan bahan baku
biodiesel . Golongan ini
biasanya berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.
•
Terpena dan
terpenoid , yang dikenal sebagai
minyak atsiri , atau minyak
eteris, atau minyak esensial bukan asam lemak esensial
dan merupakan bahan dasar wangi-wangian
parfum dan minyak gosok. Golongan ini praktis
semuanya berasal dari tumbuhan
, dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan
aromaterapi .. Kelompok minyak ini memiliki aroma yang
kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu ruang sehingga disebut juga minyak aromatik.
Beberapa minyak tumbuhan lainnya yang banyak digunakan,yaitu:
•
Minyak ikan, kaya DHA, baik untuk kerja otak
•
Margarin, bentuk padat karena perubahan cis menjadi transfer
•
Biodiesel, bahan akar ramah lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik
, tetapi komponen pokoknya adalah
hidrokarbon . Minyak bumi disebut juga minyak mineral
karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain.Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari
fosil .Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari bahan bakar
fosil
.
Beberapa ilmuwan
menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat abiotik
, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang
dihasilkan secara alami di dalam bumi
.
Namun, pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang mendukung.
2.3.3 Sifat Kelarutan Minyak
Table 1. Pengamatan Kelarutan Pada percobaan digunakan empat pelarut yaitu:airakuadest,n-Heksana,etanol dan
eter.
Setelah pencampuran antara contoh minyak atau dengan bahan pelarut, kemudian
diteteskan di atas kertas saring yang berbeda-beda lalu dikeringkan dalam oven. Hal ini dilakukan untuk menguapkan pelarut yang ada dan meninggalkan noda pada
kertas saring. Dan berdasarkan pada hasil percobaan yang telah didapatkan ternyata air memiliki diameter noda. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, karena
seharusnya air tidak memiliki diameter noda. Air adalah pelarut yang bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur.
Universitas Sumatera Utara
Pada pelarut etanol menghasilkan noda dengan diameter 1,25 cm pada
minyak kelapa, 1 cm pada mentega dan 2,2 cm pada minyak wijen. Sedangkan pada gliserol tidak terdapat noda. Hal ini menandakan bahwa sampel minyak mulai larut
sedikit karena tingkat kepolaran etanol lebih rendah daripada air.
Pelarut n – heksana menghasilkan noda pada ketiga jenis sample minyak
tersebut yaitu minyak kelapa dengan diameter 1,6 cm, minyak wijen dengan diameter 2,7 cm dan mentega dengan diameter 1,2 cm. Jika diperhatikan, hanya pada minyak
wijen yang sesuai dengan teori dimana besar noda atau diameter noda lebih besar pada pelarut n-heksana daripada pelarut kloroform. Berdasarkan teori, pelarut n-
heksan mempunyai tingkat kepolaran paling rendah diantara tiga pelarut lainnya. Sehingga diameter yang dihasilkan merupakan diameter paling besar karena sampel
minyak larut pada pelarut non polar. Jadi, untuk sampel minyak kelapa dan mentega kemungkinan terjadi kesalahan prosedur sehingga diperoleh hasil yang berbeda
dengan teori. Kesalahan terjadi kemungkinan pada saat pemipetan atau pengocokan yang tidak merata.
Pada pelarut kloroform juga menghasilkan noda pada tiga jenis sample
minyak yang digunakan yaitu minyak kelapa dengan diameter 1,6 cm, minyak wijen
dengan diameter 2,1 cm dan mentega dengan diameter 1,5 cm. Sedangkan pada gliserol tidak terdapat noda yang menandakan bahwa gliserol tidak dapat larut dengan
pelarut kloroform. Sampel minyak mulai larut karena kloroform merupakan pelarut non polar dengan tingkat kepolaran di bawah etanol. Sehingga noda yang ditimbulkan
lebih besar dari pada yang ditimbulkan pada etanol karena kloroform lebih bersifat non polar.
Berdasarkan kelarutannya, dapat diketahui bahwa minyaklemak tidak larut
dalam air karena membentuk dua lapisan. Sedangkan pada pelarut etanol, n-heksana
dan kloroform, minyak kelapa, minyak wijen dan mentega dapat larut sempurna,
sehingga dari hasil ini dapat diketahui bahwa minyak atau lemak tidak dapat larut dalam pelarut polar, tetapi dapat larut dalam pelarut semi polar dan larut sempurna
dalam pelarut non polar. 2.4 Teknik Pemisahan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-
komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan: 1.
Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang
akan dipisahkan. 2.
Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang
termasuk dalam suatu golongan. Muldja, 1995.
2.4.1 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan
stasioner denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan
fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. Underwood, 1981.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat
disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem
kromatografi yaitu: 1
Fasa gerak cair–fasa diam padat kromatografi serapan: a.kromatografi lapis tipis
b.kromatografi penukar ion 2
Fasa gerak gas–fasa diam padat, yakni kromatografi gas padat 3
Fasa gerak cair–fasa diam cair kromatografi partisi, yakni kromatografi kertas.
4 Fasa gerak gas–fasa diam zat cair, yakni :
a. kromatografi gas–cair b. kromatografi kolom kapiler
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa – senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam
Universitas Sumatera Utara
perbandingan yang sangat berbeda – beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain Sastrohamidjojo, 1991.
2.4.2 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan
dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan
berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, etanol, metanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat
biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. Harborne, 1996.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat – Alat