Akurasi pemeriksaan interleukin-6 urin terhadap pemeriksaan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus

(1)

TESIS

AKURASI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN-6 URIN TERHADAP PEMERIKSAAN KULTUR URIN DALAM MENEGAKKAN

DIAGNOSIS PIELONEFRITIS PADA NEONATUS

NEZMAN NURI 107103033/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

AKURASI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN-6 URIN TERHADAP PEMERIKSAAN KULTUR URIN DALAM MENEGAKKAN

DIAGNOSIS PIELONEFRITIS PADA NEONATUS

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NEZMAN NURI 107103033/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Judul Tesis Akurasi pemeriksaan interleukin-6 urin terhadap pemeriksaan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus

Nama Mahasiswa Nezman Nuri

Nomor Induk Mahasiswa 107103033

Program Magister Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K)

Anggota

dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K)

Ketua Program Magister

Prof. Dr. H. Chairuddin P Lbs,DTM&H,Sp.A(K)

Dekan

NIP : 19540220 198011 1 001 Prof.Dr.H Gontar A Siregar,Sp.PD-KGEH

Tanggal lulus : 18 Juni 2014 PERNYATAAN


(4)

AKURASI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN-6 URIN TERHADAP PEMERIKSAAN KULTUR URIN DALAM MENEGAKKAN

DIAGNOSIS PIELONEFRITIS PADA NEONATUS

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini yang disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 18 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) ………... Anggota 1. dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K) ………... 2. dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK(K) ………...

3. dr. Sri Sofyani, Sp.A(K) ………...


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta atas ridhaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) dan dr. Nelly Rosdiana, Sp.A(K) yang memberikan bimbingan, bantuan, serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K), selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.


(7)

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK(K), yang telah memberikan bantuan sarana dan prasarana kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian di laboratorium Patologi Klinik RSHAM.

5. Dr. dr. Hj. Oke Rina Ramayani, Sp.A(K), dr. Rosmayanti Siregar, Sp.A dan dr. Beatrix Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A, selaku staf di Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU yang telah memberikan bimbingan dan sumbangan pemikiran sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. dr. Tina C. L. Tobing, Sp.A(K) dan dr. Sri Soyfani, Sp.A(K), sebagai penguji yang telah meSp.Amberikan sumbangan pemikiran agar tesis ini menjadi lebih baik lagi.

7. Rektor USU, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K) dan mantan Rektor USU, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

8. Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Ketua Program Magister Kedokteran Klinik, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak


(8)

9. Dekan Fakultas Kedokteran USU, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinik di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan PPDS Ilmu Kesehatan Anak di FK USU.

10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan selama di rumah sakit.

11. Teman sepenelitian, dr.Willy Santoso yang bersama-sama telah melakukan penelitian di Unit Perinatologi RSHAM serta tim jaga Periatologi yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu

12. Teman – teman seangkatan, yang selalu saling menjaga silaturahmi dan mendukung dalam suka dan duka, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

13. Teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk istri tercinta dr. Asih Sulistiowati, serta ananda tersayang, Alfath Razi Addainuri, terima kasih atas doa, pengertian, cinta dan kasih sayang, dukungan serta pengorbanan dengan penuh kesabaran yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Mudah-mudahan


(9)

Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karuniaNya untuk kita semua.

Kepada ibunda tercinta Noviatry yang telah memberikan kasih sayang dan semangat untuk terus belajar. Kepada ayahanda Amzen Nuri, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, motivasi, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Juli 2014

Nezman Nuri


(10)

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan pembimbing ii

Pernyataan iii

Ucapan terima kasih v

Daftar isi ix

Lampiran ix

Daftar tabel xii

Daftar gambar xiii

Daftar singkatan xiv

Abstrak xv

Abstract xvi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Hipotesis 2

1.4 Tujuan penelitian 2

1.4.1 Tujuan umum 2

1.4.2 Tujuan khusus 3

1.5 Manfaat penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pielonefritis 4

2.1.1 Definisi 4

2.1.2 Epidemiologi 4

2.1.3 Etiologi 5

2.1.4 Faktor predisposisi 5

2.1.5 Gejala dan tanda klinis 5 2.1.6 Patofisiologi infeksi terjadinya pielonefritis 6

2.2 Diagnosis 8

2.3 Interleukin-6 (IL-6) 9

2.4 Patofisiologi terjadinya proses inflamasi oleh karena pielonefritis 10 2.5 Sampel urin dan jumlah koloni 14

2.6 Kerangka konsep 16

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 17

3.1. Desain 17

3.2. Tempat dan waktu 17

3.3. Populasi dan sampel 17

3.4. Perkiraan besar sampel 17


(11)

3.5.1 Kriteria inklusi 18

3.5.2 Kriteria eksklusi 19

3.6 Persetujuan / informed consent 19

3.7 Etika penelitian 19

3.8 Cara kerja dan alur penelitian 19

3.8.1 Subjek 19

3.8.2 Pengukuran 20

3.9 Pemeriksaan interleukin-6 22

3.10 Alur penelitian 23

3.11 Indentifikasi variabel 23

3.12 Definisi operasional 23

3.13 Rencana pengolahan dan analisa data 24

BAB 4. HASIL PENELITIAN 25

BAB 5. PEMBAHASAN 29

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 33

SUMMARY 34


(12)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian 37

2. Biaya penelitian 37

3. Jadwal Penelitian 38

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 39 5. Lembar persetujuan setelah penjelasan 41


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian 26 Tabel 2. Prevalensi mikroorganisme penyebab pielonefritis pada

Neonatus 26

Tabel 3. Hubungan pemeriksaan kultur urin dengan interleukin-6 urin 28 Tabel 4. Sensitifitas, Spesitifitas, Nilai Prediksi dan Rasio

Kemungkinan pemeriksaan Interleukin-6 urin dalam


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar A. Ginjal kanan dengan parut ginjal, Gambar B.

Ginjal dengan hipodisplasia 7

Gambar 2. Struktur interleukin 6 9

Gambar 3. Patofisiologi pielonefritis yang disebabkan oleh E. Coli 11 Gambar 4. Interleukin-6 merupakan sitokin yang mengawali respon

seluler fisiologis secara luas yang berperan dalam proses

inflamasi 12

Gambar 5. Regulasi umpan balik sinyal IL-6 oleh SOCS, IL 13

Gambar 6. Kerangka konsep 16

Gambar 7. Cara melakukan pemasangan infant urin bag collector pada

bayi laki-laki 20

Gambar 8. Cara melakukan pemasangan infant urin bag collector pada

bayi perempuan 20

Gambar 9. Alur penelitian 23

Gambar 10. Profil penelitian 25


(15)

DAFTAR SINGKATAN

µl mikro liter

BHI Brain Heart Infusion CRP C-Reaktif Protein

DMSA Dimercaptosuccinic acid IFN-γ Interferon-γ

IL-1 Interleukin-1 IL-1β Interleukin-1β IL-6 Interleukin-6 IL-8 Interleukin-8

JAK Janus Activated Kinase kDa Kilo Dalton

NPN Nilai Prediksi Negatif NPP Nilai Prediksi Positif

PIAS Protein Inhibitors of Activated STATs RK- Rasio Kemungkinan Negatif

RK+ Rasio Kemungkinan Positif ROC Receivier Operator Curve SD Simpang Deviasi

SOCS Supressors of Cytokine Signaling TNF-α Tumor Necrosis Factor -α USG Ultrasonografi


(16)

AKURASI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN 6 URIN

TERHADAP PEMERIKSAAN KULTUR URIN DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS PiELONEFRITIS PADA NEONATUS

ABSTRAK

Latar belakang : Pielonefritis merupakan infeksi yang sering dijumpai pada anak disemua kelompok usia, termasuk masa neonatus. Diagnosis infeksi saluraran kemih ditegakkan secara pasti dengan biakan urin. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis seperti Interleukin-6 urin. Peningkatan jumlah Interleukin-6 urin berguna untuk pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis.

Tujuan : Menilai sensitifitas dan spesitifitas pemeriksaan Interleukin-6 urin untuk mendeteksi pielonefritis pada neonatus dibandingkan dengan kultur urin

Metode : Dilakukan pemeriksaan kultur urin dan Interleukin-6 urin pada 60 neonatus dengan sangkaan pielonefritis

Hasil : Pada penelitian didapatkan, 45 neonatus dengan hasil kultur urin positif dan 15 dengan kultur urin negatif. Usia Neonatus (hari) mean (SD) 8.3(6.8). Berat badan lahir2530.5 gram (SD 712.7). Jenis persalinan sectio caesaria 27(45%), pervaginam 33(55%). Organisme penyebab terbanyak Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola (10%). Nilai batas Interleukin-6 urin adalah >5.584 pg/mL dinyatakan positif dan ≤5.584 pg/mL

dinyatakan negatif berdasarkan kurva ROC. Sensitifitas 53.3%,spesitifitas 53.3%, Nilai prediksi positif 69.6%, Nilai prediksi negatif 36.6%, Rasio kemungkinan positif 1.14 dan rasio kemungkinan negatif 0.87 pada pemeriksaan Interleukin-6 urin dibandingkan kultur urin

Kesimpulan : Pemeriksaan Interleukin-6 urin mempunyai akurasi yang rendah dalam mendiagnosis pielonefritis pada neonatus

Kata kunci : Pielonefritis, Neonatus, kultur urin, Interleukin-6 urin


(17)

THE ACCURACY OF INTERLEUKIN-6 URINE COMPARED TO URINE CULTURE

TO DIAGNOSE PYELONEPHRITIS IN NEONATES

Abstract

Background : Pyelonephritis is an infection that is common to all children in all age groups, including the newborn period. The diagnosis of urinary tract infection is established with certainty by urine culture. Additional investigations can be done to help confirm the diagnosis, such as interleukin-6 urine. Increased number of urinary interleukin-6 is useful to help quickly checks the occurrence of pyelonephritis.

Objective : To assess the sensitivity and specificity of Interleukin-6 examination for detecting pyelonephritis in neonates compared with urine culture.

Results : During study period, 45 neonates with positive urine cultures and 15 with negative cultures. Mean of ages was 8.3 days (SD 6.8), Mean birth weight was 2530,5 grams (SD 712.7), sectio caesarean delivery was 27 (45%), vaginam delivery was 33 (55%). Klebsiella pneumonia was the most common cause (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) and Chryseomonas luteola (10%). Urine Interleukin-6 level >5.584 pg/ml considered as positive and ≤5.584 pg/ml considered negative. Sensitivity 53.3%, Specitifity 53,3%, Positive predictive value 69.5%, Negative predictive value 36.3%, Likelihood ratio positive 1.14 and Likelihood ratio negative 0.87 in the examination of Interleukin-6 urine compared to urine culture. Conclusion : Interleukin-6 urine examination has a low accuracy to diagnose pyelonephritis in the neonates


(18)

AKURASI PEMERIKSAAN INTERLEUKIN 6 URIN

TERHADAP PEMERIKSAAN KULTUR URIN DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS PiELONEFRITIS PADA NEONATUS

ABSTRAK

Latar belakang : Pielonefritis merupakan infeksi yang sering dijumpai pada anak disemua kelompok usia, termasuk masa neonatus. Diagnosis infeksi saluraran kemih ditegakkan secara pasti dengan biakan urin. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis seperti Interleukin-6 urin. Peningkatan jumlah Interleukin-6 urin berguna untuk pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis.

Tujuan : Menilai sensitifitas dan spesitifitas pemeriksaan Interleukin-6 urin untuk mendeteksi pielonefritis pada neonatus dibandingkan dengan kultur urin

Metode : Dilakukan pemeriksaan kultur urin dan Interleukin-6 urin pada 60 neonatus dengan sangkaan pielonefritis

Hasil : Pada penelitian didapatkan, 45 neonatus dengan hasil kultur urin positif dan 15 dengan kultur urin negatif. Usia Neonatus (hari) mean (SD) 8.3(6.8). Berat badan lahir2530.5 gram (SD 712.7). Jenis persalinan sectio caesaria 27(45%), pervaginam 33(55%). Organisme penyebab terbanyak Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola (10%). Nilai batas Interleukin-6 urin adalah >5.584 pg/mL dinyatakan positif dan ≤5.584 pg/mL

dinyatakan negatif berdasarkan kurva ROC. Sensitifitas 53.3%,spesitifitas 53.3%, Nilai prediksi positif 69.6%, Nilai prediksi negatif 36.6%, Rasio kemungkinan positif 1.14 dan rasio kemungkinan negatif 0.87 pada pemeriksaan Interleukin-6 urin dibandingkan kultur urin

Kesimpulan : Pemeriksaan Interleukin-6 urin mempunyai akurasi yang rendah dalam mendiagnosis pielonefritis pada neonatus

Kata kunci : Pielonefritis, Neonatus, kultur urin, Interleukin-6 urin


(19)

THE ACCURACY OF INTERLEUKIN-6 URINE COMPARED TO URINE CULTURE

TO DIAGNOSE PYELONEPHRITIS IN NEONATES

Abstract

Background : Pyelonephritis is an infection that is common to all children in all age groups, including the newborn period. The diagnosis of urinary tract infection is established with certainty by urine culture. Additional investigations can be done to help confirm the diagnosis, such as interleukin-6 urine. Increased number of urinary interleukin-6 is useful to help quickly checks the occurrence of pyelonephritis.

Objective : To assess the sensitivity and specificity of Interleukin-6 examination for detecting pyelonephritis in neonates compared with urine culture.

Results : During study period, 45 neonates with positive urine cultures and 15 with negative cultures. Mean of ages was 8.3 days (SD 6.8), Mean birth weight was 2530,5 grams (SD 712.7), sectio caesarean delivery was 27 (45%), vaginam delivery was 33 (55%). Klebsiella pneumonia was the most common cause (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) and Chryseomonas luteola (10%). Urine Interleukin-6 level >5.584 pg/ml considered as positive and ≤5.584 pg/ml considered negative. Sensitivity 53.3%, Specitifity 53,3%, Positive predictive value 69.5%, Negative predictive value 36.3%, Likelihood ratio positive 1.14 and Likelihood ratio negative 0.87 in the examination of Interleukin-6 urine compared to urine culture. Conclusion : Interleukin-6 urine examination has a low accuracy to diagnose pyelonephritis in the neonates


(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang sering dijumpai pada anak disemua kelompok usia, termasuk masa neonatus.1 Berdasarkan penelitian di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2004, prevalensi infeksi saluran kemih pada neonatus 14.9%,2 dimana anak lelaki lebih dominan dibandingkan wanita (antara 2:1 dan 6:1) kemungkinan oleh karena peningkatan insiden kelainan struktur. Pada kelompok neonatus preterm, prevalensi berkisar antara 4% sampai 25%. Diagnosis dini sangat penting untuk menjaga fungsi dari ginjal yang sedang berkembang.

Pada bayi gejala klinis biasanya dijumpai demam, rewel atau gejala lainya seperti letargi.

1

3

Diagnosis yang akurat dan pengobatan dini dari pielonefritis adalah penting karena resiko terjadinya parut ginjal, terjadinya hipertensi dan gagal ginjal. Sangat penting untuk membedakan infeksi saluran kemih bagian atas dan bagian bawah, karena terlibatnya parenkim ginjal yang dapat memicu terjadinya gagal ginjal pemanen dan gagal ginjal kronik.

Diagnosis infeksi saluraran kemih ditegakkan secara pasti dengan biakan urin. Berbagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis seperti leukosit esterase, nitrit urin, leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah, C-reaktif protein, kadar procalsitonin, tumor necrosis factor - α (TNF-α), Interleukin-6 urin (IL-6 urin), dan Interleukin-1β (IL-1β).

4


(21)

Peningkatan jumlah Interleukin-6 urin berguna sebagai pemeriksaan cepat terjadinya pielonefritis. Hal ini sangat berguna terutama pada kasus pielonefritis dimana manifestasi klinis sering tidak tampak, oleh karena itu dengan pemeriksaan cepat dan hasil yang akurat maka pengobatan pielonefritis dapat lebih cepat ditegakkan dan diobati sehingga komplikasi seperti parut ginjal, yang dapat menyebabkan hipertensi dan insufisiensi renal dapat dihindari.6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ingin diketahui sensitifitas dan spesitifitas pemeriksaan Interleukin-6 urin dibandingkan dengan kultur urin untuk menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus?

1.3. Hipotesis

Pemeriksaan Interleukin-6 urin mempunyai nilai akurasi yang tinggi untuk mendeteksi pielonefritis pada neonatus dibandingkan dengan kultur urin.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menilai sensitifitas dan spesitifitas pemeriksaan Interleukin-6 urin untuk mendeteksi pielonefritis pada neonatus.


(22)

1.4.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, nilai rasio kemungkinan positif dan nilai rasio kemungkinan negatif pemeriksaan Interleukin-6 urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus di lokasi penelitian.

2. Untuk mengetahui organisme penyebab tersering terjadinya pielonefritis pada neonatus.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk deteksi dini pielonefritis pada neonatus sehingga dapat dilakukan penegakkan diagnosis dan pengobatan dini.

2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah dalam pendeteksian dini pielonefritis pada neonatus sehingga komplikasi yang mungkin muncul dapat dicegah.


(23)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pielonefritis 2.1.1. Definisi

Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dan mengenai parenkim ginjal dalam jumlah bermakna.

Pielonefritis adalah infeksi parenkim ginjal dan biasanya merupakan lanjutan dari sistitis akut (penyebaran asenden).

4,7

7

Pada neonatus, pielonefritis akut muncul dengan sepsis dengan gejala letargi, kejang, syok, suhu yang tidak stabil, ikterik fisiologis yang persisten.8,9,10 Gejala non spesifik termasuk gagal tumbuh, muntah, diare. Infeksi saluran kemih pada bayi usia dibawah 1 tahun mengindikasikan pielonefritis akut.11,12,13

2.1.2. Epidemiologi

Infeksi saluran kemih pada masa neonatus bermanifestasi setelah 72 jam kehidupan. Insidensinya berkisar antara 0,1 sampai 1% pada semua neonatus. Lebih sering pada anak lelaki dan neonatus preterm dan dapat meningkat menjadi 10% pada bayi berat badan lahir rendah.14


(24)

2.1.3. Etiologi

Escherichia coli bertanggung jawab sekitar 80% dari infeksi saluran kemih, sisanya oleh organisme lain seperti Proteus, Enterococcus, Pseudomonas, Klebsiella Sp, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Candida.7,14,15

2.1.4. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang paling sering dijumpai pada neonatus adalah • Neonatus laki-laki

• Pemasangan kateter urin

• Sepsis sistemik yang menyebar ke saluran kemih secara hematogen • Kelainan anatomis (perlengketan labia)

• Refluk vesikoureter • Obstruksi saluran kemih • Neurogenic bladder

• Bakteri dengan P fimbriae 11,16,17

2.1.5. Gejala dan tanda klinis

Gejala dan tanda klinis pada neonatus dan bayi biasanya tidak spesifik dan tidak ada gejala pielonefritis, kadang dapat dijumpai sepsis, demam, rewel, menyusu yang tidak kuat, muntah, diare atau konstipasi, ikterik, hipotermi, gagal tumbuh, aktivitas yang menurun, letargi.8,11,18


(25)

Pada neonatus, pielonefritis muncul dengan sepsis dengan gejala letargi, kejang, syok, suhu yang tidak stabil, ikterik fisiologis yang persisten.8,9,10 Gejala non spesifik termasuk gagal tumbuh, muntah, diare mungkin disebabkan oleh pielonefritis. Urin mungkin berbau tidak enak. Pada bayi, demam yang tidak dapat dijelaskan sebabnya mungkin gejala awal dari pielonefritis. Infeksi saluran kemih pada bayi usia dibawah 1 tahun mengindikasikan pielonefritis.11,13,17

2.1.6. Patofisiologi terjadinya pielonefritis

Pielonefritis etiologinya multifaktorial dan secara jelas menunjukkan tidak seimbangnya antara pejamu dan patogen. Kelainan anatomi yang abnormal menyebabkan penyebaran dan efek pielonefritis. Penyebaran bakteri secara hematogen pada saluran kemih mungkin dapat muncul meskipun sangat jarang. Kebanyakan pielonefritis berasal dari kandung kencing kemudian asenden sehingga menyebabkan pielonefritis. Infeksi asenden yang berasal dari kandung kencing berdasarkan mekanisme :

1. Bakteri mungkin sangat virulen dan mempunyai vili yang memungkinkan bakteri untuk menempelkan dirinya pada ureter dan bermigrasi ke atas, atau 2. Pasien mempunyai refluks ke pelvis renalis yang memungkinkan refluks intra

renal dan merusak parenkim ginjal.

3. Adanya kelainan seperti neurogenic bladder, katup uretra posterior, refluk vesicouretra dan obstruksi ureteropelvik junction.12,19


(26)

Ketika bakteri masuk kedalam parenkim ginjal dengan tekanan yang sangat tinggi, daerah fokal infeksi dan inflamasi semakin berkembang dan beberapa tahap kompleks inflamasi bertingkat terbentuk. Bila proses ini tidak dicegah dengan pengobatan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal berat atau jaringan parut. Lebih lanjut, bila infeksi berulang terus menerus tanpa terapi yang adekuat, hasil jangka panjang adanya jaringan parut ginjal yang signifikan, yang lebih ekstrim lagi menyebabkan refluk nephropahy, yang menyebabkan end stage renal disease.

Pada neonatus dan bayi, diagnosis pielonefritis sulit karena gambaran klinis dari sepsis terlihat pada kondisi lain. Meskipun skan DMSA (Dimercaptosuccinic acid) dapat dilihat pada gambar 1. menunjukkan daerah yang uptake korteks kontrasnya berkurang,

19

20

diperkirakan sebagai pielonefritis, hal ini jarang dibutuhkan pada kenyataannya.13

Gambar 1. Gambar A. Ginjal kanan dengan parut ginjal (ditunjuk oleh panah), Gambar B. Ginjal kanan dengan hypodysplasia.20


(27)

Pada infeksi saluran kemih, bakteri telah mencapai kandung kencing dan atau ginjal yang menyebabkan respon lokal pejamu. Diperkirakan infeksi bakteri meningkatkan respon sitokin Interleukin-6 lainnya yang diperantarai mediator pejamu.21 Berdasarkan penelitian di Denver tahun 2010, IL -6 urin meningkat dalam 6 jam pertama setelah terjadinya proses infeksi dengan tingkat sensitifitas 88%,22 sedangkan dari hasil penelitian di swedia tahun 1997, menyatakan adanya peningkatan IL-6 di urin pada 24 jam pertama proses infeksi dan tetap meningkat setelah 6 jam dimulainya terapi serta IL-6 serum meningkat lebih lama pada pasien bakterinemia.21

2.2. Diagnosis

Infeksi saluran kemih penyebab morbiditas yang bermakna pada neonatus, predominan meliputi traktus urinarius bagian atas dan dapat menyebabkan parut korteks ginjal yang akan menyebabkan terjadinya insufisiensi ginjal dan hipertensi. Untuk menegakkan diagnosis pasti pielonefritis adalah dengan kultur urin.17 Penanda adanya inflamasi pada parenkim ginjal dapat membantu diagnosis pielonefritis. Skanning dengan 99mTc-dimercaptosuccinic acid (99mTc-DMSA) dilakukan saat infeksi atau post infeksi dilakukan untuk mencari proses inflamasi korteks ginjal yang merupakan pemeriksaan radioaktif. Sebagai alternatif beberapa pemeriksaan biomarker telah dievaluasi. Banyak sitokin diproduksi saat terjadi respon imun lokal terhadap patogen dapat berguna untuk mendiagnosis kerusakan jaringan oleh karena inflamasi. Interleukin-6 merupakan sitokin yang berfungsi sebagai pirogen yang


(28)

berkerja pada hemopoesis dan menstimuasi produksi protein fase akut, mengaktivasi limfosit dan meningkatkan sekresi immunoglobulin A. Interleukin-6 disintesis oleh berbagai macam sel termasuk makrofag, fibroblast, sel endotel dan sel epitel tubulus ginjal.23

2.3. Interleukin-6 (IL-6)

Interleukin-6 adalah protein dengan berat 21 kDa – 28 kDa. Dengan crystallography menunjukkan bahwa IL-6 terbentuk oleh 4 heliks, terdiri dari 2 pasang heliks anti-pararel yang dapat dilihat pada gambar 2.24

Gambar 2. Empat struktur dari IL-6 yang terdiri dari empat heliks (berwarna) yang dihubungkan oleh sebuah loop (warna abu-abu).24

Interleukin-6 merupakan sitokin yang berkarakteristik oleh reaksi pleiotropic, dapat berubah sesuai fungsi seperti proliferasi sel dan diferensiasi serta apoptosis, akan tetapi fungsi utamanya adalah proses inflamasi.

Interleukin-6 merupakan sitokin multifungsi dengan proinflamasi dan fungsi imunoregulator. Interleukin-6 merupakan kunci pengaktifan respon fase akut dan


(29)

bekerja pada pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Hal ini sesuai dengan ditemukan pada pasien pielonefritis dengan peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi reaktan fase akut seperti C-reaktif protein (CRP). Interleukin-6 pada keadaan pielonefritis merupakan mediator kunci dari respon ini.21

2.4. Patofisiologi terjadinya proses inflamasi oleh karena pielonefritis

Infeksi bakteri pada saluran kemih menyebabkan pelepasan sitokin proinflamasi seperti Interleukin-6 dan Interleukin-8 ke aliran darah sehingga menyebabkan respon pejamu pada pasien dengan pielonefritis. Normalnya Interleukin-6 urin tidak ditemukan pada urin orang sehat. Peningkatan Interleukin-6 serum kebanyakan ditemukan pada pasien dengan demam oleh karena pielonefritis.

Pada pielonefritis, infeksi bakteri telah mencapai ginjal yang menyebabkan respon lokal pejamu, meningkatkan respon sitokin Interleukin-6 lainnya yang diperantarai mediator pejamu.

21

21

Interleukin-6 muncul di urin dalam 6 jam setelah terjadinya proses infeksi dengan tingkat sensitifitas 88% sampai pada 24 jam pertama kemudian menurun setelah 6 jam terapi serta meningkat lebih lama pada pasien bakterinemia.

Respon sitokin saluran kemih diawali ketika bakteri mencapai permukaan mukosa. Penempelan pada sel epitel mengaktifkan rangkaian pertama sitokin termasuk diantaranya adalah IL-6, IL-1, IL-8 dan kemokin lainnya. Besar dan pelepasan sitokin dipengaruhi oleh virulensi dari infeksi kuman, termasuk fimbrae. Aktivasi sel epitelial diikuti oleh munculnya neutrofil dan sel inflamasi lainnya di


(30)

daerah lokal dan beberapa saat kemudian diikuti oleh respon sitokin. Inflamasi lokal menyebabkan gejala lokal yang berhubungan dengan pielonefritis. Peningkatan suhu dan respon fase akut bila bakteri, komponen bakteri, atau mediator pejamu, keluar dari saluran kemih dan mencapai hepar, hipotalamus atau daerah sistemik lain dimana muncul respon pejamu.

Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 3. yang menerangkan patofisiologi pielonefritis yang disebabkan oleh Escherichia coli sebagai berikut ini.

21

25

Gambar 3. Patofisiologi pielonefritis yang disebabkan oleh Escherichia coli.25

Bakteri Escherichia coli menempel pada reseptor pada permukaan sel dengan menggunakan vili atau P fimbrae, setelah menempel bakteri akan masuk kedalam sel dimana akan terjadi proses replikasi. Penempelan atau invasi kemudian mengaktifkan proses apoptosis didalam sel yang akan mengakibatkan eksfoliasi dan pelepasan sel


(31)

rusak dari pejamu. Interaksi antara Escherichia coli dan pejamu akan menginduksi sitokin inflamasi yang akan mengakibatkan masuknya leukosit polimorfonuklear kedalam sel.22

Gambar 4. Interleukin-6 merupakan sitokin yang mengawali respon seluler fisiologis secara luas yang berperan dalam proses inflamasi.

Gambar 4. memperlihatkan rangkaian respon fisiologis pada proses inflamasi.

26

Sistem reseptor Interleukin-6 memiliki konfigurasi yang tidak biasa. Terdiri dari dua rantai polipeptida. Sebuah reseptor IL-6 dengan berat 80 kDa dan sebuah signal transduser dengan berat 130 kDa. Reseptor terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk transmembran dan bentuk terlarut. Bentuk transmembran memiliki daerah intrasitoplasmik yang pendek dan stimulasinya oleh molekul IL-6, pemicunya berhubungan dengan gp-130. Reseptor terlarut dapat membentuk komplek stimulasi


(32)

dengan IL-6 dan dapat berhubungan dengan gp-130 dan memicu peristiwa seluler yang disebut trans-signaling, gp-130 memiliki domain transmembran dan berperan menghantarkan sinyal ke membran.

Sinyal Interleukin-6 diregulasi oleh umpan balik negatif oleh supressors of cytokine signaling (SOCS) dan protein inhibitors of activated STATs (PIAS). Interaksi Interleukin-6 atau reseptor IL-6 menyebabkan aktivasi STAT3 kemudian SOCS-1. Molekul SOCS-1 berikatan dengan janus activated kinase (JAK) tyrosine kinase yang bertindak sebagai regulator negatif dari transduksi sinyal gp-130. SOCS-1, SOCS-2 dan SOCS-3 diinduksi oleh beberapa sitokin termasuk IL-6, IFN-γ, IL-4, dan granulocyte colony-stimulating factor serta beberapa faktor lainnya, kemudian menghambat jalur sinyal cytokine-activated JAK/STAT yang dapat dilihat pada gambar 5.

27

24

Gambar 5. Regulasi umpan balik sinyal IL-6 oleh Supressors Of Cytokine Signaling (SOCS), IL.24


(33)

Pada proses terjadinya pielonefritis, Interleukin-6 akan muncul dalam urin. Respon mediator pejamu terhadap pielonefritis terdapat perbedaan besaran dan tingkatan respon penderita dengan pielonefritis dan bakteriuria asimptomatik dengan perbedaan gejala klinis.

Pielonefritis akan mengaktifkan respon lokal dan sistemik. Serum IL-6, urin lebih tinggi pada pasien dengan demam pielonefritis dibandingkan dengan bakteriuria asimptomatik. Interleukin-6 merupakan mediator awal proses inflamasi. Interleukin-6 merupakan pirogen endogen yang mengaktivasi fase akut, terutama CRP dan faktor maturasi untuk limfosit mukosa. Interleukin-6 disintesis oleh bermacam-macam sel termasuk makrofag, fibroblast, sel endotelial dan sel epitel tubulus renalis.

28

Pemeriksaan awal konsentrasi IL-6 pada urin dapat berguna sebagai petanda diagnostik perubahan pielonefritis pada neonatus untuk mencegah timbulnya parut ginjal.

25

6

Konsentrasi interleukin-6 pada urin meningkat pada menit awal kerusakan mukosa. Setelah beberapa jam, leukosit polimorfonuklear muncul dan diekskresikan pada urin.23 Berdasarkan hasil penelitian di California tahun 2001, respon IL-6 stabil tetapi segera menurun setelah pemberian antibiotik, hal ini menunjukkan adanya kerusakan ginjal pada saat awal terjadinya pielonefritis.29

2.5. Sampel urin dan jumlah koloni

Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel urin : 1. Aspirasi suprapubis


(34)

Tekhnik pengambilan sampel aspirasi suprapubis tingkat keberhasilannya rendah dan harus dilakukan oleh yang sudah ahli, tingkat keberhasilan lebih tinggi bila dibimbing oleh USG. Penemuan satu kuman sudah memastikan adanya infeksi kuman pada infeksi saluran kemih.

2. Kateterisasi urin

30,31

Proses pengambilan sampel kurang direkomendasikan oleh karena invasif dan traumatika. Kateterisasi trans urethra merupakan tindakan untuk mengevaluasi infeksi saluran kemih bila ada faktor resiko infeksi berulang. Bila didapatkan 10000 sampai 100000 koloni kuman sudah dinyatakan adanya pielonefritis.

3. Urin porsi tengah (mid stream) 30,31

Dapat dilakukan pada anak yang sudah bisa berkemih sendiri. Dari hasil kultur didapatkan >100000 koloni kuman atau >10000 koloni kuman pada infeksi saluran kemih simptomatik. Tidak dapat diandalkan pada anak yang belum disirkumsisi atau fimosis.

4. Infant urin bag collector

30,31

Dengan menggunakan kantung penampung urin steril yang sebelumnya telah dilakukan disinfeksi daerah genital, kantung dilekatkan dan buat dalam keadaan rapat sehingga tidak ada udara yang bisa masuk. Bila dijumpai >50000 koloni kuman dengan kuman yang sama diduga terdapat infeksi saluran kemih yang kemudian dikonfirmasi ulang dengan tindakan kateterisasi urin. 32,33


(35)

Penting untuk mencegah pertumbuhan bakteri kontaminasi. Untuk mencapai tujuan ini, urin harus dipertahankan pada suhu 40C dengan cara memasukkan sampel ke dalam tempat penyimpanan yang menggunakan rantai pendingin sampai sampel tiba di laboratorium. Standar teknik kultur termasuk menggoreskan pada media agar darah MacConkey.34

2.6. Kerangka konsep

: yang diperiksa

Gambar 6. Kerangka konsep penelitian

Faktor organisme: Jenis organisme

Virulensi Sangkaan

Pyelonefritis

Pemeriksaan interleukin 6 urin

Kultur urin Positif

Pemeriksaan interleukin 6 urin

Kultur urin Negatif Faktor pejamu:

Usia Jenis kelamin Anatomi saluran kemih

Perlekatan kuman ke sel uroepitel


(36)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang menilai sensitifitas dan spesitifitas pemeriksaan Interleukin-6 urin terhadap dengan pemeriksaan kultur urin pada neonatus dengan sangkaan infeksi saluran kemih.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan terhadap neonatus yang dirawat di unit perinatologi dan neonatal intensive care unit di RS Haji Adam Malik Medan selama 3 bulan mulai November 2013 sampai Januari 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah neonatus yang dirawat di unit perinatologi dan neonatal intensive care unit di RS Haji Adam Malik Medan yang disangka mengalami pielonefritis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selama selama 3 bulan mulai November 2013 sampai Januari 2014.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk data nominal 35, yaitu :


(37)

n = Zα2 d

PQ

n = jumlah subyek 2

Zα = nilai baku normal = 1,96

P = proporsi penyakit atau keadaan yang dicari Q = (1-P)

d = Dengan nilai :

tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki

P = 0,149 Q = 0,851 d = 0,1

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 48 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Neonatus berusia 3 sampai 28 hari dengan bersedianya orang tua mengikuti penelitian, dibuktikan dengan mengisi persetujuan dari orang tua

2. Adanya sepsis atau sangkaan sepsis

3. Bayi dengan demam yang tidak diketahui penyebabnya 4. Disetujui oleh komite medik


(38)

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Telah mendapat pengobatan kortikosteroid

2. Telah mendapat pengobatan antibiotik selama 48 jam 3. Pengambilan sampel urin salah

4. Orangtua menolak anaknya untuk dilakukan pemeriksaan urin setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami, pemeriksaan yang akan dilakukan serta pengobatan yang akan diberikan.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

3.8.1. Subjek


(39)

3.8.2. Pengukuran

Peneliti melakukan pemeriksaan urin dengan pengambilan urin mengggunakan infant urine bag collector yang dapat dilihat pada gambar 7 dan 8. Setelah sampel urin didapatkan dilakukan pemeriksaan kadar Interleukin-6 urin dan pemeriksaan kultur urin yang dilakukan di laboratorium patologi klinik RS. Haji Adam Malik Medan. Hasil pemeriksaan dibandingkan antara neonatus yang ditemukan adanya Interleukin-6 urin dengan adanya pertumbuhan kuman pada urin.

Gambar 7. Cara melakukan pemasangan infant urin bag collector pada bayi laki-laki.36

Gambar 8. Cara melakukan pemasangan infant urin bag collector pada bayi perempuan. 36

Cara memasang dan menampung urin dengan infant urin bag collector : 1. Cuci tangan dengan bersih dengan menggunakan sabun antiseptik


(40)

2. Bersihkan daerah genital dengan sabun tanpa mengandung antiseptik dan air 3. Biarkan daerah yang baru dicuci mengering dengan bantuan udara, jangan di

seka untuk mempercepat pengeringan

4. Dengan hati-hati lekatkan infant urine bag collector pada daerah genital

5. Segera setelah dilakukan penampungan urin, lepaskan dari neonatus dan pindahkan ke wadah steril dengan cara memotong ujung dari infant bag collector dengan menggunakan gunting yang telah disterilkan

Urin yang ditampung dengan pot urin digunakan untuk pemeriksaan Interleukin-6 urin dan pemeriksaan kultur urin. Cara kerja kultur urin:

1. Spesimen urin yang tidak disentrifugal, dimasukkan ke dalam Brain Heart Infusion (BHI) dengan perbandingan 1:9

37,38

2. Dengan menggunakan sengkelit, spesimen urin tersebut diinokulasikan pada agar darah dan agar Mac Conkey.

3. Khusus inokulasi pada agar darah, penggoresan pada media dilakukan secara menyilang di bagian tengah media agar darah, kemudian dibuat goresan sepanjang goresan pertama, dengan arah tegak lurus terhadap goresan pertama, kemudian buat goresan tegak lurus terhadap goresan terakhir sampai media penanaman penuh.

4. Inkubasi agar darah dan agar Mac Conkey pada suhu 370 5. Hitung koloni yang tumbuh pada agar darah.

C selama 24 jam.


(41)

3.9. Pemeriksaan Interleukin-6

1. Siapkan reagen, sampel dan standar 39

2. Tambahkan 100 µl standar atau sampel ke tiap-tiap sumur, kemudian inkubasi selama 2 jam pada suhu 370

3. Buang cairan dalam tiap-tiap sumur, jangan dicuci C

4. Tambahkan 100 µl Biotin-antibodi (1 kali) pada tiap-tiap sumur, kemudian inkubasi selama 1 jam pada suhu 370

5. Aspirasi dan cuci sebanyak 3 kali C

6. Tambahkan 100 µl HRP-avidin (1 kali) pada tiap-tiap sumur, kemudian inkubasi selama 1 jam pada suhu 370

7. Aspirasi dan cuci sebanyak 5 kali C

8. Tambahkan 90 µl TMB substrat pada tiap-tiap sumur, kemudian inkubasi selama 15 sampai 30 menit pada suhu 370

9. Tambahkan 50 µl cairan penghenti pada tiap-tiap sumur, kemudian dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 450 nm selama 5 menit.

C, lindungi dari cahaya

Prosedur pemeriksaan Interlukin-6 urin menggunakan reagen Human Interleukin-6 (IL-6) Elisa kit, yang diproduksi oleh Cusabio dan mesin ChemWell seri 9210.


(42)

3.10. Alur Penelitian

Gambar 9. Gambar alur penelitian

3.11. Indentifikasi Variabel

Variabel Skala

Variabel tergantung

Kultur urin Nominal

Variabel bebas

Interleukin-6 urin Nominal

3.12. Definisi Operasional

1. Neonatus adalah bayi berusia 0 sampai 28 hari Pemeriksaan kultur urin

Pemeriksaan Interleukin-6 urin Kultur urin Positif

Populasi terjangkau inklusi

Kultur urin Negatif

Pemeriksaan Interleukin-6 urin


(43)

2. Pielonefritis ditegakkan bila dijumpai adanya pertumbuhan kuman pada kultur urin dengan jumlah koloni bakteri >50000 koloni/ml.32

3. Sepsis dibuktikan dengan ditemukan adanya pertumbuhan kuman dalam kultur darah. Disangkakan dengan sepsis bila C-Reactive Protein positif dan kadar procalsitonin meningkat dalam darah.

disertai gejala klinis pielonefritis berupa demam, ikterik, mual, muntah atau letargi

4. Demam didefinisikan suhu tubuh ≥38ºC.

40

41

3.13. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer untuk menilai sensitifitas, spesitifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, nilai rasio kemungkinan positif dan nilai rasio kemungkinan negatif pemeriksaan Interleukin-6 urin dibandingkan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada bayi dilakukan uji diagnostik.


(44)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di unit perinatologi dan neonatal intensive care unit, RS Haji Adam Malik Medan selama 3 bulan mulai November 2013 - Januari 2014. Total sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 60 anak, yang kemudian dilakukan pemeriksaan kultur urin dan Interleukin-6 urin. Diperoleh sampel 60 neonatus yang terdiri dari 45 neonatus dengan kultur positif yang terdiri dari 30 kultur bakteri urin positif, 15 kultur jamur urin positif dan 15 neonatus tanpa pertumbuhan bakteri atau jamur pada kultur urinnya. (Gambar 10).

Gambar 10. Profil penelitian

60 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Neonatus dengan kultur Urin (-)

n = 15

Pemeriksaan Interleukin 6 Urin

Neonatus dengan kultur Urin (+)

n = 45

Pemeriksaan Interleukin 6 Urin Pemeriksaan

Interleukin 6 Urin

Jamur (+) n = 15 Bakteri (+)


(45)

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Karakteristik n = 60

Usia Neonatus (hari), mean (SD) 8.3(6.8) Usia ibu (tahun), mean (SD) 26.0(3.3) Usia ayah (tahun), mean (SD) 27.7(3.3) Berat badan lahir (gram), mean (SD) 2530.5(712.7) Usia kehamilan, n(%)

Kurang bulan 9(15)

Cukup bulan 51(85)

Lebih bulan 0(0)

Jenis persalinan, n(%)

Caesar 27(45)

Pervaginam 33(55)

Gejala Klinis, n(%)

Demam 42(70)

Letargi 25(41.6)

Ikterik 5(8.3)

Muntah 3(5)

Rata-rata usia sampel adalah 8.3 hari. Rata-rata berat badan lahir 2530.5 gram dan jenis persalinan yang terbanyak adalah pervaginam. Usia kehamilan terbanyak cukup bulan. Gejala klinis yang sering dijumpai adalah demam dan letargi. (tabel 1)

Tabel 2. Prevalensi mikroorganisme penyebab pielonefritis pada neonatus

Nama Mikroorganisme n(%)

Klebsiella pneumonia 14(46.6)

Streptococcus agalactie 8(26.6)

Chryseomonas luteola 3(10)

Streptococcus pyogenes 2(6.6)

Streptococcus faecalis 1(3.3)

Streptococcus saphrophyticus 1(3.3)

Enterobacter cloacae 1(3.3)


(46)

Tabel 2. menunjukkan infeksi terbanyak disebabkan oleh Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola 3(10%).

Nilai potong diperoleh dengan mengunakan kurva Receivier Operator Curve oleh karena distribusi data yang tidak normal. Nilai Interleukin-6 urin yang digunakan adalah hasil pemeriksaan Interleukin-6 urin pada hasil kultur urin bakteri positif dan hasil kultur urin negatif.

Gambar 11. Kurva Receivier Operator Curve (ROC)


(47)

Tabel 3. Hubungan pemeriksaan kultur urin dengan Interleukin-6 urin

Kultur Urin

Positif Negatif

N (%) N (%)

IL-6 Urin Positif 16 35.5 7 15.5

Negatif 14 31.1 8 17.8

Total 30 66.6 22 33.3

Tabel 4. Sensitifitas, Spesitifitas, Nilai Prediksi Positif (NPP), Nilai Prediksi Negatif (NPN), Rasio Kemungkinan Positif (RK+) dan Rasio Kemungkinan Negatif (RK-) pemeriksaan Interleukin-6 urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus

Variabel Sensitifitas (%) Spesitifitas (%) NPP (%) NPN (%) RK+ (%) RK-(%) Interleukin-6

Urin 53.3 53.3 69.5 36.3 1.14 0.87

Dari tabel 4. didapatkan bahwa pemeriksaan Interleukin-6 urin dapat mendeteksi pielonefritis sebesar 53.3% dan menyingkirkan diagnosis pielonefritis sebesar 53.3% pada neonatus dengan sangkaan pielonefritis. Kemungkinan neonatus menderita pielonefritis sebesar 69.5% dan kemungkinan tidak menderita pielonefritis sebesar 36.3% setelah dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin. Rasio kemungkinan bayi dengan menderita pielonefritis dibandingkan bayi yang sehat setelah dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin positif sebesar 1.14 dan rasio kemungkinan bayi dengan menderita pielonefritis dibandingkan bayi sehat dengan pemeriksaan Interleukin-6 urin negatif 0.87.


(48)

BAB 5. PEMBAHASAN

Sensitifitas dan spesitifitas Interleukin-6 urin untuk menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus diperiksa dengan pemeriksaan sampel urin. Pengumpulan sampel urin dipilih dengan menggunakan infant urine bag collector dengan alasan cara pengumpulan ini tidak invasif dan infant urine bag collector termasuk cara pengumpulan urin yang disetujui didalam revisi AAP 2007 untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada neonatus.

Sampel urin dikumpulkan dengan menggunakan infant urine bag collector dinyatakan bermakna bila dijumpai pertumbuhan bakteri >50000 koloni/ml dibandingkan dengan aspirasi suprapubis yang bila ditemukan 1 bakteri saja sudah bisa dinyatakan positif atau dengan kateterisasi urin bila dijumpai pertumbuhan bakteri >10000 koloni/ml dinyatakan bermakna.

Jumlah pertumbuhan biakan koloni urin dinyatakan bermakna dengan menggunakan infant urine bag collector bila dijumpai pertumbuhan organisme >50000 koloni/ml berdasarkan revisi AAP pada tahun 2007,

30,31

32

Pada bayi dengan keadaan sakit dan dijumpai adanya pertumbuhan kolonisasi organisme >50000 koloni/ml sudah dinyatakan mengalami infeksi saluran kemih yang kompleks dan dapat didiagnosis sebagai pielonefritis,

dimana sebelumnya pertumbuhan koloni dinyatakan bermakna bila pertumbuhan bakteri >100000 koloni/ml.

32

meskipun nantinya perlu dibuktikan dengan pemeriksaan skan DMSA (Dimercaptosuccinic acid) dimana


(49)

menunjukkan terdapat daerah yang uptake korteks kontrasnya berkurang,20 diperkirakan sebagai pielonefritis, meskipun hal ini jarang dibutuhkan pada kenyataannya disebabkan karena biaya dan resiko paparan radiasi pada neonatus.

Escherichia coli bertanggung jawab sekitar 80% dari pielonefritis, organisme lainnya seperti Proteus, Enterococcus, Pseudomonas dan Klebsiella sp, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis,

17

15,16

Pada penelitian ini didapatkan pertumbuhan Yeast cell Candida sebesar 15 sampel dari 60 sampel urin hal ini mungkin disebabkan oleh karena penggunaan lampin pada bayi yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan kolonisasi jamur dan bakteri yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya pielonefritis candida pada neonatus. Secara klinis biasanya kerusakan ginjal lebih berat serta muncul pada bayi dengan daya tahan tubuh yang rendah,

sedangkan pada penelitian ini bakteri penyebab infeksi terbanyak disebabkan oleh Klebsiella pneumonia (46.6%), Streptococcus agalactie (26.6%) dan Chryseomonas luteola 3(10%).

42,42

Pada penelitian di Denver tahun 2010, Interleukin-6 urin meningkat dalam 6 jam pertama setelah terjadinya proses infeksi dengan tingkat sensitifitas 88%,

ataupun sebagai kontaminan pada saat pengambilan sampel urin.

21

sedangkan pada penelitian didapatkan sensitifitas sebesar 53,3% dan spesitifitas 53.3%, hal ini disebabkan adanya perbedaan jumlah sampel dimana pada penelitian sebelumnya sampel didapatkan sebesar 25 neonatus sedangkan pada penelitian ini didapatkan dari sampel sebesar 45 neonatus.


(50)

Pada penelitian sebelumnya belum ada nilai baku nilai potong kadar Interleukin-6 urin, pada penelitian di Denver 2010 dengan nilai potong Interleukin-6 urin >75 pg/ml dinyatakan positif sedangkan pada penelitian ini berdasarkan kurva ROC oleh karena distribusi data yang tidak normal dan hasil pemeriksaan Interleukin-6 urin dinyatakan positif bila >5.854 pg/ml berdasarkan kurva ROC.

Pada penelitian yang dilakukan di Swedia 1996 dengan jumlah sampel 100 bayi terdiri dari 61 bayi dengan pielonefritis dan 31 bayi dengan asimptomatik bakteriuria, dimana kadar Interleukin-6 urin meningkat pada bayi dengan infeksi saluran kemih dan asimptomatik bakteriuria dengan nilai IL-6 urin ≥20 pg/ml dinyatakan positif,28 sedangkan penelitian di Swedia tahun 1997, menyatakan adanya peningkatan Interleukin-6 di urin pada 24 jam pertama proses infeksi dan tetap meningkat setelah 6 jam dimulainya terapi serta Interleukin-6 serum meningkat lebih lama pada pasien bakterinemia.22

Penelitian Interleukin-6 urin untuk pemeriksaan cepat pada pielonefritis baru pertama kali dilakukan di sentra pendidikan Universitas Sumatera Utara dan RS Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi akurasi pemeriksaan pemeriksaan Interleukin-6 urin yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Keterbatasan dari penelitian ini adalah pendeknya waktu penelitian dan sedikitnya jumlah sampel meskipun jumlah sampel minimal sudah tercukupi. Diharapkan pada masa yang akan datang penelitian ini dapat dilakukan dengan

Pada penelitian ini pemeriksaan Interleukin-6 urin hanya dilakukan satu kali oleh karena penelitian ini merupakan penelitian potong lintang.


(51)

jangka waktu yang lama serta jumlah sampel yang lebih besar, sehingga didapatkan hasil sensitifitas dan spesitifitas yang lebih baik lagi sehingga Interleukin-6 urin dapat dipertimbangkan sebagai pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis pada neonatus dan anak.


(52)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

Pemeriksaan Interleukin-6 urin mempunyai hasil akurasi yang rendah dalam menegakkan pielonefritis pada neonatus.

Adanya pertumbuhan Yeast cell Candida pada pemeriksaan urin neonatus peneliti menyarankan penggantian lampin yang teratur sehingga resiko untuk terjadinya infeksi saluran kemih dapat dihindari dan dicegah.

Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan jumlah sampel yang besar sehingga sensitifitas dan spesitifitas dapat lebih baik lagi sehingga Interleukin-6 urin dapat digunakan sebagai pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis pada neonatus.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1.

tract infection in the newborn: clinical and radio imaging studies. Pediatr nephrol.2007;22:1735-41

2. Amelia N, Amir I, Trihono PP. Urinary tract infection among neonatal sepsis of late-onset in Cipto Mangunkusumo Hospital. Paediatrica Indonesiana.2005;(45):217-22

3. Sahsi RS, Carpenter CR. Does This Child Have a Urinary Tract Infection? Ann Emerg Med.2009;53:680-684

4. Pecile P, Miorin E, Romanello C, Falleti E, Valent F, Ggiacomuzzi F, et all. Procalsitonin : A marker of severity oc acute pyelonephritis among children. Pediatrics.2004;114:e249-54

5. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus infeksi saluran kemih pada anak. Dalam Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL penyunting. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.2011:h.1-7

6. Zorc JJ, Kiddoo DA, Shaw KN. Diagnosis and management of pediatric urinary tract infections. Clin Microbiol.2005;18:417-22

7. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam : Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak edisi 2. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.2002;7:h.142-63

8. Chen HT, Jeng MJ, Soong WJ, Yang CF, Tsao PC, Lee YS, et all. Hyperbilirubinemia with urinary tract infection in infant younger than eight weeks old. Journal of the Chinese Medical Association.2011;74:159-63

9. Ghaemi S, Fesharaki RJ, Kelishadi R. Late onset jaundice and urinary tract infection in neonates. Indian Journal of Pediatrics.2007;74:47-9

10. Omar C, Hamza S, Bassem AM, Mariam R. Urinary tract infection and indirect hyperbilirubinemia in newborn. North American journal of Medicine Science.2011;12:544-7

11. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Renal diseases. Dalam :Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE penyunting. Neonatology : management, procedures, on call problems, diseases, and drugs. United state of America. McGraw-Hill Companies.2004:75:h.553-7

12. Pediatric lower urinary tract infection (UTI). Diunduh dari

13. Hari P, Srivastava RN. Urinary tract infectionc. Dalam : Srivastava RN, Bagga A, penyunting. Pediatric Nephrology. New Delhi.2011;14:h.273-300

14. Falcao MC, Leone CR, D’Andrea RAP, Berardi R, Ono NA, Vaz FAC. Urinary tract infection in full-term newborn infants: risk factor analysis. Rev. Hosp. Clín. Fac. Med.2000;55(1):h.9-16


(54)

16. Twajj M. Urinary tract infection in children : A Review of its Pathogenesis and Risk Factors. The journal of the royal society for the promotion of health.2000;120:220-6

17. Elder JS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Standon BF penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics ed 18th. Philadelphia. Saunders.2007;538:h.2223-8

18. Fallahzadeh MH, Ghane F. Urinary tract infection in infants and children with diarrhoea. La Revue de Sante de La Mediterranee Orientale.2006;12:690-4 19. Zderic SA. Urinary tract infections and vesicoureteral reflux. Dalam Taeusch

HW, Ballard RA, Gleason CA, penyunting. Avery’s Diseases of The Newborn. Philadelphia. Elsevier.2005;86:1314-9

20. Giovanni M, Kjell T, Ian H. Medical progress : Febrile Urinary Tract Infections in Children. NEJM.2011;365,3:293-50

21. Otto G, Braconier JH, Andreasson A, Svanborg C. Interleukin-6 and disease severity in patients with bacterimic and nonbacterimic febrile urinary tract infection. JID.1999;179:172-9

22. Dennen P, Altman C, Kaufman J, Klein CL, Hernando AA, Ahuja NH, et all. Urine interleukin-6 is an early biomarker of acute kidney injury in children undergoing cardiac surgery. Critical Care.2010;14:R181

23. Roilides E, Papachristou F, Gioulekas E, Tsaparidou S, Karatzas N, Sotiriou J, et all. Increased Urine Interleukin-6 Concentrations Correlate with Pyelonephritic Changes on 99mTc-Dimercaptosuccinic Acid Scans in Neonates with Urinary Tract Infections. JID.1999;180:904-7

24. Toumpanakis D, Vassilakopoulos T. Molecular mechanisms of action of interleukin-6 (IL-6). Pneumon.2007;20(1):154-67

25. Gupta K, Stamm WE. Urinary tract infections. Urinary tract infection.2008;1-14 26. Shokeir AA. Role of urinary biomarkers in the diagnosis of congenital upper

urinary tract obstruction. Indian Journal of Urology.2008:July-Sept;313-9 27. Kishimoto T. Interleukin-6: dicovery of pleiotropic cytokine. Biomed.2006:1-6 28. Benson M, Jodal U, Agace W, Hellstrom M, Marild S, Rosberg S, et all.

Interleukin-6 and interleukin-8 in children with febrile urinary tract infection and asymptomatic bacteriuria. The Journal of Infectious Disease. 1996;174:1080-4

29. Kassir K, Shiraishi OV, Zaldivar F, Berman M, Singh J, Arrieta A. Sitokine profile of pediatric patients treated with antibiotocs for pyelonephritis: potential therapeutic impact. Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology. 2001;Nov:1060-3

30. Obi B, Sinha M. Diagnosis and treatment of urinary tract infection in children. Prescriber.2007;66-71

31. Cataldi L, Zaffanello M, Gnarra M, Fanos V. Urinary tract infection in the newborn and the infant : state of the art. The Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine.2010;23:90-3


(55)

32. Urinary tract infection in children Diagnosis, treatment and long-term management. NICE. diunduh dari 2014 jam 15.14 WIB

33. Roberts KB. Revised AAP Guideline on UTI in febrile infant and young children. Am Fam Physician.2012;86(10):940-6

34. Gabrielle W, Jonathan CC. Diagnosis and management of urinary tract infection. Dalam : Denis FG, Franz S, penyunting. Comprehensive Pediatric Nephrology. Philadelphia. Mosby.2008;35:h.539-48

35. Madiyono B, Moechlisan S, Sastoasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.2008:h.302-30.

36. Collection of Midstream Urine for Culture & Sensitivity (C&S) (Pediatric-Infant). diunduh dari 37. Prinsip-prinsip Mikrobiologi Kedokteran Klinis. Dalam: Jawetz E, Melnick LJ,

Adelberg AE, Brooks FG, Butel SJ, Ornston NL. Mikrobiolgi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.1996.h.697-9.

38. Standar Operating Procedure. Instalasi Patologi klinik RSUP. H. Adam Malik, April 2009

39. Human Interleukin-6 (IL-6) ELISA Kit. CUSABIO.2013:1-14

40. Malik A, Hui CPS, Pennie, RA, Kirpalani H. Beyond the Complete Blood Cell Count and C-Reactive Protein. Arch Pediatr Adolesc Med.2003;157:511-6

41. Steere M, Sharieff GQ, Stenklyft PH. Fever in Children less than 36 Months of Age-Questions and Strategies for Management in The Emergency Department. The Journal of Emergency Medicine.2003.(25);2:149-57

42. Candida Infections of the Genitourinary Tract. Achkar JM, Fries BC. Clinical Microbiology Reviews.2010:253-73

43. Candida Urinary Tract Infections-Diagnosis. Kauffman CA, Fisher JF, Sobel JD, Newman CA. Clinical Infectious Diseases.2011;52(S6):S452-6


(56)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Nezman Nuri

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. Prof. dr. Hj. Rafita R, SpA(K) 2. dr. Nelly Rosdiana, SpA(K) 3. Prof. dr. H. Rusdidjas, SpA(K) 4. Dr. dr. Oke Rina R, Sp.A(K) 5. dr. Rosmayanti Siregar, Sp.A

6. dr. Beatrix Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A 7. dr. Willy Santoso

2. Biaya Penelitian

1. Bahan pemeriksan Reagen Kit Interleukin-6 Urin : Rp. 6.500.000 2. Pemeriksaan Kultur Urin : Rp. 6.000.000 2. Penyusunan / penggandaan : Rp. 1.500.000 3. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000


(57)

3. Jadwal Penelitian WAKTU KEGIATAN Juli 2012 Agt 2012 s/d Okt 2013 Nov 2013 s/d Jan 2014 Jan 2014 Feb 2014 s/d Juni 2014 Juli 2014 Persiapan Proposal Penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penyusunan hasil penelitian Penggandaan Laporan


(58)

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua

Yth. Bapak / Ibu ……….

Saya memperkenalkan diri dan ingin menjelaskan (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter Nezman Nuri bertugas di Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, saya sedang melaksanakan penelitian “ Akurasi pemeriksaan Interleukin-6 urin terhadap pemeriksaan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus”, ada pun tujuan dari penelitian ini adalah melihat ada/tidak bakteri dalam urin/air kencing dengan cara memeriksaan Interleukin 6 urin/air kencing dan kultur urin/air kencing pada bayi yang tersangka infeksi saluran kemih. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menampung urin/air kencing pancar tengah dengan menggunakan wadah penampung urin/air kencing sebanyak ± 15 cc ( 1 sendok makan ) oleh saya sendiri dan kemudian dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin dan pemeriksaan kultur urin/air kencing di RS HAM yang dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya. Subjek penelitian adalah bayi berusia 0 – 28 hari yang dirawat di ruangan Perinatologi RS HAM. Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak dijumpai efek samping dari pemeriksaan ini.

Segala biaya penelitian ditanggung sepenuhnya oleh peneliti dan orang tua dari bayi tidak dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini

Jika Bapak / Ibu bersedia agar bayinya diperiksa Interleukin-6 urin/air kencing dan kultur urinnya/air kencingnya, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Jika bapak/ibu ada yang belum mengerti atau memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya ( dr. Nezman Nuri, Telp 08128883205 )


(59)

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami

ucapkan terima kasih.

Hormat kami, Tim Peneliti

dr. Nezman Nuri


(60)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L/P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ... hari, L / P

Alamat Rumah :

...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bila suatu saat saya mengundurkan diri dari penelitian ini saya tidak akan dituntut apa pun.

Medan, ... 2013 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... (...) Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(61)

5. Status Nefrologi

No. Reg : Tanggal: Dilakukan oleh:

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P Tempat/Tanggal Lahir :... Anak Ke : ... dari ...bersaudara Alamat Rumah :

………...………... ………... Nomor Telpon/HP :

………...

IDENTITAS ORANG TUA Ibu Ayah

Nama: :

... Tanggal lahir :

... Suku bangsa :

... Pekerjaan :

... Pendidikan :

... Penyakit (jika ada) :

... Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya / tidak


(62)

ANAMNESE :

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ... D/

Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ... D/

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sehat/sakit; Kesadaran : ... Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ... HR : ..., Pols : ..., Temp.: ..., RR : ...

Kepala : UUB ...

wajah: bentuk ...rambut : ..., mata : ... telinga..., hidung ..., mulut ...

Leher : Tiroid ..., KGB : ...

Dada : ... Perut : ... hati ... limpa ... ginjal ...

Tali pusar...

Genitalia : ... Ekstremitas : Atas: ... Bawah : ...

UKURAN-UKURAN BADAN :

Berat badan lahir : ... gram, Panjang badan lahir : ... cm

Berat badan sekarang : ... gram, Panjang badan sekarang : ... cm,


(63)

CURRICULUM VITAE

I. IDENTITAS

1. Nama Nezman Nuri

2. Tempat/Tanggal lahir Jakarta, 3 April 1980

3. Alamat Jl. RC. Veteran No.20A Bintaro

RT.003/RW.011 Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pasanggrahan,

Jakarta selatan, Kode Pos 12330

4. No. Telp (021)7376875/08128883205

5. Email

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1986 – 1992 SD Muhammadiyah 5 Jakarta Selatan

2. Tahun 1992 – 1995 SMP Muhammadiyah 9 Jakarta Selatan

3. Tahun 1995 – 1998 4. Tahun 1998 – 2005

SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan FK. Univ. YARSI Jakarta Pusat

5. Tahun 2010 – sekarang PPDS. I.Kes.Anak FK. USU

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 2005 – 2007 Klinik Cikajang Jakarta Selatan

2. Tahun 2007 – 2008 Klinik Medika I Jakarta Selatan


(1)

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua

Yth. Bapak / Ibu ……….

Saya memperkenalkan diri dan ingin menjelaskan (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter Nezman Nuri bertugas di Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, saya sedang melaksanakan penelitian “ Akurasi pemeriksaan Interleukin-6 urin terhadap pemeriksaan kultur urin dalam menegakkan diagnosis pielonefritis pada neonatus”, ada pun tujuan dari penelitian ini adalah melihat ada/tidak bakteri dalam urin/air kencing dengan cara memeriksaan Interleukin 6 urin/air kencing dan kultur urin/air kencing pada bayi yang tersangka infeksi saluran kemih. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menampung urin/air kencing pancar tengah dengan menggunakan wadah penampung urin/air kencing sebanyak ± 15 cc ( 1 sendok makan ) oleh saya sendiri dan kemudian dilakukan pemeriksaan Interleukin-6 urin dan pemeriksaan kultur urin/air kencing di RS HAM yang dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya. Subjek penelitian adalah bayi berusia 0 – 28 hari yang dirawat di ruangan Perinatologi RS HAM. Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak dijumpai efek samping dari pemeriksaan ini.

Segala biaya penelitian ditanggung sepenuhnya oleh peneliti dan orang tua dari bayi tidak dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini

Jika Bapak / Ibu bersedia agar bayinya diperiksa Interleukin-6 urin/air kencing dan kultur urinnya/air kencingnya, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Jika bapak/ibu ada yang belum mengerti atau memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya ( dr. Nezman Nuri, Telp 08128883205 )


(2)

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami

ucapkan terima kasih.

Hormat kami, Tim Peneliti

dr. Nezman Nuri


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L/P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN untuk dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ... hari, L / P

Alamat Rumah :

...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bila suatu saat saya mengundurkan diri dari penelitian ini saya tidak akan dituntut apa pun.

Medan, ... 2013 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... (...)

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(4)

5. Status Nefrologi

No. Reg : Tanggal: Dilakukan oleh:

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P Tempat/Tanggal Lahir :... Anak Ke : ... dari ...bersaudara

Alamat Rumah :

………...………... ………...

Nomor Telpon/HP :

………...

IDENTITAS ORANG TUA Ibu Ayah

Nama: :

... Tanggal lahir :

... Suku bangsa :

... Pekerjaan :

... Pendidikan :

... Penyakit (jika ada) :


(5)

ANAMNESE :

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ... D/

Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ... D/

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sehat/sakit; Kesadaran : ... Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ... HR : ..., Pols : ..., Temp.: ..., RR : ...

Kepala : UUB ...

wajah: bentuk ...rambut : ..., mata : ... telinga..., hidung ..., mulut ...

Leher : Tiroid ..., KGB : ...

Dada : ... Perut : ... hati ... limpa ... ginjal ...

Tali pusar...

Genitalia : ... Ekstremitas : Atas: ... Bawah : ...

UKURAN-UKURAN BADAN :

Berat badan lahir : ... gram, Panjang badan lahir : ... cm

Berat badan sekarang : ... gram, Panjang badan sekarang : ... cm,


(6)

CURRICULUM VITAE

I. IDENTITAS

1. Nama Nezman Nuri

2. Tempat/Tanggal lahir Jakarta, 3 April 1980

3. Alamat Jl. RC. Veteran No.20A Bintaro

RT.003/RW.011 Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pasanggrahan,

Jakarta selatan, Kode Pos 12330

4. No. Telp (021)7376875/08128883205

5. Email

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1986 – 1992 SD Muhammadiyah 5 Jakarta Selatan

2. Tahun 1992 – 1995 SMP Muhammadiyah 9 Jakarta Selatan

3. Tahun 1995 – 1998 4. Tahun 1998 – 2005

SMA Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan FK. Univ. YARSI Jakarta Pusat

5. Tahun 2010 – sekarang PPDS. I.Kes.Anak FK. USU

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 2005 – 2007 Klinik Cikajang Jakarta Selatan

2. Tahun 2007 – 2008 Klinik Medika I Jakarta Selatan