Perbandingan pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin dalam menegakkan diagnosis Infeksi saluran kemih pada anak

(1)

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN URIN SECARA PEWARNAAN GRAM DAN KULTUR URIN

DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH

PADA ANAK

TESIS

AMALIA UTAMI PUTRI 077103007/ IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN URIN SECARA PEWARNAAN GRAM DAN KULTUR URIN

DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH

PADA ANAK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik(Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

AMALIA UTAMI PUTRI 077103007

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : Perbandingan pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin dalam menegakkan diagnosis Infeksi saluran kemih pada anak

Nama : Amalia Utami Putri

Nomor Induk Mahasiswa : 077103007

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. H. Rusdidjas, Sp.A(K)

Anggota

Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K)

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS


(4)

Tanggal lulus: 1 Juli 2011

Telah diuji pada tanggal: 1 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. H. Rusdidjas, Sp.A(K) ... Anggota : 1. Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) ...

2. Dr. H. Hakimi, Sp.A(K) ... 3. Dr. Hj. Tiangsa Sembiring, Sp.A(K) ...


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. H. Rusdidjas, Sp.A(K) dan Prof. Dr. H. Rafita Ramayati, Sp.A(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Oke Rina Ramayani, Sp.A dan Dr. Rosmayanti Siregar, Sp.A yang telah sangat banyak membimbing serta membantu saya dalam menyelesaikan penelitian serta tesis ini.

3. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK- USU dan, dr. Beby Syofiani M.Ked(Ped), Sp.A sebagai


(6)

sekretaris program yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2011-2014, Dr. H. Ridwan M Daulay, Sp.A(K dan Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan sebelum periode 2011 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik dan RS Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTMH,MSc (CTM),Sp.A(K) dan Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K), serta Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU

7. Seluruh kakak perawat di departemen anak RSUP H. Adam Malik Medan yang ikut membantu penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik

8. Syarifah Julinawati, Fitriyanti, Mahrani Lubis, Fera Wahyuni,, Athaillah, Tri Faranita, Suratmin, Ari Kurniasih, Dewi Sari dan Hanry Anta yang selama empat tahun bersama-sama dalam suka dan duka serta teman sejawat PPDS Departemen Ilmu Kesehatan Anak terutama Syarifah


(7)

Teristimewa untuk suami tercinta Andy Aditya, ST, kedua ananda tersayang Audy Ramadhan dan Syifa Audina, terima kasih atas doa, pengertian, dukungan dan pengorbanan tanpa kenal lelah yang telah diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan, mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karuniaNya buat kita semua.

Kepada yang tercinta orangtua, Alm. Suhairil Utama Putra, H. Chairuddin dan Drg. Hj. Rasida Djas, mertua H. Asril Djohan, SH, dan Hj. Yasma Asril yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Terima kasih atas doa, pengertian, dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini, semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan inii bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Juli 2011 Amalia Utami Putri


(8)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing iii

Ucapan terima kasih v

Daftar isi ix

Daftar tabel xi

Daftar gambar xii

Daftar singkatan dan lambang xiii

Abstrak xiv

Abstract xv BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.4.1. Tujuan Umum 3

1.4.2. Tujuan Khusus 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih 4

2.2. Manifestasi klinik infeksi saluran kemih 4

2.3. Patogenesis infeksi saluran kemih 5

2.4. Cara pengambilan sampel urin 6 2.5. Pemeriksaan urin 7

2.6 Kerangka Konseptual 10

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain 11

3.2. Tempat dan Waktu 11

3.3. Populasi dan Sampel 11

3.4. Perkiraan Besar Sampel 11

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 12

3.5.1. Kriteria Inklusi 12

3.5.2. Kriteria Eksklusi 13


(9)

BAB 4. HASIL PENELITIAN 20

BAB 5. PEMBAHASAN 23

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 29

BAB 7. RINGKASAN 30

Daftar Pustaka 33

Lampiran

1. Personil Penelitian

2. Biaya penelitian

3. Jadwal Penelitian

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 5. Status nefrologi anak


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel 21

Tabel 4.2 Sensitifitas dan spesifisitas pewarnaan Gram 21 Tabel 4.3. Jenis bakteri yang ditemukan dari kultur urin 22


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis dari ISK asending 5

Gambar 2.2 Kerangka konseptual 10

Gambar 3.1 Alur penelitian 17

Gambar 4.1 Profil penelitian 20


(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ISK : Infeksi Saluran Kemih

zα : Deviat baku normal untuk α

n : Jumlah subyek / sampel

> : Lebih besar dari

< : Lebih kecil dari

P : Proporsi


(13)

ABSTRAK

Latar belakang. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan adanya invasi kuman patogen pada saluran kemih yang terjadi pada saluran atas atau bawah, tergantung infeksi yang terjadi di ginjal, atau kandung kemih dan uretra. ISK terjadi hampir 10% anak dan merupakan infeksi bakterial terbanyak pada bayi dan anak di seluruh dunia. Prevalensi 3-5% pada perempuan dan ± 1% pada laki-laki. Kultur urin merupakan baku emas untuk tes diagnostik dalam menegakkan ISK. Pewarnaan Gram tanpa sentrifugal dapat dilakukan pada pusat pelayanan kesehatan di daerah dan laboratorium yang terbatas dalam mengevaluasi specimen urin. Pewarnaan Gram dapat menjadi metode efektif dalam menegakkan kemungkinan ISK didaerah pedesaan sehingga menghemat waktu dan biaya.

Objektif. Membandingkan pewarnaan Gram dan kultur urin sebagai tes diagnostik pada infeksi saluran kemih.

Metode. Studi cross-sectional di RSUP. H. Adam Malik dari bulan Mei-Juni 2010. Terdapat 54 partisipan usia 0-14 tahun yang direkrut dengan metode consecutive

sampling. Urin dikumpulkan setelah orificium eksternal dibersihkan. Setetes urin

pada objek glas digunakan untuk pemeriksaan Gram urin. Urin yang ditampung pada tabung reaksi digunakan untuk pemeriksaan kultur urin di laboratorium. Pewarnaan Gram dikatakan positif bila pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terdapat gram negatif.

Hasil. Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak 54 orang. Sensitifitas pewarnaan Gram sebesar 88% dengan spesifisitas 100%, nilai duga positif 100% dan nilai duga negatif 90%.

Kesimpulan. Pewarnaan Gram merupakan tes diagnostik alternatif yang baik dalam menegakkan infeksi saluran kemih pada anak.


(14)

ABSTRACT

Background Urinary tract infection (UTI) imply invasion of urinary tract by pathogens, which may involve the upper or lower tract depending on the infection in the kidney, or bladder and urethra. UTI affects up to 10% of children and is the most common bacterial infection in infants and young children worldwide. The prevalence is 3-5% in girls and ± 1% in boys. Urine culture is the gold standard diagnostic test of urinary tract infection. Gram stained uncentrifuged urine can be done in the rural health centres and laboratories of the peripheral areas that usually lack appropriate methods of evaluation of urine specimen. Gram staining urine can prove to be an effective method of ruling out the possibility of UTI in rural health centres thus saving time and money resource poor settings.

Objective To compare Gram staining of urine and urine culture as diagnostic test urinary tract infection.

Methods A cross-sectional study was held in H. Adam Malik Hospital since May until June 2010. There were 54 participants 0-to-14 years old recruited using consecutive sampling method. Urine was collected after orificium external was cleaned. A drop of urine was placed on the glass slide for Gram staining urine. The rest of the urine was put in test tube for urine culture in laboratory. Gram staining was positive if the gram negative bacteria was found on examination with light microscope.

Results A total of 54 participants were studied. Sensitivity and specificity of Gram stain urine and urine culture were 88% and 100%, respectively. The positive predictive value (PPV) and negative predictive value (NPV) were 100% and 90%, respectively.

Conclusion Gram staining of urine is a good alternative diagnostic test for urinary tract infection in children.


(15)

ABSTRAK

Latar belakang. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan adanya invasi kuman patogen pada saluran kemih yang terjadi pada saluran atas atau bawah, tergantung infeksi yang terjadi di ginjal, atau kandung kemih dan uretra. ISK terjadi hampir 10% anak dan merupakan infeksi bakterial terbanyak pada bayi dan anak di seluruh dunia. Prevalensi 3-5% pada perempuan dan ± 1% pada laki-laki. Kultur urin merupakan baku emas untuk tes diagnostik dalam menegakkan ISK. Pewarnaan Gram tanpa sentrifugal dapat dilakukan pada pusat pelayanan kesehatan di daerah dan laboratorium yang terbatas dalam mengevaluasi specimen urin. Pewarnaan Gram dapat menjadi metode efektif dalam menegakkan kemungkinan ISK didaerah pedesaan sehingga menghemat waktu dan biaya.

Objektif. Membandingkan pewarnaan Gram dan kultur urin sebagai tes diagnostik pada infeksi saluran kemih.

Metode. Studi cross-sectional di RSUP. H. Adam Malik dari bulan Mei-Juni 2010. Terdapat 54 partisipan usia 0-14 tahun yang direkrut dengan metode consecutive

sampling. Urin dikumpulkan setelah orificium eksternal dibersihkan. Setetes urin

pada objek glas digunakan untuk pemeriksaan Gram urin. Urin yang ditampung pada tabung reaksi digunakan untuk pemeriksaan kultur urin di laboratorium. Pewarnaan Gram dikatakan positif bila pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terdapat gram negatif.

Hasil. Jumlah partisipan pada penelitian ini sebanyak 54 orang. Sensitifitas pewarnaan Gram sebesar 88% dengan spesifisitas 100%, nilai duga positif 100% dan nilai duga negatif 90%.

Kesimpulan. Pewarnaan Gram merupakan tes diagnostik alternatif yang baik dalam menegakkan infeksi saluran kemih pada anak.


(16)

ABSTRACT

Background Urinary tract infection (UTI) imply invasion of urinary tract by pathogens, which may involve the upper or lower tract depending on the infection in the kidney, or bladder and urethra. UTI affects up to 10% of children and is the most common bacterial infection in infants and young children worldwide. The prevalence is 3-5% in girls and ± 1% in boys. Urine culture is the gold standard diagnostic test of urinary tract infection. Gram stained uncentrifuged urine can be done in the rural health centres and laboratories of the peripheral areas that usually lack appropriate methods of evaluation of urine specimen. Gram staining urine can prove to be an effective method of ruling out the possibility of UTI in rural health centres thus saving time and money resource poor settings.

Objective To compare Gram staining of urine and urine culture as diagnostic test urinary tract infection.

Methods A cross-sectional study was held in H. Adam Malik Hospital since May until June 2010. There were 54 participants 0-to-14 years old recruited using consecutive sampling method. Urine was collected after orificium external was cleaned. A drop of urine was placed on the glass slide for Gram staining urine. The rest of the urine was put in test tube for urine culture in laboratory. Gram staining was positive if the gram negative bacteria was found on examination with light microscope.

Results A total of 54 participants were studied. Sensitivity and specificity of Gram stain urine and urine culture were 88% and 100%, respectively. The positive predictive value (PPV) and negative predictive value (NPV) were 100% and 90%, respectively.

Conclusion Gram staining of urine is a good alternative diagnostic test for urinary tract infection in children.


(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih menyerang hampir 10% anak dan infeksi bakterial terbanyak pada bayi dan anak diseluruh dunia.1 Prevalensi pada anak perempuan 3-5% dan pada anak pria ± 1%,2 di Inggris utara diperkirakan 3.6% pada laki-laki dan 11.3% pada perempuan.3 Infeksi berulang sering terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya stasis urin atau refluks.4 Untuk mencegah terjadinya komplikasi diperlukan penegakan diagnosis dan pengobatan yang cepat karena dari data klinis dan eksperimen menunjukkan pengobatan yang terlambat meningkatkan resiko kerusakan ginjal.

Diagnosis infeksi saluran kemih ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil dari porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri atau bila ditemukan sampel >10.000 koloni tetapi disertai gejala klinik yang jelas dianggap ada infeksi saluran kemih.

5

Untuk penapisan pertama adanya infeksi saluran kemih dapat digunakan cara dip slide, dipstick test dan pewarnaan Gram. Perhitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urin tanpa sentrifugal yang diwarnai


(18)

dengan pewarnaan Gram memberikan korelasi yang tinggi dengan biakan (kultur) urin.2

Pewarnaan Gram merupakan tes karakteristik terbaik untuk awal diagnosis infeksi saluran kemih pada bayi-bayi yang demam.

7

Pewarnaan Gram tanpa sentrifugal merupakan metode sederhana efektif untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, tidak bergantung kepada sentrifugal di laboratorium dan media kultur, praktis dapat dilakukan pada laboratorium di daerah yang terbatas fasilitasnya.9

1.2. Perumusan masalah

Apakah ada perbedaan sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih?

1.3. Hipotesis

Tidak ada perbedaan sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada anak.


(19)

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada anak.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah dapat menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada anak dengan cepat didaerah yang terbatas laboratoriumnya.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang nefrologi anak, khususnya dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih melalui pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur.

2. Di bidang pelayanan masyarakat: dengan mengetahui hasil pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur pada penderita infeksi saluran kemih anak dapat diberikan pengobatan secepatnya.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan data terhadap bidang nefrologi anak mengenai pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada anak.


(20)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi dan prevalensiinfeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari uretra, buli-buli, ureter, sampai jaringan ginjal dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti

Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp. 2,10,11 Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada bayi dan anak dengan gejala demam.12,13

Prevalensi infeksi saluran kemih menyerang ≤ 5% wanita dan 1 sampai 2% laki-laki dengan prevalensi 5,3% pada bayi-bayi yang demam di gawat-darurat.

2,14

2.2. Manifestasi klinik infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih sulit didiagnosis pada anak kecil dimana gejala klinis yang dijumpai tidak spesifik.15 Walaupun beberapa anak mempunyai gejala klinis seperti demam >380C, muntah, letargi, nafsu makan berkurang, nyeri perut, sakit pinggang, disuria, enuresis diurnal atau nokturnal; namun


(21)

2.3. Patogenesis infeksi saluran kemih

Patogenesis ISK sangat kompleks karena tergantung banyak faktor seperti faktor penjamu dan faktor organismenya.19 Bakteri dalam urin bisa berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Timbulnya suatu infeksi di saluran kemih tergantung dari faktor predisposisi dan faktor pertahanan tubuh penderita yang masih belum diketahui dengan pasti.2 Pada bayi, infeksi secara hematogen lebih sering terutama bila ada kelainan struktur traktus urinarius.

Flora usus 4

Munculnya tipe uropatogenik Kolonisasi di perineal dan uretra anterior

Barier pertahanan mukosa normal Sistitis

VIRULENSI BAKTERI FAKTOR PENJAMU

1. Memperkuat perlekatan ke sel uroepitel 2. Refluks vesiko ureter

3. Refluks intrarenal

4. Tersumbatnya saluran kemih 5. Benda asing (kateter urin) Pielonefritis akut

Parut ginjal Urosepsis


(22)

2.4. Cara pengambilan sampel urin

Sebelum sampel urin diambil, orifisium uretra eksterna dan daerah sekitarnya harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air dan sabun beberapa kali dan disiram lalu dikeringkan untuk menghilangkan sel epitel/sekret dan debris lainnya. Hal tersebut diatas cukup bila untuk pemeriksaan urin rutin saja, tetapi bila untuk biakan urin selain pencucian seperti tersebut diatas, orifisium eksterna perlu dicuci dan diseka 3 atau 4 kali dengan kapas yang sudah dibasahi dengan antiseptik, lalu disiram dengan air dan dikeringkan secara steril.

Antiseptik yang digunakan bisa larutan 1:1000 benzalkonium klorida dalam air, larutan ini tidak menyebabkan iritasi. Setelah diseka dengan antiseptik, lalu disiram lagi dengan air steril agar sisa antiseptik tersebut hilang. Pengumpulan sampel urin atau anak dibawah 2 tahun dilakukan dengan pediatric urine collector bag (urogard). Pada anak diatas 2 tahun biasanya sudah bisa diambil urin pancar tengah.

Bila kedua hal tersebut di atas tidak memungkinkan, dapat juga diambil sampel urin dengan kateter atau dengan aspirasi suprapubik yang keduanya dilakukan secara steril. Sampel untuk pembiakan urin sebaiknya dilakukan segera (kurang dari ½ jam sesudah sampel urin diambil). Bila waktu tidak memungkinkan dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 4

23

0 C


(23)

sampel urin untuk pemeriksaan rutin yang terbaik adalah pagi hari sesudah bangun tidur, sedang bila untuk biakan bisa diambil sewaktu asalkan sudah lebih dari 4 jam urin terkumpul dalam kandung kemih.2

Hasil penelitian di New York, pengambilan sampel urin porsi tengah lebih sedikit berpotensi terkontaminasi oleh bakteri. Cara terbaik dengan membuang beberapa tetes urin (ml) pada awal pengambilan dari kateter.

24

2.5. Pemeriksaan urin

Untuk penapisan pertama adanya infeksi saluran kemih atau untuk mengetahui infeksi berulang dapat digunakan:

1. Cara dip slide yaitu suatu objek gelas yang dilapisi media bakteri diatasnya, direndam ke dalam pot yang berisi urin didalamnya dan diinkubasi selama 24 jam.

2

2. Plastik dip stick test yaitu suatu batang plastik tipis yang pada ujungnya terdapat reagent pads.

a. Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin. Bakteri Gram negatif dalam urin di kandung kemih mengubah nitrat (yang berasal dari makanan) menjadi nitrit. Nitrit yang paling baik ditemukan bila urin dalam kandung kemih sudah tertahan lebih dari 4 jam.


(24)

Leukosit granulosit mengandung esterase yang merupakan katalisator hydrolysis pyrrole amino acid ester yang

menghasilkan 3-hydroxy 5-phenyl pyrrole; pyrrole ini bereaksi dengan garam diazonium, yang memberikan warna ungu pada

reagent pads.

3. Perhitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urin tanpa sentrifugasi yang diwarnai dengan pewarnaan Gram dengan 1 tetes urin diletakkan di atas gelas objek dan sesudah kering, diwarnai dengan pewarnaan Gram, memberikan korelasi yang tinggi dengan biakan urin. Bila ditemukan 1 bakteri Gram negatif/lapang pandang dengan minyak emersi (oil immersion field = oif); maka 88% dari padanya ditemukan hasil biakan kuman yang bermakna.20

Hasil penelitian di New York, pewarnaan Gram merupakan tes karakteristik terbaik untuk awal diagnosis infeksi saluran kemih pada bayi-bayi yang demam yang berusia kurang dari 60 hari.

Dengan pemeriksaan mikroskopis pewarnaan Gram dan minyak imersi dari sedimen urin yang disentrifugasi, bila ditemukan 1 bakteri Gram negatif berarti sesuai dengan 95% spesifisitas bakteriuria bermakna.

Tidak ada pemeriksaan urin yang cepat yang dapat mengidentifikasi 7


(25)

cara terbaik dan dapat dilakukan ditempat dengan cepatnya hasil diperoleh juga merupakan acuan terbaik untuk memberikan pengobatan antibiotik. Perhitungan jumlah sel darah putih urin dengan mikroskopis tidak lebih baik dibanding dengan dipstick urin dan bisa diabaikan. Dipstick dikatakan positif bila lekosit esterase dan nitrit positif.

Kesimpulan dari penelitian di Rawalpindi, pewarnaan Gram merupakan metode sederhana efektif untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, tidak bergantung kepada sentrifugal di laboratorium dan media kultur, praktis dapat dilakukan pada laboratorium di daerah yang terbatas fasilitasnya.

1

Penelitian metaanalisis oleh Gorelick dan Shaw menyimpulkan bahwa adanya bakteri baik dilakukan pewarnaan Gram tanpa sentrifugal dan dipstick urin atau kombinasi kedua metode guna mendeteksi infeksi saluran kemih pada anak, sementara untuk menentukan piuria lebih baik dengan analisa mikroskop (misalnya dengan sentrifugal).

9


(26)

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.2 Kerangka konseptual

Faktor organisme: Jenis kuman

Virulensi

Faktor lingkungan: Status nutrisi Sosioekonomi

Pendidikan Usia Faktor penjamu:

Usia Jenis kelamin Anatomi saluran kemih Perlekatan kuman ke sel

uroepitel

ISK


(27)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Desain

Penelitian ini bersifat uji diagnostik untuk melihat perbandingan pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dengan kultur urin pada anak tersangka infeksi saluran kemih.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan dan ruang rawat inap di RSU. Pusat H. Adam Malik Medan selama 2 bulan mulai Mei – Juni 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak yang mengalami infeksi saluran kemih atau yang disangkakan infeksi saluran kemih. Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia kurang dari 14 tahun selama bulan Mei - Juni 2010. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji diagnostik, yaitu :

22


(28)

n = Zα2 d

PQ

n = jumlah subyek 2

Zα = nilai baku normal = 1,96

P = proporsi pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram = 85,2% = 0,85.

Q = 1-P = 0,15 7

d = 0,1

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 49 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Usia kurang dari 14 tahun

2. Disangkakan infeksi saluran kemih dengan/tanpa melihat penyakit penyerta yang memenuhi salah satu gejala klinis

3. Urin diambil melalui tanpa pemakaian kateter 4. Orang tua bersedia mengisi informed consent


(29)

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Mendapat pengobatan kortikosteroid dalam jangka waktu lama 2. Telah mendapat pengobatan antibiotik selama 48 jam

3. Pengambilan sampel urin salah

4. Orangtua menolak anaknya untuk dilakukan pemeriksaan urin setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemeriksaan urin penderita tersangka infeksi saluran kemih.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etis Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1 Subjek


(30)

3.8.2 Pengukuran

- Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi dan eksklusi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. - Menjelaskan kepada pasien atau orangtua tentang prosedur

tindakan, tujuan, risiko, dan komplikasi.

- Menyiapkan dua pot steril dan tempel tulisan identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal pengambilan (untuk menghindari kontaminasi jangan sentuh bagian dalam).

- Cuci tangan dengan bersih.

- Pada anak laki-laki yang belum disunat : tarik preputium dengan satu tangan kemudian tangan lain membersihkan gland penis dengan air atau air sabun, lakukan 2 kali.

- Pada anak laki-laki yang sudah disunat : bersihkan gland penis dengan air atau air sabun, lakukan 2 kali.

- Pada anak perempuan : pisahkan kedua labia dengan satu tangan kemudian tangan yang lain membersihkan lekukan dalam vulva dengan air atau air sabun dari arah depan ke belakang kemudian bersihkan lagi bagian tengah labia ke belakang hingga daerah perineum.


(31)

- Biarkan pasien berkemih sedikit untuk membersihkan uretra dari kontaminasi.

- Setelah urin pertama dikeluarkan, ambil sampel urin di tengah-tengah berkemih ( urin porsi tengah-tengah ) kemudian urin dimasukkan ke dalam dua pot.

- Setelah sampel cukup, tarik pot dari aliran urin. - Tutup pot urin.

- Cuci tangan.

- Sampel urin segera dikirimkan ke laboratorium.

- Urin dikumpulkan dalam dua pot urin, masing-masing untuk pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin.

- Pot urin pertama: diambil sedikit urin dari pot dengan pipet tetes kemudian teteskan 1 tetes urin diatas objek gelas untuk dilakukan pewarnaan Gram. Cara kerja pewarnaan Gram:

1. Buat hapusan pada gelas objek dan fiksasi diatas Bunsen / nyala api.

23,24

2. Objek glass diletakkan diatas rak pewarnaan

3. Beri 1 tetes kristal violet tunggu selama 1 menit kemudian dibilas dengan air mengalir.

4. Beri larutan lugol tunggu selama 1 menit kemudian buang larutan dan dibilas dengan air mengalir.


(32)

5. Beri larutan alkohol (pelunturan warna) selama 10-30 detik kemudian dibilas dengam air mengalir

6. Selanjutnya beri 1 tetes safranin tunggu 15 detik kemudian bilas dengan air dan keringkan.

7. Baca dibawah mikroskop pembesaran 100 x.

Semua cara kerja diatas langsung dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 2 orang perawat

- Pot urin kedua untuk dilakukan pemeriksaan. Cara kerja kultur urin:

1. Bahan urin ditanam ke media padat Cystine-Lactose-Electrolyte-Deficient (CLED) / Brolacin (warna media hijau). Bila urin keruh, di sentrifugal terlebih dahulu.

23,24

2. Masukkan media yang sudah ditanam tadi ke dalam inkubator dengan temperatur 370

3. Media yang tumbuh koloninya tadi dilakukan pengecatan gram

C selama 24 jam, baru dibaca.

4. Dan dilanjutkan ke reaksi biokimia apabila yang tumbuh bakteri gram negatif, masukkan lagi ke inkubator selama 24 jam dan dibaca serta ditentukan jenis kumannya.


(33)

3.8.3 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Pewarnaan Gram Nominal

Variabel tergantung Skala

Kultur urin Nominal

Pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur

Pewarnaan Gram

Positif : bila dijumpai bakteri gram negatif/lapangan pandang

Kultur urin

Positif : bila dijumpai jumlah pertumbuhan bakteri ≥ 100.000 koloni/ml urin segar

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi


(34)

Variabel perancu

- jenis kelamin Nominal

- usia Nominal

- gejala klinis ISK Nominal

3.10. Definisi Operasional

1. Anak adalah usia 0-14 tahun

2. Infeksi saluran kemih adalah adanya pertumbuhan dan perkembangan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.

3. Kultur urin adalah pemeriksaan urin porsi tengah untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan merupakan pemeriksaan baku emas dalam menegakkan diagnosis Infeksi saluran kemih.

4. Sangkaan ISK adalah dijumpainya gejala klinis ISK disertai pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram positif.

5. Pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram adalah perhitungan jumlah bakteri dari sediaan langsung urin tanpa sentrifugasi yang diwarnai dengan pewarnaan Gram.


(35)

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer (SPSS Versi 14.0, Microsoft Excell tahun 2003). Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan p < 0.05.

Untuk menilai hubungan antara pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dengan kultur urin dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih pada anak dilakukan uji kai-kuadrat.


(36)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Subjek dipilih dari pasien rawat jalan dan rawat inap di RS Haji Adam Malik. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 dan dan karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Profil penelitian

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Tampung urin porsi tengah dengan 2 pot urin

Kultur urin Pewarnaan Gram

Pemeriksaan sampel urin n= 54


(37)

Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel

Karakteristik sampel n = 54

Jenis kelamin , n (%): - Laki-laki

- Perempuan

Rerata umur , tahun (SD)

25 (46.3) 29 (53.7) 4.3 (3.73)

Penelitian ini diikuti oleh 54 partisipan. Karakteristik partisipan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (46.3%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (53.7%) dengan rata-rata usia 4.3 tahun (SD=3.73)..

Tabel 4.2. Sensitifitas dan spesifisitas pewarnaan Gram

Sensitivitas Spesifisitas Nilai duga positif Nilai duga negatif Pewarnaan

Gram

88 100 100 90

Dari tabel 4.2 diperoleh sensitifitas pewarnaan Gram adalah 88%. Spesifisitas pewarnaan Gram adalah 100%. Nilai duga positif untuk uji diagnostik ini adalah 100%, dan nilai duga negatif 90%.

Hasil pemeriksaan kultur urin memperlihatkan bahwa bakteri gram negatif lebih banyak daripada bakteri gram positif, sedangkan Escherichia coli merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan (Tabel 4.3)


(38)

Tabel 4.3. Jenis bakteri yang ditemukan dari kultur urin

Jenis bakteri n (%)

Enterobacter aerogen Enterobacter cloacae Enterobacter aglomerans Citrobacter freundii Citobacter diversus Escherichia coli Klebsiella pneumonia Klebsiella oxytoca Klebsiella ozaenae Staphylococcus aureus Staphylococcus epididimis 1 2 1 2 2 8 2 3 1 2 1 4 8 4 8 8 32 8 12 4 8 4

a.Gram negatif b. Gram positif

Gambar 4.2 Gambaran bakteri Gram negatif (a) dan bakteri Gram positif (b)


(39)

karena itu perlu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.15 Epidemiologi ISK pada anak bervariasi dari usia, ras, dan jenis kelamin. Infeksi saluran kemih bervariasi pada semua usia, Anak dengan riwayat ISK memiliki risiko menurunkan fungsi ginjal.4 Insiden rata-rata ISK karena bakteri gram negatif meningkat pada wanita dibandingkan laki-laki terutama usia kurang dari 60 tahun.

Penelitian di Amerika Serikat, adanya hubungan anak penderita ISK dengan adanya riwayat konstipasi namun susah menegakkan diagnosa konstipasi pada anak dan pemeriksaan radiologis bukan merupakan standar baku emas untuk konstipasi.

25

26

Insiden ISK lebih besar pada satu tahun pertama kehidupan untuk semua anak, tetapi meningkat secara nyata pada anak laki-laki setelah bayi. Hal ini disebabkan tindakan sirkumsisi, dengan angka ISK menjadi sepuluh kali lebih besar pada yang tidak disirkumsisi. Setelah usia satu tahun, kondisi sirkumsisi tidak mempengaruhi kejadian ISK pada anak laki-laki, sehingga insiden ISK menurun secara signifikan.

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada anak usia kurang dari 14 tahun sesuai dengan kriteria anak di RSUP.H. Adam Malik Medan. Sampel pada studi ini dipilih secara consecutive

sampling tanpa membedakan jenis kelamin, usia, maupun ras.

31,32 Penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa sirkumsisi merupakan faktor perancu dalam menilai angka kejadian infeksi saluran kemih pada anak laki-laki.33


(40)

Sekitar 1% anak laki-laki dan 3% anak perempuan mengalami ISK selama tahun pertama kehidupan dan 40% anak perempuan mengalami infeksi berulang.34 Pada anak perempuan, insiden tinggi pada enam tahun pertama kehidupan. Insiden menetap sampai remaja dan meningkat secara signifikan pada anak perempuan dengan aktifitas seksual.31,32 Angka insiden kejadian infeksi saluran kemih tidak pasti. Penelitian di Swedia sebanyak 2.2% pada laki-laki dan 2.1% pada perempuan umur 2 tahun, sampai 3,6% pada laki-laki dan 11, 3% pada perempuan umur 16 tahun.14

Penelitian ini diikuti oleh jumlah sampel yang sedikit sehingga angka insiden infeksi saluran kemih pada ruang rawat inap dan rawat jalan RSUP. H. Adam Malik Medan terlihat tinggi pada anak perempuan yang belum sekolah (55.6%). Pada penelitian ini juga kami tidak membedakan anak laki-laki yang telah menjalani sirkumsisi atau belum menjalani sirkumsisi dan kami tidak menilai sirkumsisi sebagai faktor perancu.

Pengumpulan sampel urin atau anak dibawah 2 tahun dilakukan dengan pediatric urine collector bag (urogard).16 Pada anak diatas 2 tahun biasanya sudah bisa diambil urin pancar tengah.2 Penelitian di Perancis menyatakan bahwa pengambilan sampel urin langsung dari spesimen lebih baik dari pengambilan sampel urin melalui kateter.17 Penelitian di Kanada menyimpulkan bahwa metode pengumpulan urin dapat merubah validitas


(41)

urinalisis. Perbedaan metode menjadi alasan penting untuk penatalaksanaan terapi dan diagnostik pada anak dengan sangkaan ISK.

Penelitian di New York menyimpulkan bahwa pengambilan sampel urin porsi tengah lebih sedikit berpotensi terkontaminasi oleh bakteri. Cara terbaik dengan membuang beberapa tetes urin (ml) pada awal pengambilan dari kateter.

32

21

Penelitian di New York menyarankan membuang beberapa tetes saat pertama pengambilan sampel urin.34 Penelitian di Kanada menyimpulkan bahwa kontaminasi tertinggi pengambilan urin porsi tengah pada anak yang sudah bisa berkemih bila genital tidak dibersihkan.35

Sampel untuk pembiakan urin sebaiknya dilakukan segera (kurang dari ½ jam sesudah sampel urin diambil). Bila waktu tidak memungkinkan dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 4

Sampel urin pada penelitian ini sebelum diambil terlebih dahulu dilakukan pembersihan terhadap daerah genital, cara pengambilan sampel urin tanpa kateter dan untuk subjek usia kurang dari 2 tahun digunakan urogard.

0

C dan masih dapat dilakukan pembiakan sebelum 48 jam. Waktu pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan rutin yang terbaik adalah pagi hari sesudah bangun tidur, sedang bila untuk biakan bisa diambil sewaktu asalkan sudah lebih dari 4 jam urin terkumpul dalam kandung kemih.2 Pada penelitian ini pengambilan sampel urin dilakukan pagi hari. Pemeriksaan urin baik kultur urin atau pewarnaan Gram dilakukan segera setelah sampel urin terkumpul.


(42)

Penelitian metaanalisis menyimpulkan bahwa adanya bakteri baik dilakukan pewarnaan Gram tanpa sentrifugal dan dipstick urin atau kombinasi kedua metode guna mendeteksi infeksi saluran kemih pada anak, sementara untuk menentukan piuria lebih baik dengan analisa mikroskop (misalnya dengan sentrifugal).21 Sedangkan penelitian metaanalisis berikutnya di Amerika Serikat tidak dapat menganalisa secara terpisah antara tes dengan pewarnaan Gram atau tanpa pewarnaan Gram dalam menilai bakteriuria karena jumlah sampel yang sedikit yang pernah dilaporkan pada penelitian terdahulu.36

Hasil penelitian di New York, pewarnaan Gram merupakan tes karakteristik terbaik untuk awal diagnosis infeksi saluran kemih pada bayi-bayi yang demam yang berusia kurang dari 60 hari.

Sampel urin pada penelitian ini diperiksa secara pewarnaan Gram tanpa sentrifugal, oleh karena keterbatasan alat sentrifugal yang ada di departemen Anak RSUP. H. Adam Malik.

7 Penelitian di Brazil menyimpulkan bahwa pemeriksaan specimen 10µL urin (tehnik loop sederhana) pada urin yang diwarnai secara Gram tanpa disentrifugal lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan 50µL urin (tehnik tetes yang lama).36 Penelitian di Jepang menyimpulkan bahwa pemeriksaan kuantitatif urin tanpa diputar secara mikroskopis dengan minyak emersi adalah sederhana, akurat dalam mengevaluasi bakteriuria dan mudah digunakan


(43)

mempunyai sensitifitas tinggi, spesifisitas tinggi, negative predictive value

(NPV), positive predictive value (PPV) dan direkomendasikan sebagai alat

terbaik untuk menegakkan diagnosa ISK sesuai klinis dan keadaan laboratorium.39

Tidak ada pemeriksaan urin yang cepat yang dapat mengidentifikasi semua anak dengan infeksi saluran kemih tanpa pemeriksaan kultur urin. Deteksi bakteriuria secara mikroskopis dengan pewarnaan Gram merupakan cara terbaik dan dapat dilakukan ditempat dengan cepatnya hasil diperoleh juga merupakan acuan terbaik untuk memberikan pengobatan antibiotik.

Semua sampel urin pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram tanpa disentrifugal dimana usia subjek penelitian kurang dari 14 tahun.

1,40 Diagnosis infeksi saluran kemih ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil dari porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan sampel >10.000 koloni tetapi disertai gejala klinik yang jelas dianggap ada infeksi saluran kemih.5-8,41

Bakteri patogen penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Enterobacter,

Pseudomonas dan Serratia spp dan gram positif seperti streptococci grup B,

Pada penelitian ini semua subyek penelitian diambil sampel urinnya untuk pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram dan kultur urin. Kultur urin sebagai baku emas pada penelitian ini.


(44)

Enterococcus sp dan Staphylococcus aureus.28 Penelitian di Minnesota, kebanyakan kasus ISK karena bakteremia gram negatif disebabkan oleh

E.coli.25 Sebuah penelitian prospektif mendapatkan penyebab terbanyak ISK pada bayi dan anak adalah Escherichia coli (88%), diikuti Klebsiella

pneumoniae (7%) dan lainnya seperti Enterobacter spp (2%) dan Staphylococcus aureus (2%).42

Penelitian di Switzerland mendapatkan bahwa anak-anak Swiss yang datang ke poliklinik anak dengan gejala ISK didapat dan tidak pernah dapat profilaksis antimikroba, umumnya E.coli resisten terhadap ampisilin dan kotrimoksazol. Selanjutnya, secara in vitro resisten terhadap nitrofurantoin, koamoksiclav dan generasi ketiga sefalosporin jarang terjadi.

43

Bakteri patogen penyebab ISK pada penelitian ini terbanyak adalah Escherichia coli. Pada penelitian ini bila didapati bakteri dari pemeriksaan kultur urin maka subjek penelitian akan diberi antibiotik.


(45)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemeriksaan urin secara pewarnaan Gram merupakan pewarnaan Gram merupakan uji diagnostik alternatif yang baik untuk infeksi saluran kemih pada anak pada daerah yang laboratoriumnya terbatas.

Saran

Besar sampel penelitian sebaiknya dalam jumlah banyak dan sesuai dengan gejala klinis infeksi saluran kemih.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Williams JB, Macaskill P, Chan SF, Turner MR, Hadson E, Craig JC. Absolute and relative accuracy of rapid urine test for urinary tract infection in children: a meta-analysis. Lancet Infect Dis. 2010;10:240-50.

2. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku ajar nefrologi anak. Edisi ke-2. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. h. 142-63.

3. Smith G. Management of urinary tract infection. Current Pediatrics. 2004;14:556-62.

4. Elder SJ. Urologic disorder in infants and children. Dalam: Berhman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 17. Philadelphia: WB Saunders 2000:1785-90.

5. Luco M, Lizama M, Reichard C, Hirsch T. Urine Microscopy as Screen for Urinary Tract Infections in Pediatric Emergency Unit in Chile. Pediatric Emergency Care. 2006; 22(10):705-9.

6. Goldsmith MB, Campos MJ. Comparison of Urine Dipstick, Microscopy, and Culture for Detection of Bacteriuria in Children. Clinical Pediatrics. 1990; 29(4):215-8.


(47)

7. Dayan PS, Bennett J, Best R. Bregstein JS, Levine D, Novick MK, et al. Test characteristics of the urine Gram stain in infants ≤ 60 days of with fever. Pediatric Emergency Care. 2002;18(1):12-4.

8. Wiwanitkit V, Udomsantisuk N, Boonchalerm C. Diagnostic value and cost utility analysis for urine Gram stain and urine microscopic examination as screening tests for urinary tract infection. Urol Res. 2005;33:220-22.

9. Gardezi A, Mirza HS, Khursheed U, Ferooque M, Waqar A. Microscopy of gram stained uncentrifuged drop of urine for presumptive diagnosis of urinary tract infections. Pak J Pathol. 2006; 17(3):111-4.

10. Evans JHC. Investigation of urinary tract infection in children. Current Paediatrics. 2006;16:248-53.

11. Novak R, Powell K, Christopher N. Optimal Diagnostic Testing for Urinary Tract Infection in Young Children. Pediatric and Developmental Pathology. 2004. 7: 226-30.

12. Farajnia S, Alikhani MY, Ghotasiou R, Naghii B, Nakhlband A. Causative agents and antimicrobial susceptibilities of urinary tract infections in the norwthwest of Iran. Int J Infect Dis. 2009;13:140-4.


(48)

13. World Health Organization. Urinary tract infection in infants and children in developing countries in the context of IMCI. Department of child and adolescent health and development. WHO, 2005. h. 1-24. 14. Waisman Y, Zerem E, Amir L, Mimouni M. The Validity of the

Uriscreen Test for Early Detection of Urinary Tract Infection in Children. Pediatrics. 1999;104(4): 1-4.

15. Lockhart GR, Lewander JW, Cimini MD, Josephson LS, Linakis GJ. Use of Urinary Gram Stain for Detection of Urinary Tract Infection in Infants. Ann Emerg Med. 25: 31-5.

16. Palmer LS, Richards I, Kaplan EW. Clinical evaluation of a rapid diagnostic screen (uriscreen) for bacteriuria in children. The Journal of Urology. 1997. 157: 654-7.

17. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Urinary tract infaction in children diagnosis, treatment and long-term management. Commissioned by the National Institute for Health and Clinical Excellent. August 2007

18. Royal Society of Medicine Press. Effective Health Care Bulletins. Diagnosing UTI in the under five. The University of York. 2004;8(6): 1-11


(49)

20. American Academy of Pediatrics. Practice parameter. The Diagnosis, Treatment and Evaluation of the Initial Urinary Tract Infection in febrile Infants and Young Children. Pediatrics. 1999; 103: 1-12

21. Gorelick MH, Shaw KN. Screening tests for urinary tract infection: a meta-analysis. Pediatrics. 1999; 104:e54

22. Madiyono B, Moechlisan S, Sastoasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2008.h. 302-30

23. Prinsip-prinsip Mikrobiologi Kedokteran Klinis. Dalam: Jawetz E, Melnick LJ, Adelberg AE, Brooks FG, Butel SJ, Ornston NL. Mikrobiolgi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1996.h.697-9.

24. Standar Operating Procedure. Instalasi Patologi klinik RSUP. H. Adam Malik, April 2009

25. Al-Hasan MN, Eckel-Passow JE, Baddour LM. Bacteremia complicating gram-negative urinary tract infections: A population-based study. J Inf. 2010;60:278-85

26. Giramonti KM, Kogan BA, Agboola OO, Ribons L, Dangman B.The association of constipation with childhood urinary tract infection. J Pediatr Uro. 2005;1:273-8


(50)

27. Dear P. Infection in the newborn. Dalam: Rennie JM, penyunting. Roberton’s textbook of neonatology. Edisi 4. Churchill Livingstone: Elsevier 2005:1011-92

28. Zorc JJ, Kiddoo DA, Shaw KN. Diagnosis and management of pediatric urinary tract infections. Clin Microbiol Rev. 2005; 18(2):417-22

29. Heffner VA, Gorelick MH. Pediatric urinary tract infection. Clin Ped Emerg Med. 2008; 9:233-7

30. Watson AR. Pediatric urinary tract infection. EAU update. 2004;2:94-100

31. Etoubleau C, Reveret M, Brouet D, Badier I, Brosset P, Fourcade L, et al. Moving from bag to catheter for urine collection in non-toilet-trained children suspected of having urinary tract infection: a paired comparison of urine cultures. J Pediatr. 2009;154:803-6

32. McGillivray D, Mok E, Mulrooney E, Kramer MS. A head-to-head comparison:”clean-void” bag versus catheter urinalysis in the diagnosis of urinary tract infection in young children. J Pediatr. 2005;147:451-6 33. Van Howe RS. Effect of confounding in the association between

circumcision status and urinary tract infection. J Inf. 2005;51:59-68 34. Dayan PS, Chamberlain JM, Boenning D, Adirim T, Schor JA. A


(51)

evaluate for a urinary tract infection. Ped Emerg Care. 2000;16(2):88-90

35. Vaillancourt S, McGillivray D, Zhang X, Kramer MS.To clean or not to clean: effect on contamination rates in midstream urine collections in toilet-trained children. Pediatrics. 2007;119(6):e1288-93

36. Huicho L, Campos-Sanchez M, Alamo C. Metaanalysis of urine screening test for determining the risk of urinary tract infection in children. Pediatr Infect Dis J. 2002;21:1-11

37. Cardoso CL, Muraro CB, Siqueira VL, Guilhermetti M.Simplified technique for detection of significant bacteriuria by microscopic examination of urine. J.Clin.Microbiol. 1998;36(3):820-3

38. Hiraoka M, Hida Y, Mori Y, Tsukahara H, Ohshima, Yoshida H, Mayumi M. Quantitative unspun-urine microscopy as a quick, reliable examination for bacteriuria. Scan J Clin Lab Invest. 2005;65:125-32 39. Yildirim M, Sahin I, Kucukbayrak A, Oksuz S, Acar S, Yavuz MT. The

validity of the rapidly diagnostic tests for early detection of urinary tract infection. Duzce Tip Fakultesi Dergisi 2008;3:39-42

40. Dunne WM. Laboratory diagnosis of urinary tract infection in children. CMNEEJ 1995;17:73-80


(52)

41. Lambert H, Coulthard M. The child with urinary tract infection. Dalam: Webb NJA, Postlethwaite RJ, penyunting. Clinical Paediatric Nephrology. Edisi 3. Oxford: University Press 2002:197-225

42. Ismaili K, Lolin K, Damry N, Alexander M, Lepage P, Hall M. Febrile urinary tract infections in 0-to-3-month-old infants: a prospective follow-up study. J Pediatr. 2011;158:91-4

43. Borsari AG, Bucher B, Brazzola P, Simonetti GD, Dolina M, Bianchetti MG. Susceptibility of Escherichia coli strains isolated from outpatient children with community-acquired urinary tract infection in Southern Switzerland. Clin Ther. 2008;30:2090-5


(53)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Amalia Utami Putri

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. Prof. dr. H. Rusdidjas, SpA(K) 2. Prof. dr. Hj. Rafita R, SpA(K) 3. dr. Oke Rina, sp.A

4. dr. Rosmayanti Siregar, sp.A 5. dr. Syarifah Julinawati 6. dr. Meirina Daulay

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 25.000.000 2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 2.000.000 3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000 Jumlah : Rp. 35. 000.000


(54)

3. Jadwal Penelitian

WAKTU

KEGIATAN

MEI 2010 JUNI 2010

Persiapan Pelaksanaan

Penyusunan hasil pemeriksaan Penggandaan laporan


(55)

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat

tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter

Amalia Utami Putri dan kawan-kawan bertugas di divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian melihat ada/tidak bakteri dalam urin dengan pemeriksaan urin secara mikroskopis (pewarnaan Gram) dan kultur urin pada anak yang tersangka infeksi saluran kemih. Kami memohon izin kepada Bapak/Ibu sebagai orangtua dari ...agar membantu kami dalam pendataan kondisi kesehatan anak Bapak/Ibu. Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak dijumpai efek samping dari pemeriksaan ini.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa urinnya secara mikroskopis (pewarnaan Gram) dan kultur, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami, Tim Peneliti


(56)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN untuk dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ... tahun ... bulan L / P Alamat Rumah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2010 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...


(57)

5. Status Nefrologi

No. Reg : Tanggal: Dilakukan oleh:

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P

Tempat/Tanggal Lahir :... Anak Ke : ... dari ...bersaudara

Alamat Rumah : ………...……....

………...

Nomor Telpon/HP : ………...…

IDENTITAS ORANG TUA Ibu Ayah

Nama: : ... Tanggal lahir : ... Suku bangsa : ... Pekerjaan : ... Pendidikan : ... Tinggi/berat badan : ... Penyakit (jika ada) : ... Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya/tidak

ANAMNESE :

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ... Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ...

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sehat/sakit; Kesadaran : ... Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ... TD : ... HR : ... Pols : ... Temp.:... RR : ... Kepala : bentuk ... rambut : ...

telinga ... mata ... hidung ... mulut ... Leher : tiroid ... KGB : ... Dada : ... Perut : ... hati ... limpa ... ginjal ... Genitalia : ... Ekstremitas : Atas: ... Bawah : ...


(58)

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : dr. Amalia Utami Putri

Tempat/Tanggal lahir : Medan/ 26 Oktober 1980

Alamat : Jl. Amaliun no. 144 Medan

Pekerjaan : PNS RSUD. Tengku Mansyur Tanjung Balai (sejak Oktober 2010)

Nama suami : Andy Aditya, ST

Nama ayah : Alm. Suhairil Utama Putra

Nama ibu : drg. Rasida Djas

PENDIDIKAN:

1986-1992 : SD. Kemala Bhayangkari 1 Medan 1992-1995 : SMP Negeri 1 Medan

1995-1998 : SMA Negeri 2 Medan

1998-1999 : Fakultas Ekonomi Akuntansi, Universitas Syiah Kuala 1999-2005 : Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara 2007-sekarang : Pendidikan Program Dokter Spesialis Anak, Universitas


(1)

3. Jadwal Penelitian

WAKTU

KEGIATAN

MEI 2010

JUNI 2010

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan hasil pemeriksaan


(2)

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat

tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter

Amalia Utami Putri dan kawan-kawan bertugas di divisi Nefrologi Departemen

Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, kami sedang

melaksanakan penelitian melihat ada/tidak bakteri dalam urin dengan

pemeriksaan urin secara mikroskopis (pewarnaan Gram) dan kultur urin pada

anak yang tersangka infeksi saluran kemih. Kami memohon izin kepada

Bapak/Ibu sebagai orangtua dari ...agar

membantu kami dalam pendataan kondisi kesehatan anak Bapak/Ibu.

Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak dijumpai efek samping dari

pemeriksaan ini.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa urinnya secara

mikroskopis (pewarnaan Gram) dan kultur, maka kami mengharapkan

Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

(PSP).

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu,

kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Tim Peneliti


(3)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN untuk dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ... tahun ... bulan L / P Alamat Rumah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2010 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(4)

5. Status Nefrologi

No. Reg : Tanggal: Dilakukan oleh:

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P

Tempat/Tanggal Lahir :...

Anak Ke : ... dari ...bersaudara

Alamat Rumah : ………...……....

………...

Nomor Telpon/HP : ………...…

IDENTITAS ORANG TUA Ibu Ayah

Nama: : ...

Tanggal lahir : ... Suku bangsa : ...

Pekerjaan : ...

Pendidikan : ...

Tinggi/berat badan : ... Penyakit (jika ada) : ... Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya/tidak

ANAMNESE :

Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ... Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ...

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sehat/sakit; Kesadaran : ...

Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ...

TD : ... HR : ... Pols : ... Temp.:... RR : ...

Kepala : bentuk ... rambut : ...

telinga ... mata ... hidung ... mulut ...

Leher : tiroid ... KGB : ...

Dada : ...

Perut : ... hati ... limpa ... ginjal ...

Genitalia : ...


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: dr. Amalia Utami Putri

Tempat/Tanggal lahir

: Medan/ 26 Oktober 1980

Alamat

: Jl. Amaliun no. 144 Medan

Pekerjaan

: PNS RSUD. Tengku Mansyur Tanjung Balai

(sejak Oktober 2010)

Nama suami

: Andy Aditya, ST

Nama ayah

: Alm. Suhairil Utama Putra

Nama ibu

: drg. Rasida Djas

PENDIDIKAN:

1986-1992

: SD. Kemala Bhayangkari 1 Medan

1992-1995

: SMP Negeri 1 Medan

1995-1998

: SMA Negeri 2 Medan

1998-1999

: Fakultas Ekonomi Akuntansi, Universitas Syiah Kuala

1999-2005

: Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera Utara

2007-sekarang

: Pendidikan Program Dokter Spesialis Anak, Universitas