Metode dan Teknik Analisis Data

informan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat sebagai teknik lanjutan akhir dari metode cakap. Teknik catat digunakan untuk mencatat kata-kata yang telah diucapkan oleh para informan mengenai data-data yang berkaitan dengan judul penelitian. Mahsun 1995:106 mengungkapkan seseorang yang dijadikan informan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Berjenis kelamin pria atau wanita; 2. Berusia antara 25 – 65 tahun tidak pikun; 3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya; 4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar SD – SLTP; 5. Bestatus sosial menengah tidak rendah atau tidak tinggi dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya; 6. Pekerjaannya bertani atau buruh; 7. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya; 8. Dapat berbahasa Indonesia; dan 9. Sehat jasmani dan rohani.

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam teknik analisis data ini adalah metode agih. Metode agih Universitas Sumatera Utara adalah sebuah metode yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri Sudaryanto, 1993:15. Sudaryanto 1993:31 mengatakan teknik dasar dalam metode agih, untuk menganalisis data tersebut adalah teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur. Peneliti dapat membagi satuan lingual kalimat data 1 Lit menci i rumah ‘Ada tikus di rumah’, misalnya menjadi empat unsur, yaitu: a lit, b menci, c i, d rumah, dan bukannya i lit, ii menci i, iii rumah. Jadi satuan lingual tersebut dibagi menjadi beberapa unsur, tetapi makna yang ada dalam kalimat tersebut masih gramatikal atau berterima. Teknik lanjutan dari metode agih dalam analisis data ialah teknik ganti. Teknik ganti dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain di luar satual lingual yang bersangkutan Sudaryanto, 1993:37. Contoh:

A. Preposisi

ke 1 a. Lawes ia teluna ku kerangen. N Mereka bertiga pergi ke hutan. b. Itatapna kempak kesunduten. N Ia melihat ke Barat. c. É maka ngerana ia taré kakana. N Universitas Sumatera Utara Dan ia pun berbicara kepadake kakaknya. Dapat dilihat dari contoh-contoh di atas, dengan memanfaatkan teknik ganti diperoleh data 1a – 1c, sehingga dapat diprediksi simpulan sementara bahwa ketiga preposisi di atas yaitu ku, kempak, dan taré menyatakan makna yang sama yaitu ‘ke’ dan memiliki fungsi yang sama yaitu menyatakan penanda hubungan tempat atau arah yang ingin dituju. Langkah-langkah penganalisisan diupayakan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran, temuan dan simpulan yang jelas dan terarah tentang objek penelitian. Selanjutnya kita lihat contoh berikut ini: 2 a. Lawes ia teluna i kerangen. N Mereka bertiga pergi di hutan. b. Itatapna i kesunduten. N Ia melihat di Barat. c. É maka ngerana ia i kakana. N Dan ia pun berbicara di kakaknya. Dapat dilihat dari contoh-contoh di atas, dengan memanfaatkan teknik ganti diperoleh data 2a – 2c, maka makna yang diperoleh sudah tidak gramatikal sehingga fungsi preposisi tersebut akan berubah. Preposisi i ‘di’ dalam kalimat 2a – 2c, tidak lagi menyatakan penanda hubungan tempat atau arah yang ingin dituju. Universitas Sumatera Utara

B. Preposisi karena

3 a. Kalak ah reh cinder erkitéken aku. N Orang itu datang dan berdiri karena aku. b. Kalak ah reh cinder perbahan aku. N Orang itu datang dan berdiri karena aku. 4 a. Mulih ia erkitéken agina. N Dia pulang karena adiknya. b. Mulih ia perbahan agina. N Dia pulang karena adiknya. Dapat dilihat dari contoh di atas, dengan memanfaatkan teknik ganti diperoleh data 3a – 3b, sehingga dapat diprediksi simpulan sementara bahwa kedua preposisi di atas yaitu erkitéken dan perbahan, menyatakan makna yang sama yaitu ‘karena’ dan memiliki fungsi yang sama yaitu menyatakan penanda hubungan sebab. Dari contoh diatas, dapat juga diperoleh data 4a – 4b, hal ini menguatkan bahwa kedua preposisi tersebut yaitu erkitéken dan perbahan, menyatakan makna yang sama yaitu ‘karena’ dan memiliki fungsi yang sama yaitu menyatakan penanda hubungan sebab. Tetapi perhatikanlah contoh berikut: 5 a. Kalak ah reh cinder bas aku. N Orang itu datang dan berdiri dalam aku. Universitas Sumatera Utara b. Mulih ia bas agina. N Dia pulang dalam adiknya. Dapat dilihat dari contoh di atas, dengan memanfaatkan teknik ganti diperoleh data 5a – 5b, maka makna yang diperoleh sudah tidak gramatikal sehingga fungsi preposisi tersebut akan berubah. Preposisi bas ‘dalam’ dalam kalimat 5a – 5b, tidak lagi menyatakan penanda hubungan sebab. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Bentuk Preposisi Dalam Bahasa Batak Karo

Menurut Alwi 2005:178, bentuk ialah gambaran, rupa, wujud yang ditampilkan tampak. Misalnya dalam kalimat Ia pergi ke pasar, dalam hal ini bentuk preposisi ke menyatakan hubungan makna tempat. Dan ditinjau dari segi bentuknya, preposisi terdiri dari dua macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi gabungan. Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Bentuk preposisi tunggal antara lain di, ke, dari, pada dan lain-lain. Preposisi gabungan adalah preposisi yang terdiri atas dua kata atau dua preposisi yang berdampingan. Bentuk preposisi gabungan antara lain daripada, kepada, dan lain- lain. Untuk membahas masalah secara substansial dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, peneliti mencoba mengamati bentuk preposisi dalam bahasa Batak Karo melalui berbagai konstruksi pemakaiannya dalam kalimat.

4.1.1 Preposisi Tunggal

Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Bentuk preposisi tunggal tersebut dapat berupa i ‘di’, basibas ‘dalam’, ku ‘ke’, kempak ‘ke’, taré ‘kepada’, deher ‘dekat’, man ‘untuk’, alu ‘dengan’, sanga ‘saat’, erkitéken ‘karena’, perbahan ‘karena’. Universitas Sumatera Utara