4. Tujuan Penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Tinjauan Pustaka

1. 4. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu mengkaji pengetahuan sopir angkutan tentang strategi mencari penumpang, lokasi penumpang, serta waktu atau saat-saat penumpang dianggap banyak. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengkaji sebagaimana pengetahuan para sopir angkutan khususnya sopir angkot Rahayu Medan Ceria tentang lokasi dan waktu atau jam jam dimana saat penumpang membludak. 2. Untuk memberikan masukan kepada banyak intansi, baik itu intansi pemerintah maupun intansi swasta tentang efektivitas angkot di kota Medan. 3. Untuk menghasilkan Skripsi sebagai syarat kelulusan dari Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan.

1. 5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para sopir angkot. 2. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para instansi pemerintah, lembaga formal maupun non formal sekolah akademik. 3. Hasil penelitian yang dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat yang perduli akan pengembangan kehidupan para sopir angkot di kota Medan. Universitas Sumatera Utara 4. Menghasilkan Karya tulis ilmiah yang dapat berguna untuk sebuah pemahaman mengenai salah satu kelompok atau bagian dari masyarakat yang memang eksis dan yang telah menjadi bagian dari masyarkat kita. 5. Memberikan sumbangan kecil untuk dunia Antropologi terutama kampus Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, mengenai perkembangan Antropologi dan lapangan ilmiahnya.

1. 6. Tinjauan Pustaka

Antropologi sosial budaya adalah Ilmu ini mempelajari tingkah laku manusia, baik itu tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah laku yang akan di pelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Secara sederhana kebudayaan dapat difenisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan. Dengan demikian kebudayaan juga merupakan pengetahuan yaitu sistem pengetahuan yang dipunyai atau dimiliki oleh manusia. Dengan demikian, kebudayaan itu pada hakekatnya dipunyai oleh individu-individu atau masyarakat dan bukan oleh masyarakat tanpa memperhatikan individunya, yang sebenarnya menjadi pemilik dan yang menggunakan kebudayaan atau pengetahuan tersebut dalam kehidupannya. Universitas Sumatera Utara Ada tiga macam cara kebudayaan itu diperoleh atau diterima : 1. Melalui pengalaman dari hidup dalam menghadapi lingkungannya, sehingga dari pengalamannya tersebut manusia dapat memilih suatu tindakan tepat sesuai dengan lingkungan yang dihadapi dan sesuai dengan keinginan yang akan diacapai. 2. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial dalam lingkungan manusia itu sendiri. 3. melalui petunjuk-petunjuk yang simbolik atau yang dinamakan komunikasi simbolik yang artinya adalah bahwa berbagai pengetahuan yang didapat oleh mansuia itu telah diperolehnya dengan melalui suatu komunikasi dengan orang lain baik melalui ucapan, kata-kata, isyarat, serta simbi-simbol, yang komunikasi itu akan menghasilkan arti bagi masing-masing dan khususnya bagi yang belajar karena adanya simbol simbol adalah segala objek : benda, manusia, tindakan, ucapan, gerak tubuh, peristiwa yang mempunyai pengertian; dan pengertiannya didefenisikan oleh kebudayaan Pada manusia, tingkah laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya yang disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan dan sosial yang ada di sekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut kebudayaan parsudi suparlan. Kebudayaan dari kelompok- Universitas Sumatera Utara kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar. Inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi. Pembangunan didefinisikan secara luas sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera. Bentuk nyata atau unsur-unsur dari kehidupan serba lebih baik itu sendiri masih menjadi perdebatan. Komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera terdiri atas tiga komponen dasar yaitu 1. Kecukupan sustenance Kecukupan yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kebutuhan tersebut bukan hanya menyangkut makanan, melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik yang meliputi pangan, sandang, papan dan keamanan. 2. Jati diri self esteem Jati diri merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu. Penyebaran nilai-nilai modern yang bersumber dari negara-negara maju telah mengakibatkan kejutan dan kebingungan budaya di banyak negara berkembang. Kontak dengan masyarakat lain yang secara ekonomis atau teknologis lebih maju acapkali mengakibatkan definisi dan batasan mengenai baik-buruk dan benar-salah menjadi kabur. Kemakmuran materil Universitas Sumatera Utara lambat laun dianggap sebagai suatu ukuran kelayakan yang universal dan dinobatkan menjadi landasan penilaian atas segala sesuatu. 3. Kebebasan freedom Kebebasan atau kemerdekaan di sini diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek materil semata- mata dalam kehidupan ini. Kebebasan disini juga harus diartikan sebagai kebebasan terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis. Jika kita memiliki kebebasan, itu berarti untuk selamanya kita mampu berpikir jernih dan menilai segala sesuatu atas dasar keyakinan, pikiran sehat dan hati nurani kita sendiri. Kebebasan juga meliputi kemampuan individual atau masyarakat untuk memilih satu atau sebagian dari sekian banyak pilihan yang tersedia. Manfaat inti yang terkandung dalam penguasaan yang lebih besar itu adalah kebebasan untuk memilih merasakan kenikmatan yang lebih besar dan bervariasi, untuk memilih lebih banyak barang dan jasa. Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain tingkat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, pendidikan kepala keluarga dan status kerja wanita. Untuk mendukung pernyataan tersebut, telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi keluarga. Teori Engel’s yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi .Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentasi pengeluaran untuk bukan makanan. Universitas Sumatera Utara Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, karena sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan. Jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga juga mempengaruhi pola konsumsi.. Yang membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan.

1. 7. Metode Penelitian