3.9 Arsitektur Dynamic Wavelength Router
Pada arsitektur jaringan, edge router terhubung dengan optical core. Optical core diasumsikan menggunakan transport DWDM dan router aktif dan pasif untuk
menghindari pengolahan informasi pada header dan buffering pada core router. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3.13 [11]
Gambar 3.13 Arsitektur Jaringan Menggunakan Transport DWDM
Pada Gambar 3.14 [10] ditunjukkan bahwa pada core node tidak terjadi pengkonversian panjang gelombang. Paket dipilah-pilah pada edge router tergantung
pada Class of Service CoS dan ditujukan kedalam buffer-buffer yang terpisah, dikumpulkan sampai penuh, dan secara dinamis ditempatkan pada panjang
gelombang yang tersedia. Hal ini terjadi apabila pengiriman paket terhenti karena adanya buffer overflow, atau ketika sinyal timeout dikeluarkan untuk memerintahkan
adanya waktu tambahan pada paket untuk memenuhi persyaratan lantency. Delay pada edge router t
edge
, kemudian ditetapkan dan disesuaikan untuk memenuhi persyaratan lantency pada kelas trafik yang berbeda. Setelah standar kinerja
Universitas Sumatera Utara
parameter, seperti latency atau Packet Loss Rate PLR telah dipenuhi, maka sebuah permintaan panjang gelombang dikirim ke control node, sebuah balasan diterima,
dan isi dari buffer secara dinamis ditujukan ke sebuah panjang gelombang yang bebas.
Gambar 3.14 Model Edge Router yang Diusulkan pada Arsitektur WROBS yang Terhubung ke Optical Core Network
3.10 Analisis Jaringan Dynamic Wavelength Router
Pada model jaringan ini, diasumsikan bahwa sebuah paket yang distribusikan secara serempak dialamatkan ke edge router lainnya dan tidak ada rugi-rugi yang
timbul karena adanya antrian paket pada output. Waktu sebelum kumpulan paket yang penuh ditujukan ke sebuah panjang gelombang yang bebas dan dilepaskan ke
jaringan disebut t
edge
. Sebuah trafik Continuous Bit Rate CBR diasumsikan, dimana ukuran dari L
burst
akan bertambah seiring pertambahan delay pada edge router. Hal ini dapat dilihat dalam Persamaan 3.1 [9] berikut:
L
burst
= t
edge .
b
in
.3.1
Universitas Sumatera Utara
Bit rate ratio[10] A =
3.2 Keseluruhan lantency atau delay dari paket pada jaringan dengan mengabaikan delay
pada saat mengakses network, diperlihatkan pada Persamaan 3.3 [11] berikut: Lantency = t
edge
+ t
prop
+ 3.3
Waktu yang dibutuhkan untuk membangun lightpath t
ovhd
= t
RTT
+ t
prop
3.4
Wavelength holding time t
WHT
[9] t
WHT
= t
ovhd
+ = t
ovhd
+ 3.5
Bandwidth yang digunakan dalam mengatur lightpath disebut Bandwidth per wavelength [9]
BPW = 3.6
Untuk sumber daya utilisasi yang tinggi pada layer fisik, sangatlah penting bahwa sebuah lightpath yang dihasilkan digunakan seefisien mungkin, dan Utilisasi
bandwidth, dapat diperlihatkan pada Persamaan 3.7 [9] berikut:
U = =
3.7
Universitas Sumatera Utara
Wavelength Reuse Factor [9] RUF =
= A . U 3.8
Dimana: L
burst
= ukuran dari besarnya aliran yang diberikan kedalam panjang gelombang yang tersedia bits
t
edge
= waktu kedatangan paket pada edge router ms b
in
= laju bit pada input Gbs b
core
= laju bit pada inti Gbs A
= bit rate ratio t
prop
= delay pada propagasi ms t
ovhd
= waktu yang dibutuhkan untuk membangun lightpath ms t
WHT
= waktu terjadinya buffer ms t
RTT
= waktu yang dibutuhkan untuk proses signalling ms U
= Utilisasi Bandwidth RUF = Wavelength Reuse Factor
BPW = Bandwidth per Wavelength
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS KINERJA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER PADA