Kriteria Merek Terkenal Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK TERKENAL

A. Kriteria Merek Terkenal

Berdasarkan reputasi reputation dan kemashuran renown suatu merek, merek dapat dibedakan dalam tiga jenis, yakni merek biasa normal marks, merek terkenal well- known marks, dan merek termashur famous marks. Merek biasa adalah merek yang tergolong tidak memiliki reputasi tinggi. Merek yang biasa ini dianggap kurang memberi pancaran simbolis gaya hidup, baik dari segi pemakaian dan teknologi, dimana masyarakat konsumen melihat merek tersebut kualitasnya rendah. Merek ini juga dianggap tidak memiliki drawing power yang mampu memberi sentuhan keakraban dan kekuatan mitos yang sugestif kepada masyarakat konsumen, dan tidak mampu membentuk lapisan pasar dan pemakai. 33 Diatas merek biasa, tedapat merek terkenal, yakni merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek yang demikian memiliki pancaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada di bawah merek itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban familiar attaschement dan ikatan mitos mythical context kepada segala lapisan konsumen. 34 Merek terkenal adalah merek yang ada di dalam pikiran para konsumen sangat terkenal. Dalam masyarakat merek ini mempunyai kemampuan untuk bertahan di antara merek-merek lain yang ada. Kualitas merek tersebut harus sudah diakui oleh masyarakat. Merek terkenal adalah isu yang paling kontroversial di bidang merek. Pembahasan tentang ini kerap dilakukan pada tingkat nasional maupun internasional, dan sampai sekarang belum ada 33 Yahya Harahap, Op. Cit, hlm 80-81 34 Erma Wahyuni, Op.Cit, hlm. 135 Universitas Sumatera Utara defenisi tentang well-known marks dan terpulang pada negara-negara anggota masing- masing. Pada tanggal 1 Agustus 2001, Undang-Undang Merek terbaru disahkan oleh pemerintah, yakni Undang-Undang No. 15 Tahun 2001. Undang-undang ini sebagai pengganti Undang-Undang No. 14 Tahun 1997, dan berlaku sejak tanggal disahkan. Undang- Undang Merek No. 15 Tahun 2001 ini juga melindungi merek terkenal well know mark, sebagaimana diatur dalam Pasal 6, ayat 1 huruf b yang selengkapnya berbunyi; “Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lainnya untuk barang danat au jasa sejenis”. Suatu merek dinyatakan terkenal apabila telah didaftarkan di dalam dan di luar negeri, digunakan di negara yang bersangkutan serta dikenal luas oleh anggota masyarakat. Persyaratan diatas telah meliputi suatu proses sebab dan akibat, sehingga merek itu menjadi dan dinyatakan sebagai merek terkenal. 35 Dapat disimpulkan bahwa merek terkenal adalah merek yang mencerminkan kualitas dan memiliki reputasi yang tinggi serta secara umum telah dikenal oleh masyarakat baik di Indonesia maupun di luar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama melalui promosi secara terus menerus baik melalui media cetak maupun media elektronik serta didaftarkan di berbagai negara. Keterkenalan suatu merek dapat diukur dari beberapa parameter. Pertama, derajat pengakuan merek oleh konsumen. Derajat ini diperoleh dengan melakukan survey terhadap konsumen merek yang bersangkutan. Jika suatu merek banyak dipergunakan oleh pihak lain 35 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual,Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hlm. 182-183. Universitas Sumatera Utara melalui perjanjian lisensi diberbagai negara akan membuat suatu merek menjadi terkenal. 36 Kedua , luasnya masyarakat yang menggunakan suatu merek dan berapa lama masyarakat menggunakan suatu merek. Ketiga, lama waktu publisitas atau pengiklanan suatu merek. Dalam hal ini iklan dipandang sebagai elemen yang memungkinkan suatu merek dikenal luas oleh masyarakat. Kriteria merek terkenal yang dianut di Amerika Serikat di atur dalam Pasal 43 c 1 Lannhaik Act yang diperbaharui menentukan bahwa untuk menentukan apakah suatu merek mempunyai sifat pembeda dan terkenal, Pengadilan dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti tersebut di atas, tetapi tidak terbatas pada: 1. Derajad sifat yang tidak terpisahkan atau mempunyai sifat daya pembeda dari merek tersebut; 2. Jangka waktu dan ruang lingkup pemakaian merek yang berkaitan dengan barang atau jasa dan merek; 3. Jangka waktu dan ruang lingkup dari pengiklanan dan publisitas merek tersebut; 4. Ruang lingkup geografis dari daerah perdagangan dimana merek tersebut dipakai; 5. Jaringan perdagangan barang atau jasa dari merek yang dipakai; 6. Derajad pengakuan atas merek tersebut dari arena perdagangan dan jaringan perdagangan dan pemilik merek dan larangan terhadap orang atas pemakaian merek tersebut dilaksanakan; 7. Sifat umum dan ruang lingkup pemakaian merek yang sama oleh phak ketiga, dan; 8. Keberadaan pendaftaran merek tersebut berdasarkan UU tanggal 3 Maret 1981 atau UU tanggal 20 Februari 1905 atau pendaftaran pertama. 36 Insan Budi Maulana, Bunga Rampai: Pandangan 21 Wanita terhadap Hak dan Kekayaan Intelektual, Yayasan Klinik Hak dan Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Krina Dwi, Jakarta, 2005, hlm. 208. Universitas Sumatera Utara Kriteria yang lebih rinci juga dimiliki Kantor Merek China dalam menentukan terkenal tidaknya suatu merek, yakni: 37 1. Ruang lingkup daerah geografis dimana merek tersebut dipakai; 2. Jangka waktu merek tersebut dipakai; 3. Jumlah dan hasil minimum penjualan dari pemakaian merek; 4. Pengetahuan masyarakat tentang merek tersebut; 5. Status merek tersebut apakah telah terdaftar di Negara lain; 6. Biaya pengeluaran dari iklan berikut daerah jangkauan iklan tersebut; 7. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemilik merek dalam melindungi merek tersebut; dan 8. Kemampuan pemilik merek untuk mempertahankan kualitas yang baik dari merek yang dipakainya. Hingga sekarang belum terdapat satu pun defenisi merek terkenal yang dapat diterima secara umum. Pasal 16 ayat 2 TRIPs sendiri hanya berhasil membuat kriteria sifat keterkenalan suatu merek, yakni dengan memperhatikan faktor pengetahuan tentang merek di kalangan tertentu dalam masyarakat, termasuk pengetahuan Negara peserta tentang kondisi merek yang bersangkutan, yang diperoleh dari hasil promosi merek tersebut. Ketentuan pasal 12 ayat 2 TRIPs tersebut kemudian diadopsi oleh Penjelasan pasal 6 Undang-Undang Merek Indonesia walaupun UU Merek Indonesia juga belum berhasil membuat defenisi merek terkenal, namun telah mencoba memberikan kriteria merek terkenal. Penjelasan pasal 6 UU Merek menentukan bahwa kriteria merek terkenal, selain memperhatikan pengetahuan umum masyarakat, penentuannya juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang diperoleh karena promosi yang dilakukan oleh pemiliknya yang disertai dengan bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara jika ada. Apabila hal-hal tesebut dianggap 37 Lihat Pasal 10 bis Konvensi Paris tentang Unfair Competition Universitas Sumatera Utara cukup, maka hakim dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukakan survey guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang bersangkutan. 38 Pengadilan berpatokan pada survey pasar yang dilakukan secara objektif. Apabila survey pasar membuktikan bahwa lebih dari 80 masyarakat mengenal dan mengetahui merek yang diselidiki, maka merek tersebut adalah merek terkenal. Sedangkan di Perancis, penentuan terkenal hanya didasarkan pada poll 20 dari masyarakat yang mengetahui dan mengenal merek tersebut. Menyadari kekurangan dalam persetujuan TRIPs diatas, timbulnya semacam antipasti yang kurang menguntungkan kembali dihidupkan melalui jalur WIPO melalui prakarsa pembuatan persetujuan baru dibidang merek yang dirancang khusus bagi Protection of Well- Known Marks. Persetujuan tersebut hingga kini masih dirundingkan, dan khusus dibuat untuk memberi jabaran rinci tentang merek terkenal saja. 39 Di dalam rancangan persetujuan yang dirundingkan tersebut, setidaknya akan hadir dua norma baru, yakni: 1. Upaya memperjelas pengertian relevant sector of the public kalangan masyarakat tertentu dalam kaitannya dengan merek terkenal dengan mengajukan identifikasi dalam dua unsur penentu: a. hanya terbatas pada konsumen potensial saja; dan b. jaringan distribusi dan lingkungan bisnis yang biasa dengan merek terkenal pada umumnya. 2. Upaya penentuan elemen untuk membangun pengertian merek terkenal yang meliputi 12 dua belas unsure, yakni: a. jangka waktu, lingkup, dan wilayah penggunaan merek; b. pasar; c. tingkat daya pembeda; d. kualitas nama baik; e. luas sebaran pendaftaran di dunia; f. sifat eksklusivitas pendaftaran yang dimiliki; g. luas sebaran penggunaan di dunia; h. tingkat eksklusivitas penggunaan di dunia; i. nilai perdagangan dari merek yang bersangkutan di dunia; j. rekor perlindungan hukum 38 Erma Wahyuni, Op. Cit, hlm. 140-141. 39 Pasal 50 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Universitas Sumatera Utara yang berhasil di raih; k. hasil ligitasi dalam penentuan terkenal tidaknya suatu merek; dan l. intentisitas pendaftaran merek lain yang mirip dengan merek yang bersangkutan. Terkait dengan pengertian merek terkenal, Yurisprudensi Mahkamah Agung telah pula memberikan kriteria sebagai berikut : 1. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1486 KPdt.1991 tanggal 28 Nopember 1995, yang secara tegas telah memberikan kriteria hukum sebagai berikut : “Suatu merek termasuk dalam pengertian Well-Known Marks pada prinsipnya diartikan bahwa merek tersebut telah beredar keluar dari batas-batas regional, malahan sampai kepada bata-batas transnasional, karenanya apabila terbukti suatu merek telah didaftar dibanyak negara didunia, maka dikualifikasikan sebagai merek terkenal karena telah beredar sampai ke batas-batas diluar negara asalnya. 2. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 426 PKPdt.1994, tanggal 3 Nopember 1995, yang memberikan kriteria hukum sebagai berikut, “Kriteria terkenal atau tidaknya suatu merek yang merupakan masalah hukum dan tunduk pada pemeriksaan kasasi, kiranya telah menjadi Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung, yang didasarkan pada apakah suatu merek telah menembus batas-batas nasional dan regional, sehingga merek tersebut sudah berwawasan globalisasi dan dapat disebut merek yang tidak mengenal batas dunia. Kriteria-kriteria untuk menilai suatu merek sebagai merek terkenal, badan internasional yang mengurusi masalah Hak Kekayaan Intelektual yaitu World Intellectual Property Organization WIPO di Jenewa, telah mengajukan, membicarakan, dan menentukan pedoman penilaian untuk menentukan suatu merek yang sudah terkenal. Dalam laporan hasil pertemuan ketiga Committee of Expert on Well Known Mark dari WIPO di Universitas Sumatera Utara Jenewa pada bulan Oktober 1997, dirinci kriteria-kriteria untuk menentukan suatu merek sebagai merek yang sudah terkenal, sebagai berikut : 1. Pemakaian merek yang begitu lama. 2. Penampilan merek yang mempunyai ciri khas tersendiri yang melekat pada ingatan masyarakat banyak. 3. Pendaftaran merek di beberapa Negara 4. Reputasi merek yang bagus karena produk-produk atau jasa yang dihasilkan mempunyai mutu yang prima dan nilai estetis serta nilai komersial yang tinggi. 5. Pemasaran dan peredaran produk dengan jangkauan yang luas dihampir seluruh dunia Terkenalnya suatu merek menjadi suatu well-knownfamous mark, dapat lebih memicu tindakan-tindakan pelanggaran merek, baik yang berskala nasional maupun internasional. Banyak perkara yang terkait dengan merek terkenal yang akhirnya merugikan pihak pemilik merek dari negara asalnya. Misalnya, kasus Prada dan Intel Corp di Indonesia. Mencegah timbulnya kasus yang serupa dengan kasus Prada, pemerintah perlu didorong agar secepatnya menerbitkan PP tentang merek terkenal. PP tersebut akan menjadi pedoman guideline bagi penegakan hukum dalam menafsirkan merek terkenal. 40 Merek terkenal harus diberikan perlindungan baik dalam skala nasional maupun internasional, karena suatu merek terkenal mempunyai perluasan perdagangan melintasi batas-batas negara. Ketentuan terkait perlindungan merek terkenal secara internasional diatur dalam The Paris Convention For the Protection of Industrial Property Konvensi Paris dan juga dalam TRIPS Agreement Perjanjian TRIPS. 41

B. Merek Terkenal dalam UU No 15 Tahun 2001

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Pendaftaran Merek Terkenal Berdasarkan Hukum International dan Undang-Undang no. 15 Tahun 2001.

0 1 8

Perlindungan Terhadap Barang Merek Terkenal Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Secara Tanpa Lisensi Dalam Kajian UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 3

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 1 46

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 10

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 0 9