Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian dunia yang berlangsung sangat cepat, arus globalisasi dan perdagangan bebas serta kemajuan teknologi, telekomunikasi dan informasi telah memperluas ruang gerak transaksi barang dan atau jasa yang ditawarkan dengan lebih bervariasi, baik barang dan jasa produksi dalam negeri maupun barang impor. Oleh karena itu, barang dan jasa produksi merupakan suatu hasil kemampuan dari kreativitas manusia yang dapat menimbulkan Hak Atas Kekayaan Intelektual HKI. 1 Saat ini, HKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian, baik di forum nasional maupun internasional. Dimasukkannya Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights Persetujuan TRIPS dalam paket World Trade Organization selanjutnya ditulis WTO pada Tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI diseluruh dunia. Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah kekayaan manusia yang tidak berwujud nyata tetapi berperan besar dalam memajukan peradaban umat manusia, sehingga perlindungan HKI diberikan oleh negara untuk merangsang minat para Pencipta, Penemu, Pendesain, dan Pemulia, agar mereka dapat lebih bersemangat dalam menghasilkan karya-karya intelektual yang baru demi kemajuan masyarakat. Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul sebagai hasil kemampuan intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan suatu proses atau 1 Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI No.M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.24MPAN12000 menyebutkan bahwa istilah Hak Kekayaan Intelektual dapat disingkat dengan HKI atau HAKI. Lihat A. Zen purba: “Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan Sistem HAKI Nasional “, dalam Jurnal Hukum Bisnis, Vol.13, April 2001. Dalam tulisan ini akan memakai singkatan HAKI, namun juga tidak menutupkemungkinan mengutip HKI atau HAKI bila asli kutipan demikian; namun pengertian yang dimaksud adalah sama. Universitas Sumatera Utara produk yang bermanfaat bagi umat manusia. Karya-karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra di bidang teknologi merupakan contoh karya cipta sebagai hasil kreativitas intelektual manusia, melalui cipta, rasa, dan karyanya. Karya cipta tersebut menimbulkan hak milik bagi pencipta atau penemunya.Jadi, HAKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. 2 Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat, juga mendorong globalisasi Hak Kekayaan Intelektual. Suatu barang atau jasa yang hari ini diproduksi di satu negara, di saat berikutnya telah dapat dihadirkan di negara lain. Kehadiran barang atau jasa yang dalam proses produksinya telah menggunakan Hak Kekayaan Intelektual, dengan demikian juga telah menghadirkan Hak Kekayaan Intelektual pada saat yang sama ketika barang atau jasa yang bersangkutan dipasarkan. Kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual dengan demikian juga tumbuh bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi dagang. Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari kemungkinan pemalsuan atau dari persaingan yang tidak wajar curang, juga berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi. Pengaturan Merek dalam ruang lingkup Hak Atas Kekayaan Inteletual HAKI, diuraikan bahwa UU No. 19 Tahun 1992 tentang Merek menggantikan UU No. 21 Tahun 1961 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang perdagangan, yang sebetulnya sudah disempurnakan melalui UU No. 14 Tahun 1997. Sejauh menyangkut prinsip-prinsip pokok dan pengertian-pengertian, ternyata UU No. 19 Tahun 1992 tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan UU No. 14 Tahun 1997 yang secara substansial 2 Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara telah menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Perjanjian TRIP’S. 3 Indonesia saat ini telah mempunyai Undang-undang Merek terbaru yaitu Undang- undang Nomor 15 Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 1Agustus 2001 seiring dengan telah diratifikasinya Konvensi Pembentukan World Trade Organization WTO. Undang-undang ini menggantikan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Latar belakang lahirnya Undang-Undang Merek antara lain didasari munculnya arus globalisasi di segenap aspek kehidupan umat manusia, khususnya di bidang perekonomian dan perdagangan. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan transportasi mendorong tumbuhnya integrasi pasar perekonomian dan perdagangan global. Kebutuhan, kemampuan dan kemajuan teknologi atas suatu produk sekarang ini merupakan pasar bagi produksi-produksi pengusaha pemilik merek dagang dan jasa. Semuanya ingin produk mereka memperoleh akses yang sebebas-bebasnya ke pasar, oleh karena itu perkembangan di bidang perdagangan dan industri yang sedemikian pesatnya memerlukan peningkatan perlindungan terhadap teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan, apabila kemudian produk tersebut beredar di pasar dengan menggunakan merek tertentu, maka kebutuhan untuk melindungi produk yang dipasarkan dari berbagai tindakan melawan hukum pada akhirnya merupakan kebutuhan untuk melindungi merek tersebut. Dalam hubungan ini hak-hak yang timbul dari Hak Kekayaan Intelektual, khususnya hak atas merek suatu produk akan menjadi sangat penting yaitu dari segi perlindungan hukum, karenanya untuk mendirikan dan mengembangkan merek produk barang atau jasa dilakukan dengan susah payah, mengingat 3 Erma Wahyuni, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, YPAPI, Yogyakarta, 2007, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara dibutuhkannya juga waktu yang lama dan biaya yang mahal untuk mempromosikan merek agar dikenal dan memperoleh tempat di pasaran. Setelah Undang-undang tersebut berlaku, pemerintah pun segera melakukan tindakan pembenahan dalam setiap hal yang berkaitan dengan merek. Hal ini untuk memberikan pelayanan bagi para pengusaha atau pedagang agar dalam mengembangkan usahanya, mereka memperoleh perlindungan hukum atas tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang telah mereka korbankan dalam rangka membangun suatu reputasi perusahaan dalam wujud merek. Adanya pengaturan tentang merek diharapkan dapat mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Dengan merek, produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya, serta keterjaminan bahwa produk itu original. Kadangkala yang membuat harga suatu produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya. Merek adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, tetapi ia bukan produk itu sendiri. 4 Hal ini tertuang dalam konsiderans Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek bagian menimbang butir a yang berbunyi: “bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi Internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat. 5 Merek menurut UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Pada dasarnya, merek di bedakan menjadi merek dagang dan merek jasa serta merek kolektif. Sebenarnya, merek sudah di gunakan sejak lama untuk menandai produk dengan tujuan menunjukkan asal-usul barang.Perlindungan hukum atas merek semakin meningkat seiring majunya perdagangan dunia. Demikian juga pun merek makin 4 H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 329. 5 Republik Indonesia, ,Lembaran Negara Tahun 2001No.110,Undang-undang No 15 Tahun 2001, Tentang Merek, Jakarta: 1 Agustus 2001, bagian “menimbang” butir a. Universitas Sumatera Utara meningkat untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya serta untuk menghindari peniruan. 6 Undang-Undang Merek 2001 tidak menyebutkan bahwa merek merupakan salah satu wujud dari karya intelektual. Sebuah karya yang didasarkan kepada olah pikir manusia, yang kemudian terjelma dalam bentuk benda immaterial. Suatu hal yang perlu dipahami dalam setiap kali menempatkan hak merek dalam kerangka hak atas kekayaan intelektual adalah bahwa, kelahiran hak atas merek itu diawali dari temuan-temuan dalam bidang hak atas kekayaan intelektual lainnya, misalnya hak cipta. 7 Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa dalam kegiatan perdagangan dan investasi. Merek dengan brand image-nya dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau daya pembeda yang teramat penting dan merupakan jaminan kualitas produk atau jasa dalam suasana persaingan bebas. Oleh karena itu, merek adalah aset ekonomi bagi pemiliknya, baik perorangan maupun perusahaan yang dapat menghasilkan aspek keuntungan besar, tentunya bila di dayagunakan dengan memperhatikan aspek bisnis dan manajemen yang baik. 8 Merek berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; sebagai alat promosi sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; dan jaminan atas mutu barangnya. Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, merek merupakan suatu basis dalam perdagangan modern. Dikatakan basis karena merek dapat menjadi dasar perkembangan perdagangan modern yang dapat digunakan sebagai Goodwill, lambang, 6 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Ghalia Indonesia,Bogor, 2005, hlm. 7. 7 Erma Wahyuni, Op. Cit. hlm 75. 8 Andrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 92. Universitas Sumatera Utara standar mutu, sarana menembus segala jenis pasar dan diperdagangkan dengan jaminan guna menghasilkan keuntungan besar. Terdapatnya merek dapat lebih memudahkan konsumen mendapatkan produk yang akan dibeli oleh konsumen dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, maupun atribut lain yang melekat pada merek. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek mewajibkan merek tersebut didaftarkan, agar setiap produsen atau pengusaha atau pedagang mempunyai jaminan perlindungan hukum terhadap hak atas merek barang dagangannya, Dengan terdaftarnya merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-undang tersebut, barulah pemegang merek akan diakui atas kepemilikan merek produk dagangannya. Hal ini sesuai dengan prinsip yang dianut oleh Undang-undang Merek Indonesia, yakni first to file principle, bukan first come, first out principle.Berdasarkan prinsip tersebut, maka seseorang yang ingin memiliki hak atas merek harus melakukan pendaftaran atas merek yang bersangkutan. 9 Kebutuhan untuk melindungi hak merek, termasuk merek terkenal menjadi hal yang sangat penting, ketika dalam praktek perdagangan barang atau jasa dijumpai adanya pelanggaran dibidang merek yang merugikan semua pihak, tidak saja pemilik merek yang berhak, tetapi juga konsumen sebagai pemakai barang atau jasa. Adanya perlindungan terhadap merek melalui ketersediaan Undang-undang merek seharusnya sudah dapat mengatasi permasalahan-permasalahan merek yang muncul di Indonesia. Sayangnya, permasalahan yang terkait dengan merek, khususnya merek terkenal justru semakin banyak dan kompleks antara lain pelanggaran merek dengan menjiplak, memalsukan, dan juga pendomplengan. Seolah-olah undang-undang merek belum mampu memberikan penyelesaian berbagai permasalahan pelanggaran hukum merek yang terjadi di Indonesia. Tahapan suatu merek dari suatu produk menjadi sebuah merek yang dikenal well knownfamous mark oleh masyarakat konsumen dan menjadikan merek yang dikenal oleh 9 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 85. Universitas Sumatera Utara masyarakat sebagai aset perusahaan adalah tahapan yang sangat diharapkan, baik oleh produsen maupun pemilik merek, tahapan ini disebut sebagai ekuitas merek. Terkait dengan pengertian merek terkenal, yurisprudensi Mahkamah Agung telah pula memberikan kriteria sebagai berikut “Suatu merek termasuk dalam pengertian Well-Known Marks pada prinsipnya diartikan bahwa merek tersebut telah beredar keluar dari batas-batas regional, malahan sampai kepada batas-batas transnasional, karenanya apabila terbukti suatu merek telah didaftar dibanyak negara didunia, maka dikwalifisir sebagai merek terkenal karena telah beredar sampai ke batas-batas diluar negara asalnya. 10 Yurisprudensi Mahkamah Agung juga memberikan kreteria hukum sebagai berikut, “Kriteria terkenal atau tidaknya suatu merek yang merupakan masalah hukum dan tunduk pada pemeriksaan kasasi, kiranya telah menjadi yurisprudensi tetap Mahkamah Agung, yang didasarkan pada apakah suatu merek telah menembus batas-batas nasional dan regional, sehingga merek tersebut sudah nasional dan regional, sehingga merek tersebut sudah berwawasan globalisasi dan dapat disebut merek yang tidak mengenal batas dunia. 11 Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek tidak menjabarkan defenisi dari merek terkenal. Akan tetapi berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03- HC.02.01 tahun 1991 yang menyatakan bahwa merek terkenal adalah sebuah merek dagang secara umum dikenal dan digunakan dalam perdagangan barang dan jasa oleh seorang individu atau badan hukum di wilayah Republik Indonesia ataupun Negara-negara lain, secara hukum menunjukkan bahwa Indonesia mengakui adanya keberadaan merek terkenal di dalam wilayahnya dan secara global. 12 Kenyataannya sekarang ini ialah banyaknya pelanggaran terhadap pemanfaatan merek-merek terkenal yang disebabkan karena menjanjikan keuntungan yang besar dengan 10 Lihat Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1486 KPdt.1991 tanggal 28 Nopember 1995 11 Lihat Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 426 PKPdt.1994, tanggal 3 Nopember 1995, 12 http: www.dgip.go.id.8080 article article view 74117 diakses tanggal 12 Februari 2015, pukul 12.11 Universitas Sumatera Utara menggunakan merek-merek terkenal dibandingkan dengan menggunakan merek sendiri. Dalam Undang-Undang Merek Pasal 94 Ayat 1 yang tertulis “Barang siapa memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barangdanatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah”, dengan jelas dilarang tetapi yang terjadi sekarang ini khususnya di daerah Kota Medan perdagangan barang-barang contohnya Tas Chanel yang palsu dijual bebas memiliki sangat banyak peminat. Berdasarkan fakta-fakta tersebut bahwa masih banyaknya celah untuk melakukan pelanggaran merek di Indonesia terutama di Kota Medan, maka dari itu perlu diadakan penelitian yang berhubungan dengan masalah perlindungan hukum terutama merek-merek terkenal dengan harapan apabila telah diketahui faktor-faktor penyebab pelanggaran merek maka dapat dilakukan tindakan-tindakan preventif untuk mencegah pelanggaran sejenis di masa yang akan datang. Mengingat krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti saat sekarang ini, banyak produsen yang mensiasati dengan cara mengkombinasikan barang-barang bermerek yang asli dengan barang yang menggunakan merek yang palsu tersebut secara fisik benar-benar mirip dengan yang asli. Banyaknya peminat dari barang-barang palsu ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah dibandingkan dengan harga barang yang aslinya, apalagi dikalangan masyarakat ada dikenal barang kualitas super yang menurut mereka barang yang palsu tersebut kualitasnya hampir sama dengan yang asli dan harganya tentu saja terjangkau dan menguntungkan bagi para produsen. Dengan memanfaatkan merek terkenal, produsen yang ilegal tidak perlu mengurus nomor pendaftaran ke Dirjen HKI atau mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membangun citra produknya brand image. Mereka tidak perlu membuat divisi riset dan pengembangan untuk dapat menghasilkan produk yang selalu up to date, karena Universitas Sumatera Utara mereka tinggal menjiplak produk orang lain. Secara ekonomi memang memanfaatkan merek terkenal mendatangkan keuntungan yang cukup besar dan fakta di lapangan membuktikan hal tersebut, selain itu juga didukung oleh daya beli konsumen yang pas-pasan namun tetap ingin tampil bergaya mutakhir. Bukan hanya tas banyak barang-barang palsu lain seperti baju, celana, jaket dan berbagai barang elektronik lainnya sangat mudah didapat dan ditemukan di kota-kota besar khususnya Kota Medan,. Peredarannya pun meluas mulai dari kaki lima sampai pusat pertokoan bergengsi. Salah satu daya tarik dari produk bermerek palsu memang terletak pada harganya yang sangat murah. Dengan adanya fakta diatas dapat disimpulkan bahwa banyak sekali permasalahan HKI khususnya merek yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Medan. Bahkan sekalipun Undang-Undang Merek sudah ada tetapi dalam kenyataannya masih banyak penyimpangan – penyimpangan yang terus terjadi padahal dengan adanya Undang-Undang yang mengatur diharapkan terciptanya kepastian dan keadilan bagi semua pihak. Hal terpenting dalam hukum Merek adalah perlindungan terhadap merek terkenal. Ciri spesifik dari merek terkenal adalah bahwa reputasi dari nama merek tidak terbatas pada produk tertentu atau jenis tertentu, misalnya Panther tidak hanya untuk jenis kendaraan, tetapi juga untuk produk minuman. Perlindungan diberikan dalam hubungan pemakaian secara umum dan tidak hanya berhubungan dengan dengan jenis-jenis barang dimana merek didaftarkan. 13 Perkembangan peniruan atau pembajakan merek terkenal ini mulai berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia yang telah menganut system ekonomi terbuka. Hal itu dimulai di awal tahun 70-an ketika kasus TANCHO 14 yang terjadi di antara pengusaha lokal Cina dengan perusahaan asing Jepang. Dan kasus-kasus merek terkenal mengalami peningkatan di tahun 80-an sehingga Pemerintah mengganggap perlu 13 Endang Purwaningsih, Op. Cit., hlm. 9. 14 Lihat Putusan Merek TANCHO Reg. No.677KSIP1972 tanggal 13 Desember 1972 Universitas Sumatera Utara mengeluarkan SK Menteri Kehakiman 1987 yang kemudian di revisi lagi di tahun 1991 tentang perlindungan merek terkenal yang justru menambah semarak perkara-perkara pembatalan terkenal yang di ajukan ke Pengadilan. Seiring dengan berkembangnya perdagangan Internasional, terwujudlah persetujuan TRIP’s yang memuat norma standar perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual, termasuk didalamnya tentang Hak Merek. Indonesia pun telah meratifikasinya di tahun 1997. Setiap revisi dari UU Merek Indonesia dimaksudkan untuk selalu mengikuti perkembangan global, khususnya di dalam perdagangan Internasioanal, menyediakan iklim persaingan usaha yang sehat dan mengadaptasi konvensi-konvensi internasional. Melihat maraknya pelanggaran akan merek terkenal tersebut diatas serta menimbang pentingnya perlindungan hukum bagi pemilik merek terkenal dan dalam rangka mewujudkan penegakan hukum merek, maka peneliti dalam penelitian ini akan mengangkat isu berupa: “Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal berdasarkan UU No 15 tahun 2001 tentang Merek Studi di Kota Medan

B. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Pendaftaran Merek Terkenal Berdasarkan Hukum International dan Undang-Undang no. 15 Tahun 2001.

0 1 8

Perlindungan Terhadap Barang Merek Terkenal Yang Dijual Oleh Pelaku Usaha Secara Tanpa Lisensi Dalam Kajian UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 3

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 1 46

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 10

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan Yang Menggunakan Merek Terkenal Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Studi Di Kota Medan)

0 0 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 1 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

0 0 9