47
2. Harga diri
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu sebaik orang lain, berguna dan dihargai oleh orang lain, serta
dapat menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat harga diri dalam penelitian ini menggunakan alat tes yang telah
baku milik Morris Rosenberg 1965 yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale RSES yang berjumlah 10 item. Definisi operasional dari harga diri adalah skor total
yang diperoleh dari alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale RSES. Semakin besar skor yang diperoleh individu maka akan semakin tinggi harga diri yang
dimilikinya, sebaliknya semakin kecil skor yang dimiliki individu maka akan semakin rendah harga diri yang dimilikinya.
C. Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah anak multietnis Batak-Tionghoa.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak multietnis Batak-Tionghoa yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a Memiliki orangtua yang bersuku Batak dan Tionghoa b Remaja dan dewasa awal berusia 17-25 tahun
Pemilihan sampel pada usia 17-25 tahun karena kebanyakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata sarjana S1 berada pada pada rentang usia
ini. Hal ini senada dengan John Amos Comenius 1592-1671 dalam bukunya “Didactica Magma” yang mengemukakan teori perkembangan anak berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
48
tingkat masa sekolah. John Amos Comenius menyatakan bahwa pada usia 18-24 tahun adalah masa universitas. Pada masa ini, anak mengalami pembudayaan
dengan menghayati nilai-nilai ilmiah dan mempelajari bermacam-macam pengetahuan.
2. Teknik Sampling Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah non-
probability sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan apabila tidak semua orang di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek
penelitian. Di dalam teknik sampling non-probability, terdapat berbagai jenis metode pemilihan sampel lagi. Metode pemilihan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah accidental sampling dimana peneliti akan mengambil data dari subjek manapun yang ditemui peneliti sepanjang subjek tersebut
memenuhi kriteria penelitian Azwar, 2010.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer dengan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan
secara akurat dan valid Nazir, 2003. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui Arikunto, 2006. Metode penskalaan tersebut disusun
dengan menggunakan skala sikap model Likert metode skala rating yang dijumlahkan yang telah dimodifikasi.
Universitas Sumatera Utara
49
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologis, yaitu resiliensi dalam skala Multiracial Challenges and Resiliensi Scale MCRS dan
Rosenberg Self-Esteem Scale RSES. 1. Pengukuran Resiliensi
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam penelitian ini menggunakan skala Multiracial Challenges and Resiliensi Scale MCRS milik
Salahuddin 2008. Dr. Nazish M. Salahuddin, Phd adalah seorang Asisten Profesor Klinis dan Direktur Akademik Program Sertifikat Pascasarjana Fakultas
Psikologi Universitas Maryland Amerika Serikat, dan sekaligus peneliti, tenaga klinis dan pengajar di bidang multikultural, gender dan isu-isu sosial. Adapun
skala MCRS yang disusun oleh Salahuddin terdiri dari dua faktor, yaitu : Appreciation of Human Differences dan Multiracial Pride yang terdiri dari 10
item. Item-item yang ada dalam MCRS disusun setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian pada kerangka faktor dan perlengkapan psikometri.
Sebagai langkah pertama, peneliti melakukan literature review dari otobiografi individu multirasial dan mempelajari pengalaman-pengalaman terkait
ras yang mereka alami baik secara empiris maupun teoritis, dan dari tinjauan literatur tersebut diperoleh poin yang akan dijadikan tema atau pokok bahasan.
Langkah kedua, merekrut delapan individu multirasial melalui pengumuman terbuka bagi mahasiswa program sarjana psikologi untuk berpartisipasi
membentuk dua kelompok fokus untuk mendiskusikan tantangan-tantangan dan pengalaman resiliensi dalam kehidupan mereka. Setiap kelompok terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
50
empat orang dan masing-masing kelompok membahas hal yang sama, yakni tentang tantangan dan kekuatan yang telah dikembangkan setiap anggota
kelompok sebagai hasil pengalaman mereka sebagai multiras. Hasil pembahasan setiap kelompok kemudian dibawa kedalam konsesus,
dan tema-tema yang muncul dari topik pembahasan dalam konsesus tersebut melahirkan lima kategori tematik, diantaranya tiga tipe tantangan yakni: rasisme
yang dirasakan, invalidasi sosial, dan hasil psikologis yang negatif dan dua tipe resiliensi yakni: peningkatan fungsi sosial dan hasil psikologis yang positif; dan
ternyata setiap tema yang ada dalam review literature yang diidentifikasi pada langkah pertama juga muncul dalam diskusi kelompok fokus. Akan tetapi, dari
peserta kelompok fokus ada yang menambahkan satu tantangan lain yang dihadapinya terkait dengan gangguan multiras yang mereka hadapi dikarenakan
ketidaknyamanan orang lain ketika peserta ini mengungkapkan latar belakang multirasnya.
Langkah berikutnya adalah merancang item-item yang merepresentatifkan enam tematik tersebut. Sebanyak 109 item berhasil dirumuskan yang kemudian
diserahkan kepada empat orang pakar untuk dinilai kesesuaian, kelengkapan, kejelasan, kemudahan dibaca dan dipahami, serta menyortir item-item
berdasarkan kategori tematik. Berdasarkan feedback dari para penilai, ada 35 item yang dihilangkan karena bertele-tele, ambiguitas, atau menimbulkan
pertentangan diantara penilai. Dengan demikian, pada versi awalnya, MCRS
Universitas Sumatera Utara
51
memuat 74 item, yang terdiri dari: 25 item mewakili pengalaman tantangan dari individu multirasial dan 49 item mewakili resiliensi.
Untuk pengujian item-item yang ada dalam MCRS, ada 317 responden yang ikut berpartisipasi dengan rentang usia antara 18 sampai dengan 53 tahun.
Pada 25 item kelompok tantangan, responden diminta untuk menunjukkan frekuensi kuantitas dari suatu kejadian dan bagaimana responden menghadapi
tekanan akibat kejadian tersebut misalnya: “Seseorang memilih untuk tidak
berkencan dengan saya karena saya multiras”.Responden memberi skala mulai dari 0 hal ini tidak pernah terjadi pada saya sampai dengan skala 5 hal ini
terjadi, dan oleh karena itu saya sangat marah. Pada item kelompok resiliensi, responden diminta untuk menunjukkan sejauh mana tingkat kesepakatannya
dengan 49 item yang mengukur tipe-tipe resiliensi yang perlu dikembangkan dalam kehidupan orang multiras di Amerika Serikat misalnya: “Sebagai orang
multiras, saya harus mengembangkan apresiasi terhadap budaya yang berbeda”.
Setiap item resiliensi dinilai pada skala 0 sangat tidak setuju sampai dengan 5 sangat setuju.
Sebelum analisis faktor dilakukan, maka pengujian faktor kelayakan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan Kaiser-Meyer-Olkin KMO
untuk mengukur kecukupan sampling dan Bartlett Test of Sphericity untuk menguji matriks korelasi. Skor KMO untuk penelitian sampel ini adalah 0,89;
sedangkan Bartlett Test menunjukkan hasil yang signifikan, yakni 2701, N =
317 = 12,965.67, p .01.
Universitas Sumatera Utara
52
Hasil uji analisis faktor yang dilakukan melalui perbandingan eigen values dari kumpulan data mentah dan data permutasi menunjukkan enam faktor
perlu dipertahankan. Selanjutnya, solusi enam faktor ini dipilih dan 5 item dengan bobot tertinggi pada masing-masing faktor dipertahankan, sehingga menghasilkan
30 item. Hubungan antara faktor-faktor MCRS dan skala yang digunakan untuk menilai konstruk alat ukur dan validitas diskriminan menunjukkan pola yang
konsisten dengan hipotesis. Faktor-faktor yang ada dalam MCRS menggunakan skala 30-item menunjukkan beberapa interkorelasi ke arah yang diharapkan.
Faktor pertama menilai reaksi terkejut dan ketidakpercayaan orang lain ketika individu multiracial mengungkapkan identitas rasnya. = 0,83. Faktor ini
berhubungan secara positif dengan depresi r = 0,23 dan negatif terhadap hubungan sosial r = -0,27. Rata-rata responden menyatakan bahwa mereka
sedikit terganggu dengan tanggapan orang lain dengan latar belakang ras mereka. Faktor kedua: Kurangnya Penerimaan Keluarga. Faktor kedua menilai
perilaku anggota keluarga yang menunjukkan kurangnya penerimaan latar belakang ras individu = 0,82. Faktor ini menunjukkan korelasi negatif dengan
harga diri r = -0,15 Dan keterhubungan sosial r = -0,24 Dan hubungan positif dengan depresi r = 0,26. Secara keseluruhan, responden menunjukkan bahwa
kurangnya penerimaan dari anggota keluarga merupakan kekhawatiran kecil bagi mereka.
Faktor ketiga: Diskriminasi multiras. Pada faktor ketiga ini, diskriminasi multiras dinilai dari adanya perlakuan atau pernyataan diskriminatif rasial oleh
Universitas Sumatera Utara
53
anggota keluarga dan non-keluarga = 0,79. Faktor ini menunjukkan korelasi positif dengan depresi r = 0,24 dan korelasi negatif dengan keterhubungan sosial
r = -0,22. Secara keseluruhan, responden dalam penelitian ini menyatakan merasa sedikit terganggu oleh adanya diskriminasi multiras.
Faktor keempat: Tantangan Dengan Identitas Rasial. Faktor keempat, Apresiasi Perbedaan Manusia menilai sejauh mana individu percaya bahwa
pengalaman mereka sebagai seorang multiras akan memungkinkan mereka untuk mengembangkan apresiasi terhadap perbedaan budaya dan individu = 0,89.
Faktor ini berhubungan positif dengan hubungan sosial r = 0,26 dan identitas etnik r = 0,36. Rata-rata, pengalaman responden sebagai individu multiras
memungkinkan mereka untuk mengembangkan apresiasi yang tinggi terhadap perbedaan manusia.
Faktor kelima diskoneksi dari keluarga dan teman. Pada faktor ini yang dinilai adalah hubungan kelekatan antara responden dengan keluarga dan teman
yang mencerminkan rasa diskoneksi karena memiliki latar belakang ras yang berbeda dari keluarga dan teman-teman mereka = 0,83.
Faktor keenam: Kebanggaan multiras. Faktor ini menilai kebanggaan individu menjadi multiras = 0,80 dan berhubungan positif dengan harga diri,
hubungan sosial, dan identitas etnis rs masing-masing = 0,22, 0,35, dan 0,40. Rata-rata responden menyatakan kebanggaan multiras pada tingkat sedang.
Universitas Sumatera Utara
54
Keseluruhan skala dari MCRS menunjukkan koefisien alpha antara 0,86 - 0,90 kecuali untuk skala diskriminasi multiras 0,62. Perkiraan reliabilitas tes-
retes 2 bulan kemudian untuk semua kecuali satu dari skala yang signifikan pada tingkat 0,01 dan berkisar antara 0,67 to.84; skor pada skala kurangnya penerimaan
keluarga yang kurang stabil dari waktu ke waktu r = 0,54. Terkait dengan penelitian tentang hubungan resiliensi dan harga diri pada
anak birasial Batak dan Tionghoa, peneliti menggunakan MCRS sebagai alat ukur untuk mengungkapkan resiliensi anak birasial Batak dan Tionghoa. Dalam
uji validitas dan reliabilitas, peneliti yang merupakan mahasiswa dibantu oleh dosen pembimbing, terlebih dahulu menerjemahkan item-item dalam instrumen
Multiracial Challenges and Resilience Scale. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli bahasa Inggris,
yaitu seorang dosen sastra Inggris dan seorang teman yang lama tinggal di luar negeri. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah item-item dalam alat ukur ini
mengalami perubahan makna dari bentuk aslinya setelah diterjemahkan. Dari hasil umpan balik didapatkan bahwa ada beberapa item yang
memerlukan revisi dari kata-kata yang digunakan sehingga nantinya dapat lebih dimengerti oleh responden dan sesuai dengan kondisi anak-anak yang lahir dari
perkawinan beda etnis Batak dan Tionghoa di Indonesia. Setelah revisi item dilakukan, peneliti melakukan expert judgement dari dosen pembimbing skripsi
dan dosen lain untuk melihat apakah item-item dalam alat ukur ini mencerminkan konstruk yang akan diukur.
Universitas Sumatera Utara
55
Dalam penelitian ini, uji coba alat ukur Multiracial Challenges and Resilience Scale ini dilakukan kepada 40 orang yang merupakan anak etnis Batak-
Tionghoa. Jumlah skala resiliensi yang diujicobakan terdiri dari 10 item. Setelah dilakukan analisis item, keseluruhan item memiliki nilai diskriminasi diatas 0,3
dan tidak terdapat item yang gugur. Hasil uji coba terhadap skala resiliensi menunjukkan nilai diskriminasi yang bergerak dari 0,411 sampai dengan 0,532
dengan koefisien α sebesar 0,794.
Skala resilience menyediakan enam rentang respon, yaitu Sangat tidak setuju angka 0, Tidak setuju, angka 1, Agak tidak setuju angka 2, Agak
setuju angka 3, Setuju angka 4, Sangat setuju angka 5.
Tabel 1. Blue Print Resiliensi dalam Multiracial Challenges and Resiliensi
Scale MCRS Faktor
Item
Appreciation of Human Differences 20, 22, 24, 27, 29
Multiracial Pride 16, 18, 23, 26, 28
Total 10
2. Pengukuran Harga diri Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat harga diri dalam penelitian
ini menggunakan alat tes yang telah baku milik Morris Rosenberg yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale RSES. Skala ini dipilih karena mampu mengukur
harga diri atau harga diri secara keseluruhan global harga diri. Skala ini terdiri atas sepuluh butir pernyataan, dengan butir yang memiliki kriteria positif
Universitas Sumatera Utara
56
favourable sebagai aspek kepercayaan diri self confidence dan butir yang memiliki kriteria negatif unfavourable sebagai aspek penurunan kepercayaan
diri self depreciation.
Tabel 2. Blueprint Rosenberg Self-Esteem Scale
No Dimensi
Nomor Item
1 Kepercayaan Diri favourable
1, 3, 4, 7, 10 2
Penurunan Kepercayaan unfavourable 2, 5, 6, 8, 9
Total 10
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas