65
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis Orangtua Etnis Orangtua
Jumlah N Persentase
Ayah Batak-Ibu Tionghoa 44
54.3 Ayah Tionghoa-Ibu Batak
37 45.7
Total 81
100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki Ayah Batak- Ibu Tionghoa sebanyak 44 responden 54.3 dan responden yang memiliki Ayah
Tionghoa-Ibu Batak sebanyak 37 responden 45.7.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi a. Uji normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
parametrik statistik inferensial. Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah populasi data penelitian terdistribusi secara normal dalam
kurva sebaran normalitas. Uji normalitas skala resiliensi dan skala harga diri pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov di
dalam SPSS. Berikut ini merupakan grafik hasil uji normalitas untuk skala resiliensi dan skala harga diri.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 8. Rangkuman Uji Normalitas dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Variabel
Nilai Z Nilai p
Keterangan
Resiliensi 0.916
0.370 Sebaran Normal
Harga diri 1.040
0.230 Sebaran Normal
Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 0.05. Data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p . Berdasarkan data pada tabel 8 dapat
dilihat bahwa nilai sebaran Z masing-masing variabel sebesar 0.916 dan 1.040 dengan p 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi
normal. b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi Linearity kurang dari 0,05. Berkaitan dengan hal tersebut, maka uji linearitas yang
dilakukan pada penelitian ini adalah untuk melihat apakah dua variabel penelitian yaitu variabel resiliensi dan harga diri pada multietnis Batak-Tionghoa memiliki
hubungan yang linear secara signifikan. Adapun hasil dari pengujian linearitas pada multietnis Batak-Tionghoa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 9. Uji Linearitas Variabel Resiliensi dan Harga diri Variabel
P F
Keterangan
Resiliensi dan Harga diri 0.000
29.762 Hubungan Linear
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai signifikansi linearitas adalah 0.000 p 0.05; dengan demikian uji asumsi linearitas variabel resiliensi dan
harga diri terpenuhi secara signifikan. 2. Hasil Utama Penelitian
a. Hubungan Antara Resiliensi dengan Harga diri pada Multietnis Batak- Tionghoa
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel resiliensi dan variabel
harga diri pada multietnis Batak-Tionghoa. Oleh sebab itu, pengujian hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi
Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 20 for windows dan Microsoft Office Excel 2007.
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 10. Hasil Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Resiliensi Harga diri
Resiliensi Pearson Correlation Sig. 2-tailed
N 1
81 .513
.000 81
Harga diri Pearson Correlation Sig. 2-tailed
N .513
.000 81
1
81
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat hubungan antara harga diri dengan resiliensi pada anak multietnis Batak-Tionghoa dengan nilai koefisien
korelasi r sebesar 0.513; p = 0.000 dengan p 0.05. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel harga diri pada anak multietnis Batak-Tionghoa dan resiliensi
memiliki hubungan positif, yaitu semakin tinggi tingkat harga diri maka akan semakin tinggi tingkat resiliensi yang dimilikinya.
b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Tinggi rendahnya tingkat resiliensi dan harga diri yang dimiliki anak
multietnis Batak-Tionghoa dapat diketahui dengan cara membandingkan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel resiliensi dan harga diri.
1. Nilai Empirik dan Hipotetik dari Resiliensi Alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi dalam penelitian ini
adalah Multiracial Challenges and Resiliensi Scale MCRS, perangkat tes yang
Universitas Sumatera Utara
69
telah baku, hasil penelitian Salahuddin 2008. Alat ukur resiliensi ini didasarkan pada 8 faktor, yang terdiri dari 6 fakt
or dari dimensi Challange, yaitu: Others‟ SurpriseDisbelief Regarding Racial Heritage, Lack of Acceptance from Family,
Multiracial Discrimination, Appreciation of Human Differences, Disconnection from Family and Friends, dan Multiracial Pride, dan 2 faktor dari dimensi
resiliensi, yaitu: Appreciation of Human Differences dan Multiracial Pride. Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan 2 faktor dari dimensi
resiliensi, yaitu Appreciation of Human Differences dan Multiracial Pride yang masing-masing terdiri dari 5 item. Skala resilience menyediakan enam rentang
respon, yaitu Sangat tidak setuju angka 0, Tidak setuju, angka 1, Agak tidak setuju angka 2, Agak setuju angka 3, Setuju angka 4, Sangat setuju angka
5. Dengan demikian, skor minimum yang dapat diperoleh untuk skala resiliensi adalah 0, sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 50.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil penelitian bahwa nilai minimum dari subjek-subjek penelitian untuk skala resiliensi adalah 35 dan nilai
maksimal adalah 50. Adapun hasil perhitungan nilai empirik dan hipotetik untuk resiliensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Resiliensi Variabel Resiliensi
Nilai Hipotetik
Empirik Min
35
Maks
50 50
Mean 25
44.19
SD 8.33
3.873
Universitas Sumatera Utara
70
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai rata-rata hipotetik resiliensi sebesar 25 dengan standar deviasi sebesar 8.33, sedangkan nilai rata-rata empirik
resiliensi adalah 44.19 dengan standar deviasi sebesar 3.873. Nilai rata-rata empirik resiliensi lebih besar dari nilai hipotetiknya 44.19 25 dengan selisih
nilai sebanyak 19.19. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat resiliensi yang dimiliki oleh subjek penelitian adalah tergolong tinggi.
2. Nilai Empirik dan Hipotetik dari Harga diri Sebagaimana diungkapkan dalam Bab III, bahwa skala yang digunakan
untuk mengukur harga diri adalah Rosenberg Self-Esteem Scale RSES. Skala ini memuat 5 lima rentang respon, yaitu Sangat tidak setuju STS bernilai 1, Tidak
setuju TS bernilai 2, Netral N bernilai 3, Setuju S bernilai 4, dan Sangat setuju SSbernilai 5. Terdapat 10 item harga diri yang digunakan di dalam
penelitian. Dengan demikian, skor minimum yang dapat diperoleh untuk skala harga diri adalah 10, sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 50.
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil bahwa nilai minimum dari subjek-subjek penelitian untuk skala harga diri adalah 32 dan nilai maksimal
adalah 50. Adapun hasil perhitungan nilai empirik dan hipotetik untuk harga diri dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 12. Perbedan Mean Hipotetik dengan Mean Empirik Harga diri Variabel Harga diri
Nilai Hipotetik
Empirik Min
10 32
Maks 50
50
Mean 30
41.95
SD 6.67
4.367
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hipotetik harga diri sebesar 30 dengan standar deviasi sebesar 6.67, sedangkan nilai rata-rata empirik
harga diri sebesar 41.95 dengan standar deviasi sebesar 4.367. Nilai rata-rata empirik harga diri yang lebih besar dari nilai hipotetiknya 41.95 30 dengan
selisih nilai sebesar 11.95 menunjukkan bahwa harga diri yang dimiliki subjek penelitian tergolong tinggi.
C. Kategorisasi Data Penelitian