1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu organisasi. Melalui pencatatan dan pelaporan, akan
tergambar jelas aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Pemerintahan sebagai organisasi publik juga memiliki kewajiban untuk melaporkan aktivitas
yang terjadi di pemerinahan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan menggambarkan bagaimana
pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakatnya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang akan dinikmati oleh masyarakat secara nyata. Masyarakat
dalam hal ini juga harus andil dalam laporan keuangan ini karena masyarakat adalah pengawas utama kinerja pemerintahan.
Mardiasmo 2009 menyatakan bahwa “akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktifitas dan kinerja financial
pemerintah kepada pihak- pihak yang berkepentingan”. Terwujudnya akuntabilitas
publik merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional,saat ini menghadapi
berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu agenda pokok
reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah daerah. Apalagi saat ini kepercayaan masyarakat terhadap
transparansi pemerintah mulai berkurang dengan banyaknya kasus-kasus
Universitas Sumatera Utara
2 mengenai ketidaktransparanan yang dilakukan oleh pemegang kekuasan baik di
tingkat daerah hingga provinsi. Tuntutan transparansi dalam sistem Pemerintah semakin meningkat pada
era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan
pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang
bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Reformasi pemerintahan tersebut mengarahkan pemerintah untuk lebih bertanggungjawab kepada publik atas
program yang mereka kerjakan dan penggunaan dana publik atas program tersebut. akuntabilitas publik diharapkan mampu menjadi jawaban atas berbagai
permasalahan akut pemerintahan berupa korupsi yang telah mengakar mulai dari pemerintah dari daerah hingga pusat.
Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan dan publik terus digalakkan seiring dikeluarkannnya PP Nomor 105 tahun 2000 tentang
pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Selanjutnya
berdasarkan PP Nomor 105 tahun 2000, departemen dalam negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang merupakan petunjuk teknis
pelaksanaan PP Nomor 105 tahun 2000. Keseriusan pemerintah dalam menciptakan good governance ditunjukkan kembali dengan dikeluarkannya UU
Nomor 17 Tahun 2003 tantang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 entang Perbendaharaan, serta UU Nomor 14 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
3 Pengelolaan dan tanggungjawab Keuangan Negara. Setelah itu, dikeluarkan pula
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang merupakan revisi dari UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor
25 Tahun 1999. Setelah undang-undang tersebut selanjutnya bermunculan beberapa peraturan pemerintah yang pada intinya bertujuan untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik, terutama yang berkaitan dengan masalah keuangan.
Berdasarkan penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003, asas pengelolaan keuangan Negara antara lain :
1. Akuntabilitas;
2. Profesionalitas;
3. Proporsionalitas;
4. Keterbukaan pengelolaan keuangan Negara;
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Mahsun 2006:97
menjelaskan ada
beberapa kendala
dalam mengimplementasikan akuntabilitas dalam sektor publik antara lain agenda atau
rencana yang tidak transparansi, favoritism isu yang licik, kepemimpinan yang lemah, kekurangan sumber daya, lack of follow-through manajemen tidak
dapat dipercaya, garis wewenang dan tanggung jawab kurang jelas dan kesalahan penggunaan data. Didasari oleh keinginan untuk menumbuhkan kembali
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, maka pemerintah berupaya mewujudkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Sebagai upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negaradaerah adalah penyampaian laporan pertanggung-
jawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat
Universitas Sumatera Utara
4 diandalkan reliable serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi
Pemerintahan SAP yang telah diterima secara umum. Steccolini 2002 menyebutkan bahwa:
Dalam upaya mewujudkan pemerintah yang akuntabel dibutuhkan adanya suatu jaminan bahwa segala aktivitas dan transaksi pemerintah
terekam secara baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan sehingga
bisa dilihat segala yang terjadi dan terdapat di dalam ruang entitas pemerintah tersebut. Laporan tahunan laporan keuangan meskipun
belum melaporkan akuntabilitas secara keseluruhan dari entitas pemerintah, secara umum dipertimbangkan sebagai media utama
akuntabilitas.
Pada tahun 1999 Pemerintah melakukan reformasi dibidang pemerintahan dan pengelolaan k euangan daerah yang ditandai dengan ditetapkannya Undang-
Undang UU No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Terdapat juga Peraturan Pemerintah PP No. 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan PP No. 24 Tahun 2005
yang direvisi dengan PP No. 71 Tahun 2010. Darise 2009:3 Semua peraturan ini tidak serta merta dibuat tanpa tujuan melainkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya keuangan daerah. PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan revisi dari PP nomor 24 tahun 2005
yang digunakan instansi publik sebagai acuan dan pedoman dalam kegiatan pengelolaan keuangannya. Dalam PP nomor 71 tahun 2010, lebih ditekankan
pada perubahan pelaporan yang tadinya berbasis kas menjadi berbasis akrual.
Universitas Sumatera Utara
5 Namun untuk instansi pemerintahan yang masih memerlukan waktu untuk
beradaptasi dalam hal pelaporan keuangan menuju akrual, masih diperbolehkan untuk menggunakan pelaporan berbasis kas ataupun pelaporan berbasis kas
menuju akrual. PP nomor 71 tahun 2010 ini akan berlaku efektif 5 tahun setelah penerbitannya atau lebih tepatnya akan berlaku efekif per Januari 2015.
Badan perencanaan dan pembangunan daerah BAPPEDA kota medan merupakan salah satu badan pemerintah pendukung walikota yang dipimpin oleh
kepala badan yang akan bertanggungjawab atas kewenangan yang dilaksanakan melalui sekretaris daerah. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukan berupa
surat pertanggungjawaban, melainkan berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ini didukung
pula dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang kemudian direvisi dengan PP No. 71 Tahun 2010.
Dari latar belakang yang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh
BAPPEDA kota Medan yang dituangkan dalam skripsi yang ber judul : “Analisis
Kesesuaian Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kota Medan”
1.2 Rumusan Masalah