kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang
dapat diukur oleh anggota tim penilai Almatsier, 2009. Komponen penilaian status gizi meliputi survei asupan makanan, pemeriksaan
biokimia, pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan antropometris. Dari ke empat penilaian status gizi diatas, pemeriksaan antropometris yang sering digunakan Supar
iasa, 2002.
a. Pemeriksaan Antropometri
Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan tunggal, atau
majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor lingkungan termasuk iklim, musim, dan keadaan social-ekonomi. Pengaruh lingkungan terutama gizi,
lebih penting daripada latar belakang genetis atau faktbiologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai
jenis malnutrisi Supariasa, 2002. Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri adalah besaran
komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk penapisn status gizi, survey status gizi,
dan pemantauan status gizi. Ukuran antropometri bergantung pada kesederhanaan, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; di samping keberadaan nilai baku
acuan yang akan digunakan sebagai pembanding Supariasa, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain yaitu, umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas LLA, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit Supariasa, 2002.
Penilaian antropometri status gizi didasarkan pada pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks, yaitu
berat terhadap tinggi badan BBTB yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang, tinggi terhadap usia TBU yang digunakan sebagai
petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau, dan berat terhadap usia BBU yang menunjukkan secara sensitive gambaran status gizi saat inisaat diukur Supariasa,
2002. Tabel 1 : Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
Status gizi Ambang batas baku untuk keadaan
gizi berdasarkan indeks BBTB
Gizi baik 90
Gizi cukup 81-90
Gizi kurang 80
Dalam Supariasa, 2002 pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan mempengaruhi interprestasi status gizi yang keliru. Masih banyak
diantara pakar yang berkecimpung dibidang gizi belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan tentang
berbagai indeks antropometri.
Universitas Sumatera Utara
a. Berat badan menurut umur BBU
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil.
b.
Tinggi badan menurut umur TBU Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
c.
Berat badan menurut tinggi badan BBTB Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks
ini untuk menilai status gizi. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang independen terhadap
umur.
Universitas Sumatera Utara
d.
Lingkar lengan atas menurut umur LLAU Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. LLA berkorelasi dengan indeks BBU maupun BBTB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana
dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional. Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun
perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan
untuk pengukuran status gizi.
b. Survei Asupan Makanan