Definisi Operasional Instrumen Penelitian Metode Analisis Data

36 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kabupaten Subang. Penelitian ini menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti. Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data utama Moleong, 2011: 8-11.

D. Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari sejumlah konsep kunci yang digunakan dalam penelitian. 1 Penanda waktu merupakan suatu kegiatan yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk memberi tanda saat akan melakukan sesuatu pada waktu tertentu. Misalnya, tunggang gunung ‘tunggang gunung ’, burit ´sore’, sariak layung ‘riak-riak lembayung’, isuk-isuk ‘pagi- pagi’, rebun-rebun ‘embun-embun’, haneut moyan ‘hangat berjemur’, janari ‘dini hari’ dan lain-lain. 2 Penunjuk waktu adalah suatu kegiatan yang menunjukan terhadap waktu. Misalnya, goyang ‘pulang’, sareupna ‘mulai gelap’ dan lain-lain. 3 Satuan waktu merupakan standar ukuran yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk mengukur waktu. Misalnya, saabad ‘satu abad, sabulan ‘satu bulan’, saminggu ‘satu minggu’, ’sapeuting ‘satu malam’, saumur jagong ‘berusia seumur jagung’, sawindu ‘satu windu’, tujuh bulan ‘tujuh bulan’ dan lain-lain.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan dalam penelitian ini lembar observasi dan kartu data. Berikut ini contoh lembar observasi yang digunakan. No. Aspek Pengamatan Deskripsi 37 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selain instrumen penelitian yang telah disebutkan di atas, ada pula kartu data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan. No. Data Gloss Klasifikasi Deskripsi Simpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi yang merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya Kuswarno, 2008: 49. Artinya, seorang peneliti harus masuk ke dalam bagian yang akan diteliti. Observasi dilakukan di desa-desa yang dominan menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai deskripsi dan nilai-nilai kearifan lokal dari leksikon penanda waktu yang terjadi 38 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam kehidupan yang real. Dalam penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Partisipasi langsung dilakukan supaya peneliti lebih memahami segala hal yang berkaitan dengan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Menurut Moleong, 2007: 164 observasi partisipan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.

2. Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto 1988: 03 mengemukakan bahwa kegiatan menyadap dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan penyimak pembicaraan. Artinya, peneliti menyimak tuturan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, dan peneliti ikut berpartisipasi dalam proses tuturan yang mereka lakukan. Peneliti menggunakan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data secara alami serta data yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengkondisikan responden agar tidak mengetahui bahwa tuturan bahasanya sedang diamati. Selain teknik yang dipaparkan di atas, penelitian ini pun menggunakan wawancara. Kuswarno 2008: 54 mengemukakan bahwa tujuan wawancara bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya dan lingkungannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak berstruktur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dari responden, yaitu masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang bertujuan untuk mengetahui deskripsi, klasifikasi, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam leksikon-leksikon penanda waktu. Wawancara ini dilakukan lebih luwes, tidak ada tekanan, bersifat fleksibel, dan ada keterbukaan antara peneliti 39 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan yang diteliti. Dalam wawancara tersebut tergali informasi tentang leksikon- leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

3. Teknik Rekam dan Pancing

Sudaryanto 1988: 4 mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Dalam penelitian ini perekaman bertujuan untuk mempermudah peneliti mendengarkan dan memperjelas tuturan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Perekaman dilakukan tanpa pengetahuan responden agar data lebih natural. Proses perekaman menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam. Peneliti memperoleh data berupa tuturan dengan cara memancing responden berbicara. Sudaryanto 1988: 7 mengemukakan bahwa percakapan atau metode cakap dapat diwujudkan dengan pancingan. Perekaman ini juga didukung oleh pancingan yang dilakukan oleh peneliti agar responden merespon pembicaraan yang dilakukan peneliti berdasarkan leksikon penanda waktu.

G. Metode Analisis Data

Analis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa tahapan-tahapan, antara lain: 1 mentranskripsikan data hasil rekaman, 2 mengidentifikasi data analisis, 3 mengklasifikasi berdasarkan bentuk lingual dan fungsi leksikon, 4 menganalisis cerminan dimensi berdasarkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam, dan 5 menyimpulkan. 40 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pertama, mentranskripsikan data hasil rekaman yang telah diperoleh peneliti dari responden melalui alat rekam, baik data lisan maupun data tulisan. Kedua, pada tahap mengidentifikasi data menentukan atau menetapkan ciri terhadap data yang terkumpul dari proses perekaman data. Setelah ditranskrip, data tersebut diidentifikasi dengan cara memisahkan nama yang merupakan leksikon penanda waktu dan mana yang bukan. Ketiga, mengklasifikasikan data yang diperoleh setelah hasil dari proses identifikasi data. Pengklasifikasikan data berdasarkan bentuk lingual dan fungsi leksikon dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Keempat, menganalisis data yang diperoleh dari hasil identifikasi kemudian dianalisis berdasarkan cerminan dimensi berdasarkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, dan cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam. Tahap ini merupakan pandangan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap waktu. Proses terakhir menarik kesimpulan setelah melalui proses penganalisisan data, maka diperoleh simpulan. Selain instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas, ada pula kartu data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan menganalis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan. No. 1. Data Asar A : Tos ti mana Téh? ‘Dari mana Teh?’ B : Tos ti bumi Bu Erum. ‘Sudah dari rumah Bu Erum.’ A : Naha teu jadi ka Cimanglid? ‘Memangnya tidak jadi ke Cimanglid?’ B : Astagfirulloh kar ék inget, tadina ba’da asar rék 41 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ka Cimanglid téh. ‘Astagfirulloh baru ingat, tadinya sesudah asar mau ke Cimanglid. ’ Gloss ‘Asar’ Klasifikasi Penunjuk Waktu Deskripsi Leksikon asar merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa Arab. Asar berarti waktu salat wajib pada petang hari antara waktu habis zuhur dan terbenam matahari KBBI: 2008: 91. Leksikon asar termasuk penggolongan kata bentuk nomina. Leksikon asar merupakan leksikon yang merujuk pada waktu salat dalam agama Islam. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten subang, mengemukakan bahwa asar adalah waktu yang menunjukan saatnya salat asar kira-kira pukul 15.00. Sebelum adanya jam dan jadwal waktu salat, masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menandai datangnya waktu salat asar dengan melihat bayangan suatu benda, apabila panjang bayangan suatu benda melebihi panjang benda itu sendiri berarti telah memasuki waktu salat asar. Oleh karena itu, dalam menadai datangnya salat asar mereka melihat bayangan mereka sendiri saat bediri tegak, apabila bayanganya lebih tingginya berarti telah memasuki salat asar. Agama islam merupakan pegangan hidup yang diyakini sepenuhnya oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dengan demikian, leksikon tersebut dapat memberikan gambaran tentang cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dengan Tuhan. Mayoritas masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, mengakhiri pekerjaannya setelah salat asar tiba. Dengan demikian, mereka harus pulang ke rumah dan 42 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu melaksanakan salat asar. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, meyakini dengan melaksanakan salat asar dapat menjadi penyembuh efektif dari segala sesuatu yang dilalui pada hari itu, seperti kendala emosi, ketegangan, dan kelelahan. Sementara itu, apabila tidak melaksanakan salat asar maka malaikat tidak akan mengawasi mereka dan semua amal perbuatan yang mereka lakukan selama ini akan hilang. Oleh karena itu, sebisa mungkin masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, selalu melaksanakan salat asar, walaupun ada saja yang tidak melaksanakan. Leksikon asar menunjukan bagaimana orang Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menjaga harmoni dengan Tuhan yang tergambar dalam pelaksanaan waktu ibadah salat. 127 Aprilia Marantika Dewi, 2013 Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini akan diuraikan 1 simpulan dan 2 saran. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Simpulan

Sejalan dengan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah diungkap pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi bentuk lingual leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berbentuk kata dan frasa. Leksikon berupa kata berjumlah 22 kata dengan persentase 47,80, sedangkan leksikon yang berupa frasa berjumlah 24 frasa dengan persentase 52,20. Berdasarkan kategorinya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berupa kata terdiri atas kata nomina, kata verba, dan kata numeralia. Kategori nomina 15 kata dengan persentase 68,18, verba berjumlah 1 kata dengan persentase 4,54, serta numeralia berjumlah 6 kata dengan persentase 27,28. Selanjutnya, kategori frasa juga memiliki tiga kategori. Frasa yang berkategori nomina berjumlah 13 dengan persentase 54,16, frasa yang berkategori verba berjumlah 9 dengan persentase 37,5, dan frasa yang berkategori numeralia berjumlah 2 dengan persentase 8,34. Pada analisis selanjutnya yaitu klasifikasi leksikon berdasarkan fungsi leksikon. Dalam klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon ditemukan leksikon berdasarkan penunjuk waktu dan satuan waktu. Berdasarkan penunjuk waktu terdapat 37 leksikon dan satuan waktu terdapat 9 leksikon. Selain itu, dalam analisis ini dideskripsikan berdasarkan makna leksikal yang tedapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Pada telaah selanjutnya, analisis cerminan dimensi hubungan vertikal dan horizontal. Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan horizontal antara