PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA DI KECAMATAN KASOMALANG,KABUPATEN SUBANG.

(1)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

oleh

Aprilia Marantika Dewi 0902421

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR HAK CIPTA

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

oleh

Aprilia Marantika Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Aprilia Marantika Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA

DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG (KAJIAN ETNOLINGUISTIS)

oleh

Aprilia Marantika Dewi NIM 0902421

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr. Hj. Nunny Sulistiany Idris, M.Pd. NIP 196707151991032001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, S.Pd., M. Si. NIP 197204031999031002


(4)

iv Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

LEKSIKON PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA DI KECAMATAN KASOMALANG, KABUPATEN SUBANG

(Kajian Etnolinguistis) Aprilia Marantika Dewi

0902421

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pengetahuan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap nama-nama leksikon penanda waktu. Leksikon penanda waktu menyimpan kekayaan budaya yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) klasifikasi dan deskripsi, (2) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, (3) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam, serta (4) cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis etnolinguistik dan pendekatan metodologis kualitatif, serta model etnografi komunikasi. Sumber data dalam penelitian ini difokuskan kepada masyarakat yang menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, serta teknik rekam dan pancing. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan transkripsi diikuti dengan terjemahan, melakukan analisis berdasarkan klasifikasi dan deskripsi, serta menganalisis cerminan budaya dari leksikon penanda waktu. Selanjutnya, menganalisis cerminan dimensi hubungan antara manusia dan manusia, cerminan dimensi hubungan antara manusia dan alam, serta cerminan dimensi hubungan antara manusia dan Tuhan.

Berikut adalah hasil penelitian yang dapat dijelaskan secara singkat. Leksikon yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 46 leksikon. Pertama, klasifikasi berdasarkan bentuk lingual secara garis besar terdiri atas (1) kata dan (2) frasa. Kategori kata terdiri dari kata nomina, kata verba, dan kata numeralia. Sementara itu, kategori frasa terdiri dari kategori frasa nomina, frasa verba, dan frasa numeralia. Kedua, klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon terdiri atas (1) leksikon penunjuk waktu dan (2) leksikon satuan waktu. Ketiga, cerminan hubungan horizontal antara manusia dan manusia. Keempat, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam terdiri atas (1) memerhatikan pergerakan matahari, (2) memerhatikan pergerakan binatang, dan (3) memerhatikan waktu kerja. Kelima, cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan terdiri atas (1) memerhatikan waktu ibadah, dan (2) manusia memerhatikan waktu hidup dan mati.


(5)

iv Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Sign Time Lexicon In Sundanese in the Kec. Kasomalang, Kab. Subang

(Etnolinguistics Study) Aprilia Marantika Dewi

0902421

This research is motivated by the knowledge of the Sundanese people, in Kec. Kasomalang, Kab. Subang, the names of the sign time lexicon. Sign time save cultural assets which reflections the local wisdom Sundanese people, in Kec. Kasomalang, Kab. Subang. The main problems in this study is (1) classification and description, (2) reflection dimension of the relationship horizontal between human beings (3) reflection dimension of the relationship horizontal between human beings and nature, (4) reflection dimension the relationship horizontal between human beings and god.

The study employs the etnolinguistics theory approach qualitative methodology approach, and the model of etnography communication. The resources in this research are focused on the society who use sign time lexicon in sundanese in Kec. Kasomalang, Kab. Subang. Techniques of data analysing begins with collecting data, performing transcription followed by translation, analysing based on the classification and description, and analyzing the reflection of culture sign time lexicon. Furthermore, analyzing the reflection the relationship dimension between human beings, reflection the relationship dimension between human beings and nature, as well as a reflection the relationship dimension between human beings and God.

Here are the results of the study can be briefly described. Lexicon obtained from this study amounted to 46 lexicon. First, the classification based on lingual form consists of (1) words and (2) phrase. Category of the word consists noun word, verb word, and the word numeralia. Meanwhile, the phrase category consists of a category of noun phrases, verb phrases, and phrases numeralia. Second, the classification based on the function of the lexicon consists of (1) time indicated lexicon and (2) the lexicon unit time. Third, a reflection of the horizontal relationship between human beings. Fourth, a reflection of the horizontal dimension of the relationship between human beings and nature consisting of (1) pay attention to the movement of the sun, (2) pay attention to the movement of animals, and (3) notice of work time. Fifth, a reflection of the vertical dimension relationship of the between human beings and God and consists of (1) notice of worship time, and (2) notice human life and death.


(6)

v Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 5

1. Pengidentifikasian Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Penulisan ... 8

BAB II PENELITIAN TERDAHULU, ETNOLINGUISTIK, DAN PENANDA WAKTU DALAM BAHASA SUNDA ... 10

A. Penelitian terdahulu ... 10

B. Landasan Teoretis ... 12

1. Bentuk Lingual ... 12

a. Kata dan Penggolongan Kata ... 14

b. Frasa dan Penggolongan Frasa ... 15

2. Leksikon ... 19

3. Etnolinguistik ... 20

a. Pengertian Etnolinguistik ... 21


(7)

vi Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Pandangan Hidup Orang Sunda... 26

5. Penanda Waktu ... 30

C. Anggapan Dasar ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian... 35

D. Definisi Operasional... 36

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Observasi Partisipan ... 38

2. Teknik Simak Libat Cakap ... 38

3. Teknik Rekam dan Pancing ... 38

G. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 42

B. Hasil Penelitian ... 43

1.Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Penanda Waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 43

1) Leksikon Penanda Waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 44

2) Leksikon Penanda Waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 84

2.Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Manusia dari Leksikon Penanda Waktu ... 92


(8)

vi Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3.Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia

dan Alam dari Leksikon Penanda Waktu ... 98

4. Cerminan Dimensi Hubungan Vertikal antara Manusia dan Tuhan dari Leksikon Penanda Waktu ... 112

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

4.Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Penanda Waktu... 117

3) Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Lingual ... 117

4) Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Leksikon ... 119

5.Cerminan Budaya dari Leksikon Penanda Waktu dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ... 122

a. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Manusia ... 122

b. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Alam ... 123

c. Cerminan Dimensi Hubungan Horizontal antara Manusia dan Tuhan ... 125

BAB V PENUTUP ... 127

A. Simpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN KARTU DATA ... 138


(9)

1 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A.Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang sistematik yang dimiliki manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan subsistem dari kebudayaan. Kebudayaan menjadi latar suatu bahasa (Sibarani, 2004: 76). Pandangan tersebut bermakna bahwa bahasa tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan karena dari bahasa itu sendiri akan muncul leksikon yang bermuatan nilai-nilai budaya. Leksikon dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat penuturnya yang meliputi cara hidup dan cara berpikir mengenai alam sekelilingnya. Menurut Kridalaksana (2001: 127), leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Sejatinya leksikon penanda waktu merupakan sejumlah kosakata yang digunakan untuk mengungkapkan konsep waktu dalam suatu bahasa.

Setiap kelompok masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam mengklasifikasikan kehidupan, termasuk dalam membagi waktu. Salah satu dari kecenderungan tersebut terwujud pada masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, sejak dulu sudah mengenal penanda waktu. Leksikon penanda waktu menyimpan kekayaan budaya yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Leksikon tersebut menginformasikan pengetahuan masyarakat yang selalu telaten mengamati segala peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.


(10)

2

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebagai contoh, leksikon penanda waktu yang terdapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, adalah tunggang gunung ‘tunggang gunung’,

sariak layung ‘riak-riak lembayung’, isuk-isuk ‘pagi-pagi’, rebun-rebun ‘ embun-embun’, haneut moyan ‘hangat berjemur’, indung peuting ‘ibu malam’ disada tonggérét ‘berbunyi serangga’, dan janari ‘dini hari’. Menurut Lindawati (1998: 61), ada dua istilah teknis yang bisa muncul tentang kata waktu, yaitu penunjuk waktu dan satuan waktu.

Penunjuk waktu adalah (kata, frasa, dan klausa) yang digunakan untuk menunjukkan saat tertentu dalam melakukan sesuatu (Lindawati, 1998: 61). Adapun contohnya terdapat dalam kalimat berikut:

Asep buru goyang, enges sareupna! ‘Asep cepat pulang, sudah mulai gelap!’

Pada kalimat di atas digunakan leksikon penunjuk waktu, yaitu leksikon

goyang dan sareupna. Masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menyatakan leksikon goyangyang berarti ‘pulang’, yaitu penunjuk waktu untuk cepat pulang. Leksikon goyang ‘pulang’ digunakan ketika seseorang mengajak pulang kepada orang lain yang sedang berada di sawah atau di ladang. Akan tetapi, leksikon tersebut tidak dipergunakan ketika seseorang mengajak pulang kepada orang lain yang berada di perkampungan. Leksikon goyang ‘pulang’ merupakansalah satu temuan leksikon penunjuk waktu yang terdapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Leksikon tersebut tidak ditemukan di kecamatan lain atau masyarakat Sunda pada umunya. Sementara itu, leksikon

sareupna ‘mulai gelap’ merupakan leksikon penunjuk waktu saat langit mulai gelap karena matahari terbenam yang bertepatan dengan saatnya salat magrib (kira-kira pukul 18.10). Leksikon sareupna ‘mulai gelap’ menyiratkan keunikan orang Sunda dalam menyatakan waktu karena leksikon tersebut berkaitan dengan cara pandang orang Sunda terhadap lingkungannya. Artinya, orang Sunda tidak mungkin menggunakan leksikon tersebut kalau mereka tidak pernah secara telaten mengamati pergerakan matahari di lingkungan sekitarnya.


(11)

3

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun satuan waktu yang mengandung pengertian dasar untuk mengukur waktu di antaranya adalah pagi dan malam (Lindawati, 1998: 61). Leksikon satuan waktu yang terdapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, adalah saabad ‘satu abad’, sabulan ‘satu bulan’, saminggu ‘satu minggu’, sapeuting ‘satu malam’, saumur jagong ‘berusia seumur jagung’, sawindu ‘satu windu’, dan tujuh bulan ‘tujuh bulan’. Satuan waktu yang digunakan sekarang ini lebih dominan pada penghitungan jam, hari, minggu, dan tahun.

Leksikon penanda waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, dapat memberikan gambaran tentang pandangan kolektif masyarakat adat Sunda terhadap dunianya. Wierzbicka (1997: 4) mengemukakan bahwa kata mencerminkan dan menceritakan karakteristik cara hidup dan cara berpikir penuturnya, serta dapat memberikan petunjuk yang sangat bernilai dalam upaya memahami budaya penuturnya. Begitu pula apa yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dalam kehidupannya mereka memiliki dimensi hubungan secara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal adalah hubungan yang sangat erat antara manusia dan Tuhan. Sementara itu, hubungan secara horizontal adalah hubungan manusia dan manusia serta manusia dan alam.

Kedudukan Tuhan yang berada pada peringkat paling tinggi dari semua manusia yang berada di dunia, termasuk raja harus berbakti pada Tuhan (Warnaen, dkk., 1987:190). Artinya, Tuhan merupakan Zat yang harus diberi pembaktian atau pengabdian oleh semua manusia. Tuhan merupakan pegangan hidup yang diyakini masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Orang Sunda memandang Tuhan sebagai suatu kekuasaan tunggal, takwa, percaya, dan kelak pada saatnya akan kembali, seperti diungkapkan mulih

ka jati mulang ka asal’ meninggal, berasal dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan’

(Garna, 2008: 188). Hubungan manusia dengan Tuhan tergambar dalam leksikon penanda waktu. Sebagai contoh, adanya leksikon magrib ‘magrib’ atau sareupna ‘mulai gelap’ terjadi saat langit mulai gelap karena matahari terbenam yang


(12)

4

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bertepatan dengan saatnya salat magrib, sekitar pukul 18.00. Leksikon tersebut menggambarkan konsep harmoni antara manusia dan Tuhan. Leksikon tersebut menunjukkan bagaimana orang Sunda menjaga harmoni dengan Tuhan yang tergambar dalam pelaksanaan waktu ibadah salat dalam agama Islam.

Adapun cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia digambarkan dengan tingkah laku dan budi bahasanya karena orang Sunda dituntut kudu hadé gogog, hadé tagog ‘harus baik budi bahasanya dan tingkah

laku’ dan nyaur kudu di ukur, nyabda kudu diunggang ‘selalu mengendalikan diri dalam berkata’ (Garna, 2008: 186). Hubungan manusia dan sesama manusia itu harus dilandasi oleh sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai ketenteraman, kerukunan, kedamaian, dan kekeluargaan. Hubungan manusia dengan manusia tergambar dalam leksikon penanda waktu. Sebagai contoh, adanya leksikon sareureuh budak ‘saatnya anak-anak beristirahat’ kira-kira pukul 21.00 dan sareureuh kolot ‘saatnya orang tua beristirahat’ kira-kira pukul 22.00 menggambarkan hubungan antara manusia dan manusia dalam memandang pentingnya menjaga keselarasan waktu istirahat.

Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam menggambarkan salah satu sisi dari lingkungan yang sangat penting. Alam dapat memberikan kemanfaatan bagi proses kehidupan manusia. Orang Sunda memiliki pandangan bahwa alam dapat diatur sebagaimana mereka telah mempelajarinya untuk memanfaatkan alam itu dalam bentuk-bentuk atau situasi-situasi tertentu (Warnaen, 1987: 178). Hubungan manusia dan alam tergambar dalam leksikon penanda waktu. Sebagai contoh, adanya leksikon sariak layung ‘riak-riak

lembayung’, yaitu saatnya muncul riak-riak lembayung sekitar pukul 17.30, menggambarkan harmoni antara manusia dan alam yang menunjukkan bahwa orang Sunda memerhatikan perubahan alam.

Merujuk pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penanda waktu dalam bahasa Sunda masih digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Kasomalang,


(13)

5

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Subang. Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara awal dengan responden. Artinya, masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, masih menggunakan leksikon penanda waktu yang menyiratkan keunikan dan cara pandang orang Sunda terhadap lingkungannya.

Kajian tentang leksikon yang menyatakan waktu telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Lindawati (1998) melakukan penelitian tentang penanda waktu dalam bahasa Minangkabau. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kata waktu itu muncul dari istilah teknis, yaitu penunjuk waktu, satuan waktu, dan komitmen seseorang terhadap waktu. Sementara itu, Rijal, dkk. (2004) meneliti penanda waktu dalam bahasa Massenrempulu dialek Duri. Pada penelitian tersebut diungkapkan bentuk-bentuk pernyataan waktu dalam dialek Duri dan pernyataan waktu yang menghubungkan waktu situasi yang ditujukan dengan waktu-waktu yang lain. Selanjutnya, tulisan Adri, dkk. (2008) meneliti penanda waktu dalam bahasa Toraja. Pada penelitian tersebut diungkapkan bentuk-bentuk leksikon penanda waktu dalam bahasa Toraja, kekhasan titik labuh atau jangkauan ungkapkan waktu yang diungkapkan secara leksikal, dan makna yang terkandung oleh leksikon penanda waktu dalam bahasa Toraja. Adapun tulisan Fasya (2011) tentang leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda menjelaskan klasifikasi dan deskripsi leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda, fungsi leksikon harian bagi masyarakat penuturnya, dan cerminan gejala budaya yang muncul berdasarkan leksikon waktu harian yang digunakan.

Berpijak dari penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, kini terancam keberadaannya. Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda kini jarang ditemukan di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dengan begitu, khazanah pengetahuan dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya akan hilang. Bisa jadi sepuluh atau dua puluh tahun lagi, orang tak mengenal penanda waktu dalam bahasa Sunda. Oleh karena itu, kajian tentang leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di


(14)

6

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang ini, memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kaitannya dengan upaya menjajaki kekhasan budaya orang Sunda sehingga menjadi cerminan bagaimana kebudayaan menjadi ciri atau identitas dari masyarakat tersebut.

B.Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Penanda waktu merupakan manifestasi kebudayaan Indonesia yang harus

dilestarikan. Pada kenyataannya seiring berjalannya waktu dan berubahnya tradisi kehidupan masyarakat, leksikon pananda waktu dalam bahasa Sunda kini jarang digunakan lagi. Artinya, jika tidak ada upaya pelestarian, kebudayaan lisan ini perlahan akan bergeser oleh zaman. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian dengan objek penanda waktu dalam bahasa Sunda sebagai salah satu upaya pelestarian budaya.

2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi leksikon yang menyatakan konsep waktu dalam bahasa Sunda terancam mengalami kepunahan.

3) Seiring dengan perkembangan zaman, generasi yang mengetahui leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda semakin berkurang.

2. Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan terhadap masalah yang diteliti ini agar masalah tersebut lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.


(15)

7

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

2) Penelitian ini difokuskan pada leksikon penanda waktu yang terdiri atas penunjuk waktu dan satuan waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

3) Data yang ditemukan dikaji berdasarkan aspek bahasa dan budaya. 4) Kajian yang digunakan adalah kajian etnolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

2) Bagaimana cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

3) Bagaimana cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

4) Bagaimana cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) klasifikasi dan deskripsi leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang;


(16)

8

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang;

3) cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang;

4) cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dari leksikon penanda waktu yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis.

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik khususnya cabang etnolinguistik.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a) menambah kosakata pada kamus bahasa Indonesia;

b) menjadi salah satu upaya pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sunda;

c) membantu usaha penyelamatan bahasa Sunda dan sebagai pendukung pembinaan dan pengembangan bahasa daerah khususnya dan pengembangan ilmu kebahasaan pada umumnya.

E.Stuktur Organisasi Penulisan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi yang terdiri atas lima bab. Untuk memudahkan penyajiannya, struktur organisasi penulisan ini disusun dari bab satu sampai bab lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulisan


(17)

9

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini adalah uraian struktur organisasi penulisannya.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang masalahan penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah. Pembahasan dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Pada bab kedua dipaparkan kajian pustaka dan kerangka teori yang mencakup teori-teori yang digunakan untuk membedah permasalahan yang ada. Adapun pada bab ketiga dijelaskan metode penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada bab keempat dibahas klasifikasi dan deskripsi pada leksikon penunjuk waktu dan satuan waktu, cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, serta cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam yang terkandung dalam leksikon penanda waktu. Sementara itu, pada bab kelima ditampilkan simpulan dan saran yang merupakan bagian penutup dari skripsi ini.


(18)

33 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A.Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Masyarakat Sunda di kecamatan tersebut masih menggunakan leksikon penanda waktu. Lokasi penelitian diambil dari beberapa desa yang masih banyak menuturkan leksikon-leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Lokasi-lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena di desa tersebut masih menuturkan leksikon-leksikon penanda waktu secara konsisten. Dengan demikian, mempelajari budaya dari bahasa penuturnya lebih mudah mengingat masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, masih menuturkan leksikon penanda waktu sampai sekarang.

Subjek penelitian ini difokuskan kepada masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai macam leksikon penanda waktu dalam peristiwa tutur bahasa Sunda yang dilakukan oleh responden utama, yaitu responden yang mengetahui leksikon-leksikon penanda waktu di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Data utama penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang menggunakan bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Data penanda waktu yang diperoleh dari lapangan berupa rekaman tuturan lisan. Data tersebut dianalisis guna memperoleh klasifikasi, deskripsi dan cerminan dimensi masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap leksikon penanda waktu.


(19)

34

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B.Desain Penelitian

Untuk memperjelas metode penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut. (adaptasi model Miles dan Huberman, 1992: 20).

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Penanda Waktu dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang (Kajian Etnolinguistik )

Pengumpulan Data 1) Observasi Partisipan

2) Teknik Simak Libat Cakap 3) Teknik Rekam dan Pancingan

Penganalisisan Data

1) Klasifikasi dan deskripsi dari leksikon penanda waktu menurut pendapat Lindawati 1998. 2) Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia dari leksikon penanda

waktu menurut teori Warnaen 1987.

3) Cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam dari leksikon penanda waktu menurut teori Warnaen 1987.

4) Cerminan dimensi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dari leksikon penanda waktu menurut teori Warnaen 1987: 185.

Simpulan

Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupatan Subang Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu berbagai peristiwa tutur mengenai leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. 2) Sumber data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan kepada masyarakat yang

menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.


(20)

35

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C.Metode Penelitian

Penamaan leksikon waktu dalam kebudayaan Sunda ditandai dengan keberadaan binatang, keadaan alam, dan kegiatan manusia. Penamaan leksikon waktu digunakan oleh orang Sunda karena ketelatenan orang Sunda dalam mengamati segala peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan teoretis etnolinguistik.

Secara metodologis, pendekatan etnolinguistik ini berkaitan antara bahasa dalam perspektif kebudayaan. Wierzbicka (1997: 11) mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan suatu masyarakat dengan leksikon bahasanya. Penelitian leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda tidak hanya meneliti dalam konteks linguistik semata tetapi dilakukan juga fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley: 2001). Dengan demikian, kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mendeskripsikan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda dan memahami pandangan hidup dari sudut pandang masyarakat Sunda di Kecamatan kasomalang, Kabupaten Subang. Hymes mengemukakan bahwa etnografi komunikasi bertujuan untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Kuswarno, 2008: 11).

Penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif karena bertujuan untuk mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, penelitian ini mengungkap klasifikasi, deskripsi, dan nilai-nilai kearifan lokal dari penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,


(21)

36

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Subang. Penelitian ini menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti. Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data utama (Moleong, 2011: 8-11).

D.Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari sejumlah konsep kunci yang digunakan dalam penelitian.

1) Penanda waktu merupakan suatu kegiatan yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk memberi tanda saat akan melakukan sesuatu pada waktu tertentu. Misalnya, tunggang gunung ‘tunggang gunung’, burit ´sore’, sariak layung ‘riak-riak lembayung’, isuk-isuk

pagi-pagi’, rebun-rebun ‘embun-embun’, haneut moyan ‘hangat berjemur’, janari

‘dini hari’ dan lain-lain.

2) Penunjuk waktu adalah suatu kegiatan yang menunjukan terhadap waktu. Misalnya, goyang ‘pulang’, sareupna‘mulai gelap’ dan lain-lain.

3) Satuan waktu merupakan standar ukuran yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, untuk mengukur waktu. Misalnya, saabad ‘satu abad, sabulan ‘satu bulan’, saminggu ‘satu minggu’, ’sapeuting ‘satu malam’, saumur jagong ‘berusia seumur jagung’, sawindu ‘satu windu’, tujuh bulan ‘tujuh bulan’ dan lain-lain.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan dalam penelitian ini lembar observasi dan kartu data. Berikut ini contoh lembar observasi yang digunakan.


(22)

37

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Selain instrumen penelitian yang telah disebutkan di atas, ada pula kartu data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan.

No.

Data Gloss Klasifikasi Deskripsi Simpulan

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam antropologi yang merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008: 49). Artinya, seorang peneliti harus masuk ke dalam bagian yang akan diteliti. Observasi dilakukan di desa-desa yang dominan menggunakan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan data mengenai deskripsi dan nilai-nilai kearifan lokal dari leksikon penanda waktu yang terjadi


(23)

38

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam kehidupan yang real. Dalam penelitian ini peneliti turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau orang yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Partisipasi langsung dilakukan supaya peneliti lebih memahami segala hal yang berkaitan dengan leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda. Menurut Moleong, (2007: 164) observasi partisipan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun.

2. Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 03) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan penyimak pembicaraan. Artinya, peneliti menyimak tuturan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, dan peneliti ikut berpartisipasi dalam proses tuturan yang mereka lakukan. Peneliti menggunakan teknik ini bertujuan untuk memperoleh data secara alami serta data yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengkondisikan responden agar tidak mengetahui bahwa tuturan bahasanya sedang diamati. Selain teknik yang dipaparkan di atas, penelitian ini pun menggunakan wawancara.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya dan lingkungannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara tidak berstruktur dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dari responden, yaitu masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang bertujuan untuk mengetahui deskripsi, klasifikasi, dan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam leksikon-leksikon penanda waktu. Wawancara ini dilakukan lebih luwes, tidak ada tekanan, bersifat fleksibel, dan ada keterbukaan antara peneliti


(24)

39

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan yang diteliti. Dalam wawancara tersebut tergali informasi tentang leksikon-leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

3. Teknik Rekam dan Pancing

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Dalam penelitian ini perekaman bertujuan untuk mempermudah peneliti mendengarkan dan memperjelas tuturan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Perekaman dilakukan tanpa pengetahuan responden agar data lebih natural. Proses perekaman menggunakan alat rekaman berupa telepon genggam.

Peneliti memperoleh data berupa tuturan dengan cara memancing responden berbicara. Sudaryanto (1988: 7) mengemukakan bahwa percakapan atau metode cakap dapat diwujudkan dengan pancingan. Perekaman ini juga didukung oleh pancingan yang dilakukan oleh peneliti agar responden merespon pembicaraan yang dilakukan peneliti berdasarkan leksikon penanda waktu.

G.Metode Analisis Data

Analis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman, (2) mengidentifikasi data analisis, (3) mengklasifikasi berdasarkan bentuk lingual dan fungsi leksikon, (4) menganalisis cerminan dimensi berdasarkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam, dan (5) menyimpulkan.


(25)

40

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pertama, mentranskripsikan data hasil rekaman yang telah diperoleh peneliti dari responden melalui alat rekam, baik data lisan maupun data tulisan. Kedua, pada tahap mengidentifikasi data menentukan atau menetapkan ciri terhadap data yang terkumpul dari proses perekaman data. Setelah ditranskrip, data tersebut diidentifikasi dengan cara memisahkan nama yang merupakan leksikon penanda waktu dan mana yang bukan.

Ketiga, mengklasifikasikan data yang diperoleh setelah hasil dari proses identifikasi data. Pengklasifikasikan data berdasarkan bentuk lingual dan fungsi leksikon dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Keempat, menganalisis data yang diperoleh dari hasil identifikasi kemudian dianalisis berdasarkan cerminan dimensi berdasarkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, dan cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dan alam. Tahap ini merupakan pandangan masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, terhadap waktu. Proses terakhir menarik kesimpulan setelah melalui proses penganalisisan data, maka diperoleh simpulan.

Selain instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas, ada pula kartu data. Kartu data digunakan untuk mempermudah dalam mengumpulkan dan menganalis data. Berikut ini contoh kartu data yang digunakan.

No.

1.

Data

Asar

A : Tos ti mana Téh?

‘Dari mana Teh?’ B : Tos ti bumi Bu Erum.

‘Sudah dari rumah Bu Erum.’ A : Naha teu jadi ka Cimanglid?

‘Memangnya tidak jadi ke Cimanglid?’


(26)

41

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ka Cimanglid téh.

Astagfirulloh! baru ingat, tadinya sesudah asar mau ke Cimanglid.’

Gloss ‘Asar’

Klasifikasi Penunjuk Waktu

Deskripsi

Leksikon asar merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa Arab. Asar berarti waktu salat wajib pada petang hari antara waktu habis zuhur dan terbenam matahari (KBBI: 2008: 91). Leksikon

asar termasuk penggolongan kata bentuk nomina. Leksikon asar

merupakan leksikon yang merujuk pada waktu salat dalam agama Islam. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten subang, mengemukakan bahwa asar adalah waktu yang menunjukan saatnya salat asar (kira-kira pukul 15.00). Sebelum adanya jam dan jadwal waktu salat, masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menandai datangnya waktu salat asar dengan melihat bayangan suatu benda, apabila panjang bayangan suatu benda melebihi panjang benda itu sendiri berarti telah memasuki waktu salat asar. Oleh karena itu, dalam menadai datangnya salat asar mereka melihat bayangan mereka sendiri saat bediri tegak, apabila bayanganya lebih tingginya berarti telah memasuki salat asar. Agama islam merupakan pegangan hidup yang diyakini sepenuhnya oleh masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang. Dengan demikian, leksikon tersebut dapat memberikan gambaran tentang cerminan dimensi hubungan horizontal antara manusia dengan Tuhan. Mayoritas masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, mengakhiri pekerjaannya setelah salat asar tiba. Dengan demikian, mereka harus pulang ke rumah dan


(27)

42

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

melaksanakan salat asar. Masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, meyakini dengan melaksanakan salat asar dapat menjadi penyembuh efektif dari segala sesuatu yang dilalui pada hari itu, seperti kendala emosi, ketegangan, dan kelelahan. Sementara itu, apabila tidak melaksanakan salat asar

maka malaikat tidak akan mengawasi mereka dan semua amal perbuatan yang mereka lakukan selama ini akan hilang. Oleh karena itu, sebisa mungkin masyarakat Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, selalu melaksanakan salat asar, walaupun ada saja yang tidak melaksanakan. Leksikon asar

menunjukan bagaimana orang Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, menjaga harmoni dengan Tuhan yang tergambar dalam pelaksanaan waktu ibadah salat.


(28)

127 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Simpulan

Sejalan dengan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah diungkap pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi bentuk lingual leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berbentuk kata dan frasa. Leksikon berupa kata berjumlah 22 kata dengan persentase 47,80%, sedangkan leksikon yang berupa frasa berjumlah 24 frasa dengan persentase 52,20%. Berdasarkan kategorinya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berupa kata terdiri atas kata nomina, kata verba, dan kata numeralia. Kategori nomina 15 kata dengan persentase 68,18%, verba berjumlah 1 kata dengan persentase 4,54%, serta numeralia berjumlah 6 kata dengan persentase 27,28%. Selanjutnya, kategori frasa juga memiliki tiga kategori. Frasa yang berkategori nomina berjumlah 13 dengan persentase 54,16%, frasa yang berkategori verba berjumlah 9 dengan persentase 37,5%, dan frasa yang berkategori numeralia berjumlah 2 dengan persentase 8,34%. Pada analisis selanjutnya yaitu klasifikasi leksikon berdasarkan fungsi leksikon. Dalam klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon ditemukan leksikon berdasarkan penunjuk waktu dan satuan waktu. Berdasarkan penunjuk waktu terdapat 37 leksikon dan satuan waktu terdapat 9 leksikon. Selain itu, dalam analisis ini dideskripsikan berdasarkan makna leksikal yang tedapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Pada telaah selanjutnya, analisis cerminan dimensi hubungan vertikal dan horizontal. Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan horizontal antara


(29)

128

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

manusia dan manusia berjumlah 12 leksikon, antara lain goyang, isukan, kamari, mangkukna, pagéto, saabad, sabulan, saminggu, sareureuh budak, sareureuh kolot, sapeuting, dan sawindu. Sementara itu, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang yang mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan alam berjumlah 24 leksikon, antara lain

burit, carangcang tihang, haneut moyan, harieum beunget, indung beurang, indung peuting, isuk-isuk, janari, janari gedé, janari leutik, kalangkang satangtung, lingsir ngulon, ngaluluh taneuh, pabeubeurang, pecat sawed, rebun-rebun, rumangsang, disada tonggérét, sariak layung, saumur jagong, tengah peuting, dan tunggang gunung. Leksikon- leksikon tersebut terlihat dari pergerakan matahari antara lain, fajar sidik, harieum bengeut, sariak layung, lingsir nyulon, dan haneut moyan. Selanjutnya, leksikon yang memerhatikan pergerakan binatang antara lain, sada tonggérét dan kaluar lalay. Selain itu, ada leksikon yang memerhatikan waktu kerja antara lain¸ ngaluluh taneuh dan pecat sawed.

Selanjutnya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan berjumlah 10 leksikon, antara lain asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, subuh, matang puluh, natus, opat bulan, tujuh bulan, dan

tujuhna. Leksikon-leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu ibadah antara lain leksikon asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, dan subuh. Selain itu, leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu hidup dan mati. Leksikon tersebut antara lain, matang puluh dan tujuhna.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, penulis mengajukan saran berikut ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.


(30)

129

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, penanda waktu dalam bahasa Sunda tidak hanya berada di lokasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis.


(31)

130 Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adri, dkk. 2008. “Penanda Waktu dalam Bahasa Toraja” Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.

Jahdiah, dkk. 2005. “Perbandingan Penanda Waktu Bahasa Banjar dan Bahasa Toraja” Undas: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Kalimantan: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.


(32)

131

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi (Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Lindawati. 1998. “Penanda Waktu dalam Bahasa Minangkau”. MLI VIII: Masyarakat Linguistik Indonesia. Universitas Andalas.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep Rohendi RohidiJakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurul, Novitasary. 2011. “Mengapa Matahari jadi Penentu Waktu”. [online]. Tersedia: http://bubunurulnovitasary.blogspot.com/2011/07/mengapa-matahari-jadi-penentu-waktu.html. [31 Juli 2013].

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University of Texas Press.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO Rijal, dkk. 2004. “Penanda Waktu dalam Bahasa Massenrempulu Dialek Duri”.

Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Rosalina, Lina. 2004. Eksiklopedia Sejarah Penemuan Dunia: Penemuan Penunjuk Waktu. Bandung: Graha Bandung Kencana.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudaryat, Yayat, dkk. 2007. Tata Bahasa Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.


(33)

132

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sumantri, Cucu. 2009. “Konsep Waktu dalam Pandangan Ki Sunda: Essay

Sunda”. [online]. Tersedia:

http://essaysunda.blogspot.com/2009/06/konsep-waktu- pandangan-ki sunda.html. [27 April 2013].

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Widiatmoko, Sigit. 2010. “Leksikon Kemaritiman di Pantai Tanjungpakis

Kabupaten Karawang”. Skripsi. UPI: Bandung, Tidak diterbitkan.

Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words: English, Russian, Plish, German, adan Japanese. New Yord: Oxford Univercity Press.


(1)

127

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Simpulan

Sejalan dengan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah diungkap pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi bentuk lingual leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berbentuk kata dan frasa. Leksikon berupa kata berjumlah 22 kata dengan persentase 47,80%, sedangkan leksikon yang berupa frasa berjumlah 24 frasa dengan persentase 52,20%. Berdasarkan kategorinya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, berupa kata terdiri atas kata nomina, kata verba, dan kata numeralia. Kategori nomina 15 kata dengan persentase 68,18%, verba berjumlah 1 kata dengan persentase 4,54%, serta numeralia berjumlah 6 kata dengan persentase 27,28%. Selanjutnya, kategori frasa juga memiliki tiga kategori. Frasa yang berkategori nomina berjumlah 13 dengan persentase 54,16%, frasa yang berkategori verba berjumlah 9 dengan persentase 37,5%, dan frasa yang berkategori numeralia berjumlah 2 dengan persentase 8,34%. Pada analisis selanjutnya yaitu klasifikasi leksikon berdasarkan fungsi leksikon. Dalam klasifikasi berdasarkan fungsi leksikon ditemukan leksikon berdasarkan penunjuk waktu dan satuan waktu. Berdasarkan penunjuk waktu terdapat 37 leksikon dan satuan waktu terdapat 9 leksikon. Selain itu, dalam analisis ini dideskripsikan berdasarkan makna leksikal yang tedapat di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.

Pada telaah selanjutnya, analisis cerminan dimensi hubungan vertikal dan horizontal. Leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan horizontal antara


(2)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

manusia dan manusia berjumlah 12 leksikon, antara lain goyang, isukan, kamari, mangkukna, pagéto, saabad, sabulan, saminggu, sareureuh budak, sareureuh kolot, sapeuting, dan sawindu. Sementara itu, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang yang mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan alam berjumlah 24 leksikon, antara lain

burit, carangcang tihang, haneut moyan, harieum beunget, indung beurang, indung peuting, isuk-isuk, janari, janari gedé, janari leutik, kalangkang satangtung, lingsir ngulon, ngaluluh taneuh, pabeubeurang, pecat sawed, rebun-rebun, rumangsang, disada tonggérét, sariak layung, saumur jagong, tengah peuting, dan tunggang gunung. Leksikon- leksikon tersebut terlihat dari pergerakan matahari antara lain, fajar sidik, harieum bengeut, sariak layung, lingsir nyulon, dan haneut moyan. Selanjutnya, leksikon yang memerhatikan pergerakan binatang antara lain, sada tonggérét dan kaluar lalay. Selain itu, ada leksikon yang memerhatikan waktu kerja antara lain¸ ngaluluh taneuh dan pecat sawed.

Selanjutnya, leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, yang mencerminkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan berjumlah 10 leksikon, antara lain asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, subuh, matang puluh, natus, opat bulan, tujuh bulan, dan

tujuhna. Leksikon-leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu ibadah antara lain leksikon asar, isa, lohor/tengah poe,

magrib/sareupna, dan subuh. Selain itu, leksikon tersebut terlihat dari kegiatan manusia dalam memerhatikan waktu hidup dan mati. Leksikon tersebut antara lain, matang puluh dan tujuhna.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap leksikon penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, penulis mengajukan saran berikut ini. Penelitian ini hanya difokuskan pada penanda waktu dalam bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang.


(3)

129

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, penanda waktu dalam bahasa Sunda tidak hanya berada di lokasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, dan sosial. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya sebagai sumbangan temuan bagi perkembangan disiplin ilmu linguistik antropologis.


(4)

130

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adri, dkk. 2008. “Penanda Waktu dalam Bahasa Toraja” Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fasya, Mahmud. 2011. “Leksikon Waktu Harian dalam Bahasa Sunda: Kajian Linguistik Antropologis”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 9: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.

Jahdiah, dkk. 2005. “Perbandingan Penanda Waktu Bahasa Banjar dan Bahasa Toraja” Undas: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Kalimantan: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

131

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi (Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya). Bandung: Widya Padjadjaran. Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Terate Bandung.

Lindawati. 1998. “Penanda Waktu dalam Bahasa Minangkau”. MLI VIII: Masyarakat Linguistik Indonesia. Universitas Andalas.

Miles, Matthew. B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjeptjep Rohendi RohidiJakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurul, Novitasary. 2011. “Mengapa Matahari jadi Penentu Waktu”. [online]. Tersedia: http://bubunurulnovitasary.blogspot.com/2011/07/mengapa-matahari-jadi-penentu-waktu.html. [31 Juli 2013].

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The University of Texas Press.

Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: KARYONO Rijal, dkk. 2004. “Penanda Waktu dalam Bahasa Massenrempulu Dialek Duri”.

Bunga Rampai: Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makasar: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Rosalina, Lina. 2004. Eksiklopedia Sejarah Penemuan Dunia: Penemuan Penunjuk Waktu. Bandung: Graha Bandung Kencana.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sudaryat, Yayat, dkk. 2007. Tata Bahasa Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.


(6)

Aprilia Marantika Dewi, 2013

Penanda Waktu Dalam Bahasa Sunda di Kecamatan Kasomalang,Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sumantri, Cucu. 2009. “Konsep Waktu dalam Pandangan Ki Sunda: Essay

Sunda”. [online]. Tersedia:

http://essaysunda.blogspot.com/2009/06/konsep-waktu- pandangan-ki sunda.html. [27 April 2013].

Warnaen, Suwarsih, dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Widiatmoko, Sigit. 2010. “Leksikon Kemaritiman di Pantai Tanjungpakis

Kabupaten Karawang”. Skripsi. UPI: Bandung, Tidak diterbitkan.

Wierzbicka, Anna. 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words: English, Russian, Plish, German, adan Japanese. New Yord: Oxford Univercity Press.