PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI : Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

(1)

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK,

KABUPATEN SUBANG)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Amanda Putri Selvia 0900346

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK,

KABUPATEN SUBANG)

Oleh

Amanda Putri Selvia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Amanda Putri Selvia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA

DALAM RANAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

DI DESA SARIREJA, KECAMATAN JALAN CAGAK, KABUPATEN SUBANG)

oleh

Amanda Putri Selvia NIM 0900346

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. NIP 196201091987032002

Pembimbing II,

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum. NIP 197803282006042001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

(Kajian Sosiolinguistik di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang)

Amanda Putri Selvia 0900326

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kepunahan suatu bahasa yang terjadi hampir di seluruh dunia dan Indonesia, apabila usaha pemertahanan tidak benar-benar terjadi. Pemertahanan bahasa perlu dilakukan dan digalakkan agar bahasa yang terancam punah ini hidup dan dituturkan kembali oleh masyarakat pemakainnya. Upaya untuk menghindari kepunahan bahasa diperlukan strategi, yaitu sikap pemertahanan bahasa oleh masyarakat penuturnya.

Penelitian ini mengungkap mengenai (1) sikap bahasa anak-anak PAUD, (2) frekuensi penggunaan bahasa Sunda, dan (3) faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda. Dalam penelitian ini untuk mengungkapkan permasalahan tersebut menggunakan teori, yaitu (1) sikap bahasa, (2) pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa, (3) pilihan bahasa, (4) komponen tutur, serta (5) bilingualisme dan diglosia.

Pengkajian masalah ini memakai pendekatan teoretis sosiolinguistik dan pendekatan metodologis deskriptif kualitatif, serta model etnografi komunikasi. Subjek dalam penelitian ini difokuskan kepada siswa PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data yang diambil dari siswa PAUD berupa berbagai peristiwa tutur bahasa Sunda yang dilakukan oleh responden, baik tuturan lisan maupun tulisan. Data selanjutnya diambil dari orang tua siswa dan pengajar PAUD berupa informasi yang diberikan mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, teknik simak libat cakap, teknik rekam dan pancingan. Teknik analisis data mentranskripsikan data hasil rekaman, mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.

Berikut adalah hasil penelitian pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD yang dapat dipaparkan secara ringkas sebagai berikut. Pertama, sikap bahasa pada anak-anak PAUD pada 43 kosakata masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu). Kedua, frekuensi jumlah penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sebesar 81%. Penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak PAUD sekitar 19%. Ketiga, pemertahanan bahasa Sunda dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat dan pendukung. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) loyalitas terhadap bahasa ibu dan (2) lingkungan keluarga. Sementara itu, faktor penghambat pemertahanan bahasa Sunda meliputi (1) perpindahan penduduk, (2) faktor ekonomi, dan (3) faktor pernikahan antar etnis yang berbeda.

ABSTRACT


(5)

iv

(Studies in Sociolinguistics Sarireja village, sub-district road forked, Subang) Amanda Putri Selvia

0900326

This research is motivated by the extinction of a language that occurs almost worldwide and Indonesia, if the retention effort is not really the case. Retention of the language needs to be done and encouraged so that these endangered languages alive and spoken back by the people of usage. Efforts to avoid the extinction of languages is necessary strategies, language retention by the attitude of the public speakers.

This research reveals about (1) the attitude of children's language early childhood, (2) frequency of use of the language, and (3) the factors supporting and inhibiting the language retention. In this study to reveal these problems using theory, namely (1) the attitude of the language, (2) language retention and language shift, (3) choice of language, (4) speech component, and (5) bilingualism and diglossia.

Assessment of this issue using a theoretical approach sociolinguistic and descriptive qualitative methodological approach, as well as models of ethnography of communication. Subjects in this study focused on the early childhood students, parents, and teachers in the early childhood Sarireja village, sub-district road forked, Subang regency. Data taken from a variety of early childhood students said Sundanese events conducted by the respondents, both oral and written speech. Data were then taken from the parents and early childhood educators in the form of information provided regarding the factors supporting and inhibiting the language retention. Data collection techniques in this study were participant observation, consider the techniques involved conversation, recording techniques and fishing. Data analysis techniques transcribe the recording of data, identify the data, classify the data, analyze the data, and draw conclusions.

Here are the results of research in the realm of Sundanese retention of early childhood education that can be described briefly as follows. First, language attitudes in children in 43 early childhood vocabulary is still positive, they have shown loyalty languages (language loyalty) as a first language (mother tongue). Second, the frequency of use of the language on the number of children in the early childhood Sarireja village, sub-district road forked, Subang regency of 81%. The use of Indonesian in early childhood kids around 19 %. Third, the language retention is influenced by several factors inhibiting and supporting. Factors preservation advocates Sarireja Sundanese village, sub-district road forked, Subang regency covers (1) loyalty to the mother tongue and (2) the family environment. Meanwhile, the language limiting factor retention include (1) the movement of people, (2) economic factors, and (3) factors between the different ethnic weddings.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Masalah ... 4

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4

1.2.2 Batasan Masalah ... 5

1.2.3 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Struktur Organisasi Penulisan ... 7

BAB 2 PENELITIAN TERDAHULU, SOSIOLINGUISIK DALAM TATARAN PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, DAN ANGGAPAN DASAR ... 8

2.1Penelitian Terdahulu ... 8

2.2Landasan Teoretis ... 11

2.2.1 Sosiolinguistik ... 11

2.2.1.1Bilingualisme dan Diglosia ... 12

2.2.1.2Pilihan Bahasa ... 15

2.2.1.3Sikap Bahasa ... 17


(7)

2.2.1.5Pemertahanan Bahasa dan Pergeseran Bahasa ... 20

2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 21

2.3 Anggapan Dasar ... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24

3.2 Desain Penelitian ... 24

3.3 Metode Penelitian ... 26

3.4 Definisi Operasional ... 27

3.5 Instrumen Penelitian ... 28

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6.1 Observasi Partisipan ... 43

3.6.2 Teknik Simak Libat Cakap ... 44

3.6.3 Teknik Rekam dan Pancingan ... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Ihwal Data ... 47

4.2 Sikap Bahasa dan Frekuensi Penggunaan Bahasa Sunda pada Anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 48

4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang... 178

4.3.1 Faktor Pendukung Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 178

4.3.2 Faktor Penghambat Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ... 180 4.4 Pembahasan Sikap Bahasa, Frekuensi Penggunaan Bahasa Sunda


(8)

dan Bahasa Indonesia pada Anak-anak PAUD,

dan Faktor Pendukung serta Penghambat Pemertahanan Bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,

Kabupaten Subang... 181

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 187

5.1 Simpulan... 187

5.2 Saran ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 191

LAMPIRAN 1 ... 193

LAMPIRAN 2 ... 198

LAMPIRAN 3 ... 246

LAMPIRAN 4 ... 285


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Diglosia dan Bilingualisme ... 14 Tabel 4.1 Jumlah Penggunaan Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia

Anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak,


(10)

DAFTAR BAGAN


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah: identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

1.1Latar Belakang Penelitian

Salah satu sifat dari bahasa adalah dinamis. Perubahan bahasa bisa terjadi pada fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Perubahan bahasa bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan juga dapat berupa kemunduran. Perubahan bahasa ini sejalan dengan perubahan yang dialami oleh masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial telah menyebabkan banyak masyarakat meninggalkan bahasanya dan tidak lagi menggunakan bahasanya, tetapi masyarakat telah menggunakan bahasa lain. Kejadian inilah yang akan menyebabkan pergeseran bahasa, kehilangan bahasa, sampai kematian bahasa (Chaer, 2003: 54).

Pemertahanan dan pergeseran bahasa adalah dua gejala kebahasaan yang saling terkait. Kedua gejala bahasa ini juga tidak bisa terlepas dari gejala kompetisi bahasa. Bahasa dikatakan mengalami pergeseran ketika suatu masyarakat mulai meninggalkan bahasa tradisionalnya (bahasa daerah atau bahasa ibu). Salah satu dampaknya adalah termarginalkannya suatu bahasa dan terangkatnya bahasa yang lain, bahkan yang lebih mengkhawatirkan terjadinya kepunahan bahasa. Sebagai contoh, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) mencatat setidaknya ada lebih dari 1.000 bahasa terancam punah. Atlas bahasa terbaru yang diluncurkan UNESCO menunjukkan beberapa bahasa, yaitu bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Nusa

Laut, Piru, dan Naka’ela di Maluku, bahasa Eyak di Alaska, bahasa Maku dan Yuruti di Brazil, bahasa Homa di Kenya, dan bahasa Rangkas dan Tolcha di India dinyatakan punah (Budhiono, 2009: 196-197). Dalam hal ini, pemertahanan


(12)

bahasa perlu dilakukan dan digalakkan agar bahasa yang terancam punah ini hidup dan dituturkan kembali oleh masyarakat pemakainnya.

Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di Indonesia. Sebagai bahasa daerah yang eksistensinya masih dipakai dalam berkomunikasi, dihargai, dipelihara oleh masyarakat, dan negara karena bahasa Sunda merupakan bagian dari khazanah dan budaya Indonesia. Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbesar kedua setelah bahasa Jawa; jumlah penuturnya lebih dari 21 juta yang tersebar di Jawa Barat dan Banten (Fasya dan Zifana, 2012). Contoh kata bahasa Sunda yang diserap utuh ke dalam bahasa Indonesia ialah kata tétéh ‘panggilan kepada kakak perempuan’ dan nyeri ‘berasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian tubuh) atau rasa yang menimbulkan penderitaan’. Kata ini mampu menjadi landasan dan pijakan kebanggaan bagi masyarakat Sunda untuk melestarikan dan mempertahankan bahasanya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sudah sepenuhnya menggunakan bahasa Sunda. Sementara itu, frekuensi penggunaan bahasa Sunda lebih sering digunakan dalam sistem pengajaran di PAUD, sedangkan penggunaan bahasa Sunda dalam sistem pengajaran digunakan setiap hari Rabu. Pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2009, menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu poin penting dalam proses transfer ilmu melalui pengajaran. Akan tetapi, para pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang ini memilih untuk melanggar Undang-Undang tersebut dan menggunakan bahasa Sunda bertujuan untuk melestarikan atau mempertahankan bahasa tersebut.

Berbeda dengan penelitian Fasya dan Zifana (2012), teridentifikasi adanya kecendrungan antara Desa Kumpay dan Desa Sarireja terhadap perlakuan bahasa daerahnya. Di Desa Kumpay telah terungkap bahwa penutur bahasa Sunda sudah tidak setia lagi terhadap bahasanya dalam kehidupan sehari-hari gejala ini disebabkan kehadiran PAUD, sedangkan di Desa Sarireja masih menggunakan bahasa Sunda sebagai komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.


(13)

3

Kondisi Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sudah menunjukkan adanya perkembangan. Sebagai contoh, Desa Sarireja ini dikenal sebagai desa tempat bermukimnya pegawai dari PTPN (Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara), untuk perkebunan teh, pabrik Aqua, akses jalan yang bagus, adanya Universitas, dan sekolah-sekolah tinggi lainnya. Namun, masyarakat Desa Sarireja tetap berusaha untuk mempertahankan bahasa daerahnya di tengah-tengah perkembangan di berbagai ranah kehidupan. Fakta tersebut patut dibanggakan dan diberi apresiasi yang layak untuk keberlangsungan khazanah dan kebudayaan Indonesia.

Ada beberapa penelitian serupa yang dilakukan oleh Sumarsono (1993) tentang pemertahanan bahasa Melayu Loloan di Bali. Pada penelitian tersebut diungkapkan ada atau tidaknya pemertahanan bahasa Melayu Loloan, dalam konteks ranah apa penggunaan bahasa Melayu Loloan, dan faktor-faktor pemertahanan bahasa Melayu Loloan di Bali. Selain itu, Damanik (2009) tentang pemertahanan bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Pada penelitian tersebut diungkapkan frekuensi penggunaan bahasa Simalungun dalam konteks ranah keluarga, pergaulan, pendidikan, pemerintahan, transaksi, pekerjaan, dan tetangga. Faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan bahasa Simalungun dan pemertahanan bahasa Simalungun sebagai lingua franca pada masyarakat penuturnya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dasripin (2009) tentang pemertahanan bahasa Sunda pada masyarakat di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Penelitian tersebut menjelaskan pemertahanan bahasa Sunda yang dilakukan oleh masyarakat Serang, gambaran tentang komunikasi masyarakat Serang yang menggunakan beberapa bahasa, yaitu bahasa Jawa Serang, Sunda, dan Indonesia.

Sementara itu, Wahyuni (2011) melakukan penelitian tentang pemertahanan bahasa Aceh di Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian tersebut menjelaskan ranah penggunaan bahasa Aceh dalam keluarga masyarakat Aceh, faktor pendukung dalam pemertahanan bahasa Aceh, dan fungsi bahasa Indonesia pada masyarakat Aceh Sumedang.


(14)

Upaya untuk menghindari kepunahan bahasa diperlukan strategi, yaitu sikap pemertahanan bahasa oleh masyarakat penuturnya. Pemertahanan bahasa merupakan kesetiaan terhadap suatu bahasa untuk tetap menuturkan bahasa khususnya, bahasa ibu (daerah) di tengah-tengah gempuran bahasa lain yang kian populer. Uraian yang menarik dari penelitian pemertahanan bahasa, yaitu sebuah masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih (bilingual) sering terjadi fenomena pemakaian bahasa ibu (daerah) cenderung bergeser akibat adanya bahasa kedua yang memiliki peran utama. Pengkajian pemertahanan bahasa biasanya mengarah kepada hubungan kemantapan yang terjadi pada kebiasaan berbahasa dengan proses psikologis, sosial, dan budaya yang sedang berlangsung pada saat masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan satu sama lain (Damanik, 2009).

Hal tersebut jelas merupakan suatu masalah yang rumit dan berbahaya jika dibiarkan begitu saja, tanpa ada upaya, dan cara untuk menanggulanginya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD lebih mendalam terlebih dengan menggunakan pisau analisis sosiolinguistik.

1.2Masalah

Dalam bagian ini dijelaskan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun penjelasannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Situasi sosial dan budaya industri memengaruhi kondisi pemertahanan bahasa

Sunda.

2) Mobilitas migrasi memengaruhi pemertahanan bahasa Sunda.

3) Pemerolehan bahasa pada anak memengaruhi sikap pemertahanan bahasa Sunda.


(15)

5

4) Catatan UNESCO menunjukkan bahwa setidaknya ada lebih dari 1000 bahasa salah satunya bahasa Sunda yang terancam punah apabila usaha pemertahanan tidak benar-benar terjadi.

1.2.2 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan terhadap masalah yang diteliti agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Masalah utama penelitian ini adalah pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD yang berlokasi di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang; sumber data diperoleh dari masyarakat di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dengan difokuskan kepada siswa PAUD kelas A dan B; orang tua siswa; pengajar PAUD.

2) Penelitian ini ditekankan pada sikap bahasa anak-anak terhadap bahasa Sunda; frekuensi pemertahanan bahasa Sunda; dan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

3) Angket yang digunakan anak-anak PAUD berisi 43 gambar yang sudah diajarkan oleh para pengajar yang sesuai dengan silabus pelajaran PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

4) Penelitian ini menggunakan Kamus Bahasa Sunda-Indonesia Satjadibrata (2011).

5) Penelitian ini difokuskan pada bahasa Sunda dialek Subang. 6) Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik.

7) Penelitian ini difokuskan pada pemerolehan kosakata anak PAUD.

1.2.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang dianalisis pada bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.


(16)

1) Bagaimana sikap bahasa anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa Sunda?

2) Bagaimana frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang?

3) Apa faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) sikap bahasa anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa Sunda;

2) frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;

3) faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat-manfaat setidaknya dalam aspek teoretis dan aspek praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sosiolinguistik khususnya tentang pemertahanan bahasa, serta menghasilkan deskripsi mengenai pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD.

Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran berbahasa yang positif sehingga bahasa daerah itu tetap memenuhi perannya sebagai penanda identitas etnis, baik dalam peran sosial dan alat komunikasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula untuk dijadikan sebagai bahan rujukan atau pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa Sunda. Selain itu, sebagai upaya menambah perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.


(17)

7

1.5Struktur Organisasi Penulisan

Penelitian skripsi ini terdiri atas lima bab, untuk memudahkan penyajiannya, maka struktur organisasi penulisan ini disusun dari bab satu sampai bab lima. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang, masalah penelitian yang mencakup identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah. Dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan.

Bab kedua memuat kajian pustaka yang membahas mengenai teori-teori yang digunakan, yaitu teori sosiolinguistik, teori bilingualisme dan diglosia, teori pilihan bahasa, teori sikap bahasa, teori komponen tutur, teori pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa, PAUD, dan profil sekolah PAUD. Setelah itu, dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang relevan, dan anggapan dasar.

Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data. Bab keempat memuat hasil penelitian dan pembahasan. Bab kelima memuat simpulan dan saran.


(18)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun uraiannya sebagai berikut.

3.1Lokasi dan Subjek Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Lokasi penelitian ini dipilih karena kondisi Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang yang sudah menunjukkan perkembangan di berbagai ranah kehidupan. Namun, masyarakat Desa tersebut tetap berusaha untuk mempertahankan bahasa daerahnya (bahasa ibu) di tengah-tengah perkembangan.

Subjek dalam penelitian ini difokuskan kepada siswa PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD. Data yang diambil pada siswa PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang berupa berbagai peristiwa tutur bahasa Sunda yang dilakukan oleh responden, baik tuturan lisan maupun tulisan. Data inilah yang membantu dalam menentukan sikap bahasa anak-anak PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data selanjutnya diambil pada orang tua siswa dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang berupa informasi yang diberikan oleh responden mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

3.2Desain Penelitian

Pada bagian ini digambarkan diagram desain penelitian yang diadaptasi dari model interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang dipaparkan dalam bagan berikut.


(19)

25

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Tuturan lisan maupun tulisan yang dilakukan anak-anak PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD

di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang

Hasil Analisis

Sikap Positif atau Negatif Bahasa Anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang terhadap bahasa Sunda.

Penyimpulan Data

1) Kondisi penggunaan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, dan alasan yang melatarbelakangi penggunaan bahasa Sunda tersebut,

2) Frekuensi penggunaan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang,

3) Faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda oleh anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Pengumpulan Data

1) Observasi Partisipan 2) Teknik Simak Libat Cakap 3) Teknik Rekam dan Pancingan

Penganalisisan Data

1) Berdasarkan teori sikap bahasa Anderson (2004), mendeskripsikan sikap bahasa anak-anak di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang terhadap bahasa Sunda,

2) Menganalisis frekuensi penggunaan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang,

3) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Data dan Sumber Data

1) Data: Data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu berbagai peristiwa tutur bahasa Sunda baik tuturan lisan maupun tulisan yang dilakukan oleh siswa PAUD dan informasi yang diberikan oleh orang tua siswa dan pengajar PAUD mengenai faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

2) Sumber Data: Sumber data dalam penelitian ini akan difokuskan kepada siswa PAUD, orang tua siswa, dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.


(20)

3.3Metode Penelitian

G e j a l a p e m e r t a h a n a n b a h a s a d a p a t d i p a n d a n g s e b a g a i s i t u a s i , s i k a p , d a n u s a h a m e m p e r t a h a n k a n b a h a s a y a n g b i a s a m e r e k a g u n a k a n ( b a h a s a i b u ) p a d a s u a t u g u y u b m a s y a r a k a t . P e m e r t a h a n a n b a h a s a t e r k a i t d e n g a n k e s e t i a a n t e r h a d a p b a h a s a d a r i s u a t u g u y u b m a s y a r a k a t y a n g d i p e n g a r u h i o l e h n i l a i - n i l a i d a n a s p e k - a s p e k s o s i a l b u d a y a . O l e h k a r e n a i t u, kajian masalah ini memakai pendekatan teoretis, yakni pendekatan sosiolinguistik.

Pendekatan teoretis ini digunakan untuk mendeskripsikan sikap responden terhadap suatu bahasa tertentu pada suatu daerah. Pendekatan teoretis sosiolinguistik ini berkaitan dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat dan tidak terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan aspek-aspek kemasyarakatan (Chaer dan Agustina, 2004: 2-3). Dengan demikian, kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk mengungkap makna dari gejala pemertahanan bahasa pada latar yang alami, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif. Hymes mengemukakan bahwa etnografi komunikasi bertujuan untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Sumarsono, 1993: 19; Kuswarno, 2008: 11). Artinya, bahasa dapat dipahami dan mempunyai arti jika dikomunikasikan.

Penelitian ini memanfaatkan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemaparan yang bersifat aktual dan alami mengenai pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang pada anak usia dini. Hal tersebut senada dengan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2011: 4) yang mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang


(21)

27

dapat diamati atau disebut sebagai deskriptif kualitatif. Sejalan dengan Bogdan dan Taylor, Moleong (2011: 6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah. Putra dan Dwilestari (2012: 67) pun mengungkapkan konsep yang senada, yaitu penelitian kualitatif terfokus pada manusia dan interaksinya dalam konteks sosial. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mencari atau menemukan makna yang mendalam dibalik tindakan, ucapan, dan realitas yang konkret (Putra dan Dwilestari, 2012: 73). Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti berfungsi sebagai alat pengumpul data utama (Moleong, 2011: 8-11; Putra dan Dwilestari, 2012: 69-76).

Kirk dan Miller (Djajasudarma, 2006: 11) memberikan kejelasan mengenai pengertian kualitatif, yaitu tradisi tertentu pada ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bersifat dasar (pokok) berkait pada pengawasan manusia dalam daerahnya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya. Gorman dan Clayton (Santana, 2007: 28) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif berisi pengamatan berbagai peristiwa dan interaksi yang diamati langsung oleh peneliti dari tempat penelitian berlangsung. Berdasarkan paparan-paparan di atas mengenai penelitian kualitatif dapat ditarik simpulan bahwa metode kualitatif adalah menguraikan suatu data sesuai dengan keadaan atau peristiwa yang aktual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

3.4Definisi Operasional

Definisi operasional dibutuhkan agar tidak terjadi pertentangan pendapat dalam penelitian ini. Definisi operasional yang diperlukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1) pemertahanan bahasa Sunda adalah bahasa Sunda yang masih digunakan oleh anak usia dini di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;


(22)

2) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan anak yang belum memasuki pendidikan formal, yaitu PAUD kelas A dan B di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;

3) sikap bahasa adalah keyakinan anak usia dini terhadap penggunaan bahasa Sunda yang berjangka panjang untuk berkomunikasi dengan kelompok penutur di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang;

4) ranah pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan dan merupakan kombinasi antara partisipan, topik, serta tempat pada ranah pendidikan di PAUD.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau daftar tanyaan. Angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan dari setiap responden. Angket atau daftar tanyaan ini terdiri atas tiga angket. Angket pertama untuk siswa PAUD, angket kedua untuk orang tua siswa, dan angket ketiga pengajar PAUD. Angket pertama yang ditujukan pada siswa PAUD berisi gambar-gambar yang sudah diajarkan oleh para pengajar yang sesuai dengan silabus pelajaran PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Angket pertama ditujukan pada siswa PAUD berisi 43 gambar, yaitu 12 gambar buah, 5 gambar warna, dan 26 gambar hewan. Angket inilah yang akan membantu dalam menentukan sikap bahasa anak-anak PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Angket kedua, ditujukan kepada orang tua siswa yang berisi 10 pertanyaan mengenai bahasa dan penggunaannya, angket inilah yang akan membantu dalam menentukan faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Angket ketiga, ditujukan kepada pengajar PAUD yang berisi 3 pertanyaan mengenai bahasa dan penggunaannya, angket pengajar PAUD ini dapat membantu dalam menentukan faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa


(23)

29

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Dari ketiga angket inilah peneliti mendapatkan informasi mengenai sikap bahasa masyarakat tersebut, frekuensi penggunaan bahasa Sunda, dan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Berikut ini merupakan contoh angket yang ditujukan untuk siswa PAUD, orang tua, dan pengajar PAUD.

ANGKET 1 (PAUD)

Nama:

Tempat dan tgl. lahir: Umur:

Kelas:

No. Nami Buah

1. Ieu buah naon?

2. Ieu buah naon?

3. Ieu buah naon?

4. Ieu buah naon?


(24)

6. Ieu buah naon?

7. Ieu buah naon?

8. Ieu buah naon?

9. Ieu buah naon?

10. Ieu buah naon?


(25)

31

12. Ieu buah naon?

No. Nami Warna

1. Ieu warna naon?

2. Ieu warna naon?

3. Ieu warna naon?


(26)

5. Ieu warna naon?

No. Nami Sato

1. Ieu sato naon?

2. Ieu sato naon?

3. Ieu sato naon?

4. Ieu sato naon?


(27)

33

6. Ieu sato naon?

7. Ieu sato naon?

8. Ieu sato naon?

9. Ieu sato naon?


(28)

11. Ieu sato naon?

12. Ieu sato naon?

13. Ieu sato naon?

14. Ieu sato naon?

15. Ieu sato naon?


(29)

35

17. Ieu sato naon?

18. Ieu sato naon?

19. Ieu sato naon?

20. Ieu sato naon?

21. Ieu sato naon?


(30)

23. Ieu sato naon?

24. Ieu sato naon?

25. Ieu sato naon?


(31)

37

ANGKET 2 ORANG TUA SISWA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semoga Allah Swt. selalu memberkahi setiap langkah Ibu, Bapak, dan Saudara. Amin.

Dengan segala hormat saya mohon Ibu, Bapak, Saudara berkenan meluangkan waktu mengisi angket ini untuk membantu penyelesaian studi saya.

Terima kasih atas bantuan Ibu, Bapak, Saudara, semoga Allah Swt. memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Wasalam, Amanda Putri Selvia

Petunjuk Pengisian Angket

1. Isilah angket ini dengan sebenarnya pada lembar jawaban yang telah tersedia.

2. Tuliskan umur, jenis kelamin, dan pendidikan pada lembar jawaban. 3. Beri tanda silang pada jawaban yang Ibu, Bapak, dan Saudara pilih.


(32)

A. BIODATA

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Lahir di : 5. Pekerjaan : 6. Pendidikan

a. SD :

b. SMP :

c. SMA :

d. PT :

7. Tugas sosial : Dukun/Guru ngaji/Khatib/Muadzin/Da‟i 8. Di mana Anda tinggal ketika

a. 0 - 5 th :

b. 6 - 12 th : c. 13 - 20 th : d. 21 th - menikah : e. setelah menikah :

9. Anda merupakan keturunan suku apa/orang mana: a. Istri/Suami Anda :

b. Bapak :


(33)

39

B. BAHASA DAN PENGGUNAANNYA

1. Bahasa ibu (Bahasa waktu kecil) a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia c. (. . .)

2. Bahasa apa yang Anda “ajarkan” kepada anak-anak Anda? a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia c. (. . .)

3. Mengapa bahasa itu Anda ajarkan?

4. Bahasa apa yang Anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan anak-anak Anda?

a. Bahasa Sunda b. Bahasa Indonesia c. (. . .)

5. Bahasa mana yang paling Anda sukai? a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia c. (. . .)

6. Jika Anda mampu berbahasa Sunda, tetapi Anda tidak mengajarkannya kepada anak-anak Anda, berilah alasannya!


(34)

8. Di mana Anda dan anak Anda memperoleh/menguasai bahasa Indonesia?

a. Sekolah b. Masyarakat

c. Lingkungan rumah d. Televisi

9. Apakah Anda senang bahasa Indonesia? a. Ya

b. Tidak c. (. . .)


(35)

41

ANGKET 3 PENGAJAR PAUD

A. BIODATA

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Lahir di : 5. Pekerjaan : 6. Pendidikan

a. SD :

b. SMP :

c. SMA :

d. PT :

7. Anda merupakan keturunan suku apa/orang mana:

B. BAHASA DAN PENGGUNAANNYA

1. Bahasa ibu (Bahasa waktu kecil) a. Bahasa Sunda

b. Bahasa Indonesia c. (. . .)


(36)

Penelitian ini menggunakan tabel analisis data berupa kartu data. Kartu data ini terdiri atas tujuh bagian, yaitu (1) nomor data, (2) kosakata, (3) bahasa yang digunakan, (4) ranah pemakaian bahasa, (5) konteks tuturan, (6) tuturan responden, dan (7) analisis data tuturan. Berikut ini merupakan format kartu data dan contoh analisis data.

Format Kartu Data No. Data

(1)

Kosakata (2)

Bahasa yang Digunakan

(3)

Ranahh h(4)

01 Samangka

„Semangka‟ Bahasa Sunda Pendidikan

Konteks (5): Percakapan antara peneliti dan anak PAUD ketika dalam konteks belajar di dalam kelas.

Tuturan (6):

Peneliti : Ujang, ieu téh buah naon? „Dik, ini buah apa?‟

Anak : Buah samangka. „Buah semangka.‟

Peneliti : Buah samangka rasana naon? „Buah semangka rasanya apa?‟ Anak : Amis.

„Manis.‟


(37)

43

„Buah semangka warnanya apa?‟ Anak : Beureum.

„Merah.‟

Peneliti : Mun cangkangna warna naon? „Kalau kulitnya warna apa?‟ Anak : Warna héjo.

„Warna hijau.‟

Peneliti : Saha waé nu ngaemam buah samangka mun di bumi? „Siapa saja yang makan buah semangka kalau di rumah?‟ Anak : Ipul sareng bapa.

„Ipul dan bapak.‟

Peneliti : Upami di kebon gaduh tangkal samangka teu? „Kalau di kebun punya pohon semangka tidak?‟ Anak : Gaduh, aya tilu tangkal samangka di kebon.

„Punya, ada tiga pohon semangka di kebun.‟

Analisis (7): Pada tuturan di atas merupakan percakapan dalam ranah pendidikan yang dilakukan oleh peneliti dan anak PAUD. Bahasa yang digunakan dalam tuturan tersebut ialah bahasa Sunda. Dalam tuturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tuturan di atas, tidak ditemukan pemakaian kosakata bahasa Indonesia karena tuturan masih loyal atau setia menggunakan bahasa Sunda di dalam ranah pendidikan. Dalam percakapan tersebut terlihat bahwa anak PAUD tersebut masih bersikap positif terhadap bahasanya, yaitu bahasa Sunda. Sikap bahasa yang positif pada bahasa yang digunakan oleh anak-anak PAUD tersebut sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) yang mendorong anak-anak untuk mempertahankan bahasa Sunda mereka sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

3.6.1 Observasi Partisipan

Observasi partisipan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat yang diteliti dan peneliti cukup ada pada situasi yang diinginkan untuk dipahami (Sumarsono, 1993: 32; Kuswarno, 2008: 49). Artinya, seorang


(38)

peneliti masuk ke dalam bagian yang diteliti dan tidak selamanya peneliti berada dilapangan.

Peneliti melakukan kontak langsung dengan masyarakat di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dan berinteraksi langsung dengan siswa PAUD. Observasi partisipan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap masyarakat yang terjadi dalam kehidupan yang real. Observasi partisipan ini juga membantu dalam pengisian angket atau daftar tanyaan.

3.6.2 Teknik Simak Libat Cakap

Sudaryanto (1988: 3) mengemukakan bahwa kegiatan menyadap akan dilakukan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Dalam penelitian ini peneliti menyimak pembicaraan yang dilakukan oleh anak-anak PAUD dan berpartisipasi dalam pembicaraan yang mereka lakukan. Peneliti berusaha untuk mengondisikan responden (anak-anak PAUD) agar tidak mengetahui bahwa sikap berbahasanya tengah diamati. Dengan menggunakan teknik ini peneliti bertujuan untuk memperoleh data secara alamiah (naturalistik), data penelitian yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari peneliti.

Sesuai dengan instrumen yang sebelumnya dipaparkan, penelitian ini menggunakan angket yang disebarkan untuk anak-anak PAUD guna mengetahui sikap bahasa anak-anak PAUD dan frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Kuswarno (2008: 54) mengemukakan bahwa tujuan wawancara bermaksud untuk mendorong subjek penelitian untuk menyelam ke dalam dunia psikologis dan sosial mereka guna mendefinisikan dirinya sendiri. Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data berupa tuturan dari responden, yaitu orang tua siswa dan pengajar PAUD yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa


(39)

45

Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Pertanyaan dalam wawancara sudah ditetapkan sebelumnya, tetapi tidak menutup kemungkinan muncul ide di lokasi penelitian terkait dengan permasalahan penelitian. Jika hal ini terjadi, pertanyaan akan dikembangkan tetapi tidak terlalu keluar dari permasalahan yang sudah ditetapkan. Dalam wawancara mendalam tersebut tergali informasi tentang pemertahanan bahasa Sunda yang terdapat di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Kedua hal tersebut dibantu dengan pencatatan, perekaman, dan kamera foto.

3.6.3 Teknik Rekam dan Pancingan

Sudaryanto (1988: 4) mengemukakan bahwa perekaman terhadap tuturan dapat dipandang sebagai teknik lanjutan yaitu disebut teknik rekam. Peneliti melakukan perekaman dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah anak-anak PAUD yang masih belum bisa menulis untuk menyebutkan nama gambar-gambar yang tersedia pada angket dan untuk merekam wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan orang tua siswa dan para pengajar PAUD untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Perekaman dilakukan tanpa sepengetahuan responden, dalam proses perekaman ini dibantu menggunakan alat perekam.

Sudaryanto (1988: 7) mengemukakan bahwa percakapan atau metode cakap dapat diwujudkan dengan pancingan. Untuk mendapatkan data berupa tuturan, peneliti harus memancing responden agar berbicara. Perekaman ini juga didukung oleh pancingan yang dilakukan oleh peneliti agar anak-anak PAUD bisa merespon pembicaraan atau pertanyaan yang dilakukan peneliti berdasarkan angket yang tersedia.

3.7Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan


(40)

laporan. Berdasarkan hal itu, teknik analisis data dalam penelitian ini melibatkan lima komponen, yaitu mentranskripsikan data hasil rekaman, mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan menarik simpulan.

Pertama, mentransripsikan data hasil rekaman jawaban yang telah diperoleh peneliti dari responden melalui alat perekam, baik data tersebut berbentuk lisan ataupun tulis, lalu dikelompokkan menurut deretan pertanyaan. Kegiatan ini bermanfaat untuk mempermudah dalam analisis. Kedua, mengidentifikasi data adalah menentukan atau menetapkan ciri terhadap data yang terkumpul dari hasil proses perekaman data. Setelah ditranskrip, data tersebut diidentifikasi dengan cara memisahkan bentuk tuturan pada responden sesuai dengan situasi kebahasaan yang terjadi pada rekaman data tersebut.

Ketiga, mengklasifikasikan data. Setelah memperoleh hasil dari proses identifikasi data, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan data dan menggolongkan data menurut bahasa yang digunakan penutur. Data angket digunakan untuk menjawab frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD dan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Data-data tersebut diharapkan dapat mendeskripsikan faktor pemertahanan bahasa Sunda dalam ranah PAUD.

Keempat, menganalisis data berdasarkan faktor situasional-kontekstual untuk menemukan relevansi antara sikap bahasa dengan alasan yang melatarbelakanginya.

Proses terakhir menarik simpulan. Setelah melalui proses penganalisisan data, maka diperoleh simpulan mengenai sikap bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, frekuensi penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD, dan faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.


(41)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya sebagai berikut.

5.1Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah yang dibahas pada bab awal, simpulannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis sikap bahasa anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa Sunda bersikap positif. Penggunaan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan lebih banyak digunakan pada anak-anak PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 37 kosakata, yaitu kosakata samangka ‘semangka’, cau ‘pisang’, gedang ‘pepaya’, balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’, kadongdong ‘kedondong’, kalapa ‘kelapa’, ganas ‘nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang ‘bengkuang’, manggu ‘manggis’, beureum ‘merah’, konéng ‘kuning’, héjo ‘hijau’, hideung ‘hitam’, bodas ‘putih’, kuya ‘kura-kura’, ucing ‘kucing’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong ‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung ‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’, munding ‘kerbau’, reungit ‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas PAUD pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada enam kosakata, yaitu kosakata kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, itik, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas PAUD pada kosakata di


(42)

atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa.

Kelas TK A menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 36 kosakata, yaitu kosakata samangka ‘semangka’, cau ‘pisang’, gedang ‘pepaya’, balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’, kadongdong ‘kedondong’, kalapa ‘kelapa’, ganas nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang ‘bengkuang’, manggu ‘manggis’, beureum ‘merah’, konéng ‘kuning’ , héjo ‘hijau’, hideung ‘hitam’, bodas ‘putih’, kuya ‘kura-kura’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong ‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung ‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’, munding ‘kerbau’, reungit ‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak kelas TK A dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas TK A menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada tujuh kosakata, yaitu kosakata kucing, kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, itik, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa.

Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 36 kosakata samangka ‘semangka’, gedang ‘pepaya’, balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’, kadongdong ‘kedondong’, kalapa ‘kelapa’, ganas ‘nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang ‘bengkuang’, manggu ‘manggis’, beureum ‘merah’, konéng ‘kuning’ , héjo ‘hijau’, hideung ‘hitam’, bodas ‘putih’, kuya ‘kura-kura’, ucing ‘kucing’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong ‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung ‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’, munding ‘kerbau’, reungit


(43)

189

‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak kelas TK B dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada enam kosakata, yaitu kosakata pisang, kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK B pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa, dan satu penggunaan bahasa Sunda dan Indonesia pada kosakata meri ‘itik’ yang menyebutkan kosakata tersebut dengan frekuensi yang seimbang.

Mengacu pada rumusan masalah yang kedua, peneliti menemukan frekuensi jumlah penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sebesar 81%, yaitu ((74%+86%+83%):3). Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak PAUD sekitar 19%, yaitu ((26%+14%+17%):3). Berdasarkan hasil uraian persentase di atas penggunaan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang memiliki sikap bahasa yang positif. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anderson (Sumarsono dan Partana, 2004: 363) mengemukakan bahwa sikap bahasa merupakan tata keyakinan yang relatif berjangka panjang mengenai bahasa tertentu, mengenai objek bahasa yang memberikan keinginan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu, dengan cara yang disenanginya.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden orang tua siswa dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dalam penelitian ini, ditemukan beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pemertahanan bahasa Sunda yang terjadi di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Peneliti menemukan


(44)

dua faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) loyalitas terhadap bahasa ibu dan (2) lingkungan keluarga. Sementara itu, terdapat tiga faktor penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) perpindahan penduduk, (2) faktor ekonomi, dan (3) faktor pernikahan antar etnis yang berbeda.

5.2Saran

Bahasa tidak akan punah apabila ada upaya pemertahanan bahasa dari masyarakat tuturnya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi peneliti lain yang tertarik untuk menganalisis pemertahanan bahasa sunda dalam konteks PAUD dapat dikaji dalam lagi mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa. Selain itu, bagi para pengajar di sebuah lembaga pendidikan diharapkan mampu mengaplikasikan bahasa Sunda pada ranah pendidikan dengan cara menetapkan satu hari untuk para siswa dan guru menggunakan bahasa Sunda yang bertujuan mempertahanan bahasa tersebut. Di samping itu, penelitian ini akan lebih menantang jika dikaitkan dengan budaya penuturnya.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Syafyahya, L. (2010). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Astar, H. dkk., (2003). Pemertahanan Bahasa Cina di Jakarta. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kemendikbud.

Budhiono, R. H. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Daerah) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanannya”. Adabiyyat. 8, (1), 195-210.

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Damanik, R. (2009). “Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun”. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Darini, R., Leastari, P., dan Kumalasari, D. (2006). “Soaialisasi Mengenai Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini bagi para Ibu Muda”. Laporan Kegiatan PPM. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dasripin, P. (2009). “Pemertahanan Bahasa Sunda pada Masyarakat Di Kabupaten Serang, Provinsi Banten: Studi Sosiolinguistik”. Metalingua. 7. (1), 65-71. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Djajasudarma, T. F. (2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Fasya, M. dan Zifana, M. (2012). “Perkembangan Bahasa Daerah dalam Konteks

Pendidikan Anak Usia Dini”. Makalah dalam Tim Pengurus Pusat

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). dalam Seminar Bahasa Ibu dan Keberaksaraan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 1-12. Fatinah, S. (2010). “Pemertahanan Bahasa Muna di Daerah Rantau Sulawesi


(46)

Tenggara Tahun 2010. Baubau: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional. Pp. 228-235. Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Kuswarno, E. (2008). Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Maharani, S. A. I. (2011). “Pemertahanan Bahasa Ibu di Kalangan Remaja pada

Lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar”. Kongres Internasional

Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bandung: Masyarakat Linguistik Indonesia Bekerja Sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 78-82.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. J. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Putra, N. dan Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitataif PAUD Pendidikan

Anak usia Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santana, S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Satjadibrata. R (2011). Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama. Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik

Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sumarsono dan Partana, P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Sumarsono. (1993). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Wahyuni, Y. S. (2011). “Pemertahanan Bahasa Aceh Di Kabupaten Sumedang (Kajian Sosiolinguistik)”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya sebagai berikut.

5.1Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah yang dibahas pada bab awal, simpulannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis sikap bahasa anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, terhadap bahasa Sunda bersikap positif. Penggunaan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan lebih banyak digunakan pada anak-anak PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia.

Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 37 kosakata, yaitu kosakata samangka‘semangka’, cau‘pisang’,

gedang ‘pepaya’, balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’,

kadongdong ‘kedondong’, kalapa ‘kelapa’, ganas ‘nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang

‘bengkuang’, manggu‘manggis’, beureum‘merah’, konéng‘kuning’, héjo‘hijau’, hideung ‘hitam’, bodas ‘putih’,kuya ‘kura-kura’, ucing ‘kucing’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong ‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung

‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’,

munding ‘kerbau’, reungit ‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’,

sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas PAUD pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak PAUD dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas PAUD menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada enam kosakata, yaitu kosakata kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, itik, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas PAUD pada kosakata di


(2)

188

atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa.

Kelas TK A menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 36 kosakata, yaitu kosakata samangka ‘semangka’, cau ‘pisang’, gedang ‘pepaya’,

balimbing ‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’, kadongdong ‘kedondong’,

kalapa ‘kelapa’, ganas nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang ‘bengkuang’, manggu

‘manggis’, beureum ‘merah’, konéng ‘kuning’ , héjo ‘hijau’, hideung ‘hitam’, bodas ‘putih’, kuya ‘kura-kura’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong

‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung ‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’, munding ‘kerbau’, reungit

‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak kelas TK A dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas TK A menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada tujuh kosakata, yaitu kosakata kucing, kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, itik, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa.

Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan pada 36 kosakata samangka‘semangka’, gedang‘pepaya’, balimbing

‘belimbing’, kadu ‘durian’, buah ‘mangga’, kadongdong ‘kedondong’, kalapa

‘kelapa’, ganas ‘nanas’, hui ‘ubi’, bangkuang ‘bengkuang’, manggu ‘manggis’, beureum ‘merah’, konéng ‘kuning’ , héjo ‘hijau’, hideung‘hitam’, bodas ‘putih’, kuya ‘kura-kura’, ucing ‘kucing’, hayam ‘ayam’, embé ‘kambing’, bangkong

‘kodok’, cucunguk kecoa’, oray ‘ular’, maung ‘harimau’, manuk ‘burung’, cakcak ‘cicak’, papatong ‘capung’, lauk ‘ikan’, munding ‘kerbau’, reungit


(3)

‘nyamuk’, lalay, kalong ‘kalalawar’, laleur ‘lalat’, sireum ‘semut’, beurit ‘tikus’, nyiruan ‘lebah’, dan hileud ‘ulat’. Sikap bahasa pada siswa kelas TK A pada kosakata di atas masih positif, mereka sudah menunjukkan kesetiaan bahasa (language loyalty) sebagai bahasa pertama (bahasa ibu).

Penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan cukup rendah digunakan pada anak-anak kelas TK B dibandingkan dengan penggunaan bahasa Sunda. Anak-anak kelas TK B menggunakan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan pada enam kosakata, yaitu kosakata pisang, kelinci, kupu-kupu, udang, kepiting, dan bebek. Sikap bahasa pada siswa kelas TK B pada kosakata di atas sudah negatif, dapat dikatakan bahwa mereka sudah tidak ada lagi antusiasme terhadap penggunaan bahasa pertama (bahasa ibu). Hal inilah yang mengakibatkan pergeseran bahasa, dan satu penggunaan bahasa Sunda dan Indonesia pada kosakata meri ‘itik’ yang menyebutkan kosakata tersebut dengan

frekuensi yang seimbang.

Mengacu pada rumusan masalah yang kedua, peneliti menemukan frekuensi jumlah penggunaan bahasa Sunda pada anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang sebesar 81%, yaitu ((74%+86%+83%):3). Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak PAUD sekitar 19%, yaitu ((26%+14%+17%):3). Berdasarkan hasil uraian persentase di atas penggunaan bahasa Sunda dalam ranah pendidikan anak-anak PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang memiliki sikap bahasa yang positif. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anderson (Sumarsono dan Partana, 2004: 363) mengemukakan bahwa sikap bahasa merupakan tata keyakinan yang relatif berjangka panjang mengenai bahasa tertentu, mengenai objek bahasa yang memberikan keinginan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu, dengan cara yang disenanginya.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden orang tua siswa dan pengajar PAUD di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang dalam penelitian ini, ditemukan beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pemertahanan bahasa Sunda yang terjadi di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Peneliti menemukan


(4)

190

dua faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) loyalitas terhadap bahasa ibu dan (2) lingkungan keluarga. Sementara itu, terdapat tiga faktor penghambat pemertahanan bahasa Sunda di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang meliputi (1) perpindahan penduduk, (2) faktor ekonomi, dan (3) faktor pernikahan antar etnis yang berbeda.

5.2Saran

Bahasa tidak akan punah apabila ada upaya pemertahanan bahasa dari masyarakat tuturnya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi peneliti lain yang tertarik untuk menganalisis pemertahanan bahasa sunda dalam konteks PAUD dapat dikaji dalam lagi mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan bahasa. Selain itu, bagi para pengajar di sebuah lembaga pendidikan diharapkan mampu mengaplikasikan bahasa Sunda pada ranah pendidikan dengan cara menetapkan satu hari untuk para siswa dan guru menggunakan bahasa Sunda yang bertujuan mempertahanan bahasa tersebut. Di samping itu, penelitian ini akan lebih menantang jika dikaitkan dengan budaya penuturnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aslinda dan Syafyahya, L. (2010). Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Astar, H. dkk., (2003). Pemertahanan Bahasa Cina di Jakarta. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kemendikbud.

Budhiono, R. H. (2009). “Bahasa Ibu (Bahasa Daerah) di Palangkaraya:

Pergeseran dan Pemertahanannya”. Adabiyyat. 8, (1), 195-210. Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Damanik, R. (2009). “Pemertahanan Bahasa Simalungun di Kabupaten

Simalungun”. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Darini, R., Leastari, P., dan Kumalasari, D. (2006). “Soaialisasi Mengenai

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini bagi para Ibu Muda”. Laporan

Kegiatan PPM. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dasripin, P. (2009). “Pemertahanan Bahasa Sunda pada Masyarakat Di Kabupaten

Serang, Provinsi Banten: Studi Sosiolinguistik”. Metalingua. 7. (1), 65-71. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Djajasudarma, T. F. (2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Fasya, M. dan Zifana, M. (2012). “Perkembangan Bahasa Daerah dalam Konteks

Pendidikan Anak Usia Dini”. Makalah dalam Tim Pengurus Pusat

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). dalam Seminar Bahasa Ibu dan Keberaksaraan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 1-12.

Fatinah, S. (2010). “Pemertahanan Bahasa Muna di Daerah Rantau Sulawesi


(6)

192

Tenggara Tahun 2010. Baubau: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional. Pp. 228-235. Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Kuswarno, E. (2008). Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Maharani, S. A. I. (2011). “Pemertahanan Bahasa Ibu di Kalangan Remaja pada

Lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar”. Kongres Internasional

Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bandung: Masyarakat Linguistik Indonesia Bekerja Sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Pp. 78-82.

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. J. (1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Putra, N. dan Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitataif PAUD Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santana, S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Satjadibrata. R (2011). Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sumarsono dan Partana, P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Sumarsono. (1993). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sumarsono. (2010). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Wahyuni, Y. S. (2011). “Pemertahanan Bahasa Aceh Di Kabupaten Sumedang

(Kajian Sosiolinguistik)”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.