Lahan Pasir LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

commit to user Sub Klass : Metachlamidae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Rahmat, 1994:15.

2. Lahan Pasir

Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal dengan ciri-ciri antara lain tekstur pasiran, struktur lepas-lepas, kandungan hara rendah, ke- mampuan menukar kation rendah, daya menyimpan air rendah, suhu tanah di siang hari sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan sifat-sifat tanah dan lingkungan sangat di- perlukan, antara lain dengan penyiraman yang teratur, penggunaan mulsa penutup tanah, penggunaan pemecah angin, dan pemberian pupuk baik organik maupun anorganik Yuwono, 2009:137-141. Faktor pembatas produksi lahan pasir pantai adalah kandungan pasir melebihi 95, struktur tanah kurang baik, konsistensi lepas, kurang kuat menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat, serta miskin hara. Pemberian bahan organik atau pupuk kandang, mulsa jerami dan pembenah tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, terutama agregat, yang pada gilirannya akan meningkatkan kelembapan tanah. Pengelolaan air tanah pasir berbeda dengan jenis tanah lainnya. Dalam mengelola air untuk tanaman, petani pada umumnya mengembangkan bak-bak pe- nampung air berupa sumur renteng Martini dan Hendrata, 2008:3-5. Dataran pantai selatan Yogyakarta tersusun atas beberapa bagian yang sebagian besar berupa endapan pasir yang berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung merapi yang berada di bagian utara. Deposit pasir ini diangkut dan diendapkan dengan berbagai kecepatan serta bercampur dengan berbagai bahan baik yang berasal dari daerah aliran sungai maupun yang berasal dari laut. Bahan pasir ini memiliki ciri-ciri ukuran butiran yang kasar, butir tunggal yang lepas-lepas, daya menahan commit to user air yang sangat rendah, dan kapasitas pertukaran kation yang sangat rendah. Pada daerah dengan pH tanah berkisar antara 5-6 menunjukkan bahwa kemasaman tanah sekitar netral dengan kehidupan garam yang rendah Siradz dan Kabirun, 2007:83-92. Berdasarkan hasil penelitian Handiri dan Wirasto 2009: 3 diketahui bahwa di lahan pasir pantai samas kandungan unsur hara Nitrogennya rendah, Kandungan Phospor sangat tinggi, dan kandungan Kalium sedang. Dengan dasar tersebut, maka diperlukan rekomendasi pemupukan N dan K untuk menambah kandungan unsur tersebut yang kurang karena unsur tersebut dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar untuk dapat tumbuh dengan optimal. Tabel 2. Rata-Rata Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Masing-Masing Garis Pantai Parameter Jarak 25 meter Jarak 75 meter Jarak 125 meter C Organik 0.19 Sangat Rendah 0.26 Sangat Rendah 0.47 Sangat Rendah BO 0.34 Sangat Rendah 0.45 Sangat Rendah 0.81 Sangat Rendah N Total 0.078 Sangat Rendah 0.13 Rendah 0.09 Sangat Rendah P Totalppm 71.93 Sangat Tinggi 106.41 Sangat Tinggi 124.19 Sangat Tinggi K Tertukarme 0.17 Rendah 0.25 Rendah 0.38 Sedang KPKme 2.01 Sangat Rendah 6.21 Rendah 7.42 Rendah pH H 2 O 6 Agak Masam 5.68 Agak Masam 5.81 Agak Masam pH KCL 6.31 Agak Masam 5.34 Agak Masam 5.71 Agak Masam Came 0.16 Sangat Rendah 0.3 Sangat Rendah 0.48 Sangat Rendah Mg 0.24 Sangat Rendah 0.11 Sangat Rendah 0.15 Sangat Rendah Na Tertukar 0.6 Sedang 0.74 Sedang 0.87 Tinggi SAR 1.54 Rendah 2.39 Rendah 2.42 Rendah DHL mScm 0.45 Rendah 0.69 Rendah 0.95 Sedang Sumber: Handiri dan Wirasto,2009:3 commit to user Lahan pantai memiliki sifat agroklimat yang spesifik yaitu jenis tanah berpasir sehingga memiliki tingkat porositas yang cukup tinggi, kesuburan yang rendah dan ketersediaan air yang kurang. Kondisi yang lain adalah kecepatan angin yang cukut kuat namum kelembaban cukup tinggi sehingga evaporasi dan transpirasi cukup tinggi. Kondisi lahan pantai yang demikian tentunya memerlukan suatu usaha pemanfaatan yang memperhatikan faktor ekologi dalam rangka memaksimalkan hasil dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungannya. Upaya pengembangan usaha pertanian lahan pantai ini seringkali dihadapkan pada kendala ekologis yang merupakan sifat agroklimat lahan pasir itu sendiri Widodo, 2008:2.

3. Usahatani