commit to user 36
Dari gambar 4.2. dapat dijelaskan bahwa nilai kalor pembakaran bervariasi tergantung pada komposisi campuran biobriket. Nilai kalor pembakaran yang
tertinggi adalah pada komposisi campuran biobriket dari batubara 10 : arang tempurung kelapa 90 yaitu 6,13x10
3
Calgr. Semakin banyak komposisi batubara yang digunakan pada campuran biobriket maka semakin rendah nilai
kalor pembakaran biobriket yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pada analisa awal nilai kalor pembakaran briket batubara nilainya lebih rendah yaitu hanya
5,35x10
3
Calgr jika dibandingkan dengan briket arang tempurung kelapa yaitu 7,21x10
3
Calgr. Karena jenis batubara yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis batubara kualitas rendah Sub bituminous yaitu jenis batubara muda yang
hanya memiliki nilai kalor pembakaran 3000-6300 Calgr, yang biasanya digunakan untuk pemanfaatan pembakaran dengan temperatur rendah.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum tahun 1993 standar spesifikasi pada briket batubara tanpa karbonisasi nilai kalor pembakaran
yaitu 4000 Calgr. Hasil pengujian nilai kalor pembakaran untuk lima jenis komposisi campuran biobriket telah memenuhi spesifikasi briket batubara tanpa
karbonisasi.
IV.2 Analisa Kadar Air
Gambar 4.3. Grafik antara kadar air dan komposisi batubara dalam biobriket
commit to user 37
Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam biobriket. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum tahun 1993, standar spesifikasi pada briket batubara tanpa karbonisasi kadar air maksimal adalah 20. Dari gambar 4.3. dapat dijelaskan
bahwa semakin banyak komposisi batubara yang digunakan pada campuran biobriket maka semakin tinggi kadar air biobriket yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan pada analisa awal kadar air briket nilainya lebih tinggi yaitu 20,86 jika dibandingkan dengan briket arang tempurung kelapa yaitu hanya 6,51 .
Hasil pengujian nilai kadar air untuk lima jenis komposisi campuran biobriket telah memenuhi spesifikasi briket batubara tanpa karbonisasi.
IV.3 Hubungan Nilai Kalor Pembakaran dengan Kadar Air
Nilai kalor pembakaran dan kadar air sangat berpengaruh pada kualitas
biobriket yang dihasilkan. Nilai kalor pembakaran pada biobriket bergantung pada komposisi kimia pada bahan dan kadar air. Semakin rendah nilai kadar air maka
nilai kalor pembakaran biobriket semakin tinggi Aina, dkk., 2009. Kadar air yang meningkat mengakibatkan dibutuhkannya energi awal yang lebih untuk
membakar biobriket menurunkan titik nyala dan mengurangi nilai kalor pembakaran yang dihasilkan oleh biobriket Nukman, dkk., 2010. Kadar air pada
biobriket dipengaruhi oleh air bawaan dan air bebas pada bahan biobriket. Air bawaan merupakan air yang secara fisik tertambat secara kimiawi didalam ruang
atau rongga pada pori-pori bahan biobriket yaitu pada batubara dan tempurung kelapa. Sedangkan air bebas yaitu air yang menempel pada permukaan bahan dan
terikat secara fisis atau mekanis. Air bebas ini dapat berasal dari air ketika pencampuran bahan baku biobriket.
Kadar air pada biobriket diharapkan serendah mungkin agar nilai kalor pembakarannya semakin tinggi dan mempermudah penyalaan Budiman, dkk.,
2006. Salah satu cara untuk mengurangi kadar air pada biobriket adalah dengan cara pengeringan biobriket. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengagin-
anginkan biobriket yang selesai dibuat selama minimal 3 hari dengan tanpa terkena sinar matahari secara langsung, karena jika dijemur dibawah sinar
commit to user 38
matahari langsung dapat menyebabkan biobriket mengalami keretakan. Selain itu cara untuk mengurangi kadar air biobriket juga dilakukan dengan proses
pengarangan pada bahan biobriket yaitu pengarangan tempurung kelapa. Kadar air yang tinggi akan berpengaruh pada biaya pengangkutan yang semakin berat maka
biaya angkut akan lebih mahal.
IV.4 Analisa Kadar Abu