Pengaruh Penambahan Arang Aktif Tempurung Kelapa Dan Arang Aktif Batubara Terhadap Logam Besi (Fe) Dan Nikel (Ni) Pada Air Sumur Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
FAKHRENI 070802028
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
FAKHRENI 070802028
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF
TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe) DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Kategori : SKRIPSI
Nama : FAKHRENI
Nomor Induk Mahasiswa : 070802028
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2011
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Prof.Dr.Harry Agusnar.M.Sc.,M.Phill Prof.Dr.Zul Alfian.M.Sc NIP. 195308171983031002 NIP.195504051983031002 Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
DR. Rumondang Bulan Nst.,MS. NIP. 195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2011
FAKHRENI 070802028
(5)
PENGHARGAAN
Bissmillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT semesta alam yang dengan curahan cinta-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya sampaikan pada Rasulullah, Muhammad SAW, sosok yang sangat saya idolakan semoga kelak mendapat syafaat Beliau. Amin.
Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan cinta kasih tulus kepada Ayahanda tersayang Zulkifli (Almarhum), yang dengan doa dan tetes peluhnya, mengorbankan banyak hal untuk membesarkan dan mendidik saya dengan penuh cinta, Engkau selalu dihati Ayah, juga kepada Ibunda tersayang Nuraisah, yang dengan doa tiada henti dan cintanya telah mengajarkan banyak hal untuk kehidupan saya sampai detik ini, serta tak lupa adik-adik tercinta Fakhrunnisa, Fakhradina dan Fakhradila. Semoga cinta itu selalu mengikat kita. Amin. Serta seluruh keluarga yang telah memberikan banyak dukungannya.
Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku pembimbing 1 dan Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. DR. Rumondang Bulan Nst. Ms dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.
3. Drs. Philipus H.Siregar, selaku dosen wali saya yang telah banyak memberi masukan selama saya mencari ilmu di FMIPA USU.
4. Prof. Dr. Harlem Marpaung selaku dosen penguji dalam yang telah banyak memberikan saran dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa studi saya di FMIPA USU.
(6)
6. Kepala, staf dan seluruh teman-teman asisten Laboratorium Kimia Dasar LIDA USU Medan, abangda Rivan dan Hendi, Eko, Yuki, Deasy, Ani, Andreas, Novi, Nurul, Desi, Salmi, Ilman, Irwanto, Ayu, Dwi, Indah, Raissa, Rina dan kak Ayu selaku Analis Laboratorium yang telah memberikan segala fasilitas terbaik selama saya melakukan penelitian, terutama untuk Bang Boby, terima kasih atas masukan dan kerjasamanya.
7. Teman-teman seperjuangan saya: Oki, Destia, Decy, Fina, Ricca, Vasca dan seluruh personil Kimia stambuk 2007 yang tidaklah dapat saya sebutkan satu per satu namanya, namun sungguh sangat berkesan di hati saya. Terima kasih karena kalian telah menambah warna dalam hidup saya. Persahabatan itu sungguh indah dan tak tergantikan.
8. Teristimewa, Abangda Adiansyah, S.Si yang dengan sabarnya memberikan dorongan kepada saya. Terima kasih atas inspirasi, motivasi dan kerjasamanya selama ini.
9. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu semua, semoga Allah membalasnya dengan segala yang terbaik. Amin.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan saya baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2011
(7)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara terhadap logam besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Sampel diambil dari air sumur penduduk Kelurahan Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak. Ke dalam sampel air sumur ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan didestruksi. Kemudian
ditentukan konsentrasi dari logam berat besi (Fe) dan nikel (Ni) dari ekstrak sampel menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom melalui kurva kalibrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) dalam air sumur sebelum dan setelah penambahan arang aktif mengalami penurunan. Untuk arang aktif tempurung kelapa pada bulan pertama, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 61,94% dan 60,72%. Pada bulan kedua, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 61,95% dan 60,87%. Sementara pada bulan ketiga, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 60,10% dan 60,92%. Sedangkan arang aktif batubara pada bulan pertama, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,98% dan 92,61%. Pada bulan kedua, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,95% dan 92,76%. Sementara pada bulan ketiga, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,93% dan 91,83%.
(8)
THE ADDITION EFFECT’S OF BRICKET COCONUT AND COAL OF HEAVY METALS IRON (Fe) AND NICKEL (Ni) IN WELL WATER USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD ABSTRACT
The addition effect’s of bricket coconut and coal of heavy metals iron (Fe) and nickel (Ni) in well water using atomic absorption spectrophotometric method has been studied. The samples were taken from people’s well in Hamparan Perak village, Hamparan Perak district. Water samples were added 5 mL of HNO3 and destructed.
Then determinated the concentration of Iron (Fe) and Silver (Ni) from the extract samples using Atomic Absorption Spectrophotometer instrument with calibration curve. The result of research show that concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) in well water before and after has been decreased. For bricket coconut at the first month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,94% and 60,72%. At the second month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,95% and 60,87%. And the third month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,10% and 60,92% respectively. For coal at the first month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,98% and 92,61%. At the second month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,95% and 92,76%. And the third month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,93% and 91,83% respectively.
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 3
1.3.Pembatasan Masalah 3
1.4.Tujuan Penelitian 3
1.5.Manfaat Penelitian 4
1.6.Lokasi Penelitian 4
1.7.Metodologi Penelitian 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka 5
2.1.Air 5
2.2. Pencemaran Air 5
2.3. Kontaminasi Logam dalam Air 6
2.4 Logam 7
2.5.Besi (Fe) 8
2.5.1.Manfaat sebagai Mikroelemen 8
2.5.2.Efek Toksik 9
2.6.Nikel (Ni) 9
(10)
2.6.2.Efek Toksik 10
2.7.Spektrofotometri Serapan Atom 10
2.7.1.Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom 10 2.7.2.Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom 12
2.8.Karbon Aktif 13
2.8.1.Sifat-Sifat Karbon Aktif 14
2.8.2.Arang Tempurung Kelapa 15
2.8.3.Arang Batubara 15
Bab 3. Bahan dan Metode Penelitian 16
3.1.Bahan-bahan penelitian 16
3.2.Alat-alat Penelitian 16
3.3.Prosedur Penelitian 17
3.3.1.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L 17 3.3.2.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L 17 3.3.3.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L 17 3.3.4.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 0,00; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4 dan 0,5 mg/L 17
3.3.5.Pembuatan Kurva Standar Logam Besi (Fe) 17 3.3.6.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 100 mg/L 17 3.3.7.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 10 mg/L 17 3.3.8.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 1 mg/L 18 3.3.9.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 0,00; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4 dan 0,5 mg/L 18
3.3.10.Pembuatan Kurva Standar Logam Nikel (Ni) 18
3.3.11.Preparasi Sampel 18
3.3.12.Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur 18 3.3.12.Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel 18 3.3.13.Penentuan Kadar Logam Nikel (Ni) pada Sampel 19
3.4.Bagan Penelitian 20
3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi
(11)
3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi
Logam Nikel (Ni) 21
3.4.3. Preparasi Sampel Air Sumur 22
3.4.4. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur 22 3.4.5. Penentuan Besi (Fe) dalam Sampel Air Sumur 23 3.4.6. Penentuan Nikel (Ni) dalam Sampel Air Sumur 24
Bab 4. Hasil dan Pembahasan 25
4.1.Hasil Penelitian 25
4.1.1. Logam Besi (Fe) 25
4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe) 26
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 26
4.1.2.2. Koefisien Korelasi 27
4.1.2.3. Penentuan Konsentrasi 28
4.1.2.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam
Besi (Fe) 31
4.1.3. Logam Nikel (Ni) 33
4.1.4 Pengolahan Data Logam Nikel (Ni) 34
4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 34
4.1.4.2. Koefisien Korelasi 36
4.1.4.3. Penentuan Konsentrasi 36
4.1.4.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam
Nikel (Ni) 40
4.2. Pembahasan 41
Bab 5. Kesimpulan dan Saran 43
5.1.Kesimpulan 43
5.2.Saran 43
Daftar Pustaka 44
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA merek Shimadzu tipe AA-6300 pada
pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe) 25
Tabel 4.2. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe) 25 Tabel 4.3. Penentuan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi
logam Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan
standar Besi (Fe) 26
Tabel 4.4. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3
bulan 28
Tabel 4.5. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan 29 Tabel 4.6. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali
setiap bulan selama 3 bulan 29
Tabel 4.7. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif 31 Tabel 4.8. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam
air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa 31 Tabel 4.9. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam
air sumur setelah penambahan arang aktif batubara 31 Tabel 4.10. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa 32 Tabel 4.11. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
dalam air sumur untuk arang aktif batubara 32 Tabel 4.12. Kondisi alat SSA merek Shimadzu tipe AA-6300 pada
pengukuran konsentrasi logam Nikel (Ni) 33
(13)
Tabel 4.14. Penentuan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Nikel (Ni) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan
standar Nikel (Ni) 34
Tabel 4.15. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3
bulan 37
Tabel 4.16. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan 37 Tabel 4.17. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali
setiap bulan selama 3 bulan 38
Tabel 4.18. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif 39 Tabel 4.19. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni)
dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung
kelapa 39
Tabel 4.20. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara 40 Tabel 4.21. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa 41 Tabel 4.22. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1.: Komponen-komponen Spektrofotometer Serapan Atom 12 Gambar 4.1.: Kurva kalibrasi larutan standar Besi (Fe) 26 Gambar 4.2.: Kurva kalibrasi larutan standar Nikel (Ni) 34
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum 4 6
(16)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara terhadap logam besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Sampel diambil dari air sumur penduduk Kelurahan Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak. Ke dalam sampel air sumur ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan didestruksi. Kemudian
ditentukan konsentrasi dari logam berat besi (Fe) dan nikel (Ni) dari ekstrak sampel menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom melalui kurva kalibrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) dalam air sumur sebelum dan setelah penambahan arang aktif mengalami penurunan. Untuk arang aktif tempurung kelapa pada bulan pertama, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 61,94% dan 60,72%. Pada bulan kedua, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 61,95% dan 60,87%. Sementara pada bulan ketiga, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 60,10% dan 60,92%. Sedangkan arang aktif batubara pada bulan pertama, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,98% dan 92,61%. Pada bulan kedua, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,95% dan 92,76%. Sementara pada bulan ketiga, konsentrasi logam besi (Fe) dan nikel (Ni) turun sebesar 91,93% dan 91,83%.
(17)
THE ADDITION EFFECT’S OF BRICKET COCONUT AND COAL OF HEAVY METALS IRON (Fe) AND NICKEL (Ni) IN WELL WATER USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD ABSTRACT
The addition effect’s of bricket coconut and coal of heavy metals iron (Fe) and nickel (Ni) in well water using atomic absorption spectrophotometric method has been studied. The samples were taken from people’s well in Hamparan Perak village, Hamparan Perak district. Water samples were added 5 mL of HNO3 and destructed.
Then determinated the concentration of Iron (Fe) and Silver (Ni) from the extract samples using Atomic Absorption Spectrophotometer instrument with calibration curve. The result of research show that concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) in well water before and after has been decreased. For bricket coconut at the first month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,94% and 60,72%. At the second month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,95% and 60,87%. And the third month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 61,10% and 60,92% respectively. For coal at the first month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,98% and 92,61%. At the second month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,95% and 92,76%. And the third month, concentration of iron (Fe) and nickel (Ni) decreased 91,93% and 91,83% respectively.
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Oleh karena itu perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan akan air semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk akan tetapi disebabkan oleh kebutuhan per kapita yang meningkat sesuai dengan perkembangan pola hidup manusia (Mahida, U.N. 1986).
Pencemaran air yang disebabkan oleh komponen – komponen anorganik dan organik yang berasal dari kegiatan manusia seperti industri maupun buangan domestik diantaranya berbagai logam berat berbahaya. Beberapa logam tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan, karena diproduksi secara rutin dalam skala industri. Penggunaan logam – logam berat tersebut ternyata langsung maupun tidak langsung telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.
Telah diketahui bahwa persediaan air dari berbagai sumber air sangat terbatas dengan distribusi yang tidak merata, sehingga perlu dicari upaya-upaya untuk
(19)
mengatasi kelangkaan air bagi generasi yang akan datang. Kelangkaan air akan merangsang pemanfaatan air dari berbagai sumber air (Hefni, E, 2003).
Sumur telah lama digunakan sebagai sumber air untuk berbagai kebutuhan rumah tangga dan industri kecil, menengah dan besar. Penggunaan sumur merupakan suatu alternatif bagi daerah yang tidak mendapat pelayanan atau tidak terjangkau pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada air yang kelihatan jernih, misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air dan sebagainya di dalamnya kemungkinan besar mengandung mikroorganisme seperti kelompok bakteri besi yang mampu mengoksidasi senyawa fero menjadi feri, akibatnya air sering berubah warnanya kalau disimpan lama yaitu warna kehitaman, kecoklat-coklatan dan sebagainya.
Kehadiran unsur besi (Fe) dalam air bersih menyebabkan timbulnya rasa dan bau logam, menimbulkan warna koloid merah (karat) dalam air akibat oksidasi oleh oksigen terlarut dan dapat merupakan racum bagi manusia. Demikian juga kehadiran unsur nikel (Ni) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun pada manusia sehingga perlu pembatasan yang ketat. Pemilihan lokasi pengambilan sampel di kawasan desa Hamparan Perak berdasarkan pengamatan visual yang dianggap rawan pencemaran yaitu daerah yang dekat dengan kawasan industri.
Banyak cara dan metode yang digunakan pada pengolahan air sumur agar dapat digunakan sebagai air minum dalam kehidupan sehari – hari, dimana dengan cara menambahkan adsorben yang berfungsi untuk menurunkan beberapa kadar parameter air. Adsorben yang digunakan adalah arang aktif yang memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi sehingga dapat menyerap atau mengikat zat – zat pencemar yang terdapat dalam air sumur. Tempurung kelapa memiliki potensi sebagai bahan baku dari arang aktif, dimana mempunyai daya adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap (Ari Budiono, 2008). Batubara muda (lignit) memiliki kandungan karbon, kadar air dan mineral anorganik yang tinggi namun memiliki energi yang rendah, sehingga pemanfaatannya sebagai sumber energi menjadi tidak menguntungkan. Salah satu pemanfaatan batubara muda (lignit) adalah sebagai adsorben arang aktif pada pengolahan limbah cair. Adsorben dari batubara muda ini
(20)
mampu menyerap logam besi (Fe) dan logam arsen (As) sekitar 92,08% (Damris, M. 2003).
Arang aktif dengan perlakuan terbaik dapat digunakan sebagai bahan penjernih air sumur yang tercemar. Arang aktif dapat menjernihkan air sumur yang keruh, menyerap warna, menurunkan kadar logam seng, mangan, besi dan nikel (Rini Pujiarti, 2005).
Metode pengujian yang akan digunakan penulis adalah dengan membandingkan hasil penurunan persentasi (%) kadar unsur besi (Fe) dan nikel (Ni) sebelum dan sesudah ditambahkan dengan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara.
1.2. Permasalahan
Bagaimana pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara terhadap logam besi (Fe) dan Nikel (Ni) pada air sumur yang memenuhi persyaratan untuk kualitas air minum ?
1.3.Pembatasan Masalah.
Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar logam besi (Fe) dan nikel (Ni) dengan instrumen SSA tipe nyala merek Shimadzu seri AA-6300 terhadap sampel air sumur sebelum dan sesudah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara.
1.4. Tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentasi (%) penurunan kadar unsur besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara.
(21)
1.5. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berguna tentang pengolahan air sumur sebagai air minum yang memenuhi persyaratan kualitas air minum.
1.6. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA Universitas Sumatera Utara dan Analisis Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
1.7. Metodologi Penelitian.
1. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium. 2. Penentuan pH dengan menggunakan pH meter.
3. Sampel adalah air sumur yang diambil dari sumur penduduk Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak yang diambil sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan berturut – turut.
4. Pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat.
5. Adsorben yang digunakan adalah arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara.
6. Penentuan kadar unsur besi (Fe) dan nikel (Ni) dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada λspesifik 248,3 nm untuk logam
besi (Fe) dan 232,0 nm untuk logam nikel (Ni).
7. Waktu perendaman arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara di dalam air sumur adalah 3 jam.
(22)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah zat yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia, hewan serta tumbuh – tumbuhan. Manfaat air bermacam – macam misalnya untuk diminum, pembawa zat makanan, zat pelarut, pembersih dan lain sebagainya. Oleh karena itu penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Air bersih mutlak diperlukan, karena merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit – penyakit perut. Dari penelitian – penelitian yang dilakukan, bahwasanya penduduk yang menggunakan air bersih mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk menderita sakit dibandingkan dengan penduduk yang tidak menggunakan air bersih. Melalui penyediaan air bersih, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, diharapkan dapat menghambat penyebaran penyakit menular. Agar air yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa minuman maupun makanan tidak mengandung bibit penyakit, maka pengolahan air baik yang berasal dari sumber air dan jaringan transmisi ataupun distribusi adalah sangat diperlukan.
(23)
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari kuantitas dan kualitas limbah yang dibuang ke
sungai, baik limbah padat maupun limbah cair. Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan menjadi :
a. Effluen Industri Pengolahan
Effluen adalah pencemaran limbah cair yang masuk ke dalam air bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik industri, sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi, kambing), industri pengolahan makanan, industri minuman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia, industri mineral non-logam, industri logam dasar, industri hasil olahan logam dan industri listrik dan gas.
b. Sumber Domestik/Buangan Rumah Tangga
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan, dan rumah sakit (Sastrawijaya,A.T. 2000).
2.3. Kontaminasi Logam dalam Air
Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari pertambangan, peleburan logam dan industri lainnya, dan dapat juga berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam.
Di dalam air biasanya logam berikatan dengan senyawa kimia atau dalam bentuk logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada. Tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi bergantung pada lokasi, jenis kompartemen, dan tingkat pencemarannya. Telah banyak dilaporkan bahwa konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup di dalamnya. Biasanya tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut pencemarannya. Yaitu polusi berat, polusi sedang dan nonpolusi. Suatu perairan dengan tingkat polusi berat
(24)
dalam air, dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi sedang, kandungan berat dalam air dan biota di dalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi.
Tujuan utama untuk mengetahui konsentrasi logam dalam lingkungan perairan adalah :
a. mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam hewan air, baik ikan air laut maupun ikan air tawar, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencegah terjadinya toksisitas kronis maupun aktif pada orang yang memakannya.
b. mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam air dan sedimen, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk memonitor kualitas air yang mungkin digunakan sebagai irigasi maupun air minum, yang akhirnya berakibat buruk bagi orang yang mengkonsumsinya.
Karena itu suatu pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan perlu diperhatikan secara serius, mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan lingkungan hidup.
2.4. Logam
Dalam kehidupan sehari - hari, kita tidak terpisah dari benda - benda yang bersifat logam. Benda ini kita gunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga seperti sendok, garpu, pisau sampai pada tingkat perhiasan mewah yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang seperti emas, perak dan lain - lain. Secara gamblang, dalam konotasi keseharian kita beranggapan bahwa logam diidentikkan dengan besi, padat, keras, berat dan sulit dibentuk (Palar, 2008).
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia.
(25)
Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup. Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam – logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Disamping hal tersebut, beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi manjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat menbantu di dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangkan logam nonesensial adalah logam yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak organ – organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel,A.I. 1994).
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara alamiah, yaitu kurang dari 1 µg/L. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam tersebut dapat meningkat. Dalam mempelajari konsentrasi dalam lingkungan perairan, terlebih dahulu perlu diketahui tujuan dan pengetahuan mengenai alur pergerakan logam yang teliti, hubungan masing – masing interaksi logam terhadap logam lain, model distribusi logam dalam jaringan biota air, dan akumulasinya dalam setiap jaringan (Darmono, 2001).
2.5. Besi (Fe)
Besi (Fe) menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan sejumlah kecil terdapat dalam kerak bumi. Fe hampir tidak dapat ditemukan dalam unsur bebas.
2.5.1 Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh
Fe memiliki fungsi esensial di dalam tubuh yaitu :
a. sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh. b. Sebagai alat angkut elektron di dalam sel.
(26)
c. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.
Kadar Fe dalam tubuh manusia kira - kira 3- 5 g. Sebanyak 2/3 bagian terikat oleh Hb, 10% diikat oleh mioglobin dan enzim yang mengandung Fe dan sisanya terikat dalam protein feritrin dan hemosiderin.
2.5.2. Efek Toksik
Kelebihan Fe jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh konsumsi suplemen Fe. Kerusakan - kerusakan jaringan karena akumulasi Fe disebut hemokromatosis. Hal itu disebabkan karena hemosiderin sulit melepaskan Fe. Hemokromatosis adalah penyakit karena meningkatnya absorpsi Fe sehingga tidak mampu mengatur absorpsi Fe dari usus. Penderita hemokromatosis menunjukkan akumulasi Fe di hati, limpa, tulang sumsum, jantung dan jaringan – jaringan lainnya. Penderita hemokromatosis beresiko terserang kanker hati, penyakit jantung, dan berbagai penyakit lainnya (Widowati,W. 2008).
Kadar Fe yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi,H. 2003 ).
2.6. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih keperakan yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempah dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445oC dan bersifat sedikit magnetis (Vogel,A.I. 1994).
2.6.1. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh
Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein serta sebagai kofaktor berbagai enzim. Nikel juga berperan mengatur
(27)
kadar lipid dalam jaringan dan dalam sintesis fosfolipid. Nikel juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.
2.6.2. Efek Toksik
Tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkan munculnya berbagai efek samping yaitu akumulasi N pada kelenjar pituitari yang bisa mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin dibawah normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin (Widowati, 2008).
2.7. Spektrofotometri Serapan Atom
2.7.1. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh (1955) metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah digunakan untuk mendeteksi (menganalisa) hampir keseluruhan unsur – unsur logam yang terdapat dalam sistem periodik unsur. SSA digunakan untuk menganalisis logam yang terdapat di dalam sampel dalam bentuk bahan – bahan pencemar lingkungan (A. Walsh, 1955). Spektroskopi serapan atom adalah spektroskopi atomik yang disertai penyerapan sebagai suatu emisi atau pancaran. Di dalam beberapa dekade spektroskopi serapan atom menjadi salah satu dari cara yang paling luas digunakan untuk teknik analisa (Kennedy, J.H. 1984).
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah kecil. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut.
Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet.
(28)
Metode spektroskopi serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditimgkatkan energinya ke tingkat eksitasi (Rohman,A. 2007).
Jika suatu larutan yang mengandung suatu garam logam dihembuskan ke dalam suatu nyala (misalnya asetilena yang terbakar di udara), dapatlah terbentuk uap yang mengandung atom-atom logam itu. Beberapa atom logam dalam gas ini dapat dieksitasi ke tingkatan energi yang cukup tinggi untuk memungkinkan pemancaran radiasi yang karakteristik dari logam tersebut, misalnya warna kunig karakteristik mewarnai nyala oleh sebab senyawa natrium. Tetapi, jumlah jauh lebih besar dari atom logam bentuk gas itu normalnya tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi, atau dengan perkataan lain dalam keadaan dasar. Atom-atom keadaan dasar ini mampu menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila tereksitasi dalam keadaan dasar. Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang mendasari spektroskopi serapan atom (Vogel, A.I, 1994).
Spektrofotometri serapan atom kegunaannya lebih ditentukan untuk analisis kuantitatif logam-logam alkali dan alkali tanah. Untuk maksud ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
- Larutan sampel diusahakan seencer mungkin kadar unsur yang dianalisis tidak lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai. Larutan yang dianalisis lebih disukai diasamkan atau kalau dilebur dengan alkali tanah terakhir harus diasamkan lagi.
- Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida. Hendaklah dipakai pelarut-pelarut untuk analisis (p.a) (Mulja. 1995) .
(29)
2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (Underwood, A.L. 1988).
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.
2. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala dan tanpa nyala
Tabung katoda cekung
Pemotong
berputar Nyala
M onokrom ator D etektor
Penguat arus
searah Pencatat
Sum ber tenaga
B ahan
bakar C ontoh O ksigen M otor
(30)
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.
b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit. Sampel diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman, A. 2007).
3. Monokromator
Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat dianggap sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik, yang mana spectrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell,S.J. 1991).
4. Detektor
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga tidak memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari eksitasi termal (Khopkar,S.M. 2003).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil.
(31)
Karbon berpori atau lebih dikenal dengan nama karbon aktif, digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan warna, pengolahan limbah, pemurnian air. Karbon aktif akan membentuk amorf yang sebagian besar terdiri dari bahan – bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300 – 3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbin aktif dapat mengasorpsi gas dan senyawa – senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori – pori dan luas permukaan.
Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing – masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori – pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan (Diana Puspita, 2008).
2.8.1. Sifat-Sifat Karbon Aktif
Karena susunan atom-atom yang tidak teratur, sifat-sifat fisik karbon aktif berbeda dari bentuk grafit dan intan. Partikel karbon aktif sangat kecil, dengan diameter antara 10-300 nm, dan kerapan kira-kira 1,8 mg/m3 (Tony Blythe, 2005). Komponen-komponen lain diluar dari karbon aktif adalah oksigen, hidrogen dan sulfur. Dasar pembuatan arang aktif adalah pengubahan senyawa hidrokarbon menjadi karbon dan hidrogen, melalui proses pembakaran dalam udara sedikit yang digunakan untuk proses dekomposisi hidrokarbon itu sendiri menjadi karbon dan hidrogen. Setelah proses dekomposisi akan terbentuk partikel dengan bobot molekul rendah yang berfungsi sebagai inti. Inti dapat membesar sambil melepaskan hidrogen dan akhirnya akan terbentuk partikel karbon yang padat (Ando.J., 1982).
(32)
2.8.2. Arang Tempurung Kelapa
Pada umumnya tempurung kelapa dimanfaatkan sebagai bahan bakar, dalam bentuk tempurung kering atau arang tempurung. Tempurung kelapa di samping digunakan sebagai untuk pembuatan arang juga untuk dipergunakan sebagai arang aktif, yang mempunyai kemampuan mengasorpsi gas dan uap. Cara kerja arang tempurung aktif ini terutama daya afinitas (daya tarik menarik) yang selektif terhadap substansi tertentu. Daya afinitas yang selektif dari tempurung kelapa ini dapat ditunjukkan kemampuannya dalam melakukan dekolorisasi terhadap larutan yang keruh (Ari Budiono, 2008).
2.8.3. Arang Batubara
Batubara dibentuk dari peluruhan tumbuhan oleh bakteri di bawah aneka ragam tekanan. Batubara ini dikelompokkan menurut kadar karbonnya : antrasit atau batubara keras mengandung kadar karbon tertinggi, batubara bitumen (lunak), batubara muda (lignit) dan akhirnya gambut (Fessenden,R.J. 1989).
Batubara adalah bahan bakar fosil yang terbanyak diperkirakan adalah tumbuh-tumbuhan yang menfosil. Ditaksir bahwa paling tidak diperkirakan 20 kaki tumbuh-tumbuhan yang dipadatkan untuk memperoleh lapisan batubara setebal 1 kaki. Tumbuhan yang dipadatkan ini, tanpa adanya udara dan dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang tinggi, selanjutnya akan berubah menjadi tumbuhan lapuk (turf), suatu bahan bakar yang mempunyai tingkatan energi yang sangat rendah, kemudian menjadi batubara coklat, lalu menjadi lignit kemudian menjadi batubara subbitumin dan bitumin dan akhirnya menjadi batubara antrasitik. Batubara terdiri atas berbagai campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa pengotoran lain (Suhartanto, 2009).
(33)
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1.Bahan – bahan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Arang Aktif Tempurung Kelapa
- Arang Aktif Batubara - Sampel Air Sumur
- Larutan Induk Fe 1000 mg/L E.Merck - Larutan Induk Ni 1000 mg/L E.Merck
- HNO3(p) 65% E.Merck
- Akuades -
3.2.Alat – alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-6300
- Labu Takar Pyrex
- Gelas Ukur Pyrex
- Pipet Volumetri Pyrex
- Gelas Beaker Pyrex
- pH meter WalkLAB
(34)
- Kertas Saring Whatman
3.3.Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan Standar Besi 100 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan induk besi 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.2. Pembuatan Larutan Standar Besi 10 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar besi 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Besi 1 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar besi 1 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.4. Pembuatan Larutan Seri Standar Besi 0,00; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/L
Sebanyak 0,00; 5; 10; 15; 20; dan 25 mL larutan standar besi 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.5 Pembuatan Kurva Standar logam Besi (Fe)
Larutan seri standar logam Besi 0,00 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 248,3 nm. Perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Besi 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg/L.
3.3.6. Pembuatan Larutan Standar Nikel 100 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan induk nikel 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
(35)
Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.8. Pembuatan Larutan Standar Nikel 1 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 1 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.9. Pembuatan Larutan Seri Standar Nikel 0,00; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; dan 0,25 mg/L
Sebanyak 0,00; 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 mL larutan standar nikel 1 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.10. Pembuatan Kurva Standar logam Nikel (Ni)
Larutan seri standar logam Nikel 0,00 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0 nm. Perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Nikel 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mg/L.
3.3.11. Preparasi Sampel
Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan HNO3
pekat hingga pH 3 lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan diaduk hingga homogen.
3.3.12. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur
Sebanyak 20 g arang aktif tempurung kelapa dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 100 mL sampel air sumur, lalu didiamkan selama 3 jam kemudian disaring menggunakan kertas saring No. 42. Perlakuan yang sama dilakukan untuk arang aktif batubara.
(36)
Absorbansi larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 248,3
nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.
3.3.14. Penentuan kadar logam Nikel (Ni) pada sampel
Absorbansi larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0
(37)
3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)
Larutan Standar Besi (Fe) 1000 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L
Dipipet sebanyak 0,0;5;10;15.20;25 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg/L
Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 248,3 nm
(38)
3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikel (Ni)
Larutan Standar Nikel (Ni) 1000 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Nikel (Ni) 100 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Nikel (Ni) 10 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Seri Standar Nikel (Ni) 0,0; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mg/L
Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0 nm
Larutan Standar Nikel (Ni) 1 mg/L
Dipipet sebanyak 0,0;2,5;5;7,5.10;12,5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
(39)
3.4.3. Preparasi Sampel Air Sumur
3.4.4. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan untuk arang aktif batubara Air Sumur Penduduk
Dimasukkan ke dalam botol plastik
Ditutup hingga tidak terdapat gelembung udara Sampel Air Sumur
20 g Arang Aktif Tempurung Kelapa
Dimasukkan ke dalam gelas beaker Ditambahkan 100 mL Sampel Air Sumur Ditutup dengan plastik dan karet
Didiamkan selama 3 jam
Disaring dengan kertas saring No. 42 Larutan Jernih Air Sumur
(40)
3.4.5. Penentuan Besi (Fe) dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali, sebelum dan sesudah penambahan arang aktif.
Filtrat Residu
Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Ditambahkan akuades hingga garis tanda
Larutan Sampel Hasil Destruksi
Diukur absorbansi dengan SSA pada λspesifik = 248,3 nm
Hasil
100 mL Sampel Air Sumur
Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer Ditambahkan 5 mL HNO3(p) hingga pH 3
Dipanaskan hingga hampir kering Didinginkan
(41)
3.4.6. Penentuan Nikel (Ni) dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali, sebelum dan sesudah penambahan arang aktif.
Filtrat Residu
Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Ditambahkan akuades hingga garis tanda
Larutan Sampel Hasil Destruksi
Diukur absorbansi dengan SSA pada λspesifik = 232,0 nm
Hasil
100 mL Sampel Air Sumur
Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer Ditambahkan 5 mL HNO3(p) hingga pH 3
Dipanaskan hingga hampir kering Didinginkan
(42)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Logam Besi (Fe)
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-6300 pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe)
No Parameter Logam Besi (Fe)
1 2 3 4 5 6
Panjang gelombang (nm) Tipe nyala
Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)
Lebar Celah (nm) Ketinggian tungku (mm)
248,3 Udara-C2H2
1,6 15,0
0,2 7
Tabel 4.2. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe)
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata
0,0000 0,0003
0,1000 0,0064
(43)
0,3000 0,0176
0,4000 0,0244
0,5000 0,0302
Gambar 4.1. Kurva kalibrasi larutan standar Besi (Fe)
4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Besi (Fe) pada tabel 4.2. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Besi (Fe)
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0003 -0,2500 -0,0149 0,0625 2,2201.10-4 0,3725.10-2 2 0,1000 0,0064 -0,1500 -0,0088 0,0225 0,7744.10-4 0,0132.10-1 3 0,2000 0,0124 -0,0500 -0,0028 0,0025 0,0784.10-4 0,0014.10-1 4 0,3000 0,0176 0,0500 0,0024 0,0025 0,0576.10-4 0,0012.10-1
y = 0.0596x+0.0003 R² = 0.999
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
A b so rb a n si L o g a m B e si
(44)
5 0,4000 0,0244 0,1500 0,0092 0,0225 0,8464.10-4 0,0138.10-1 6 0,5000 0,0302 0,2500 0,0150 0,0625 0,0225.10-2 0,0375.10-1 Σ 1,5000 0,0913 0,0000 0,0001 0,1750 6,2269.10-4 1,0435.10—2
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :
dimana :
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut :
Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.5. pada persamaan ini maka diperoleh :
= 0,0152 – 0,0149 = 0,0003
Maka pesamaan garis yang diperoleh adalah :
4.1.2.2. Koefisien Korelasi
(45)
Koefisien korelasi untuk logam Besi (Fe) adalah:
4.1.2.3. Penentuan konsentrasi
Untuk menghitung konsentrasi dari logam Besi (Fe), maka diambil salah satu data hasil pengukuran absorbansi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sebelum dan setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara pada bulan tertentu. Data selengkapnya pada Tabel 4.4., Tabel 4.5. dan Tabel 4.6.
Tabel 4.4. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0083 0,0076 0,0063 0,0080 0,0077 0,0065 0,0081 0,0076 0,0064 0,0081 0,0076 0,0064 II M1 \M2
M3 0,0080 0,0083 0,0074 0,0081 0,0083 0,0074 0,0080 0,0082 0,0072 0,0080 0,0082 0,0073 III M1 M2 M3 0,0076 0,0084 0,0072 0,0077 0,0082 0,0074 0,0076 0,0084 0,0073 0,0076 0,0083 0,0073
(46)
Tabel 4.5. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0025 0,0030 0,0032 0,0026 0,0033 0,0031 0,0025 0,0031 0,0032 0,0025 0,0034 0,0031 II M1 M2 M3 0,0023 0,0032 0,0040 0,0022 0,0031 0,0041 0,00223 0,0031 0,0041 0,0023 0,0031 0,0041 III M1 M2 M3 0,0024 0,0038 0,0030 0,0024 0,0037 0,0031 0,0023 0,0038 0,0030 0,0024 0,0038 0,0030
Tabel 4.6. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0008 0,0008 0,0008 0,0009 0,0008 0,0009 0,0009 0,0008 0,0008 0,0009 0,0008 0,0008 II M1 M2 M3 0,0009 0,0009 0,0006 0,0009 0,0010 0,0007 0,0008 0,0010 0,0007 0,0009 0,0010 0,0007 III M1 M2 M3 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 0,0009 0,0008 0,0008 0,0009 0,0009 0,0008 0,0009 0,0008
(47)
Konsentrasi logam Besi (Fe) sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara bulan I dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) rata-rata logam Besi (Fe) ke persamaan :
maka diperoleh: X1 = 0,1308
X2 = 0,1224
X3 = 0,1023
X1 = 0,1308 (X1 – X)2 = 1,5129 . 10-4
X2 = 0,1224 (X2 – X)2 = 0,1521 . 10-4
X3 = 0,1023 (X3 – X)2 = 2,6244 . 10-4
X = 0,1185 ∑(Xi – X)2 = 4,2894 . 10-4
Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk: X ± d (mg/L) dimana: d = t (P,dk) Sx
dari daftar t student untuk , derajat kebebasan
Untuk derajat kepercayaan 95% nilai maka : d = t (P.dk) Sx
d = 4,30 (0,005 . 2) 0,0084 d = 0,0036
Dengan demikian konsentrasi Besi (Fe) dapat ditulis: 0,1185 ± 0,0036 (mg/L)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum dan setelah penambahan arang aktif. Data selengkapnya pada Tabel 4.7., Tabel 4.8. dan 4.9.
(48)
Tabel 4.7. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0083 0,0076 0,0063 0,0080 0,0077 0,0065 0,0081 0,0076 0,0064 0,0081 0,0076 0,0064
0,1185 ± 0,0036 0,1280 ± 0,0021 0,1246 ± 0,0018
Tabel 4.8. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0025 0,0023 0,0024 0,0030 0,0031 0,0038 0,0032 0,0041 0,0030 0,0029 0,0032 0,0031
0,0451 ± 0,0017 0,0486 ± 0,0060 0,0474 ± 0,0028
Tabel 4.9. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0009 0,0009 0,0008 0,0008 0,0010 0,0009 0,0008 0,0007 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008
0,0088 ± 0,00002 0,0103 ± 0,00047 0,0088 ± 0,00008
4.1.2.4. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
Dari data di atas dapat ditentukan persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dengan menggunakan rumus :
(49)
x 100%
Maka persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa pada bulan I adalah :
x 100% = 61,94%
Dengan cara yang sama dapat dihitung persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara untuk bulan II dan III. Data selengkapnya pada tabel 4.10. dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah Penambahan
I 0,1185 0,0451 61,94%
II 0,1280 0,0487 61,95%
III 0,1246 0,0463 61,10%
Tabel 4.11. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur untuk arang aktif batubara.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah Penambahan
I 0,1185 0,0095 91,98%
II 0,1280 0,0103 91,95%
(50)
4.1.3. Logam Nikel (Ni)
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi logam Nikel (Ni) dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-6300 pada pengukuran konsentrasi logam Nikel (Ni)
No Parameter Logam Nikel (Ni)
1 2 3 4 5 6
Panjang gelombang (nm) Tipe nyala
Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) Kecepatan aliran Udara (L/min)
Lebar Celah (nm) Ketinggian tunggku (mm)
232,0 Udara-C2H2
2,8 15,0
0,7 9
Tabel 4.13. Data absorbansi larutan standar Nikel (Ni)
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata
0,0000 0,0002
0,0500 0,0060
0,1000 0,0154
0,1500 0,0238
0,2000 0,0329
(51)
Gambar 4.2. Kurva kalibrasi larutan standar Nikel (Ni)
4.1.4. Pengolahan Data Logam Nikel (Ni)
4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Nikel (Ni) pada Tabel 4.13. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Nikel (Ni) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Nikel (Ni).
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0002 -0,2500 -0,0197 0,0625 3,8809.10-4 0,4925. 10-2 2 0,0500 0,0060 -0,1500 -0,0139 0,0225 1,9321. 10-4 0,2085. 10-2 3 0,1000 0,0154 -0.0500 -0,0045 0,0025 0,2025. 10-4 0,0225. 10-2 4 0,1500 0,0238 0,0500 0,0039 0,0025 0,1521. 10-4 0,0195. 10-2 5 0,2000 0,0329 0,1500 0,0130 0,0225 1,6900. 10-4 0,1950. 10-2 6 0,2500 0,0412 0,2500 0,0213 0,0625 4,5369. 10-4 0,5325. 10-2 ∑ 0,7500 0,1195 0,0000 0,0001 0,1750 12,3945. 10-4 1,4705. 10-2
y = 0.0840x- 0.0011 R² = 0.9985
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
A b so rb a n si L o g a m N ike l
(52)
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :
dimana :
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut :
Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.11. pada persamaan ini maka diperoleh :
= 0,0199 – 0,0210 = -0,0011
(53)
4.1.4.2. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Koefisien korelasi untuk logam Nikel (Ni) adalah:
4.1.4.3. Penentuan konsentrasi
Untuk menghitung konsentrasi dari logam Nikel (Ni), maka diambil salah satu data hasil pengukuran absorbansi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sebelum dan setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara pada bulan tertentu. Data selengkapnya pada Tabel 4.15., Tabel 4.16. dan Tabel 4.17.
(54)
Tabel 4.15. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0038 0,0035 0,0036 0,0035 0,0036 0,0037 0,0037 0,0036 0,0037 0,0036 0,0035 0,0036 II M1 M2 M3 0,0041 0,0042 0,0043 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 0,0043 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 III M1 M2 M3 0,0037 0,0035 0,0035 0,0036 0,0038 0,0036 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0036 0,0036
Tabel 4.16. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,00067 0,00076 0,00069 0,00068 0,00079 0,00069 0,00068 0,00080 0,00071 0,00068 0,00079 0,00070 II M1 M2 M3 0,00080 0,00092 0,00105 0,00081 0,00094 0,00104 0,00081 0,00093 0,00105 0,00081 0,00094 0,00105 III M1 M2 M3 0,00079 0,00071 0,00069 0,00080 0,00070 0,00068 0,00080 0,00071 0,00068 0,00080 0,00071 0,00068
(55)
Tabel 4.17. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,00003 0,00004 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 II M1 M2 M3 0,00007 0,00007 0,00007 0,00006 0,00008 0,00008 0,00007 0,00008 0,00008 0,00007 0,00008 0,00008 III M1 M2 M3 0,00006 0,00003 0,00005 0,00005 0,00004 0,00005 0,00006 0,00004 0,00005 0,00006 0,00004 0,00005
Konsentrasi logam Nikel (Ni) sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara bulan I dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) rata-rata logam Nikel (Ni) ke persamaan :
maka diperoleh: X1 = 0,0559
X2 = 0,0547
X3 = 0,0559
X1 = 0,0559 (X1 – X)2 = 0,0016 . 10-4
X2 = 0,0547 (X2 – X)2 = 0,0064 . 10-4
X3 = 0,0599 (X3 – X)2 = 0,0016 . 10-4
X = 0,0555 ∑(Xi – X)2 = 0,0096 . 10-4
Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk: X ± d (mg/L) dimana: d = t (P,dk) Sx
(56)
dari daftar t student untuk , derajat kebebasan
Untuk derajat kepercayaan 95% nilai maka : d = t (P.dk) Sx
d = 4,30 (0,005 . 2) 0,0004 d = 0,00017
Dengan demikian konsentrasi Nikel (Ni) dapat ditulis: 0,0559 ± 0,00017 (mg/L)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sebelum dan setelah penambahan arang aktif. Data selengkapnya pada Tabel 4.18., 4.19. dan Tabel 4.20.
Tabel 4.18. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif.
Bulan Absorbansi (A) Kosentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0036 0,0041 0,0037 0,0035 0,0042 0,0036 0,0036 0,0042 0,0036 0,0036 0,0042 0,0036
0,0555 ± 0,00017 0,0622 ± 0,00012 0,0563 ± 0,00017
Tabel 4.19. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,00068 0,00081 0,00080 0,00079 0,00094 0,00071 0,00070 0,00105 0,00068 0,00072 0,00093 0,00073
0,0218 ± 0,00017 0,0243 ± 0,00021 0,0221 ± 0,00017
(57)
Tabel 4.20. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,00004 0,00007 0,00006 0,00003 0,00008 0,00004 0,00004 0,00008 0,00005 0,00003 0,00008 0,00005
0,0041 ± 0,00007 0,0045 ± 0,00004 0,0046 ± 0,00004
4.1.4.4. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
Dari data di atas dapat ditentukan persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dengan menggunakan rumus :
x 100%
Maka persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa pada bulan I adalah :
x 100% = 60,72%
Dengan cara yang sama dapat dihitung persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara untuk bulan II dan III. Data selengkapnya pada tabel 4.21. dan Tabel 4.22.
Tabel 4.21. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Konsentrasi (mg/L) Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Sebelum Penambahan Setelah Penambahan
I 0,0555 0,0218 60,72%
II 0,0622 0,0243 60,87%
(58)
Tabel 4.22. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur untuk arang aktif batubara.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah Penambahan
I 0,0555 0,0041 92,61%
II 0,0622 0,0045 92,76%
III 0,0563 0,0046 91,83%
4.2. Pembahasan
Penentuan kadar logam berat Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum dan setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara dilakukan dengan mendestruksi sampel air terlebih dahulu. Kemudian diukur nilai absorbansi dan konsentrasi dari ekstrak sampel menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang tertentu. Konsentrasi sampel air sebelum penambahan arang aktif yang didapat dibandingkan dengan konsentrasi sampel air setelah penambahan arang aktif. Kemudian ditentukan persentasi (%) penurunan konsentrasi pada tiap bulannya selama 3 bulan berturut-turut.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif batubara lebih besar daripada arang aktif tempurung kelapa. Untuk logam Besi (Fe) dalam air sumur, pada bulan I sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,1185 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0451 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0088 mg/L untuk batubara. Dengan kata lain, pada bulan I konsentrasi Besi (Fe) berkurang setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara masing – masing sebesar 61,94% dan 91,98%. Untuk bulan ke II, konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,1280 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0486 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0103 mg/L untuk batubara. Pada bulan ke II
(59)
konsentrasi logam Besi (Fe) mengalami penurunan masing - masing sebesar 61,95% dan 91,95% Untuk bulan ke III, konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,1246 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0451 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0088 mg/L. Pada bulan ke III ini konsentrasi logam Besi (Fe) mengalami penurunan masing – masing sebesar 61,10% dan 91,93%. (Tabel 4.10 dan Tabel 4.11)
Hal yang serupa juga terjadi pada logam Nikel (Ni). Pada bulan I sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,0555 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0218 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0041 mg/L untuk batubara. Dengan kata lain, pada bulan I konsentrasi Nikel (Ni) berkurang setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara masing – masing sebesar 60,72%% dan 92,61%. Untuk bulan ke II, konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,0622 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0243 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0045 mg/L untuk batubara. Pada bulan ke II konsentrasi logam Nikel (Ni) mengalami penurunan masing - masing sebesar 60,87% dan 92,78% Untuk bulan ke III, konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,0563 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0221 mg/L untuk tempurung kelapa dan 0,0046 mg/L untuk batubara. Pada bulan ke III ini konsentrasi logam Nikel (Ni) mengalami penurunan masing – masing sebesar 60,92% dan 91,83%. (Tabel 4.2.1. dan Tabel 4.22)
Proses penyerapan dapat berlangsung ketika permukaan padatan pada molekul adsorbat (zat yang akan diserap) membentur permukaan padatan, sehingga sebagian akan menempel di permukaan padatan dan terserap. Pada awalnya, laju adsorpsi cukup besar karena seluruh permukaan masih kosong. Namun setelah waktu kontak semakin lama, permukaan yang terisi oleh molekul semakin banyak dan luas daerah kosong semakin menurun, sehingga laju adsorpsinya ikut menurun. Gaya yang terlibat dalam proses penyerapan logam besi (Fe) dan nikel (Ni) hanya melibatkan gaya Van der Waals antara adsorbat dan adsorben.
(60)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif lebih kecil daripada konsentrasi sebelum penambahan arang aktif. Arang aktif tempurung kelapa dapat menyerap logam Besi (Fe) sebesar 61,10% - 61,95% dan menyerap logam Nikel (Ni) sebesar 60,72% - 60,92%. Sedangkan arang aktif batubara dapat menyerap logam Besi (Fe) sebesar 91,93% - 91,98% dan menyerap logam Nikel (Ni) sebesar 91,83% - 92,76%. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif batubara lebih besar daripada arang aktif tempurung kelapa.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini hanya memberikan informasi persentase (%) penurunan kadar logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa dan batubara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan jenis arang aktif lainnya melalui proses aktivasi secara kimia.
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ando,J. 1982. Hasil Destilasi Kering Jenis Kayu Indonesia. Laporan BPHH/FPRI. No. 161.
Budiono,A. 2008. Pengaruh Aktifasi Arang Tempurung Kelapa Dengan Asam Sulfat
dan Asam Fosfat Untuk Adsorpsi Fenol. Universitas Diponegoro.
Blythe,T. 2005. Commercial Manufacture Of Carbon Black. Second Edition. New York : Cambridge University Press.
Damris,M. 2003. Studi Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben Kombinasi Arang
Aktif dari Batubara Muda (Lignit) dengan Fe-Oksida Sebagai Adsorben Spesi Anion Arsenat dan Netral Arsenit.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI-Press.
Effendi, H. 2003 . Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Fessenden,R.J. 1989. Kimia Organik. Jilid I. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Haswell, S. J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design, and
Application. New York: Elsevier Science Publishing Company Inc.
Kennedy, J. H. 1984. Analytical Chemistry: Principles. New York: Saunders College Publishing.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Mahida,U.N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaaatan Limbah Industri. Jakarta: UGM- Press.
Mukhlis. 2009. Pengaruh Berat Molekul Kitosan Nanopartikel untuk Menurunkan
Kadar Logam Besi (Fe) dan Zat Warna pada Limbah Industri Tekstil Jeans.
Tesis. Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Pujiarti,R. 2005. Mutu Arang Aktif dari Limbah Kayu Mahoni Sebagai Bahan
(62)
Pahlevi, M.R. 2009. Analisis Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dari Air Gambut
Setelah Dijernihkan dengan Penambahan Tulang Ayam. Tesis. Medan,
Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Puspita,D. 2008. Penurunan Konsentrasi Intensitas Warna Limbah Cair Batik
Menggunakan Arang Aktif Sebagai Adsorben. Yogyakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Cetakan Kedua. Jakarta :Erlangga. Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sutrisno, C. T.1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta. Underwood,A.L.1988. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Walsh, A. 1955. Application of Atomic Absorbtion Spectro to Chemical Analysis,
Spectrochemical, ACTA. Volume 7.
Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Vogel,A.I. 1994. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi Kelima. Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka.
(63)
(64)
Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 492/MENKES/PER/VII/2010
1. PARAMETER WAJIB
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan a. Air minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel
0 b. Air yang masuk sistem
distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per 100 ml sampel
0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel
0 c. Air pada sistem distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per 100 ml sampel
0 Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml
sampel
(65)
A. Bahan-bahan anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket.
Amonia (mg/liter) 1.5
Aluminium (mg/liter) 0.2
Klorida (mg/liter) 250
Tembaga (mg/liter) 1
Kesadahan (mg/liter) 500
Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0.05
Besi (mg/liter) 0.3
Mangan (mg/liter) 0.1
Ph - 6,5-8,5
Natrium (mg/liter) 200
Sulfat (mg/liter) 250
Padatan terlarut (mg/liter) 1000
Seng (mg/liter) 3
B. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan Ket.
Antimony (mg/liter) 0.005
Air raksa (mg/liter) 0.001
Arsenik (mg/liter) 0.01
Barium (mg/liter) 0.7
Boron (mg/liter) 0.3
Kadmium (mg/liter) 0.003
Kromium (mg/liter) 0.05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0.07
Fluroride (mg/liter) 1.5
Timah (mg/liter) 0.01
Molybdenum (mg/liter) 0.07
Nikel (mg/liter) 0.02
Nitrat (sebagai NO3)
(mg/liter) 50 Nitrit (sebagai
NO2)
(mg/liter) 3
(66)
C. Bahan-bahan organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang ddiperbolehkan
Ket. Alkana terklorinasi
Karbon tetraklorida (µg/liter) 2
Diklorometana (µg/liter) 20
1,2-dikloroetana (µg/liter) 30
1,1,1-trikloroetana (µg/liter) 2000 Etena terklorinasi
Vinil klorida (µg/liter) 5
1,1-dikloroetena (µg/liter) 30
1,2-dikloroetena (µg/liter) 50
Trikloroetena (µg/liter) 70
Tetrakloroetena (µg/liter) 40
Benzene (µg/liter) 10
Toluene (µg/liter) 700
Xylene (µg/liter) 500
Benzo[a]pyrene (µg/liter) 0,7
Benzen terklorinasi
Monoklorobenzen (µg/liter) 300
1,2-diklorobenzen (µg/liter) 1000 1,4-diklorobenzen (µg/liter) 300 Triklorobenzen (total) (µg/liter) 20 Lain-lain
di(2-etilheksi)adipat (µg/liter) 80 di(2-etilheksi)phthalate (µg/liter) 8
(67)
Arilamida (µg/liter) 0,5
Epiklorohidrin (µg/liter) 0,4
Heksaklorobutadiena (µg/liter) 0,6 Asam edetik (EDTA) (µg/liter) 200 Asam nitriloasetat (µg/liter) 200
Tributil oksida (µg/liter) 2
3. RADIOAKTIFITAS
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket. Gross alpha activity (Bq/liter) 0,1
Gross beta activity (Bq/liter) 1
4. FISIK
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket. Parameter Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau - - Tidak berbau dan
berasa Temperatur oC Suhu udara ± 3oC
Kekeruhan NTU 5
MENTERI KESEHATAN RI ttd.
(68)
Lampiran 2. List of distribution “t-student”
Value Of Confidence Of Critical Value Of
(T) For P values of number of degree of freedom
95 % 0,05
98% 0,02
99% 0,01
1 12,71 31,82 63,66
2 4,30 6,96 9,92
3 3,18 4,54 5,84
4 2,78 3,75 4,60
5 2,57 3,26 4,03
6 2,45 2,14 3,71
7 2,36 1,00 3,50
8 2,31 2,90 3,36
9 2,26 2,82 3,25
(1)
(2)
Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: 492/MENKES/PER/VII/2010
1. PARAMETER WAJIB
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan a. Air minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel
0 b. Air yang masuk sistem
distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per 100 ml sampel
0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel
0 c. Air pada sistem distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per 100 ml sampel
0 Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml
(3)
A. Bahan-bahan anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket.
Amonia (mg/liter) 1.5
Aluminium (mg/liter) 0.2
Klorida (mg/liter) 250
Tembaga (mg/liter) 1
Kesadahan (mg/liter) 500
Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0.05
Besi (mg/liter) 0.3
Mangan (mg/liter) 0.1
Ph - 6,5-8,5
Natrium (mg/liter) 200
Sulfat (mg/liter) 250
Padatan terlarut (mg/liter) 1000
Seng (mg/liter) 3
B. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan Ket.
Antimony (mg/liter) 0.005
Air raksa (mg/liter) 0.001
Arsenik (mg/liter) 0.01
Barium (mg/liter) 0.7
Boron (mg/liter) 0.3
Kadmium (mg/liter) 0.003
Kromium (mg/liter) 0.05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0.07
Fluroride (mg/liter) 1.5
Timah (mg/liter) 0.01
Molybdenum (mg/liter) 0.07
Nikel (mg/liter) 0.02
Nitrat (sebagai NO3)
(mg/liter) 50 Nitrit (sebagai
NO2)
(mg/liter) 3
(4)
C. Bahan-bahan organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang ddiperbolehkan
Ket. Alkana terklorinasi
Karbon tetraklorida (µg/liter) 2
Diklorometana (µg/liter) 20
1,2-dikloroetana (µg/liter) 30
1,1,1-trikloroetana (µg/liter) 2000 Etena terklorinasi
Vinil klorida (µg/liter) 5
1,1-dikloroetena (µg/liter) 30
1,2-dikloroetena (µg/liter) 50
Trikloroetena (µg/liter) 70
Tetrakloroetena (µg/liter) 40
Benzene (µg/liter) 10
Toluene (µg/liter) 700
Xylene (µg/liter) 500
Benzo[a]pyrene (µg/liter) 0,7
Benzen terklorinasi
Monoklorobenzen (µg/liter) 300
1,2-diklorobenzen (µg/liter) 1000 1,4-diklorobenzen (µg/liter) 300
(5)
Arilamida (µg/liter) 0,5
Epiklorohidrin (µg/liter) 0,4
Heksaklorobutadiena (µg/liter) 0,6 Asam edetik (EDTA) (µg/liter) 200 Asam nitriloasetat (µg/liter) 200
Tributil oksida (µg/liter) 2
3. RADIOAKTIFITAS
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket. Gross alpha activity (Bq/liter) 0,1
Gross beta activity (Bq/liter) 1
4. FISIK
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
Ket. Parameter Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau - - Tidak berbau dan
berasa
Temperatur oC Suhu udara ± 3oC
Kekeruhan NTU 5
MENTERI KESEHATAN RI ttd.
(6)
Lampiran 2. List of distribution “t-student”
Value Of Confidence Of Critical Value Of
(T) For P values of number of degree of freedom
95 % 0,05
98% 0,02
99% 0,01
1 12,71 31,82 63,66
2 4,30 6,96 9,92
3 3,18 4,54 5,84
4 2,78 3,75 4,60
5 2,57 3,26 4,03
6 2,45 2,14 3,71
7 2,36 1,00 3,50
8 2,31 2,90 3,36
9 2,26 2,82 3,25