Analisa Nilai Kalor Pembakaran

commit to user 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Nilai Kalor Pembakaran

Analisis nilai kalor dilakukan untuk mengetahui nilai kalor yang terkandung dalam setiap produk biobriket. Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah panas yang terkandung dalam bahan bakar. Nilai kalor tersebut merupakan kualitas utama untuk suatu bahan bakar. Analisa nilai kalor pemakaran biobriket dilakukan menggunakan bom calorimeter. Setelah sampel sudah terbakar maka temperatur dan kalor di dalam vessel bom kalorimeter sangat tinggi. Sehingga kalor akan mengalir dari dalam vessel menuju air di dalam water jacket yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur vessel. Aliran kalor akan terhenti setelah temperatur dari vessel dengan air didalam water jacket mencapai temperatur yang sama, sehingga dapat mencapai kesetimbangan thermal. Kalor yang dilepaskan oleh vessel adalah sama dengan kalor yang diterima oleh air didalam water jacket. Sistem pada kalorimeter bom ini merupakan sistem yang terisolasi. Dalam sistem yang terisolasi ini maka tidak ada energi yang mengalir ke dalam atau keluar sistem. Proses ini sesuai dengan bunyi asas black bahwa “Apabila pada kondisi adiabatik dicampurkan dua macam zat yang temperaturnya awalnya berbeda, maka pada saat kesetimbangan, banyak kalor yang dilepas oleh zat yang temperaturnya tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diserap oleh zat yang temperaturnya rendah.” Setiap analisa satu sampel waktu yang diperlukan adalah ± 7 menit, dimana 2 menit pertama adalah proses equilibration dan 5 menit selanjutnya adalah proses pembakaran sampel. Proses equilibration ini adalah proses mengkonstankan air didalam water jacket agar nilai ∆T yang terukur adalah ∆T yang murni. Sampel mulai terbakar setelah menit kedua. Pada saat proses equilibration belum terlihat adanya kenaikan temperatur karena sampel belum terbakar, sedangkan setelah menit kedua mulai terjadi kenaikan temperatur karena sampel batubara didalam vessel bom kalorimeter sudah mulai terbakar. Pada saat menit keempat sampai commit to user 35 menit kelima temperatur sudah mulai konstan karena sudah terjadi kesetimbangan thermal dimana temperatur didalam vessel sudah sama dengan temperatur air didalam water jacket. Grafik tersebut dapat dilihat seperti berikut : Gambar 4.1. Grafik analisis waktu pada saat pengujian sampel Hubungan antara komposisi batubara dalam biobriket dengan nilai kalor pembakaran biobriket dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini : Gambar 4.2. Grafik antara nilai kalor pembakaran Calgr dan komposisi batubara dalam biobriket commit to user 36 Dari gambar 4.2. dapat dijelaskan bahwa nilai kalor pembakaran bervariasi tergantung pada komposisi campuran biobriket. Nilai kalor pembakaran yang tertinggi adalah pada komposisi campuran biobriket dari batubara 10 : arang tempurung kelapa 90 yaitu 6,13x10 3 Calgr. Semakin banyak komposisi batubara yang digunakan pada campuran biobriket maka semakin rendah nilai kalor pembakaran biobriket yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pada analisa awal nilai kalor pembakaran briket batubara nilainya lebih rendah yaitu hanya 5,35x10 3 Calgr jika dibandingkan dengan briket arang tempurung kelapa yaitu 7,21x10 3 Calgr. Karena jenis batubara yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis batubara kualitas rendah Sub bituminous yaitu jenis batubara muda yang hanya memiliki nilai kalor pembakaran 3000-6300 Calgr, yang biasanya digunakan untuk pemanfaatan pembakaran dengan temperatur rendah. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum tahun 1993 standar spesifikasi pada briket batubara tanpa karbonisasi nilai kalor pembakaran yaitu 4000 Calgr. Hasil pengujian nilai kalor pembakaran untuk lima jenis komposisi campuran biobriket telah memenuhi spesifikasi briket batubara tanpa karbonisasi.

IV.2 Analisa Kadar Air