Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia memiliki cadangan batubara lebih dari 58,8 milyar ton, tersebar dibeberapa wilayah khususnya di tiga wilayah yaitu di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi. Namun hanya sekitar 40 28 juta ton pertahun yang sudah termanfaatkan untuk keperluan pembangkit listrik dan sebagai bahan bakar primer penggunaannya lebih kecil lagi yaitu hanya sekitar 15 dari total energi nasional Rajimah, 2009. Salah satu sumber energi terpenting terutama untuk negara berkembang adalah biomassa. Biomassa merupakan bahan energi organik yang berasal dari alam termasuk didalamnya tumbuhan dan hewan. Biomassa juga mengacu pada sampah yang dapat diurai melalui proses biologi biodegradable waste. Bahan organik yang diproses melalui proses geologi seperti batubara dan minyak tidak digolongkan kedalam kelompok biomassa. Dibandingkan dengan bahan bakar lain, biomassa memiliki densitas yang rendah sehingga menyebabkan densitas energi yang rendah pula. Disamping itu, dari karakteristik densitas yang rendah dan berdebu dari biomassa juga menyebabkan masalah dalam transportasi, penanganan, penyimpanan dan pembakaran langsung. Salah satu teknologi yang menjanjikan adalah proses pembriketan Suyitno, dkk., 2005. Tempurung kelapa adalah salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah kelapa yang cukup melimpah. Produksi buah kelapa di Indonesia rat-rata 15,5 milyar butir tahun atau setara dengan 0,75 juta ton tempurung. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Pemanfaatan buah kelapa umumnya hanya daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil sampingan lainnya seperti commit to user 2 tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Bobot tempurung kelapa mencapai 12 dari bobot buah kelapa. Potensi produksi tempurung kelapa yang demikian besar tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kelapa Anonim, 2005. Biomassa merupakan bahan-bahan sisa hasil pertanian yang masih memiliki sumber energi. Sisa-sisa hasil pertanian tersebut merupakan sampah, sehingga diperlukan suatu ide untuk menguranginya dari pertanian dan memanfaatkannya sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Bahan sisa hasil pertanian seperti tempurung kelapa dan serbuk kayu sebenarnya bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar namun biasanya bahan bakar tersebut memiliki kalor pembakaran yang rendah dan kadar air yang tinggi, selain itu juga ada permasalahan terkait pengangkutan yang sulit. Biobriket dapat didefinisikan sebagai bahan bakar padat dari batubara dengan biomassa. Ketika proses pembriketan menggunakan tekanan tertentu, agar partikel-partikel pada batubara dan material biomassa pada biobriket dapat menyatu satu sama lain. Sehingga campuran dua material tersebut tidak terpisah- pisah selama pengangutan dan pembakaran. Selama pembakaran, biomassa akan mempermudah pembakaran jika dibandingkan dengan batubara yang mempunyai titik nyala rendah. Jika persentase biomassa pada biobriket memiliki titik nyala lebih rendah dibandingkan dengan persentase bahan lain, ini berarti kadar volatile matter pada biomassa rendah. Selain itu, titik nyala pada bahan bakar juga dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kandungan sulfur pada bahan biobriket Wilaipon, 2008. Beberapa penelitian mengenai biobriket telah banyak dilakukan dengan bahan penyusun yang beraneka ragam. Dasar awal dalam penelitian ini adalah Bayuseno 2008 yang meneliti pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batubara lokal terhadap sifat pembakaran, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas batubara lokal yang ada di Indonesia tergolong dalam batubara kualitas rendah dan perlu penelitian lanjutan dalam meningkatkan kualitas batubara agar bisa kompetitif dengan produk batubara impor. May 2008 meneliti karakteristik commit to user 3 pembakaran briket batubara, hasil dari penelitian tersebut adalah pengurangan massa briket batubara dengan kadar air yang tinggi lebih lambat daripada briket batubara yang memiliki kadar air rendah. Sulistyanto 2006 meneliti karakteristik pembakaran biobriket campuran batubara dan sabut kelapa. Penelitian tersebut menghasilkan biobriket dengan karakteristik terbaik untuk kebutuhan sehari-hari yaitu biobriket dengan komposisi batubara 10 : biomassa 90 karena lebih cepat terbakar. Untuk kebutuhan industri dengan komposisi batubara 30 : biomassa 70 karena dapat mencapai temperatur tertinggi. Subroto 2006 meneliti karakteristik pembakaran biobriket campuran batubara, ampas tebu dan jerami. Dengan hasil komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi batubara 10 : biomassa 90 karena lebih cepat terbakar dan temperatur yang dicapai dapat optimal. Pada penelitian di sini dibuat biobriket dari campuran batubara dengan arang tempurung kelapa. Batubara yang digunakan adalah batubara yang berkualitas rendah yaitu batubara sub bituminous yang masih belum banyak termanfaatkan untuk energi. Limbah tempurung kelapa yang melimpah di Indonesia digunakan untuk campuran pembuatan biobriket. Selain itu dengan maksud untuk mengurangi jumlah batubara yang digunakan, karena batubara termasuk bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui.

I.2 Perumusan Masalah