Faktor Pengawasan dan Penegakan Hukum

C. Faktor Pengawasan dan Penegakan Hukum

Dalam literatur Hukum Administrasi Negara, peraturan kebijakan policy rules, beleidsregels, freies ermessen, discretion adalah kebebasan pemerintah untuk bertindak atas inisiatif sendiri guna menyelesaikan permasalahan yang muncul, di mana hukum tidak mengaturnya dengan tegas. Menurut Bagir Manan sebagaimana dikutip oleh Sf. Marbun dan Mahfud MD., salah satu ciri utama peraturan kebijakan adalah tiadanya wewenang Pemerintah membuat peraturan tersebut. Maksud kata tiada wewenang adalah kewenangan membuat peraturan tersebut bukan merupakan perintah dari peraturan yang lebih tinggi dalam teori organik. Keberadaan kebijakan pemerintah bukanlah pelaksana tetapi melengkapi aturan diatasnya yang belum sempurna. 11 Prajudi Atmosudirdjo mendefinisikan kewenangan authority, gezag sebagai apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif diberi oleh undang-undang atau dari kekuasaan eksekutif administrasi. Kewenangan yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang competence, bevoegdheid adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu, atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu bagian tertentu saja. Di dalam sebuah kewenangan terdapat wewenang-wewenang rechtsbevoegdheden. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik, 11 SF Marbun dan Mahfud MD, Pokok-pokok hukum administrasi negara, Yogyakarta: Liberty, 1987. Hal. 21 Universitas Sumatera Utara misalnya wewenang menandatangani menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat atas nama Menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di tangan Menteri delegasi wewenang. 12 Keputusan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum besluit van algemene strekking termasuk peraturan perundang-undangan algemeen verbidende voorscriften. Bentuk keputusan tata usaha negara besluiten van algemene strekking demikian, tidak merupakan bagian dari perbuatan keputusan dalam arti beschikkingsdaad van de administratie, tetapi termasuk perbuatan tata usaha negara di bidang pembuatan peraturan regelend daad van de administratie. Dengan demikian maka terhadap perbuatan badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan yang merupakan pengaturan bersifat umum tidak dapat digugat di hadapan Pengadilan Tata Usaha Negara. Philipus M. Hadjon menyatakan: 13 12 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara: Seri Pustaka Ilmu Administrasi VII, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981. Hal. 73-74. 13 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gajah Mada University press, 1994, Hal 151. Suatu peraturan kebijaksanaan pada hakekatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan “naar buiten gebracht schriftelijk beleid menampakkan ke luar suatu kebijakan tertulis” namun tanpa disertai kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang menciptakan peraturan kebijaksanaan tersebut. Peraturaan kebijaksanaan pada kenyataannya telah merupakan bagian dari kegiatan pemerintahan bestuuren dewasa ini. Universitas Sumatera Utara Diana Halim Koentjoro berpendapat: Untuk menjalankan tugas-tugas layanan publik secara proaktif, maka bagi administrasi negara ada konsekuensi khusus yang disebut kemerdekaan bertindak, yaitu kemerdekaan untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan memaksa dan yang peraturannya belum ada. Artinya belum dibuat oleh pembentuk Undang- Undang. Hal ini disebut Freies Ermessen. 14 a. Freies Ermessen atau Asas Diskresi adalah kemerdekaan bertindak administrasi negara atau pemerintah eksekutif untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam keadaan kegentingan yang memaksa dimana peraturan penyelesaian untuk masalah itu belum ada. Kemerdekaan yang diperlukan administrasi negara ini yang menjadi konsekuensi turut sertanya pemerintah dalam kehidupan rakyatnya. Kemerdekaan bertindak dari administrasi negara dalam teori Hukum Administrasi Negara, digolongkan dalam tiga jenis kebebasan bertindak, yaitu: b. Delegasi Perundang-Undangan delegasi van wetgeving berarti administrasi negara diberi kekuasaan untuk membuat peraturan organik pada undang- undang. Maksudnya, karena pembuat undang-undang pusat tidak dapat memperhatikan setiap masalah secara rinci yang timbul di seluruh wilayah Negara, maka sesuai sifatnya suatu undang-undang, pembuat undang-undang pusat hanya membuat peraturan secara garis besarnya saja Demikian kepada 14 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 40 Universitas Sumatera Utara pemeritah atau administrasi negara diberi bagian menyesuaikan peraturan- peraturan yang dibuat badan legislatif dengan keadaan yang konkret di masing-masing bagian wilayah negara atau menyesuaikan peraturan-peraturan tersebut dengan keadaan umum yang telah berubah setelah peraturan tadi diadakan selama perubahan itu bukan perubahan yang prinsip. c. Droit Function adalah kemerdekaan seorang pejabat administrasi negara tidak berdasarkan delegasi yang tegas dalam menyelesaikan suatu persoalan yang konkrit. Kemerdekaan itu perlu agar administrasi negara dapat menjalankan pekerjaannya secara lancar, untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu dan sekaligus mengoreksi hasil pekerjaan pembuatan undang- undang. Prajudi Atmosudirdjo berpendapat bahwa diskresi atau freies ermessen yang dimiliki oleh administrasi negara pada umumnya dipakai untuk menetapkan pelaksanaan policy kebijaksanaan ketentuan undang-undang. Tindakan yang dilakukan oleh pejabat administrasi ini tidak jarang menimbulkan legislasi semu. Legislasi semu adalah penciptaan daripada aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang yang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis- garis pedoman richtlijnen pelaksanaan policy kebijaksanaan untuk menjalankan suatu ketentuan undang-undang, akan tetapi dipublikasikan secara luas. Dengan demikian, maka timbul semacam “hukum bayangan” spiegelrecht yang membayangi Undang-Undang atau hukum yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hukum yang asli berasal dari legislator, hukum bayangannya legislasi semunya berasal dari policy pejabat Administrasi Negara yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI