Prosedur Gas Lpg 3 Kg Pada Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kabupaten Deli Serdang)

(1)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA

MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KABUPATEN DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

WINDY RAMADHANA NIM : 080200312

DEPATERMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA

MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KABUPATEN DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

WINDY RAMADHANA NIM : 080200312

DEPATERMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002 Suria Ningsih, S.h.,M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suria Ningsih, S.h.,M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP.197104301997022001 Afrita, S.H.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) Suria Ningsih, S.H.,M.Hum. ***

Afrita, S.H.,M.Hum.** Windy Ramadhana ∗

** Dosen Fakultas Hukum UNPAB, Dosen Pembimbing I & II

* Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi. Sumber energi dapat berasal dari bahan tambang maupun non tambang. Sumber energi yang berupa bahan tambang misalnya minyak bumi, gas, dan batubara, sedangkan sumber energi non tambang seperti angin, air, panas bumi, dan biomassa. Salah satu sumber energi yang dimiliki dan telah dikembangkan adalah minyak bumi. Sumber energi minyak bumi dalam perkembangannya diolah menjadi berbagai macam produk seperti minyak tanah, bensin, solar, minyak pelumas dan aspal. Produk-produk olahan minyak bumi ini kemudian banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

LPG (liquified petroleum gas), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbonyang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butane (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat LPG terutama adalah sebagai berikut, cairan dan gasnya sangat mudah terbakar, gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat, gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder, cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat, gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.

Pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan dengan memberikan tugas dan wewenang tersendiri kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang selaku pemerintah daerah. Dari hasil penelitian didapatkan adanya tugas dan kewenangan pemerintah daerah di bidang energi. Tugas dan kewenangan tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :“ PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) ”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Dan penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini masi banyak mengalami kendala , namun berkat bantuan , bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah daria Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak baik berupa dorongan, bantuan serta masukan sampai dengan tersusunnya skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepuh, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU.

2. Ibu. Suria Ningsih, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Depatermen Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum USU, sekaligus Dosen Pembimbing I yang


(5)

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan serta arahan-arahan kepada penulis didalam proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Afrita, S.H.,M.Hum, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Buat Bapak/Ibu Dosen serta Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

5. Yang Teristimewa buat Ibunda Tercinta dan Ayahanda Tercinta yang memberikan semangat, motivasi dukungan baik moril, matril maupun spirituil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

6. Terima kasih kepada sahabat saya,yang sudah kasih semangat dan doa atas dukungannya NADIA F. RITONGA, dan SUCI WULANDARI.

Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Amin

Medan, 31 Maret 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian....…...………... 11

D. Manfaat Penelitian....………... 11

E. Tinjauan Pustaka....………... 12

F. Metode Penelitian ………... 16

G. Sistematika Penulisan………... 18

BAB II : PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 KG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 19


(7)

B. Prosedur Penyaluran Gas LPG 3 Kg ………... 23

C. Bentuk-Bentuk Gas LPG …..………... 27

BAB III : PENGARUH GLOBALISASI SUBSTANSI PADA HUKUM MIGAS... 32

A.Makna Globalisasi Pada Industri

Migas………... 32

B.Prosedur Pembentukan Hukum Migas…………... 36 C.Faktor Pengawasan dan Penegakan Hukum ……….... 48

BAB IV : PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS KABUPATEN DELI

SERDANG)………... 53

A.Pernyaluran Gas LPG 3 Kg Kepada Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara ………... 53

B.Penerapan Pertanggung Jawaban Hukum Administrasi Negara Secara Umum ... 55

C.Studi Kabupaten Deli Serdang Mengenai Penyaluran

Gas LPG 3 Kg... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………... 70


(8)

B.Saran... 71


(9)

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 Kg KEPADA MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI KABUPATEN DELI SERDANG) Suria Ningsih, S.H.,M.Hum. ***

Afrita, S.H.,M.Hum.** Windy Ramadhana ∗

** Dosen Fakultas Hukum UNPAB, Dosen Pembimbing I & II

* Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi. Sumber energi dapat berasal dari bahan tambang maupun non tambang. Sumber energi yang berupa bahan tambang misalnya minyak bumi, gas, dan batubara, sedangkan sumber energi non tambang seperti angin, air, panas bumi, dan biomassa. Salah satu sumber energi yang dimiliki dan telah dikembangkan adalah minyak bumi. Sumber energi minyak bumi dalam perkembangannya diolah menjadi berbagai macam produk seperti minyak tanah, bensin, solar, minyak pelumas dan aspal. Produk-produk olahan minyak bumi ini kemudian banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

LPG (liquified petroleum gas), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbonyang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butane (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat LPG terutama adalah sebagai berikut, cairan dan gasnya sangat mudah terbakar, gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat, gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder, cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat, gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.

Pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan dengan memberikan tugas dan wewenang tersendiri kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang selaku pemerintah daerah. Dari hasil penelitian didapatkan adanya tugas dan kewenangan pemerintah daerah di bidang energi. Tugas dan kewenangan tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi. Sumber energi dapat berasal dari bahan tambang maupun non tambang. Sumber energi yang berupa bahan tambang misalnya minyak bumi, gas, dan batubara, sedangkan sumber energi non tambang seperti angin, air, panas bumi, dan biomassa. Salah satu sumber energi yang dimiliki dan telah dikembangkan adalah minyak bumi. Sumber energi minyak bumi dalam perkembangannya diolah menjadi berbagai macam produk seperti minyak tanah, bensin, solar, minyak pelumas dan aspal. Produk-produk olahan minyak bumi ini kemudian banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

Potensi sumber energi minyak bumi yang dimiliki Indonesia dan didukung dengan pembangunan menjadikan penggunaan produk minyak bumi makin meningkat. Bagi Indonesia energi minyak bumi masih menjadi andalan utama perekonomian, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir.


(11)

Ketergantungan Indonesia pada minyak bumi telah memasuki tahap cukup mengkhawatirkan. Peningkatan yang sangat tinggi melebihi rata-rata kebutuhan energi global mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan minyak baru, baik di Indonesia maupun ekspansi ke luar negeri. Sebagian besar ladang minyak di Indonesia berada di daratan dengan kondisi yang sudah tua dan dengan cadangan minyak yang semakin menipis. Bapenas menyatakan bahwa minyak bumi di Indonesia diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 14 tahun lagi. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi cadangan minyak Indonesia akan habis dalam kurun waktu 9 tahun lagi, atau tepatnya tahun 2020 dan menurut Kementerian ESDM cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam masa 23 tahun.1

Dampak negatif pembangunan yang telah terjadi di Indonesia mulai terasa, seperti semakin merosotnya kondisi lingkungan hidup dan semakin langkanya cadangan sumber daya alam. Kelangkaan sumber daya alam dan memburuknya kondisi lingkungan mengakibatkan biaya pembangunan menjadi mahal dan apabila hal ini berkelanjutan akan menghambat pembangunan di kemudian hari. Untuk menjamin adanya pembangunan yang berkelanjutan perlu dijaga agar sumber daya alam tidak menjadi langka dan lingkungan tidak tercemar.2

1

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, “Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN) 2006 – 2025”, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006. hlm. 3

2

Surna T. Djajadiningrat, M. Suparmoko, dan M. Ratnaningsih, “Neraca Sumber Daya Alam untuk Pembangunan Berkelanjutan”, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1992. hlm 3


(12)

Pada prinsipnya setiap orang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan menginginkan yang lebih baik pula dari pada yang sebelumnya, karena semua itu sudah menjadi sifat manusia yang telah dikodratkan oleh Sang Maha Pencipta. Keinginan untuk meraih suatu kesuksesan dan keberhasilan dalam setiap usaha dan karyanya diupayakan guna mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya bersama keluarga.

Pemanfaatan sumber daya alam serta pembinaan lingkungan perlu ditingkatkan dengan cara yang tepat sehingga dapat mengurangi dampak yang merugikan lingkungahn hidup. Kemampuan perencanaan, pengelolaan, pemanfaatan termasuk penghitungan lingkungan dan pengembangan sumber daya alam perlu terus ditingkatkan, sehingga perubahan mutu dan fungsi lingkungan dapat terus dipantau dan dipertanggungjawabkan.3

Kebutuhan energi nasional dan upaya pemenuhaannya hingga saat ini merupakan topik permasalahan yang begitu vital untuk dibahas dan diselesaikan. Salah satu jenis energi yang masih memiliki berbagai macam problematika adalah bahan bakar gas terutama gas LPG (Liquid Petroleum Gas). Kebijakan konversi dari Minyak Tanah ke Bahan Bakar Gas menjadi awal dari permasalahan dalam upaya pemenuhan energi yang berkelanjutan bagi masyarakat. Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 menyebutkan bahwa perlunya dilakukan upaya konversi dari Minyak Tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga. Hingga saat ini, permasalahan tentang penggunaan Gas LPG terutama ukuran

3


(13)

3Kg masih terjadi meskipun dalam bentuk yang berbeda. Dalam aspek aktivitas distribusinya terhitung sejak Agustus 2009 PT.Pertamina mulai memberlakukan sistem distribusi yang tertutup (Closed Loop System) untuk mendistribusikan gas LPG 3Kg (Pertamina, 2012).

Dalam aktivitas pendistribusian ini terdapat pihak-pihak yang menjadi intermediasi dari Pertamina hingga konsumen akhir. Secara sederhana pelaku distribusi gas LPG yang diterapkan oleh Pertamina antara lain Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE), Agen, Pangkalan dan Pengecer (Pertamina, 2012). Dalam sistem distribusi tertutup tersebut (Closed Loop System) interaksi antara para pelaku distribusi tersebut ditentukan bahwa setiap agen hanya diperbolehkan untuk mengisi LPG di SPPBE yang ada di daerah tersebut. Sedangkan untuk pengkalan hanya diperbolehkan untuk mengisi LPG hanya pada Agen yang sama dan disusul pengecer hanya diperbolehkan untuk mengisi LPG pada satu pangkalan.

Aktivitas distribusi yang dilakukan ini harus memenuhi harapan dari sudut pandang pelanggan yaitu adanya aliran distribusi yang lancar dengan tingkat ketersediaan produk yang terjamin (Product Availability). Tetapi dalam realitas lapangan menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan yang mengancam Product Availability dari gas LPG. Hal ini didasari oleh adanya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku tingkat Agen untuk melakukan permainan pada harga jual LPG dengan memasang harga yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan pemerintah. Perilaku dari agen ini akan memicu terjadinya persaingan tidak sehat yang berupa perebutan pasar. Fenomena tersebut mengharuskan perusahaan untuk mengantisipasi


(14)

serta mencegah keberadaannya mengingat bahwa tujuan utama dari Pertamina adalah memberikan pelayanan yang terbaik dengan cara memberikan jaminan ketersediaan pasokan bahan bakar gas terutama 3Kg.

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu penyalur Gas LPG 3 Kg agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Dalam pemasaran rasional, penarikan pelanggan baru hanyalah salah satu langkah awal dari proses pemasaran. Selain itu mempertahankan pelanggan jauh lebih murah bagi penyalur daripada mencari pelanggan baru, yaitu diperlukan biaya lima kali lipat untuk mendapatkan seorang konsumen baru dari pada mempertahankan seorang yang sudah menjadi pelanggan. Dengan demikian, setiap penyalur harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya.

Tujuan pemenuhan kebutuhan maupun keinginan adalah tercapainya tingkat kepuasan setinggi mungkin. Kemampuan produk untuk memberikan kepuasan tertinggi kepada pemakainya akan menguatkan kedudukan atau posisi produk tersebut

dalam benak atau ingatan konsumen dan akan menjadi pilihan pertama bilamana terjadi pembelian pada waktu yang akan datang. Perusahaan yang bertujuan


(15)

memberikan kepuasan tertinggi bagi konsumen akan berusaha menetapkan suatu strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Melalui pemahaman perilaku konsumen, pihak manajemen perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli para pesaingnya. Perilaku konsumen sendiri merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut.

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Minat membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Sedangkan minat beli ulang LPG 3 Kg merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu.

Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan konsumen ketika memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan untuk mengadopsi produk timbul setelah konsumen mencoba produk tersebut dan kemudian timbul rasa suka atau tidak suka terhadap produk. Rasa suka terhadap produk dapat diambil bila konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka pilih berkualitas baik dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain produk tersebut mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat membeli ini akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar.


(16)

Mengatasi permasalahan yang terjadi di bidang energi maka pemerintah mengeluarkan kebijakan di bidang energi melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Di dalam pertimbangan Peraturan Presiden tersebut menyertakan dua hal yang melatarbelakangi dikeluarkannya Peraturan Presiden. Pertama, Peraturan Presiden dikeluarkan guna menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri. Pertimbangan kedua adalah untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.4

4

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional

Eksistensi usaha Gas LPG 3 Kg sangat ditentukan oleh seberapa besar kegiatan pemasaran yang dilakukan penyalur gas elpiji 3 Kg dalam menarik konsumen adalah dengan menawarkan produk dengan harga yang pantas atau relevan, lokasi yang strategis, proses pelayanan yang cepat, sumber daya manusia yang ramah, terampil, dan memiliki kompetisi, ruangan dan lingkungan (physical evidence) yang nyaman dan asri dengan fasilitas yang lengkap, informasi yang lengkap dan terpercaya. Saat ini untuk meningkatkan minat beli, melakukan promosi yaitu kepada pangkalan dan masyarakat tentang pemakaian tabung gas LPG 3 Kg yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan pemakaian gas LPG 3 Kg. Program tersebut bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman pada warga, agar masyarakat jangan kawatir menggunakan gas dengan catatan, harus mengikuti langkah-langkah yang tepat baik memilih tabung yang bagus, serta pemakaian aksesoris yang sesuai standar nasional.


(17)

Merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan setiap orang. Manusia bernafas dan mendapat cahaya karena adanya udara dan matahari. Disamping itu, manusia dapat makan, minum, bertani, membuat rumah, mandi dan berteduh adalah dari adanya peran lingkungan. Selanjutnya manusia bisa mengolah suatu produksi dari bahan baku yang di perolehnya dari lingkungan di sekitarnya, membangun gedung, menciptakan alat-alat transportasi, menciptakan reaktor nuklir dan sebagainya, dilakukan manusia karena ketersediaan yang diberikan lingkungan kepadanya.5

Dalam rangka memberdayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan kesejateraan umum seperti diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilandaskan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, yang berdasarkan kepada kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan ketentuan bagi generasi masa ini dan generasi masa depan, dengan melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan juga seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.6

Masuknya korporasi sebagai subjek hukum pidana dapat dilihat melalui pendekatan sosiologi, dimana terdapat suatu kecenderungan bahwa hukum pidana semangkin lama semangkin dilepaskan dari konteks manusia, dengan demikian dapat

5

N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan,Pancuran Alam , Jakarta, 2008, hal 2

6

Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategis Penyelesaian Sengketa,


(18)

disimpulkan hanya manusia yang pada prinsipnya dapat diperlakukan sebagai subjek hukum dapat ditolak, alasan memperlakukan badan hukum sebagai subjek hukum adalah berkaitan dengan badan hukum maupun untuk turut berperan dalam mengubah situasi kemasyarakatan, yang mengimplikasikan bahwa badan hukum dapat dinyatakan bersalah, bila hukum pidana dilepaskan dari konteks manusia, maka hal tersebut mengimplikasikan dapat dipidananya badan hukum.7

Sebagai salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Indonesia dan memanfaatkan energi, maka Kabupaten Deli Serdang secara logis terikat dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Energi. Kebijakan maupun program yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang harus selalu mengacu pada Peraturan Presiden. Kebijakan di bidang energi yang dimaksud dapat berupa kabijakan yang bersumber pada perintah Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Upaya pelestarian fungsi lingkungan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Energi adalah kebijakan yang berlaku umum dan mengikat secara nasional. Hal ini dikarenakan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun rencana umum energi daerah berdasarkan rencana umum energi Nasional. Setiap kebijakan energi di daerah atas perintah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, maka harus selalu mengacu kepada kebijakan nasional tersebut.

7

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Persada Media Grop, Jakarta, 2010, hal 218


(19)

Tentang Kebijakan Energi Nasional, peraturan perundang-undangan lainnya, atau berdasar asas kebebasan bertindak.

Menghadapi perkembangan masyarakat dunia yang semakin pesat baik secara ekonomi maupun teknologi yang tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka banyak sekali usaha pemerintah untuk menstabilkan perekonomian negara kita. Subsidi merupakan salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk menjaga perekonomian yaitu dengan menjaga stabilitas harga kebutuhan masyarakat. Subsidi diberikan pada sektor-sektor kebutuhan masyarakat yang pokok bagi kehidupannya. Hal ini dimaksudkan agar harga-harga kebutuhan pokok dapat dijangkau oleh masyarakat sehingga peningkatan kesejahteraan pun dapat tercapai. Salah satu kebutuhan pokok yang mendapatkan subsidi yaitu BBM LPG tabung 3 kilogram, hal ini juga dimaksudkan agar masyarakat berganti (konversi) menggunakan gas LPG dari minyak tanah mengingat minyak dunia semakin langka dan mahal. Dimana subsidi yang diberikan yaitu subsidi PPN. Kebijakan mekanisme pemberian subsidi PPN LPG tabung 3 kilogram ini pada awal pelaksanaannya yaitu berupa subsidi PPN yang Ditanggung Pemerintah. Namun implementasi pemberian fasilitas PPN subsidi LPG tabung 3 kilogram.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kemudian timbul ketertarikan untuk meneliti mengenai prosedur penyaluran gas LPJ, kemudian menuangkan dalam judul “Prosedur Penyaluran Gas LPG 3 Kg Kepada Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kabupaten Deli Serdang)”


(20)

I. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah yang ingin diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana tinjauan tentang prosedur penyaluran gas LPG 3 Kg ? 2. Apa pengaruh global subtansi pada hukum migas ?

3. Bagaimana cara penyaluran gas LPG 3 Kg kepada masyarakat di tinjau dari perspektip hukum administrasi negara ?

J. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur tentang penyaluran gas LPG 3 Kg. 2. Untuk mengetahui apa pengaruh global subtansi pada hukum migas.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyaluran gas LPG 3 Kg kepada masyarakat di tinjau dari perspektip hukum administrasi negara.

K. Manfaat Penelitian

Adapun hasil manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan yang lebih konkrit. Kemudian dari hasil penelitian ini di harapkan pula dapat


(21)

memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah guna pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan pengkajian hukum khususnya yang berkaitan dengan prosedur penyaluran gas LPG 3 Kg kepada masyarakat ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan manfaat, terutama sebagai pedoman untuk dapat menyalurkan gas LPG 3 Kg sesuai prosedur kepada masyarakat.

L. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Minyak dan Tabung Gas LPG

Tabung gas LPG merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Dikalangan ibu rumah tangga penggunaan sangat di gemari karena LPG menjamin dapur yang tetap bersih. Selain itu bila dibanding dengan minyak tanah dan kayu bakar, daya pemanasan LPG lebih tinggi sehingga memasak lebih cepat matang dan tentu lebih cepat di hidangkan. Dua jenis tabung LPG produk pertamina yang tersedia di agen gas seperti tabung gas LPG 3 Kg, tabung LPG 3 Kg berisi 3 Kg LPG dan berat tabung 5 Kg. Dan tabung gas LPG 12 Kg, tabung LPG 12 Kg berisi 12 Kg LPG dan berat tabung 13 Kg.

Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah tambang minyak dan gas (MIGAS), yang termasuk dalam golongan sumber daya non renewable. Sektor migas


(22)

merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan pembangunan negara. Penerimaan migas pada tahun 1996 mencapai 43 persen dari APBN, dan pada tahun 2003 menurun menjadi 22,9 persen .

Minyak Bumi merupakan zat cair licin yang mudah terbakar karena sebagian besar penyusunnya adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri atas atom hidrogen (H) dan karbon (C). Kandungan senyawa ini di dalam minyak bumi berkisar antara 50-98%, sedang sisanya terdiri atas senyawa-senyawa organik seperti oksigen (O), nitrogen (N) dan belerang (S).

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi memberikan pengertian minyak bumi sebagai berikut “Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi “

Minyak bumi yang juga dikenal sebagai emas hitam ini memiliki nilai yang sangat tinggi dalam peradaban manusia sepanjang masa, terlebih pada masyarakat modern dewasa ini. Bidang-bidang kehidupan umat manusia seperti pertanian, industri, transportasi serta sistem pembangkit energi yang digunakan manusia sangat bergantung pada minyak bumi ini. Kelangkaan bahan ini akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan suatu bangsa.

Minyak bumi dalam bentuk minyak mentah yang diambil dari sumur-sumur minyak dapat diubah menjadi ribuan jenis produk modern, baik langsung maupun


(23)

tidak langsung. Salah satu produk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan transportasi yang lazim disebut bensin. Sekitar 54% dari hasil minyak mentah diubah menjadi BBM. Kendaraan bermotor untuk transportasi menghabiskan 90% dari seluruh produk bensin, sedang sisanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pesawat terbang, traktor pertanian dan berbagai jenis mesin untuk kegiatan industri maupun rumah tangga.

Tabung gas LPG merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Dikalangan ibu rumah tangga penggunaan sangat di gemari karena LPG menjamin dapur yang tetap bersih. Selain itu bila dibanding dengan minyak tanah dan kayu bakar, daya pemanasan LPG lebih tinggi sehingga memasak lebih cepat matang dan tentu lebih cepat di hidangkan. Dua jenis tabung LPG produk pertamina yang tersedia di agen gas Rutin makmur, yaitu: tabung LPG 3 Kg berisi 3 Kg LPG dan berat tabung 5 Kg dan tabung LPG 12 Kg berisi 12 Kg LPG dan berat tabung 13 Kg.

Kebijakan public dalam arti sempit diartikan sebagai tindakan yang diambil pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah ini berdasarkan atas isu-isu yang terjadi di masyarakat yang kemudian diangkat menjadi topic untuk dibicarakan dalam sidang ataupun rapat pemerintahan yang kemudian akan menghasilkan suatu bentuk kebijakan dalam menyelesaikan isu-isu yang terjadi di masyarakat tersebut. selain sebagai pembuat kebijakan pemerintah juga sebagai pelaksana serta pengawas terhadap implementasi kebijakan tersebut.8

8

Dwijowijoto, Riant Nugroho, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi,


(24)

Mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan tampil berbeda. Fokusnya dalam hal ini adalah bagaimana negara dapat meberikan pelayanan public yang optimal untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan negara yaitu kemakmuran dan kesejahteraan yang utuh. Menurut kebijakan publik merupakan rangkaian pilihan yang saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah. Selain itu, Friedrich mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu arah lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu. Proses perumusan kebijakan menurut Nugorho secara umum sebagai berikut:

1. Munculnya isu kebijakan

Isu ini dapat berupa masalah dan atau kebutuhan masyarakat yang bersifat mendasar, memiliki lingkup cakupan yang besar, dan memerlukan pengaturan pemerintah. Isu ini dapat bermula dari isu yang terjadi di masyarakat akibat kebijakan sebelumnya. waktu menangkap isu yang ideal adalah kurang dari 7 hari.

2. Setelah pemerintah menangkap isu tersebut, maka perlu dibentuk Tim Perumus Kebijakan yang terdiri dari pejabat birokrasi terkait dan ahli kebijakan public. Waktu pembentukan tim ini paling lama 7 hari.


(25)

Pembentukan tim ini dimaksudkan untuk merumuskan naskah akademik dan atau langsung merumuskan draft nol.

3. Setelah terbentuk, draft nol kebijakan didiskusikan bersama forum publik antara lain:

a. Para pakar kebijakan dan pakar yang berhubungan dengan masalah terkait, bila perlu anggota legislatif yang membidangi masalah terkait. Bertujuan melakukan verifikasi secara akademis.

b. Kedua adalah dengan instansi pemerintah di luar lembaga yang merumuskan kebijakan tersebut bila perlu melibatkan komisi bidang terkait dari badan legislatif.

c. Ketiga dengan para pihak yang terkait langsung dengan kebijakan atau yang terkena dampak langsung (beneficiaries). Bertujuan untuk mendapatkan verifikasi secara sosial dan politik dari kelompok masyarakat yang terkait secara langsung.

d. Keempat dengan pihak terkait secara luas dengan menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat. Diskusi ini bertujuan untuk membangun pemahaman publik terhadap rencana munculnya suatu kebijakan. Hasil diskusi publik tersebut akan dijadikan materi dalam menyusun kebijakan yang disebut draft

Minyak adalah satu bentuk umum senyawa kimia yang tidak bisa bercampur dengan air, dan ia berada di dalam kondisi cair pada suhu biasa lingkungan. Bahan tersebut dikatakan juga sebagai hidrofobik atau lipofilik. Minyak mengandung energi tersimpan yang tinggi, yang mana ia bisa digunakan untuk pemanasan dan juga


(26)

memberdayakan pembakaran mesin. Minyak digunakan untuk tujuan ini biasanya diambil dari petroleum, tetapi sumber-sumber energi biologi bisa dinilai sebagai satu alternatif kepada minyak mentah yang semakin mahal.

M. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan di bidang hukum serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah prosedur penyaluran gas LPG 3 Kg kepada masyarakat ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe yuridis normatif yaitu data-data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk menjawab permasalahan di dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Data sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau yang terdiri dari buku, tulisan ilmiah, internet dan studi pustaka , bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang sesuai dengan objek penelitian ini. b. Data primer yang terdiri dari Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006


(27)

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur seperti: buku-buku, undang-undang, pendapat sarjana, bahan perkuliahan, serta bahan-bahan yang diperoleh lewat internet, yang bertujuan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, atau pengertian-pengertian yang berhubungan dengan masalah hukum mengenai prosedur penyaluran gas LPG 3 Kg kepada masyarakat ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara.

N. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang masing-masing bab mempunyai penjelasan tersendiri yang saling berkaitan sebagai berikut :

Bab I berisi Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II berisi Prosedur Penyaluran Gas LPG 3 Kg Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara, terdiri dari Pengertian Gas LPG (Liquid Petroleum Gas), Prosedur Penyaluran LPG 3 Kg dan Bentuk-bentuk Gas LPG.

Bab III berisi Pengaruh Globalisasi Subtansi Pada Hukum Migas Terdiri dari Makna Globalisasi Pada Industri Migas, Prosedur Pembentukan Hukum Migas dan Faktor Pengawasan dan Penegakan Hukum


(28)

Bab IV berisi Penyaluran Gas LPG 3 Kg Kepada Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Kabupaten Deli Serdang) Terdiri dari Pernyaluran Gas LPG 3 Kg Kepada Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara, Penerapan Pertanggung Jawaban Hukum Administrasi Negara Secara Umum dan Studi Kabupaten Deli Serdanng Mengenai Penyaluran Gas LPG 3 Kg .

Bab V berisi Kesimpulan dan Saran, merupakan bab terakhir yang terdiri dari dua bagian, yakni Kesimpulan dan Saran.


(29)

BAB II

PROSEDUR PENYALURAN GAS LPG 3 KG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Pengertian Gas LPG (Liquid Petroleum Gas)

LPG (liquified petroleum gas), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbonyang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butane (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat LPG terutama adalah sebagai berikut:

1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.

2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.

3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder. 4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.

5. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah

LPG (liquefied petroleum gas) terdiri dari campuran utama propan dan butan dengansedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilen) dan beberapa fraksi C2 yanglebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat dalam LPG adalah propan(C3H8), propilen (C3H6), normal dan iso-butan (C4H10) dan butilen (C4H8). LPGmerupakan campuran dari hidrokarbon tersebt yang terbentuk


(30)

gas pada tekanan atmosfir,namun dapat diembunkan menadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk kemudahannya, disimpan danditransport dalam bentuk cair dengan tertentu.

Prosedur pembuatan Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi (kolom pemisah) terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengansuhu ± 350°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalamkolom fraksinasi. Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasandengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).Karena perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon, maka komponen-komponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana hidrokarbon ringan akan berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat dibawahnya. Pada tray (sekatdalam kolom) komponen itu akan terkumpul sesuai fraksinya masing-masing. Pada setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul kemudian dipompakan keluar kolom, didinginkandalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya masing-masing. LPG dapatdihasilkan dari hasil pemrosesan crude di kilang minyak, serta pemisahan komponen C3 danC4 dari gas alam maupun gas suar. Perolehan LPG dari lapangan gas sangat bergantung darikomposisi gas alam yang dihasilkan sumur gas. Proses pemisahan C3 dan C4 dari gas alamdilakukan terhadap gas alam yang sudah dikurangi kadar air dan gas-gas asamnya (H2S, merupakan, CO2). Sejumlah teknologi dasar pemisahan yang dikenal dalam rancangan LPG Plant yang terintegrasi dengan proses produksi adalah sebagai berikut :

1. Pemisahan dengan cara distilasi bertekanan, dimana berdasarkan perbedaan titik didihtiap-tiap komponen yang terkandung pada umpan.


(31)

2. Pemisahan dengan cara penyerapan komponen C3-C4 oleh hidrokarbon cair ringan (light oil absorption), diikuti dengan pemisahan kembali C3-C4 dari hidrokarbon cair dengan cara distilasi.

3. Pemisahan dengan cara mendinginkan gas-gas C3-C4 dengan silklus refrigerasihingga di bawah titik embunnya, sehingga gas-gas terpisah sebagai produk cair.

4. Pemisahan dengan cara pendinginan, dengan memanfaatkan peristiwa penurunantemperatur gas jika dikurangi tekanannya secara mendadak, sehingga komponen C3-C4 mengalami pengembunan.

Pemisahan komponen C3-C4 dengan menggunakan membran dengan ukuran porisedemikian sehingga komponen yang lebih ringan (C1-C2) mampu menerobosmembran, sedangkan komponen LPG tertinggal dalam aliran gas umpan. Namun pada umumnya unit LPG yang terdapat di kilang lebih dijumpai pemisahan berupa kolom-kolom distilasi bertekanan. Sebelum dipisahkan umpan yang akan masuk kedalam fraksinator (kolom), pada umumnya gas dicairkan lebh dulu, yakni dengan cara :didinginkan, ditekan, ditekan dan didinginkan, dan diekspansi. LPG yang berupa gas yangterbentuk dari unsur dominan C3H8 (C3) dengan C4H10 (C4) dengan perbandingankomposisi C3 dan C4 sebesar 70 % : 30 %, dimana dilakukan pemberian tekanan sampaidengan 300 psi sehingga unsur tersebut berubah fasa menjadi cair.Untuk memisahkan unsur-unsur yang ringan dan yang lebih berat, dapat dipakai alatFractinator (kolom distilasi), dimana Methane (C1), Ethane (C2), Propane (C3), dan Butane(C4) dapat dipisahkan secara sendiri-sendiri. Dapat pula Demethanizer digabung menjadiDemethanizer/Deethanizer yang diatur


(32)

setara dengan Deethanizer yang berfungsi memisahkan C1 dan C2 bersama-sama. Begitu pula Depropanizer digabung menjadiDepropanizer/Debutanizer yang berfungsi untuk mengambil unsur C3 dan C4 dari produk proses sebelumnya yang akan menjadi kondensat. Kedua alat tersebut temperatur dan tekanankerjanya dipilih kondisi optimum yang sangat tergantung dari komposisi gas yang harusdiolah. Karena yang diolah gas bertekanan rendah maka diperlukan kompressor, agar tercapaitekanan keluaran yang diperlukan oleh alat Demethanizer / Deethanizer serta alatDepropanizer / Debutanizer. Proses pemisahan komponen LPG .

Tahap selanjutnya yaitu proses refrijerasi. Proses ini berintikan pendinginan aliran gasalam umpan di bawah temperatur pengembunan fraksi LPG dengan menggunakan refrijeran berupa gas propana atau freon. Pendinginan ini menyebabkan terbentuknya campuranhidrokarbon cair yang terutama terdiri dari LPG yang melarutkan gas-gas ringan (metana danetana) serta fasa gas hidrokarbon ringan yang tidak terembunkan. Aliran hidrokarbon cair selanjutnya diumpankan ke kolom distilasi untuk dikurangi kadar gas ringannya.Pengurangan kadar gas ringan ini berlangsung pada temperatur rendah yakni sekitar 30°F.Proses pemisahan LPG yang menerapkan teknologi refrijerasi memiliki efisiensi pemisahan yakni sekitar 85% untuk komponen C3, 95% untuk komponen C4, dan 98% untuk fraksi hidrokarbon cair berat. Ada 3 (tiga) cara penyimpanan LPG, yakni Under Ground Tank (UGT), dibawah tekanan dan temperatur kamar dan refrigerated pada tekanan atmosfer ataulebih.

Dampak terhadap lingkungan umumnya tidak ditimbulakn pada Industri pembuatanLPG karena pemerintah khusunya pemerintah telah menetapkan kebijakan


(33)

serta AMDAL terkait dengan penyediaan LPG. Dampak yang sangat mencolok yaitu berkurangnya SDA minyak bumi atau minyak mentah karena digunakan sebagai bahan bahku LPG sehingga sekarang ini sudah marak terjadi kelangkaan LPG dan impor LPG secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan konsumen.

B. Prosedur Penyaluran Gas LPG 3 Kg.

Kebutuhan gas saat ini sangat besar pada penduduk indonesia, ini disebabkan oleh diberhentikannya subsidi pemerintah pada minyak tanah sehingga mengakibatkan melonjaknya harga minyak tanah. Otomatis semua orang berpindah memakai gas daripada minyak tanah karena gas lebih murah. Pemerintah pun sudah mengatasi masalah ini dengan membagikan tabung gas dengan tujuan agar masyarakat berpindah dari pemakaian minyak tanah yang langka dan mahal sebagai bahan bakar kepada gas isi 3kg. Saat ini hampir 100% masyarakat memakai gas sebagai bahan bakar kompor, dengan demikian usaha penjualan gas isi 3kg menjadi peluang yang bagus untuk diusahakan. Gas isi 3kg dipilih karena kebanyakan masyarakat kita yang kebanyakan masyarakat menengah ke bawah memakai gas 3kg ini. Kalau sudah mencapai target penjualan yang diinginkan atau setidak-tidaknya usaha ini sudah mulai berjalan dan stabil baru disediakan gas yang berisi 5kg dan 12kg sebagai pelengkap.

Untuk menjadi sub agen gas LPG 3kg pertama-tama harus dilihat lokasi pasar. Kalau di daerah Sumatera Utara persaingan sangat ketat sebab sudah banyak subagen-subagen lain yang sudah buka lebih dahulu dan sudah punya nama, sehingga


(34)

harga menjadi saling menjatuhkan antar sesama sub agen yang mengakibatkan keuntungan berkurang atau sedikit. Setelah mendapatkan lokasi yang sesuai dan menguntungkan langkah selanjutnya mendatangi agen gas LPG 3 Kg untuk menjadi sub agen dari agen tersebut.

Apa saja yang harus disiapkan untuk memulai menjadi sub agen gas LPG 3kg adalah inventaris 1 unit mobil pick up untuk pengangkutan dari agen dan pengantaran ke toko-toko, tapi biasanya para agen memberi servise delivery order jadi cukup pakai sepeda motor yang tiga rodanya yang dapat menampung 50 tabung untuk pengantaran ke toko-toko pelanggan saja, jadi kalau satu hari dua kali pengiriman untuk 100 tabung, nanti kalau sudah banyak orderan baru membeli mobil pick up, dengan perhitungan mendapatkan harga yng lebih murah karena gas diambil sendiri dari agennya dan pesanan sudah banyak. Kalau ada agen didaerah yang telah disurvey dan cocok padat dan rame maka akan lebih baik bekerja sama dengan mereka, karena biasanya mereka juga mengasi jatah 30 toko pelanggannya. Jatah 100 tabung sehari itu adalah kebutuhan dari 30 toko pelanggan. Tapi bukan karena begitu kita puas, harus ada target yang harus dicapai.

Langkah-langkah yang dibutuhkan yang dalam penyaluran gas LPG 3 Kg :

1. Mencari lokasi berpenduduk padat sekitar 4000 orang dan merupakan wilayah luar yang masih jarang subagen gasnya.

2. Menemui agen gas terdekat untuk dijadikan suplaiyer dan melakukan negosiasi agar mendapatkan harga yang murah dengan memesan 200


(35)

tabung gas, 100 tabung dikirim ke toko-toko pelanggan dan 100 tabung lagi sebagai stok cadangan di gudang. Dengan demikian ketika 100 tabung telah habis dan tabung kosong dikirin ke agen untuk pemesanan 100 tabung terisi, stok yang 100 tabung digudang dikirin ke toko-toko pelanggan sehingga persediaan tidak kosong dan pengiriman tidak tersendat.

3. Menyewa tempat yang layak dan murah untuk dijadikan gudang tempat menampung stok cadangan.

4. Berkeliling ke toko-toko untuk mendapat pelanggan baru, sampai mendapatkan setiap hari 60 pelanggan yang dapat menghabiskan 200 tabung perhari sampai mencapai target menghabiskan 300 tabung perhari, diliat dari perkembangan selanjutnya sampai titik jenuhnya.

5. Menjual ke toko-toko dengan harga yang murah sehingga mendapat banyak pelanggan terutama untuk penjualan pertama tabung dan isinya jangan mengambil banyak untung sehingga harga dijatuhkan untuk menarik pelanggan baru (harga pasaran untuk pembelian tabung dan isi Rp150.000,- bisa dijatuhkan menjadi Rp135.000,-).

6. Menyediakan dana cadangan untuk pembelian 100 tabung, ini ditujukan untuk pemesanan dari pelanggan baru yang berhasil didapat sehingga tidak mengganggu persediaan untuk pelanggan lama.

Agar mendapatkan keuntungan dan target yang dituju atau setidak-tidaknya mendekati target yang dituju, dengan cara mengambil untung sedikit sehingga banyak yang berlangganan yang akhirnya juga untung banyak. Untung banyak karena


(36)

banyaknya pelanggan, ini membutuhkan negosiasi yang baik kepada agen yang menyuplai agar mau memberi harga murah. Karena semakin banyak jumlah yang dipesan semakin murah harga yang didapat dari agen. Tetap mencari pelanggan baru setiap harinya, untuk itu diperlukan brosur atau pamphlet untuk disebarkan di seluruh wilayah radius berpenduduk 4000 orang dengan menuliskan harga eceran. Tapi diberitahukan bahwa kita agen, harus komitmen dengan mematok harga sesuai harga eceran, tapi kalau ada yang memesan banyak maka bisa diberi harga modal ditoko. Artinya menambah jumlah pelanggan sebanyak-banyaknya.

Harga eceran adalah Rp14.000,- sedangkan harga untuk toko-toko untuk dijual lagi Rp12.500,- (modal dari agen Rp11.500,-) Kalau sehari dapat orderan dari toko-toko jatah langganan dari agen sebanyak 100 tabung, maka keuntungan yang dapat dihasilkan adalah 100 tabung X Rp1000,- keuntungan setiap tabung, total =Rp100.000,- itu baru melayani jatah pelanggan yang dikasi oleh agen. Kalau sudah mencapai target yang diinginkan yaitu 250 tabung perhari, maka keuntungan yang dihasilkan adalah Rp1000,- X 250 = Rp250.000,- perhari.

Kalau banyak yang membeli eceran karena sudah terkenal, maka itu lebih bagus. Sebab dengan cara menjual dengan harga eceran semakin banyak keuntungan yang bisa didapat. Jika dijual dengan harga eceran keuntungan yang didapat per tabung adalah Rp2.500,- maka kalau bisa mencapai 50 tabung perhari yang laku dengan harga eceran akan dihasilkan keuntungan per hari Rp125.000,- total keuntungan penjualan eceran dan pesanan toko perhari Rp125.000,- ditambah Rp250.000,- sama dengan Rp375.000,. Dengan mendapat keuntungan Rp375.000,-


(37)

perhari, maka sudah tercapai target yang ditujukan. Dan ditotal perbulan Rp375.000,- X 30hari = Rp11.250.000,- keuntungan yang dapat dihasilkan. Untuk mencapai target tersebut dengan cepat dan mudah dibutuhkan keuletan dan komitmen tetap semangat dan optimis bila ada kendala-kendala, seperti sulitnya menambah pelanggan.

Bila ditemukan kasus kesulitan mendapat pelanggan, perlu dilakukan penyebaran dengan seluas-luasnya. Yang tak kalah pentingnya juga adalah kepandaian bernegosiasi dengan agen. Atau pandai-pandai mencari lobang baru dari agen lain yang memeberi harga lebih murah. Dengan mendapatkan lobang lebih murah, akan mempermudah mendapat pelanggan-pelanggan baru. Dan bahkan akan menambah keuntungan berlipat.

Kalau sudah mendapat pelanggan yang banyak dan sesuai target jangan berhenti dan merasa puas sehingga pelayanan untuk pelanggan berkurang. Ini terkadang terjadi dan mungkin banyak terjadi sehingga banyak pelanggan yang kecewa. Bila itu terjadi pada penjual lain, maka peluang bagi yang tetap menjaga pelayanan untuk pelanggan, bahkan terus menambahkan pelayanan yang makin bagus. Hal ini bisa dengan menjaga agar pengiriman tidak pernah telat, melayani pemesanan kapan saja 24 jam sehari melalui pesan telfon bahkan dengan memesan lewat sms, dan lain-lainnya yang dapat mempermudah dan memanjakan pelanggan.

C. Bentuk-Bentuk Gas LPG

LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) merupakan produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi


(38)

bertekanan tinggi. Fraksi yang digunakan sebagai umpan dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari Gas alam maupun Gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). Komponen utama LPG terdiri dari Hidrokarbon ringan berupa Propana (C3H8) dan Butana (C4H10), serta sejumlah kecil Etana (C2H6,) dan Pentana (C5H12).

LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri. LPG terutama digunakan oleh masyarakat tingkat menengah keatas yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ketahun karena termasuk bahan bakar yang ramah lingkungan. Sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, LPG harus memenuhi beberapa persyaratan khusus dengan tujuan agar aman dipakai dalam arti tidak membahayakan bagi si pemakai dan tidak merusak peralatan yang digunakan serta effisien dalam pemakaiannya.

Oleh sebab itu untuk menjaga faktor keselamatan, LPG dimasukan ke dalam tabung yang tahan terhadap tekanan yang terbuat dari besi baja dan dilengkapi dengan suatu pengatur tekanan. Disamping itu untuk mendeteksi terjadinya kebocoran LPG, maka LPG sebelum dipasarkan terlebih dahulu ditambahkan zat pembau (odor) sehingga apabila terjadi kebocoran segera dapat diketahui. Pembau yang ditambahkan harus melarut sempurna dalam LPG, tidak boleh mengendap. Untuk maksud itu digunakan etil merkaptan (C2H5SH) atau butil merkaptan (C4H9SH). Sedangkan dibidang industri produk elpiji digunakan sebagai pengganti freon, aerosol,refrigerant / cooling agent, kosmetik dan dapat pula digunakan sebagai bahan baku produk khusus.

Jenis-Jenis LPG Sesuai dengan penggunaannya sebagai bahan bakar elpiji dibedakan atas:


(39)

1. LPG Mix, adalah camuran propane dan butana dengan komposisi antara 70- 80% dan 20-30% volume dan diberi odorant (Mercaptant) dan umumnya digunakan untuk bahan bakar rumah tangga.

2. LPG propane dan Elpiji butana, adalah elpiji yang masing-masing mengandung propane 95 % dan butana 97,5 % volume dan diberi odorant (mercaptant), umumnya digunakan untuk keperluan industri.

Syarat-syarat utama dalam pemakaian LPG adalah harus dipenuhinya. Syarat pembakaran pada saat digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor LPG harus memberi warna api kompor yang biru dan tidak memberi asap. Agar api kompor berwarna biru, maka komposisi campuran propana dan butana harus minimum 97,5%. Sebaliknya jika LPG mengandung fraksi C5+(C6 heavier) lebih dari maksimumnya yaitu 2,0% maka nyala api kompor agak kemerah-merahan. Jadi agar syarat pembakaran menjadi baik maka komposisi C2 harus maksimum 0,2% vol, C3 dan C4 minimum 97,5% vol serta kandungan C5+(C6 heavier) maksimum 2,0% vol.

Syarat penguapan kemampuan menguap adalah sifat penting dalam penggunaan, LPG harus cukup mudah menguap agar mudah dinyalakan diwaktu dingin. Seperti diketahui saat dalam tabung gas LPG adalah berbentuk cair, namun saat dipakai dalam kompor (pada tekanan atmosfer) dengan cepat LPG berubah menjadi gas. Untuk memenuhi persyaratan penguapan maka Tekanan Uap LPG tidak boleh lebih dari 120 % vol.

Syarat keselamatan dalam pemakaiannya sebagai bahan bakar rumah tangga, jika terjadi kebocoran maka LPG harus cepat dapat dideteksi dengan diberi bau yang


(40)

khas, agar baunya cepat dikenali saat terjadi kebocoran maka pada LPG diberi campuran Ethyl atau Buthyl mercaptan sebanyak 50/100 AG.

Saat masih di pabrik, jika terjadi kebocoran LPG di malam hari akan sangat berbahaya, karena Spesific Grafity LPG sama dengan atau lebih besar dari SG udara, maka LPG akan terdistribusi merata di atas tanah pada malam hari. Untuk menjaga agar cairan LPG tidak merusak tabung gas dalam penyimpanan atau merusak kompor dalam penggunaannya dengan terjadinya proses pengkaratan maka harus ada persyaratan pemeriksaan Copper strip pada 100oF selama 1 jam dengan nilai maksimum.

Syarat kebersihan syarat kebersihan secara umum adalah dibatasinya kandungan air dan kandungan belerang, dimaksudkan agar pada penggunaannya LPG tidak memberikan kotoran sama sekali.

Sifat LPG perlu diketahui, gas LPG bersifat flammable (mudah terbakar). Dalam batas flammabality, LPG adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letupan (percikan api) yang sekecil apapun dapat segera menyambar gas LPG.

Maka untuk menjaga keamanan pastikan bahwa bau gas LPG telah hilang sama sekali dari dalam rumah, walaupun membutuhkan waktu yang agak lama. Hal ini karena sifat gas LPG yang sangat lamban berputar di udara.

Sebagai bahan bakar, gas LPG mudah terbakar apabila terjadi persenyawaan di udara. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui beberapa sifat khususnya. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar. LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya secara dini.


(41)

Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak kebawah. LPG tidak mengandung racun. Daya pemanasannya cukup tinggi, namun tidak meninggalkan debu dan abu (sisa pembakaran). Cara penggunaannya cukup mudah dan praktis.

Proses pemisahan LPG berlangsung pada tekanan tinggi dan terjadi pada dua buah kolom pemisahan yaitu:

1. Deethanizer adalah proses pemisahan kandungan gas etana yang terkandung didalam umpan yang berasal dari puncak kolom stabilizer pada proses distilasi, dengan menggunakan prinsip distilasi bertekanan tinggi. Pada proses Deethanizer ini akan beroperasi dengan baik apabila semua etana yang terkandung dapat dipisahkan, sedang cairan di dasar kolom yang berupa cairan propana dan butana akan dipisahkan di kolom Depropanizer, sedang gasetana akan keluar dari puncak kolom serta dialirkan sebagai gas sistim atau untuk diproses lebih lanjut.

2. Depropanizer di kolom depropanizer ini umpannya dari cairan dasar kolom deethanizer yang akan dipisahkan antara Propana dan Butana, sistim proses di depropanizer dan di deethanizer sama, baik kondisi maupun peralatannya. Adapun proses depropanizer diatur dengan tekanan tinggi dan temperatur relatif rendah. Diharapkan fraksi ringan akan menguap dan keluar dari puncak kolom sebagai produk propana, sedang cairan yang ada didasar kolom sebagai produk Butana.


(42)

BAB III

PENGARUH GLOBALISASI SUBSTANSI PADA HUKUM MIGAS

A. Makna Globalisasi Pada Industri Migas

Pengertian globalisasi megarah kepada penafsira liberal, sehigga mengandalka pada rasionalitas untuk kepentingan individu, dengan hubungan manusia secara Internasional, denga mengurangi sentralisasi kekuasaan.

Globalisasi ekonomi yang didasarkan pada ekonomi pasar telah memunculka persaingan global. Dalam situasi seperti ini setiap negara harus bersaing keras dalam usaha mendapatkan modal bagi pembangunanya. Selain itu, investasi yang dilakukan oleh setiap negara harus menghasilkan produk yang mampu bersaing dipasar, baik domestik maupun pasar Internasional, kareana hanya produk-produk yang berkualitas tinggi dengan harga paling murah yang laku dipasar.

Disi terbukti bahwa negara memang harus merespon segala situasi atau keadaa yang muncul yang dapat menyebabkan terjadinya kemerosotan kualitas hidup warga negaranya, sesuai dengan paham negara kesejateraan (welfare state) yang membenarkan negara ikut campur dalam segala bidang kehidupan demi menjamin kesejateraan warga negaranya. Negara tidak bisa lagi hanya sekedar menjadi penjaga malam (nachtwakersstaat) yang hanya bertugas menjaga ketertiban dan keamanan, agar akibat-akibat yang sudah dan akan ditimbulkan oleh globalisasi (sebagainana dulu juga pernah ditimbulkan oleh industrilisasi seperti terciptanya jurang yang lebar


(43)

dalam masyarakat dan statifikasi sosial yang sangat mencolok) dapat diatasi dan dicegah atau diminimalisasi kemungkinan terjadinya.9

Kesuksesan pembangunan Negara Indonesia sangat dipengaruhi oleh pengelolaan keuangan negara yang baik. Dalam arti luas keuangan negara meliputi APBN, APBD, keuangan negara pada Perjan, Perum, PN-PN, dan sebagainya, sedangkan dalam arti sempit keuangan negara meliputi badan hukum yang berwenang mengelolahh dan mempertanggungjawabkannya. APBN merupakan rencana kerja yang diperhitungkan dengan keuangan yang disusun secara sistematis, yang mencakup rencana penerimaan dan rencana pengeluaran untuk satu tahun anggaran yang disusun oleh pemerintah pusat dan disetujui oleh DPR. APBN dapat

Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah tambang minyak dan gas (MIGAS), yang termasuk dalam golongan sumber daya non renewable. Sektor migas merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka kelangsungan pembangunan negara. Penerimaan migas pada tahun 1996 mencapai 43 persen dari APBN, dan pada tahun 2003 menurun menjadi 22,9 persen.

Minyak Bumi merupakan zat cair licin yang mudah terbakar karena sebagian besar penyusunnya adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri atas atom hidrogen (H) dan karbon (C). Kandungan senyawa ini di dalam minyak bumi berkisar antara 50-98%, sedang sisanya terdiri atas senyawa-senyawa organik seperti oksigen (O), nitrogen (N) dan belerang (S).

9

Arief Hidayat, Menegaskan Kemabli Peran Negara Di Tengah Melemahnya Kedaulata Negara Di Eropa Global, Jakarta 2009, hal 25


(44)

menjadi indicator seberapa jauh peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian nasional. Setiap tahun pemerintah pusat menyusun APBN dengan priode pelaksanaan dua belas bulan.

Anggaran belanja pemerintah pun juga dijelaskan secara rinci dimana tujuan utama dari anggaran pengeluaran ini adalah mensukseskan tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam menyusun anggaran belanja ini, pemerintah menggunakan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu :

1. Fungsi Alokasi, dimana anggaran pemerintah pusat dimanfaatkan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan investasi produktif seperti penyediaan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Fungsi Stabilisasi, dengan menyediakan berbagai jenis subsidi, baik

subsidi kebutuhan pokok (price subsidies), maupun langsung ke obyek sasaran (targeted subsidies). Subsidi ditujukan untuk menjaga perekonomian khususnya kestabilan harga.

3. Fungsi Distribusi, yaitu dialokasikan untuk pemberdayaan berbagai kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, kurang beruntung atau berkemampuan ekonomi yang terbatas dalam bentuk :

a. Pembayaran transfer yang berupa bantuan Social (conditional cash transfer) untuk program yang mendukung upaya pengentasan kemiskinan (provelly alleviation), pemerataan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dengan program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), pengembangan program pendidikan


(45)

dengan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah), bidang kesehatan dengan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat), air bersih, dll.

b. Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berperan penting dalam rangka pengentasan kemiskinan.

Subsidi selain berfungsi sebagai alat untuk menjaga perekonomian dengan menjaga stabilitas harga namun juga secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Subsidi ini oleh pemerintah diberikan pada kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, tepung terigu, bahan bakar minyak (BBM) tertentu dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung 3 kilogram. Pemberian subsidi LPG ini dimaksudkan agar program peggantian (konversi) minyak tanah ke gas LPG tabung 3 kilogram dapat sukses. Program konversi ini bertujuan untuk penghematan sumber daya energi yang semakin langka dan harga minyak mentah dunia yang semakin tinggi. Subsidi sendiri merupakan alokasi anggaran yang diberikan kepada lembaga/perusahaan yang memproduksi, menjual barang dan jasa, memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.

Pemanfaatan LPG tabung 3 kilogram dianggap sebagai salah satu cara yang sukses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan didukung dengan penyebaran atau distribusi yang merata di masyarakat. Sekaligus sebagai upaya pemerintah dalam hal penghematan cadangan minyak bumi di Indonesia yang semakin menipis dan penghematan subsidi bahan bakar minyak yang cenderung meningkat terutama pada minyak tanah. Upaya ini dilakukan oleh pemerintah dengan


(46)

memulai pendistribusian konversi minyak tanah ke LPG 3 kilogram mulai sejak tahun 2007.

Pemberian subsidi PPN terhadap LPG tabung 3 kilogram sebagai konversi atas minyak tanah oleh pemerintah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan subsidi energy. Subsidi energi ini merupakan bentuk alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang mendistribusikan bahan bakar minyak jenis tertentu (Bahan Bakar Minyak dan Bahan Bakar Nabati), LPG tabung 3 kilogram, tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah mengatur kebijakan tersebut melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 88/PMK.011/2011 tanggal 13 Juni 2011 yang berlaku sejak Januari 2011 hingga 31 Desember 2011.

B. Prosedur Pembentukan Hukum Migas

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi memberikan pengertian minyak bumi sebagai berikut “Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi “.

Minyak bumi yang juga dikenal sebagai emas hitam ini memiliki nilai yang sangat tinggi dalam peradaban manusia sepanjang masa, terlebih pada masyarakat


(47)

modern dewasa ini. Bidang-bidang kehidupan umat manusia seperti pertanian, industri, transportasi serta sistem pembangkit energi yang digunakan manusia sangat bergantung pada minyak bumi ini. Kelangkaan bahan ini akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan suatu bangsa.

Minyak bumi dalam bentuk minyak mentah yang diambil dari sumur-sumur minyak dapat diubah menjadi ribuan jenis produk modern, baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu produk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan transportasi yang lazim disebut bensin. Sekitar 54% dari hasil minyak mentah diubah menjadi BBM. Kendaraan bermotor untuk transportasi menghabiskan 90% dari seluruh produk bensin, sedang sisanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pesawat terbang, traktor pertanian dan berbagai jenis mesin untuk kegiatan industri maupun rumah tangga.

Pemanfaatan hasil olahan minyak bumi sebagai bahan bakar mesin industri, kendaraan bermotor dan peralatan lain merupakan wujud dari pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi memberikan pengertian energi sebagai berikut:

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Penjelasan mengenai sumber energi dijelaskan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, yaitu: Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi.


(48)

Pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi yang berasal dari fosil memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil akan melepaskan polutan langsung ke lapisan troposfer dalam bentuk karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon dan partikulat. Masing-masing polutan akan merusak kesehatan dengan menimbulkan gangguan kesehatan yang berbeda-beda.10

Pertama, semua kontrak kerja sama banyak hal yang bisa terjadi di kemudian hari yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya pada saat kontrak Pencemaran lingkungan sebagai dampak pemanfaatan minyak bumi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara. Wisnu Arya Wardana mengelompokan penanggulangan pencemaran ke dalam 2 macam cara yakni penanggulangan secara non teknis dan penanggulangan sacara teknis. Penanggulangan secara non teknis dilakukan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Penanggulangan secara teknis antara lain dapat dilakukan dengan cara mengubah proses, mengganti sumber energi, mengelola limbah, dan menambah alat bantu. Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri, atau apabila dipandang perlu dapat dilakukan secara bersama-sama

Ada beberapa hal yang perlu dicermati terkait dengan kontrak kerja sama kegiatan usaha migas dihubungkan dengan kedaulatan negara atas SDA.

10

Mukhlis Akhadi, EKOLOGI ENERGI: Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hal. 118.


(49)

tersebut dibuat. Artinya, tidak menutup kemungkinan kontrak yang dibuat pada 10 tahun atau 20 tahun yang lalu isinya tidak lagi sesuai dengan perasaan keadilan saat ini. Perubahan terhadap kontrak tersebut tidak dapat dilakukan, kecuali atas persetujuan kedua belah pihak.

Kedua, indikasi kedaulatan negara dapat terlihat dalam klausula kontrak yang mengatur mengenai Domestic Market Obligation (DMO). Masalahnya jika kontraktor tidak melaksanakan kewajibannya terkait dengan DMO, pemerintah tidak dapat melakukan upaya paksa terhadap kontraktor, kecuali melalui gugatan ke forum atbitrase yang sudah disepakati dalam kontrak tersebut.

Ketiga, sebagian besar para pihak dalam kontrak-kontrak hulu migas tunduk pada stelsel hukum yang berbeda karena perbedaan kewarganegaraan. Kontrak seperti ini masuk dalam kategori perjanjian perdata internasional yang dalam banyak hal tunduk pada kaedah-kaedah hukum perdata internasional.

Keempat, kontrak-kontrak migas bersifat unik. Berbeda dengan jenis kontrak kerja sama pada umumnya, kontrak migas lebih banyak memuat kewajiban yang harus dilakukan oleh kontraktor dari pada kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah itu sebabnya mengapa para kontraktor yang notabennya adalah para investor di bidang usaha migas selalu meminta jaminan kepastian hukum terhadap pelaksanaan kontrak yang sudah disepakati bersama.

Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ada sisi negatif atau kelemahan kontrak kerja sama sebagai bentuk hukum pengusahaan migas dalam perspektif kedaulatan negara atas SDA. Jika pemerintah atau negara berpendapat bahwa kontrak tersebut perlu direnegosiasi karena tidak lagi sesuai dengan kondisi objektif dan perasaan


(50)

keadilan saat ini, kontraktor tidak begitu saja dapat menerimanya dengan sukarela. Keberatan kontraktor dilindungi oleh undang-undang karena kontrak tidak dapat dibuah secara sepihak.

Adanya permohonan uji materii (judicial review) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (PP Cost Recovery) terhadap peraturan perundang-undangan di atasnya yang diajukan oleh Indonesia Petroleum Association (IPA) ke Mahkamah Agung membuktikan adanya sisi negatif tersebut di atas. Intinya IPA berpendapat bahwa kontrak kerja sama yang sudah ada sebelum lahirnya PP Cost Recovery harus dihormati dan dipatuhi oleh para pihak. Demikian pula dengan renegosiasi atas Kontrak Karya dan PKP2B di bidang mineral dan batu bara yang sedang berjalan antara pemerintah dan kontraktor merupakan bukti kongkret adanya sisi negatif atau kelemahan dari bentuk hukum kontrak kerja sama dalam perspektif kedaulatan negara atas SDA.

Berbeda halnya jika pemerintah memilih izin sebagai bentuk hukum pengusahaan migas. Kedaulatan negara atas SDA lebih terlihat pada bentuk hukum ini karena pemerintah setiap saat dapat mencabut izin tersebut bila kontraktor tidak melaksanakan kewajibannya. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memilih izin sebagai bentuk hukum pengusahaan di bidang mineral dan batu bara dan panas bumi.

Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil


(51)

seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.

Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.

Untuk membentuk suatu Undang-Undang (UU) dibutuhkan suatu proses yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, dan pengundangan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Demikian juga halnya dalam membentuk Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bumi (RUU


(52)

Proses pertama yang harus dilakukan dalam membentuk UU yaitu perencanaan. Berdasarkan Pasal 16 UU P3, perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) dan Pemerintah. Prolegnas tersebut ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU).

Dalam Prolegnas Tahun 2010-2014 yang ditetapkan dengan Keputusan DPR RI Nomor 02G/DPR RI/II/2010-2011 pada tanggal 14 Desember 2010, RUU Migas masuk dalam daftar RUU Prolegnas jangka menengah (untuk jangka waktu 5 tahun).

Suatu RUU untuk dapat dimasukkan dalam daftar RUU Prolegnas harus mempunyai dasar pertimbangan mengapa RUU tersebut perlu dibentuk. Masuknya RUU Migas dalam Prolegnas Tahun 2010-2014 dengan dasar pertimbangan antara lain:

1. Adanya Putusan

21 Desember 2004, yang telah membatalkan Pasal 12 ayat (3) sepanjang mengenai kata-kata “diberi wewenang”, Pasal 22 ayat (1) sepanjang mengenai kata-kata “paling banyak”, serta Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Selain Putusan MK Nomor 002/PUU-I/2003, juga terdapat Putusan MK Nomor 20/PUU-V/2007 tanggal 17 Desember 2007 tetapi dalam Putusan MK ini dinyatakan permohonan para pemohon tidak dapat diterima karena


(53)

para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing). Berdasarkan Putusan MK Nomor 002/PUU-I/2003 tersebut terhadap UU Migas diperlukan suatu perubahan, khususnya terhadap pasal-pasal yang dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat serta pasal-pasal terkait yang memiliki implikasi dengan perubahan pasal-pasal tersebut.

2. Dasar pertimbangan lain yaitu dengan adanya rekomendasi Panitia Angket DPR RI Periode 2004-2009 tentang Kebijakan Pemerintah Menaikan Harga Bahan Bakar Panitia Angket BBM DPR RI yang disampaikan dalam Rapat Paripurna tanggal 28 September 2009 memberikan rekomendasi antara lain mendesak Pemerintah dan/atau DPR RI untuk segera mengajukan RUU Migas yang baru menggantikan UU Migas dan peraturan pelaksanaannya. Dengan telah dibatalkannya sejumlah pasal dalam UU Migas oleh MK, UU Migas tidak lagi memadai dijadikan landasan yuridis kebijakan migas nasional. RUU Migas yang baru didasarkan atas pola pikir (mindset) terpenuhinya ketahanan energi nasional.

Dengan adanya Prolegnas Tahun 2010-2014 disusunlah Prolegnas RUU prioritas tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas jangka menengah. Secara berturut-turut mulai dari tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013, RUU Migas masuk dalam Prolegnas RUU prioritas setiap tahunnya dengan keterangan bahwa Naskah Akademik (NA) dan draft RUU disiapkan oleh DPR dalam hal ini oleh


(54)

RUU Prioritas Tahun 2014, yang disetujui dalam rapat paripurna DPR tanggal 17 Desember 2013. Meskipun telah masuk dalam Prolegnas prioritas setiap tahunnya, dalam perjalanannya target untuk menyelesaikan RUU Migas sesuai dengan Prolegnas tahunan belum juga dapat diselesaikan, masih banyak proses yang harus dilalui dalam pembentukan RUU tersebut.

Berawal dari tahun 2010 sesuai dengan amanat Prolegnas prioritas Tahun 2010, DPR dalam hal ini Komisi VII DPR telah memulai proses selanjutnya setelah proses perencanaan yaitu penyusunan. Proses penyusunan ini dilakukan dengan didukung oleh Tim Sekretariat Jenderal DPR yang menyiapkan konsep awal NA dan draf awal RUU Migas. Tetapi sampai akhir tahun 2010, RUU ini masih belum selesai. Tahun 2011, konsep awal RUU tersebut mulai dibahas di internal Komisi VII DPR dengan memperhatikan masukan dari Fraksi-fraksi di DPR dan masukan dari berbagai stakeholders yang terkait.

Di tengah proses penyusunan dan pembahasan internal RUU Migas di Komisi VII DPR, tanggal 13 November 2012 lahir Putusan MK Nomor 36/PUU-X/2012, yang menyatakan bahwa beberapa pasal dan penjelasan yang berkaitan dengan badan pelaksana bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pasca Putusan MK Nomor 36/PUU-X/2012, seharusnya dapat mendesak DPR dalam hal ini Komisi VII DPR untuk segera menyelesaikan proses penyusunan RUU Migas.

Mengawali tahun 2014 ini, RUU Migas telah memasuki proses pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU (proses harmonisasi) yang dikoordinasikan oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR. Masih


(55)

panjang proses yang harus dilalui dalam pembentukan RUU ini, apabila proses harmonisasi telah selesai dan RUU Migas telah ditetapkan dalam rapat paripurna sebagai RUU dari DPR maka proses selanjutnya yang akan dilakukan yaitu pembahasan.

Pembahasan RUU dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri yang ditugasi. Pembahasan RUU dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan. Dua tingkat pembicaraan yaitu:

1. Pembicaraan tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Baleg, rapat Badan Anggaran, atau rapat Panitia Khusus; dan

2. Pembicaraan tingkat II dalam rapat paripurna.

Pembicaraan tingkat I dilakukan dengan kegiatan yaitu pengantar musyawarah, pembahasan daftar inventarisasi masalah (DIM), dan penyampaian pendapat mini. DIM diajukan oleh:

1. Presiden, apabila RUU berasal dari DPR; atau 2. DPR, apabila RUU berasal dari Presiden.

Dalam Peraturan DPR tentang Tata Tertib DPR (Tatib DPR), Pembicaraan Tingkat I dilakukan dalam rapat kerja, rapat panitia kerja, rapat tim perumus/tim kecil, dan/atau rapat tim sinkronisasi.

Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan dalam rapat paripurna dengan kegiatan penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil pembicaraan tingkat I, pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan yang diminta oleh


(56)

pimpinan rapat paripurna, dan penyampaian pendapat akhir Presiden yang dilakukan oleh menteri yang ditugasi.

Proses pembahasan RUU berdasarkan Tatib DPR, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) kali masa sidang dan dijadwalkan oleh Badan Musyawarah serta dapat diperpanjang oleh Badan Musyawarah sesuai dengan permintaan tertulis pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Baleg, atau pimpinan panitia khusus, untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) kali masa sidang. Perpanjangan tersebut diberikan berdasarkan pertimbangan materi muatan RUU yang bersifat kompleks dengan jumlah pasal yang banyak serta beban tugas dari komisi, gabungan komisi, Baleg, atau panitia khusus. Pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Baleg, dan pimpinan panitia khusus memberikan laporan perkembangan pembahasan RUU kepada Badan Musyawarah paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) masa sidang dan tembusan kepada Baleg.

Terkait masa sidang: “Tahun Sidang dibagi dalam 4 (empat) Masa Persidangan meliputi Masa Sidang dan Masa Reses. Masa Sidang adalah masa dimana DPR melakukan kegiatan terutama di dalam gedung DPR. Masa Reses adalah masa dimana DPR melakukan kegiatan di luar Masa Sidang, terutama diluar gedung DPR untuk melaksanakan kunjungan kerja, baik yang dilakukan oleh Anggota secara perseorangan maupun secara berkelompok. Masa sidang kurang lebih berkisar antara 1 bulan-2 bulan.”

Setelah dilakukan pembahasan dan mendapatkan persetujuan bersama dari DPR dan Presiden, selanjutnya dilakukan pengesahan. RUU yang telah disetujui bersama tersebut disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan


(57)

menjadi Undang-Undang. Penyampaian RUU tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. RUU disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan Presiden. Dalam hal RUU tersebut tidak ditandatangani oleh Presiden dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.

Proses selanjutnya setelah pengesahan yaitu pengundangan. Dalam Pasal 81 UU P3 diatur bahwa agar setiap orang mengetahuinya maka Undang-Undang diundangkan dan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan untuk penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia. Pengundangan Undang-Undang dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dilaksanakan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan proses pembentukan RUU di atas, pembentukan RUU Migas masih harus melewati beberapa tahap yaitu menyelesaikan harmonisasi di Baleg dan penetapan di rapat paripurna DPR sebagai RUU dari DPR, pembahasan, pengesahan, dan pengundangan. Dengan adanya Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2014 yang merupakan rencana legislasi terakhir DPR periode 2009-2014 seharusnya dapat memacu dan mendorong pembentuk UU untuk segera menyelesaikannya. Mengingat, masa bakti DPR periode 2009-2014 tersisa kurang dari satu tahun sehingga di tahun pemilu atau politik ini perlu ada langkah yang antisipatif bagi DPR dan pemerintah dalam menyelesaikan RUU tersebut.


(1)

Tugas dan wewenang yang diberikan Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 Tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram kepada Menteri pada akhirnya dalam beberapa hal dilimpahkan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang secara teknis.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebagaimana tercantum dalam kabijakan yang dibuat berdasarkan perintah dari peraturan yang lebih tinggi atau delegasi wewenang dari Pemerintah di tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan teori kebebasan bertindak yang dikemukakan Diana Halim Koentjoro, kewenangan membuat kebijakan yang mendasarkan pada perundang-undangan terjadi akibat pembuat peraturan tidak mampu memperhatikan setiap permasalah di seluruh wilayah secara rinci sehingga perturan di tingkat pusat hanya mengatur garis besarnya saja. Selain teori kebebasan bertindak, menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Deli Serdang selaku pemerintah daerah berwenang membuat kebijakan berdasarkan ketentuan paasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi. Berdasarkan pasal tersebut, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang berwenang untuk membuat peraturan daerah, melakukan pembinaan dan pengawasan, dan menetapkan kebijakan pengelolaan di wilayahnya

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak bertujuan untuk menjaga besaran volume bahan bakar minyak. Pelaksanaan pengendalian penggunaan bahan bakar minyak diawali dengan melakukan pembatasan penggunaan jenis bahan bakar minyak tertentu untuk transportasi jalan. Bahan bakar minyak yang termasuk dalam jenis bahan bakar minyak tertentu diatur


(2)

dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang berbunyi : “Jenis bahan bakar minyak tertentu yang selanjutnya disebut jenis BBM tertentu adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi dan/atau bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi yang telah dicampurkan dengan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain dengan jenis, standar dan mutu (spesifikasi) tertentu, volume tertentu, dan konsumen tertentu, dan harga yang disubsidi.

Pembatasan penggunaan jenis bahan bakar minyak tertentu diperuntukkan bagi kendaraan dinas dan kendaraan berupa mobil barang yang digunakan dalam kegiatan perkebunan dan pertambangan. Kendaraan dinas yang meliputi seluruh kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah dilarang menggunakan bahan bakar minyak jenis bensin (gasoline) RON 88 atau nama lain yang sejenis.

Pembatasan penggunaan jenis bahan bakar minyak tertentu bagi kendaraan berupa mobil barang yang digunakan untuk perkebunan dan pertambangan dilaksanakan terhitung sejak tanggal 1 September 2012. Bagi kendaraan barang ini dilarang menggunakan jenis bahan bakar minyak tertentu barupa minyak solar (gas oil) atau nama lain yang sejenis. Terkait dengan pembatasan penggunaan bahan bakar minyak bagi mobil barang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengeluarkan surat edaran nomor 02 E/10/MEM/2012. Surat edaran tersebut pada intinya memberikan pengecualian terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri


(3)

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. Pengecualian yang diberikan adalah bagi perkebunan perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan dengan skala usaha kurang dari 25 hektar, pertambangan rakyat, dan pengangkutan dan penjualan pertambangan batuan diperbolehkan menggunakan jenis bahan bakar minyak tertentu berupa minyak solar sampai dengan ditentukan lebih lanjut oleh pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 Tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram mengambil langkah untuk mengganti penggunaan sumber energi minyak bumi yang berupa minyak tanah dengan sumber energi berupa gas LPG. Penggantian minyak tanah ke LPG akan mengakibatkan penurunan konsumsi masyarakat terhadap minyak tanah. Menurunya pemanfaatan minyak tanah secara global akan menurunkan penggunaan minyak bumi.


(4)

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Prosedur pembuatan Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi (kolom pemisah) terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengansuhu ± 350°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalamkolom fraksinasi. Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasandengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi)

2. LPG (liquefied petroleum gas) terdiri dari campuran utama propan dan butan dengan sedikit persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilen) dan beberapa fraksi C2 yanglebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat dalam LPG adalah propan(C3H8), propilen (C3H6), normal dan iso-butan (C4H10) dan butilen (C4H8). LPGmerupakan campuran dari hidrokarbon tersebt yang terbentuk gas pada tekanan atmosfir,namun dapat diembunkan menadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan yang cukup besar.

3. Pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan dengan memberikan tugas dan wewenang tersendiri kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang selaku pemerintah daerah. Dari hasil penelitian didapatkan adanya tugas dan kewenangan pemerintah daerah di bidang energi. Tugas dan kewenangan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Menegaskan Arief Hidayat, Kemabli Peran Negara Di Tengah Melemahnya Kedaulata Negara Di Eropa Global, Jakarta 2009,

Koentjoro, Diana Halim Hukum Administrasi Negara, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004),

Dwijowijoto, Riant Nugroho, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta : PT Elex Media Konputindo, 2003.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, “Blueprint Pengelolaan Energi Nasional (BP-PEN) 2006 – 2025”, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006.

Mukhlis Akhadi, EKOLOGI ENERGI: Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Persada Media Grop, Jakarta, 2010,

N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan,Pancuran Alam , Jakarta, 2008,

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta, Gajah Mada University press, 1994),

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara: Seri Pustaka Ilmu Administrasi VII, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981

Rudi Handoko dan Pandu Patriadi, “Evaluasi Kebijakan Subsidi nonBBM”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol. 9 No. 4 Desember 2005.

SF Marbun dan Mahfud MD, Pokok-pokok hukum administrasi negara, (Yogyakarta: Liberty, 1987).

Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategis Penyelesaian Sengketa, Rineka Cipta, Jakarta, 2005,


(6)

Surna T. Djajadiningrat, M. Suparmoko, dan M. Ratnaningsih, “Neraca Sumber Daya

Alam untuk Pembangunan Berkelanjutan”, Kantor Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1992.

Surna T Djajadiningrat, Neraca Sumber Daya Alam untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta 1992,

Sudjono Dirdjosisworo, Sosiologi Hukum : Studi tentang Perubahan Hukum dan Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983).

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)