Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

080200342 TOMMY TARIGAN

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

080200342 TOMMY TARIGAN

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002 SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Surianingsih, SH, M.Hum

NIP. 196002141987032002 Nip.197003171998031001 Amsali Sembiring, SH, M. Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Tommy Tarigan*

Surianingsih, SH, M.Hum** Amsali Sembiring, SH, M. Hum**

Internet merupakan salah satu alat telekomunikasi informasi yang ada di dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk mengetahui perkembangan dunia dari segi apapun. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider. Bagaimana Mekanisme Pengurusan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet. Bagaimana prosedur perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer dan data sekunder. Data-data tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi. Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Anti Pornografi Dan Pornoaksi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 ITE. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.21 Tahun 2001 tersebut, dalam tata perizinannya, permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat diajukan setiap waktu dan proses perizinannya melalui


(4)

kepada Dirjen Postel, untuk selanjutnya akan dievaluasi. Dalam hal permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa multimedia tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, Dirjen Postel memberikan penolakan secara tertulis disertai alasan penolakan. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dibagi menjadi dua jenis hambatan yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal.

* Mahasiswa Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara *** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK Sidin, SH., M. Hum, selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Amsali Sembiring, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Drs. Joni Halim Tarigan dan Ibunda Dra. Maria Agustina Ginting, yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.

9. Teman-Teman stambuk 2008 yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan.

Medan, Juli 2014 Hormat Saya

Tommy Tarigan 080200342

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... v


(7)

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II PENGATURAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER .... 25

A. Dasar Hukum izin Prinsip Penyelenggaraan Internet ... 25

B. Ketentuan-Ketentuan Mengenai Masalah Perizinan. ... 27

C. Ketentuan Sanksi Dalam Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet ... 34

BAB III MEKANISME PENGURUSAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN INTERNET ... 36

A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Layanan Internet Service Provider ... 36

B. Pengurusan izin penyelengaraan telekomunikasi di bidang internet service provider ... 39

C. Pengawasan Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi dibidang Internet Service Provider... 47 D. Peraturan Daerah Yang mengatur Izin Prinsip


(8)

BAB IV PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRINSIP

PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA... .. 56

A. Tata Cara Permohonan Pendaftaran Izin Internet Service Provider ... .. 56

B. Hambatan perolehan izin prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara... .. 63

C. Upaya Yang Dilakukan dalam perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara ... .. 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .. 72

A.Kesimpulan ... .. 72

B.Saran ... .. 73 DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Tommy Tarigan*

Surianingsih, SH, M.Hum** Amsali Sembiring, SH, M. Hum**

Internet merupakan salah satu alat telekomunikasi informasi yang ada di dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk mengetahui perkembangan dunia dari segi apapun. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider. Bagaimana Mekanisme Pengurusan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet. Bagaimana prosedur perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer dan data sekunder. Data-data tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi. Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Anti Pornografi Dan Pornoaksi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 ITE. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.21 Tahun 2001 tersebut, dalam tata perizinannya, permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat diajukan setiap waktu dan proses perizinannya melalui


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Internet merupakan salah satu alat telekomunikasi informasi yang ada di dunia yang memiliki kemampuan untuk mengakses data atau situs untuk mengetahui perkembangan dunia dari segi apapun.1

1

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Selain memberikan keuntungan ekonomis dan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, internet dapat juga menjadi ancaman, terutama yang berkaitan dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), Pornografi. Teknologi internet kini telah memungkinkan siapa pun untuk membajak ciptaan orang lain dengan waktu yang relatif lebih singkat dan dengan kualitas yang hampir sama dengan karya aslinya. Hanya dalam hitungan beberapa detik saja, suatu ciptaan yang dilindungi dengan Hak Cipta dan pornografi lainnya dapat dengan mudah diperoleh, diperbanyak. Hak cipta dan pornografi tersebut juga dengan mudahnya berpindah dari satu komputer ke komputer lainnya, maupun ke media lain, seperti kertas, disket maupun compact disk (CD) hanya dengan men- download -nya yang cukup dilakukan dengan satu “klik” saja.


(11)

Salah satu permasalahan yang berkembang, sehubungan dengan pelanggaran Hak Cipta dan pornografi dalam media internet ini adalah apakah Penyelenggara Jasa Internet/”PJI” (Internet Service Provider atau “ISP”) dapat dianggap turut bertanggung jawab atas pelanggaran hak cipta dan pornografi yang dilakukan oleh pengguna layanannya.

Layanan utama sebuah ISP, yaitu menyediakan akses ke internet dinilai potensial menyebabkan ISP untuk turut digugat. Hal ini dikarenakan sebagai penyedia akses, ISP dianggap mampu mengawasi setiap lalu lintas pertukaran informasi yang terjadi di dalam jaringannya, serta untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Selain itu, beberapa jasa layanan tambahan yang diberikan oleh ISP dinilai juga memiliki potensi besar bagi ISP untuk dianggap turut membantu mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak cipta dan pornografi tersebut. Misalnya layanan web hosting dimana ISP menawarkan layanan untuk menempatkan file-file untuk suatu situs web di dalam server milik ISP tersebut. Apabila content dari situs web yang ditempatkan di server ISP tersebut melanggar Hak Cipta dan pornografi, maka ada kemungkinan pihak yang merasa Hak Cipta-nya telah dilanggar juga akan menuntut ISP, karena dianggap turut membantu terjadinya pelanggaran Hak Cipta tersebut.

Sampai dengan saat ini telah ada beberapa kasus yang dibawa kepengadilan khususnya gugatan terhadap ISP atas pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan pihak ketiga, seperti di Amerika Serikat, Perancis dan Cina. Di karenakan terbatasnya kemampuan untuk mengidentifikasikan serta mengetahui


(12)

maka pemegang Hak Cipta mencari kemungkinan untuk meminta pertanggungjawaban dari ISP atas pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan oleh pengguna layanan mereka. Terlebih untuk layanan web hosting gratis, dimana biasanya pelanggannya anonim, maka akan sangat sulit untuk dapat mengetahui siapa yang meng- up load karya cipta tersebut.

Meskipun sampai dengan saat ini di Indonesia belum ada satu pun kasus yang dibawa ke pengadilan baik secara pidana maupun perdata yang menggugat ISP atas pelanggaran Hak Cipta dan Pornografi yang dilakukan oleh pengguna layanan ISP melalui media Internet, akan tetapi dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (untuk selanjutnya disebut UUHC) yang mengakui media internet sebagai salah satu media pengumuman, dan dengan semakin banyaknya penggunaan internet sebagai media komunikasi, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti gugatan atau kasus semacam ini akan diajukan.

Dimulai pada dekade 90-an, Internet semakin berkembang pesat, di Indonesia sendiri bisnis Internet mulai dikenal sekitar tahun 95-an yang diawali dengan munculnya Internet Service Provider (ISP) yang menyediakan akses ke Internet dengan bandwidth berkisar antara 14.4 kbps hingga 28.8 kbps. Perkembangan tersebut juga telah menumbuhkan peningkatan jumlah perusahaan penyedia jasa layanan internet / ISP (Internet Service Provider), yang pada hingga akhir tahun 1999 daftar ISP di Indonesia baik yang sudah beroperasi maupun belum beroperasi sekitar 55 ISP, tetapi pada tahun 2001 jumlah ISP secara


(13)

keseluruhan yang tercatat di Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) sudah menginjak angka 155 ISP.

Bisnis ISP memilik prospek yang bagus. Saat ini semua bisnis yang berbasis Internet tidak akan berkembang apabila infastruktur dan koneksi ke Internet tidak dibangun terlebih dahulu, berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Awal mulanya internet adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh Advanced Research Projects Agency (APPA).2 Suatu bagian dari United States Departement Of Defens. Jaringan ini akan berfungsi sebagai alat komunikasi yang akan menghubungkan pihak militer, universitas dan para produsen peralatan militer. Fungsi internet sudah berbeda dari tujuan utamanya pada saat ini. Fungsinya internet sekarang sudah sangat beragam dari tempat untuk mencari informasi, belanja online, mencari berita-berita di dalam dan di luar negeri, perpustakan online yang berupa kumpulan-kumpulan website dari perpustakaan kelas dunia.3

Izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundangan dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk dapat melakukan

2

Peter Cane, Economic Loss and Products Liability, in Comparative Product Liability, The British Institute of International and Comparative Law, 1986, hal. 67


(14)

tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang.4

Pada dasarnya persetujuan prinsip izin usaha itu sendiri merupakan suatu persetujuan prinsip yang diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan kegiatan persiapan fisik dan administrasi termasuk perizinan terkait antara lain izin lokasi/HGU, izin mendirikan bangunan (IMB), izin tempat usaha/HO, izin tenaga kerja asing, izin pemasangan instalasi peralatan yang diperlukan serta upaya kelestarian lingkungan, dan upaya pemantauan lingkungan (UKL/UPL).

Hukum perizinan merupakan bagian dari Hukum Administrasi Negara yang merupakan aktivitas pemerintah di Indonesia. Untuk melaksanakan aktivitas dari pemerintah itu sendiri dasarnya adalah kewenangan.

Kewenangan administrasi negara perlu di atur dalam peraturan perundang-undangan, agar dalam melaksanakan aktivitasnya aparatur negara tidak menyalah gunakan kekuasaannya. Hukum perizinan sangat erat sekali dengan kewenangan Administrasi Negara karena kewenangan merupakan dasar dari aktivitasnya.Hak tidak ada tanpa adanya keputusan pemberian izin.

5

Berdasarakan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk lebih menulis skripsi mengenai “Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara“

4

Philipus M, Hadjon . Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya: Yuridika, 2006 hal 2

5

Peraturan Walikota Medan Nomor:28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet


(15)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider ?

2. Bagaimana Mekanisme Pengurusan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet?

3. Bagaimana prosedur perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider.

b. Untuk mengetahui Mekanisme Pengurusan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet.

c. Untuk mengetahui prosedur perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara

2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoretis

Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum


(16)

b. Secara Praktis

Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah agar dapat lebih mengetahui dan memahami tentang Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara, dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya yang terkait di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran penulis serta masukan yang berasal berbagai pihak guna membantu penulisan ini dari awal hingga akhir. Penulis memaparkan suatu “Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara”. Skripsi ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Perizinan

Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang dalam memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, ini menyangkut


(17)

perkenan bagi suatui tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.6

1) Menurut Utrecht :

Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang bersifat pengendalaian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakuakan suatu tindakan atau kegiatan usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha.

Masalah perizinan merupakan masalah yang sifatnya cukup prinsipal, dilihat dari perkara tidak boleh ditariknya keputusan, tidak boleh dicampur baurkan dengan hal bahwa suatu keputusan tidak lagi penting, artinya setelah beberapa waktu karena maksudnya hanya sebagai izin untuk melakukan suatu perbuatan tertentu saja, karenanya seseorang yang dalam melakukan tindakan berupa kegaiatan haruslah mempunyai izin dan pada dasarnya dapat diubah atau ditarik kembali.

Pendapat para ahli mengenai pengertian perizinan diantaranya :

Izin adalah bilamana perbuatan tidak pada umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan


(18)

secara masing-masing hal secara kongkrit maka perbuatan administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.7 2) Menurut Prins :

Izin (vegunning) adalah keputusan administrasi negara berupa peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal yang kongkrit.8

1) Dispensasi

Adapun bentuk-bentuk lain dari perizinan itu sendiri adalah dispensasi, izin, lisensi, dan konsesi. Dalam memberikan pengertian terhadap bentuk-bentuk dari perizinan tersebut disini penulis akan menjelaskan satu persatu dimana bentuk-bentuk perizinan adalah :

Dispensasi adalah tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan undang-undang menjadi tidak berlaku lagi bagi suatu hal yang istimewa.9

Adapun pemberian dispensasi haruslah memenuhi persyaratan tertentu yang diatur didalam peraturan yang berlaku dan agar setiap orang dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat menerobos dari peraturan yang telah berlaku, namun hal tersebut tidak terlepas dari peran yang

7

E. Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, Penerbit dan Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 2010, hal. 152.

8

Prins, Hukum Administrasi, Jakarta. 1976.

9

Mr. W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara,. Pradny Paramitta, Jakarta, 2001, hal. 71


(19)

dimiliki kekuasaan yaitu pemerintah untuk memberikan dispensasi yang harus jelas batasnya.

2) Lisensi

Nama lisensi nampaknya tepat untuk izin dalam menjalankan suatu usaha, izin tersebut tidak menjamin bahwa yang memperoleh lisensi tidak akan campur tangan dalam perusahaan atau bidang usaha yang dilakukan. Meskipun lisensi memberikan suatu keluasaan terhadap usaha tersebut.


(20)

3) Izin

Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.10

4) Konsesi

Bedanya dangan izin, konsesi senantiasa mengenai pekerjaan yang karena berkaitan dengan kepentingan umum harus benar-benar dilaksanakan. Maka dari itu pemegang konsensi baik oleh undang-undang maupun dengan cara mengadakan persyaratan, pemegang konsensi hamper senantiasa diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan yang diizinkan kepadanya dalam waktu yang tertentu dan dapat dilaksanakan dengan penyelenggaraan yang teratur.

Contoh konsesi adalah apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari pemerintah untuk melakukan suatu pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pemerintah. Adapun tugas pemerintah adalah menyelenggarakan kesejahteraan umum. Jadi kesejahteraan atau kepentingan umum harus selalu menjadi persyaratan utama, dan bukan untuk mencari keuntungan semata-mata. Pendelegasiaan wewenang itu diberikan karena pemerintah tidak mempunyai cukup tenaga maupun

10


(21)

fasilitas untuk melakukan sendiri. Konsesi ini dapat diberikan hamper dalam segala bidang.11

Sebagai perbuatan hukum yang sepihak dari pemertintah, perizinan menimbulkan hak dan kewajiban bagi si pemohon yang perlu ditetapkan dan diatur dalam peraturan perundangan agar terdapatnya kepastian serta kejelasan, baik mengenai persyaratan dan juga mengenai prosedur pemberian izin tempat usaha.

Masyarakat pada umumnya adalah manusia yang sangat menghendaki suatu keteraturan, maka untuk itulah diperlukan berbagai peraturan agar segala tindakan yang ada didalam masyarakat dapat ditetapkan oleh penguasa atau pemerintah. Hal tersebut merupakan hal yang menerangkan bahwa maksud dari izin itu sendiri adalah suatu tindakan yang pada mulanya dilarang, namun dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan membuat hal yang dilarang itu biar diperbolehkan.

Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat diberbagai bidang usaha, pemerintah ikut serta sebagai salah satu faktor yang menunjang lancarnya kegiatan usaha yang terdapat didalam masyarakat. Merupakan suatu ketentuan dari pemerintah terhadap masyarakat yang akan mendirikan atau melakukan suatu bidang usaha pada lokasi atau tempat tertentu, untuk dapat terlebih dahulu memperoleh atau mendapatkan izin tempat usaha yang diberikan oleh pemerintah.


(22)

Izin yang diberikan tersebut merupakan kewenangan dari pemerintah, yang berarti bahwa pemerintahakan memperbolehkan serta memberikan izin kepada seseorang sebagai pemohon untuk melakukan suatu tindakan atau usaha pada lokasi atau tempat tertentu yang sebelumnya merupakan suatu tindakan yang dilarang.

Izin merupakan instrument yang banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah mengeluarkan izin untuk mengatur segala tindakan-tindakan yang terdapat didalam masyarakat, agar tidak bertentangan dengan ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku.

Menurut E. Utrecht yang dikutip Y. W. Sunindhia dan Ninik Widiawati, pengertian izin atau vergunning yaitu :

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning).12

Izin dapat dibagi menjadi dua bagian :13

1) Izin dalam arti yang luas yaitu suatu tindakan dilakukan demi kepentingan umum, maksudnya yaitu pemerintah membolehkan pemohon untuk melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya dilarang.

12

Y. W. Sunindhia, dan Ninik Widianti, Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal 105-106.

13


(23)

2) Izin dalam arti yang sempit yaitu bahwa suatu perbuatan mengenai izin pada dasarnya merupakankeinginan dari pembuat undang-undang. Tujuannya untuk mengatur segala tindakan yang dianggap merupakan tindakan yang tercela. Izin merupakan tindakan yang sebelumnya dilarang lalu diperkenankan agar tindakan tersebut dapat diperbolehkan.

Merupakan hal yang utama terhadap pengertian izin dalam arti sempit bahwa tindakan yang merupakan tindakan yang dilarang tersebut adalah dengan tujuan agar dalam ketentuan tersebut mendapat persetujuan dalam pelaksanaannya, namun tindakan tersebut masih terdapat didalam ketentuan yang tidak bisa untuk dilanggar.

Segala sesuatu yang berbentuk usaha akan memerlukan tempat atau lokasi, dimana nantinya akan dijadikan sebagai tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau usaha tersebut, dengan tujuan usaha yang dilakukan itu akan berjalan semestinya.

Untuk melakukan kegiatan atau usaha, biasanya para pengusaha akan mencari tempat yang sesuai dan mereka anggap baik untuk melakukan kegaiatan atau usaha yang akan mereka jalankan. Untuk itulah diperlukan izin terhadap tempat usaha tersebut. Untuk melaksanakan kegiatan atau usaha pada lokasi atau tempat tertentu, para pengusaha diwajibkan untuk mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah, dimana para pengusaha tersebut diperbolehkan untuk mendirikan usaha atau kegiatan yang akan mereka jalankan.


(24)

Karena untuk melakukan usaha pada tempat tertentu tidak bisa dilakukan begitu saja, karena semua itu akan memerlukan persetujuan serta izin tempat usaha dari pejabat yang berwenang, yang nantinya apabila telah memenuhi segala persyaratan yang diajukan, maka tempat atau lokasi untuk melaksanakan kegiatan usaha yang pada mulanya merupakan hal yang belum diizinkan atau dilarang, akan dapat diperbolehkan dengan dikeluarkanya nanti surat izin tempat usaha (SITU) oleh pemerintah daerah atau pejabat yang berwenang.

2. Unsur-unsur Perizinan

Izin adalah perbuatan atau tindakan pemerintah yang bersegi satu untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan tertentu/khusus. Dari persyaratan tersebut dapat diperoleh unsur-unsur perizinan yaitu :14

1) Instrument yuridis

2) Peraturan perundang-undangan 3) Organ pemerintah

4) Peristiwa konkret

5) Prosedur dan persyaratan

Untuk memperjelas unsur-unsur perizinan tersebut diatas, maka akan diuraikan sebagai berikut :15

1) Instrumen yuridis

14

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cet ke 2, Yogyakarta, 2003, hal 150.


(25)

Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara hukum klasik dan tugas negara hukum modern (terutama dalam melaksanakan tugasnya), perbedaan adalah sebagai berikut :

(1) Negara hukum klasik

Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas negara hukum klasik.

(2) Negara hukum modern

Tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, pemerintah diberi wewenang dalam bidang pengaturan dengan instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa konkret. Instrument tersebut adalah dalam bentuk ketetapan (beschikking). Beschikking adalah instrumen hukum utama dalam penyelenggaraan pemerintah. Salah satu bentuk ketetapan adalah izin.

Sesuai dengan jenis-jenis beschikking, izin termaksuk ketetapan konstitutif, yang merupakan ketetapan yang menimbulkan hak baru untuk adresat dalam izin tersebut. Izin disebut pula sebagai suatu ketetapan yang memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan.


(26)

Sebagai negara hukum, salah satu prinsipnya adalah pemerintahan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Artinya setiap tindakan hukum pemerintah dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan dan penegakan hukum positif perlu adanya wewenang, karena dengan wewenang dapat melahirkan suatu instrumen yuridis yaitu ketetapan. Namun yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penerima kewenangan tersebut adalah pemerintah/organ pemerintah dari presiden (pemerintahan negara tertinggi/pusat, sampai dengan lurah (pemerintahan negara paling dasar. Kewenangan pemerintah dalam menerbitkan izin bersifat bebas, artinya pemerintah diberi kewenangan memberi pertimbangan tersebut didasarkan inisiatif sendiri.

Pertimbangan tersebut didasarkan oleh :

(1) Kondisi-kondisi dari pemohon yang dimungkinkan untuk dikeluarkan suatu izin.

(2) Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada.

(3) Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat dari penolakan atau pemberi izin dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan.


(27)

(4) Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin. 3) Organ pemerintah

Organ pemerintah adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan beschikking, termaksuk yang berbentuk sebagai izin. Dalam hal ini, organ pemerintah yang dimaksud adalah organ yang menjalankan urusan, yaitu di tingkat pusat (presiden sebagai administratur pusat) sampai pemerintah yang palaing dasar (lurah sebagai administratur dasar).

Akibat dari banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal tersebut dapat terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut memakan waktu yang panjang, yang dapat saja merugikan pemohon izin. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan deregulasi dandebirokratisasi dengan batasan-batasan tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah :

(1) Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan esensi dari sistim perizinan tersebut.

(2) Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan finansial.

(3) Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan hal-hal yang bersifat prinsip dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan.


(28)

(4) Dergulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas umum pemerintahan yang layak.

Wewenang yang diberikan kepada organ pemerintah tersebut haruslah diperoleh dari peraturan perundang-undangan.

4) Peristiwa konkret

Sesuai dengan bentuk dan sifat dari beschikking, maka izin sebagai salah satu jenis dari beshickking memiliki sifat yang konkret, individual, final. Berdasarkan sifat dan bentuk izin, yang dimaksud dengan konkret atau peristiwa konkret adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, dan fakta hukum tertentu.

Dalam pelaksanaannya, peristiwa konkret yang dimohonkan izinya adalah beragam (sesuai dengan perkembangan masyarakat). Selain itu dalam satu peristiwa konkret dapat diterbitkan atau diperlukan beberapa izin, berdasarkan proses dan prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin.

5) Prosedur dan persyaratan

Untuk mengajukan izin, pihak pemohon izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan organ pemerintah yang berkaitan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertantu yang ditentukan secara sepihak oleh organ pemerintah yang memiliki kewenangan memberi izin.


(29)

Berkaitan dengan syarat-syarat memperoleh izin, izin memiliki sifat konstitutif dan dan kondisional, maksudnya adalah :

(1) Konstitutif adalah terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu (perbuatan konkret) yang harus terlebih dahulu dipenuhi.

(2) Kondisional adalah penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan izin.

Meskipun prosedur dan syarat permohonan izin dilakukan sepihak oleh pemerintah, dalam hal ini pemerintah harus menentukanya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Tujuan perizinan

Pemberian izin oleh penguasa atau pemerintah terhadap pemohon izin berarti memberikan serta memperkenankan pemohon tersebut dalam melakukan tindakan tertentu. Secara umum perizinan itu sendiri merupakan perbuatan yang pada mula-mulanya dilarang akan tetapi hal itu diperkenankan setelah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.

Bagi pemerintah sendiri perizinan mempunyai tujuan untuk melaksanakan peraturan untuk sedapat mungkin menjadikan sebagai peraturan yang sesuai dengan kenyataan nanti dilapangan, dan terhadap msyarakat pada dasarnya perizinan merupakan bentuk dari suatu kepastian hukumyang jelas terhadap sesuatu yang sebelumnya merupakan hal yang pada mulanya dilarang dan akhirnya diperkenankan.


(30)

Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap ujung tombak instrumen hukum berfungsi :16

1) Pengarah 2) Perekayasa

3) Perancang masyarakat adil dan makmur 4) Pengendali

5) Penertib masyarakat (jika berkaitan dengan fungsi hukum modern) 5. Bentuk dan isi dari perizinan

Untuk kepastian hukum, diterbitkanya suatu izin harus berbentuk tertulis yang secara umum memuat hal-hal berikut ini :17

1) Organ yang berwenang. 2) Adresat

3) Diktum

4) Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat merupakan subtansi yang diputuskan dalam suatu izin.

5) Pemberian alasan (berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus sesuai dengan kondisi objektif dari peristiwa/fakta serta subjek hukum).

6) Tambahan (dapat berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan, kebijakan yang akan dikeluarkan).

16

Ridwan. HR, Op. cit.., hal. 150

17Ibid.,


(31)

F. Metode Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data primer dan data sekunder. Data-data tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Metode Pendekatan

Metode yang kami gunakan untuk melaksanakan penelitian ini ialah metode pendekatan yuridis empiris. Metode yuridis normatif yaitu pendekatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana hubungan hukum dengan masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum dalam masyarakat. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang obyektif yang disebut sebagai data primer.18

Metode pendekatan yuridis normatif merupakan cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian di lanjutkan dengan mengadakan

18


(32)

penelitian terhadap data primer di lapangan.19

3. Jenis dan Sumber Data

Metode pendekatan ini sesuai dengan apa yang hendak penulis teliti yaitu Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, meliputi data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan atau melalui literature-literatur, himpunan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil penelitian berwujud laporan, arsip negara, jurnal, dokumen maupun bentuk-bentuk lain berkaitan dengan penelitian. Data diperoleh berupa keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan atau dari lokasi penelitian serta melakukan studi kepustakaan.

b. Sumber Data

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak terkait yaitu di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Medan. Permasalahan yang diteliti berupa data, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung di lapangan mengenai permasalahan yang diteliti.

19

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , Rajawali Pers, Jakarta,2001, hal. 52


(33)

(34)

2. Sumber Data Sekunder

Data yang didapatkan dari peraturan perundang-undangan yang terkait, bahan-bahan kepustakaan, dokumen, arsip negara, artikel, jurnal, makalah.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung terhadap pejabat di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota sebagai contoh, Kasie Pelayanan Kesejahteraan Rakyat, Kasie Pelayanan Perekonomian dan 2 (dua) orang staf Pelayanan Perekonomian yang dipilih berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh penulis, dengan terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam wawancara tersebut.

b. Pengumpulan data sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan penelusuran kepustakaan, membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini serta browsing situs-situs di internet untuk mencari data-data yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

5. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah yuridis kualitatif ini dimaksudkan agar peneliti dalam melakukan pendekatan terhadap obyek penelitian akan dilakukan secara wajar. Dalam artian menggali informasi sesuai


(35)

dengan persepsi peneliti dan informan, dan proses penggalian informasi ini dapat berkembang sesuai dengan interaksi yang terjadi dalam proses wawancara kemudian data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian disusun dengan teratur dan sistematis, yang akan dianalisis untuk ditarik suatu kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul Prosedur Perolehan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang Latar Belakang Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II PENGATURAN IZIN PRINSIP PENYELENGGARAAN

INTERNET SERVICE PROVIDER

Pada bab ini akan membahas tentang Dasar Hukum izin Prinsip Penyelenggaraan Internet, Ketentuan-Ketentuan Mengenai Masalah Perizinan dan Ketentuan Sanksi Dalam Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet


(36)

PENYELENGGARAAN INTERNET

Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian dan Bentuk-Bentuk Layanan Internet Service Provider, Pengurusan izin penyelengaraan telekomunikasi di bidang internet service provider dan Peraturan Daerah Yang mengatur Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet

BAB IV PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRINSIP

PENYELENGGARAAN INTERNET SERVICE PROVIDER DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pada bab ini akan membahas tentang Tata Cara Permohonan Pendaftaran Izin Internet Service Provider, Hambatan perolehan izin prinsip Penyelenggaraan Internet dan Service Provider Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara serta Upaya Yang Dilakukan dalam perolehan izin prinsip penyelenggaraan internet service provider ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas tentang Kesimpulan dan Saran yang telah dilakukan dan memberikan saran dalam hasil penelitian


(37)

INTERNET SERVICE PROVIDER

D. Dasar Hukum izin Prinsip Penyelenggaraan Internet

Salah satu penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang sering menjadi daya tarik dan dipertanyakan oleh sebagian warga masyarakat berkaitan dengan proses dan prosedur perizinannya adalah penyelenggaraan jasa akses internet (Internet Service Provider/ISP). Keberadaan jasa telekomunikasi tersebut secara legalitas telah terakomodasi di dala menyebutkan pada Pasal 46 ayat (1), bahwa penyelenggaraan jasa multimedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c terdiri atas:20 a. jasa televisi berbayar; b. jasa akses internet ( internet service provider ); c. jasa interkoneksi internet (NAP ); d. jasa internet teleponi untuk keperluan publik; e. jasa wireless access protocol ( WAP ); f. jasa portal; g. jasa small office home office ( SOHO );h. jasa transaksi on-line; dan i. jasa aplikasi packet-switched selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, e , f, g dan huruf h. Disebutkan pula di dalam Pasal 47 ayat (1), bahwa penyelenggaraan jasa multimedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a,b,c dan huruf d merupakan penyelenggaraan jasa multimedia yang memerlukan izin dari Dirjen Postel. Sedangkan pada Pasal 47


(38)

ayat (2) disebutkan, bahwa penyelenggaraan jasa multimedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf e, f, g dan huruf h merupakan penyelenggaraan jasa multimedia yang tidak memerlukan izin dari Dirjen Postel.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.21 Tahun 2001 tersebut, dalam tata perizinannya, permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat diajukan setiap waktu dan proses perizinannya melalui evaluasi. Permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa multimedia disampaikan kepada Dirjen Postel, untuk selanjutnya akan dievaluasi. Dalam hal permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa multimedia tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, Dirjen Postel memberikan penolakan secara tertulis disertai alasan penolakan. Dan jika persyaratannya dipenuhi dan disetujui, Dirjen Postel dapat menerbitkan izin prinsip penyelenggaraan jasa penyelenggaraan jasa multimedia, yang berlaku selama-lamanya 1 tahun dan dapat mengajukan permohonan perpanjangan izin prinsip kepada Dirjen Postel, dimana perpanjangan izin prinsip ini 1 kali dengan masa berlaku selama-lamanya 6 bulan, apabila pemilik izin prinsip telah melakukan investasi dalam persiapan pembangunan sarana dan prasarana sesuai hasil penilaian Tim yang dibentuk oleh Dirjen Postel.

setelah pemilik izin prinsip dinyatakan lulus uji laik operasi (lebih lanjut tentang uji laik operasi ini dapat dilihat pada dan mengajukan permohonan izin penyelenggaraan. Izin penyelenggaraan jasa


(39)

telepon dasar, jasa mulltimedia diberikan tanpa batas waktu dan setiap 5 tahun sekali dilakukan evaluasi secara menyeluruh oleh Dirjen Postel. Tetapi, apabila hasil evaluasi tersebut dinyatakan tidak memenuhi ketentuan dalam perizinan, pemilik izin penyelenggaraan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dasar hukum izin prinsip penyelenggaraan internet provider adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Anti Pornografi Dan Pornoaksi ,Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 ITE.

E. Ketentuan-Ketentuan Mengenai Masalah Perizinan

Pekerjaan pemberian izin oleh pemerintah pada dasarnya merupakan perbuatan hukum publik yang bersegi 1 (satu) yang dilakukan dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan instansi pemerintahan yang mengeluarkan izin tersebut. Sehingga membicarakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah perizinan amat luas sekalanya karena beranekaragamnya jenis izin yang dikeluarkan sesuai dengan kedudukan masing-masing instansi pemerintahan itu sendiri. Tetapi meskipun demikian secara umum dapat dikatakan ketentuanketentuan mengenai masalah perizinan tersebut merupakan pekerjaan


(40)

mengeluarkan ketetapan yang mempunyai ciri konkret artinya nyata mengatur orang tertentu yang disebutkan identitasnya sebagai pemohon izin untuk memenuhi ketentuanketentuan yang ditetapkan pemerintah agar seseorang tersebut dapat diberikan izin. Ketentuan-ketentuan yang umum diberikan dalarn hal pengurusan izin meliputi:

1. Identitas pemohon

Termasuk nama, tempat tanggal lahir, serta domisili. 2. Tujuan permohonan izin.

Hal ini digantungkan kepada jenis yang dimohonkan, seperti IMB, HO, Internet maka tujuan permohonan izin tersebut adalah agar pemohon dapat melakukan aktivitas kegiatan pembangunan sesuai izin yang dimohonkan. 3. Masa berlaku izin.

Merupakan suatu ketetapan oleh instansi yang mengeluarkan izin terhadap masa berlaku objek yang dimohonkan izin. Dalam hal ini dapat dimisalkan pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) kepada seorang tertentu yang hendak mendirikan bangunan dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dari Hinder Ordonantie Stb. 1926 No. 226 (Pasal 1 ayat (1)). Sebagai contoh lainnya : Bouwvergunning atau izin mendirikan bangunan itu diberikan berdasarkan undang-undarig gangguan (hinder ordonantie) Tahun 1926 Stb. 1926-226, yang llama. pada Pasal 1 ayat (1) ditetapkan secara terperinci objek-objek mana tidak boleh didirikan tanpa izin dan pihak pemerintah, yaitu objek-objek yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan-gangguan bagi bangunan sekelilingnya. Jadi maksud pasal ini adalah bahwa


(41)

untuk mendirikan bangunan hams ada izin lebih dahulu dari pihak pemerintah. Dengan pasal ini dapat pula dibuat ketentuan dalam hal pemberian izin mendirikan bangunan bahwa bangunan tersebut tidak menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan bagi bangunan lainnya. Misalnya dalam ketentuan IMB dilarang mendirikan bengkel besi di sebelah hotel sebab hal itu dapat menimbulkan gangguan-gangguan kepada para pasien yang ada di hotel tersebut. Ketentuan-ketentuan tentang perizinan ini sangat menyangkut perihal kepentingan Hukum Administrasi Negara, khususnya dalam penegakan Hukum Administrasi Negara. Tentang isi dan ruang lingkup atau lapangan Hukum Adrninistrasi Negara secara tegas baru pada tahun 1926 diuraikan secara konkrit oleh Van Vollen Hoven dalam bdamya yang berjudul : Omtrek van het administratifrecht. Setelah mengadakan peninjauan yang luas tentang pembidangan hukum terutama di negara-negara -Perancis, Jerman dan Amerika, Van Vollen Hoven telah menggambarkan suatu skema mengenai Hukum administrasi Negara di dalam kerangka Hukum seluruhnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan " Redidu Theorie ", Van Vollenhoven dalam skemanya itu menyajikan pembandingan seluruh materi hukum tersebut sebagai berikut :

1. Straatrech (materiel)/Hukum Tata Negara Material, meliputi a. Bestuur (pemerintahan).

b. Reschtspraak (peradilan). c. Politic (kepolisian).


(42)

2. Burgelijkerecht (material/Hukum Perdata materiel). 3. Strarecht (Materiel/Hukum Pidana Materiel). 4. Administratirfrecht (materiel dan formil), meliputi :

a. Bestturrecht (Hukum pernerintahan).

b. Justitiefrecht (Hukum peradilan) yang meliputi

1) Staatrechterlijke rechspleging/preadilan tata negara. 2) Administratief rechtpleging/Peradilan administrasi Negara. 3) Burgelijke rechtpleging/Hukum Acara Perdata.

4) Staatrecht/Hukum Negara c. Politierecht/Hukum Kepolisian.

d. Regellarsrecht/Hukum Proses perundang-undangan.21

Kemudian menurut Prajudi Atmosudirjo, bahwa untuk keperluan studi ilmiah, maka ruang lingkup studi Hukum Administrasi Negara meliputi :

1. Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum daripada Administrasi Negara (Grondbeginelen en grondbegrippen).

2. Hukum tentang organisasi dari Administasi Negara.

3. Hukum mengenai aktivitas-aktivitas dari administrasi negara, terutama yang bersifat juridis.

4. Hukum tentang sarana-sarana dari administrasi negara, terutama mengenai kepegawaian negara dan k.euangan negara.

5. Hukum administrasi pemerintahan daerah dan wilayah yang dibagi menjadi : a. Hukum administrasi kepegawaian

21

Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum adniinistrasi Negara, Penerbit Bina aksara, Jakarta, 1989, hal. 25


(43)

b. Hukum administrasi keuangari

c. Hukum Administrasi perusahaan negara/daerah.22

Pada uraian di atas sudah menggambarkan pengertian hukum administrasi negara dan juga ruang lingkup hukum administrasi negara. Hanya saja dengan menggambarkan kedua pokok bahasan tersebut belumlah dapat ditangkap esensi dari keberadaan administrasi negara bila tidak diikuti dengan penjelasan perbuatan-perbuatan dari administrasi negara, terutama yang berclimensi yuridis. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu ciri dari administrasi negara itu adalah merupakan suatu "fungsi" aparatur pemerintah sebagai suatu organisasi yang menyelenggarakan kepentingan umum. Bila kepentingan urnum ini kita misalkan saja tentang penanganan masalah ketenagakerjaan seperti yang dilakukan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja, maka disitu kelihatan bahwa pada pokoknya pelaksanaan tugas penanganan masalah ketenagakerjaan tadi adalah merupakan pelaksanaan dari prinsip-prinsip dasar dari Hukum Administrasi Negara. Oleh karena itu mata rantai tentang pengertian atau pemahaman terhadap hukum administrasi negara itu semakin jelas.

Berikut ini gambaran sampai sejauhmana keleluasaan dari pelaksanaan fungsi aparatur Pemerintah sebagai salah satu esensi dari Hukum Administrasi itu sendiri. Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya hares diberikan keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi


(44)

kepada pemerintah seperti Gubernur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar hukum clan atau dasar kebijaksanaan. Di samping keleluasaan tadi, kepada aparatur pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai " onrechtmatig overheaddaat ". Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum baik formil maupun materiil. Tidal( boleti melampaui penyelewengan kewenangan menurut undang-undang (kornpetentie).

Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu secara garis besar dapat dibagi atas :

1. Perbuatan membuat peraturan 2. Perbuatan melaksanakan peraturan.

Sementara itu menurut Van Poelje perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling). 2. Berdasarkan hukum (recht handeling).

a. Perbuatan hukum privat.

b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi atas : 1) Perbuatan hukum publik yang sepihak

2) Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak.

Kemudian Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif ada 2 (dua) macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :


(45)

1. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan akibat-akibat hukum.

2. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan akibat-akibat hukurn.

Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah seperti yang dikexnukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni : 1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan sepihak

yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum tersebut harus sepihak (eenzijdig) dan hams bersifat administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara nyata kasual, individual.

2. Rencana (Planning).

Salah satu bentuk dari perbuatan Hukum Administrasi Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hukum (yang mengikat) antara penguasa dan para warga masyarakat.

3. Norma jabatan (Concrete Normgeving).

Merupakan suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undangundang rnempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan rnenurut keadaan waktu dan tempat.


(46)

4. Legislasi Semu (Pseudo Wetgeving).

Adalah pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang sebenamya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman pelaksanam policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang) akan tetapi dipublikasikan secara meluas.23

F. Ketentuan Sanksi Dalam Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet

Memperhatikan batasan, ruang lingkup serta perbuatan-perbuatan dari Administrasi Negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adaiah merupakan suatu perangkat ketentuan yang memuat sekaligus meniberikan cara bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut "negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu tujuan yang dikehendaki bersarna.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari acapkali kita menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa pada saat kewenangan aparatur pemerintah itu direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu "Keputusan Pemerintah". Selanjutnya menurut Hukum Administrasi Negara bahwa Pemerin-tah itu mempunyai tugas-tugas istimewa, yakni tugas yang dapat dirumuskan secara singkat sebagai suatu tugas "Penyelenggaraan Kepentingan Umum".

Dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor: 28 tentang Perizinan usaha warung internet mengenai Sanksi diatur dalam Pasal 10 dinyatakan bahwa Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha warnet wajib memperoleh izin dari Kepala Daerah; Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

23


(47)

didelegasikan kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika; Peraturan Walikota ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan menunggu diterbitkannya Peraturan Daerah Tentang Perizinan Usaha Warung Internet. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Medan. Dengan berlakunya peraturan Walikota, maka setiap usaha warung internet yang berada diwilayah Hukum Kota Medan wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang dikeluarkan oleh Walikota Medan.24


(48)

PENYELENGGARAAN INTERNET

E. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Layanan Internet Service Provider

Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

Pada saat Internet dijaga oleh perjanjian bi- atau multilateral dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian). Protokol-protokol ini dibentuk berdasarkan perbincangan Internet Engineering Task Force (IETF), yang terbuka kepada umum. Badan ini mengeluarkan dokumen yang dikenali sebagai RFC (Request for Comments). Sebagian dari RFC dijadikan Standar Internet (Internet Standard), oleh Badan Arsitektur Internet (Internet Architecture Board - IAB). Protokol-protokol internet yang sering digunakan adalah seperti, IP, TCP, UDP, DNS, PPP, SLIP, ICMP, POP3, IMAP, SMTP, HTTP, HTTPS, SSH, Telnet, FTP, LDAP, dan SSL.


(49)

Beberapa layanan populer di internet yang menggunakan protokol di atas, ialah email/surat elektronik, Usenet, Newsgroup, berbagi berkas (File Sharing), WWW (World Wide Web), Gopher, akses sesi (Session Access), WAIS, finger, IRC, MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat elektronik dan World Wide Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak servis yang dibangun berdasarkannya, seperti milis (Mailing List) dan Weblog. Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service), seperti web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia. Selain itu melalui internet dimungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung antara dua pengguna atau lebih melalui program pengirim pesan instan seperti Camfrog, Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete, Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.25

Secara sederhana ISP sesungguhnya adalah suatu perusahaan yang menyediakan akses ke internet. Akan tetapi ISP itu sendiri dapat terdiri dari beberapa macam. Suatu ISP dapat menyediakan layanan akses internet secara retail kepada pelanggan rumah tangga maupun bisnis. ISP juga dapat hanya mengoperasikan jaringan backbone (backbone network) dan menyediakan akses dial-up dan dedicated kepada ISP lainnya sebagai suatu bisnis secara keseluruhan.

1. Pengertian ISP

26

25


(50)

Beberapa ISP juga menyediakan layanan hosting, dimana pelanggan dapat menyimpan informasinya di dalam server komputer yang dijalankan oleh ISP dengan akses internet dedicated dan pemeliharaan serta pengamanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari, 7 (tujuh) hari seminggu. ISP lainnya tidak menyediakan layanan-layanan tersebut di atas, melainkan hanya menjalankan portal saja.27

27Ibid

2. Bentuk-bentuk Layanan ISP

Layanan utama dari sebuah ISP adalah memberikan layanan akses ke internet, namun untuk dapat memaksimalkan pengembangan usahanya serta untuk memberikan kemudahan dan manfaat lebih bagi para pelanggan atau penggunanya biasanya ISP menyediakan layanan-layanan penunjang lainnya. Secara umum bentuk-bentuk layanan yang biasanya disediakan oleh suatu ISP adalah sebagai berikut :

a. Akses internet

Sebagai bentuk layanan utama suatu ISP, layanan akses internet ini biasanya terdiri dari 2 (dua) macam yaitu Dial Up (melalui saluran telepon) dan Dedicated Connection (menggunakan jalur khusus misalnya satelit, TV kabel atau jaringan terestrial lain).


(51)

Layanan penempatan situs web atau homepage di server PJI sehingga situs web tersebut dapat diakses oleh pengguna internet.

c. Web Space

Layanan penempatan ruang (space) diserver PJI untuk berbagai aplikasi internet.


(52)

d. Server collocation

Layanan jasa penyediaan ruangan berikut fasilitas-fasilitas penunjangnya di lokasi gedung ISP untuk penempatan server pelanggan dan koneksinya ke internet.

e. Web Development

Layanan pembuatan situs web atau homepage baik pribadi maupun perusahaan

f. E-mail (Electronic–Mail)

Surat menyurat elektronik antara pengguna internet. g. Internet Relay Chat (IRC)

Konferensi para pengguna internet yang diatur melalui jaringan, yang digunakan para pengguna internet dari seluruh dunia untuk berkorespondensi. h. Newsgroup

Forum diskusi yang terorganisir di bawah seorang moderator. PJI biasanya mengendalikan server berita untuk diberikan kepada para penggunanya.

F. Pengurusan Izin Penyelengaraan Telekomunikasi Dibidang Internet Service Provider


(53)

Keberadaan Internet Servis Provider (ISP) menjadi sangat penting artinya jika kita ingin supaya bangsa Indonesia bisa mengakses dunia informasi dan pengetahuan di seluruh dunia dengan mudah dan murah.

Setelah perioda bar-bar (terutama dari sisi uang pelicin) dalam memperoleh izin Internet Servis Provider (ISP) dari POSTEL pada awal Internet masuk ke Indonesia di tahun 1995-6-an. Pada saat itu, proses perizinan ISP ditangani oleh staff sekjen deparpostel. Uang pelicin dalam jumlah ratusan juta rupiah dibutuhkan untuk memperoleh izin ISP. Pada saat ini, proses perizinan ISP sudah sangat dipermudah dan di kendalikan oleh biro urusan jaringan informasi dan multimedia di bawah DIRJEN POSTEL.28

Point yang paling menyegarkan, secara eksplisit Pak Ismail Ahmad menyebutkan dalam press conference yang di selenggarakan tanggal 6 September 2001 yang lalu bahwa biaya untuk mengurus izin ISP di POSTEL adalah NOL (“0”) Rupiah! Mengapa bisa demikian? Penyelenggara ISP baru akan memiliki kewajiban untuk membayar Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) ISP kepada POSTEL sebesar 1% dari gross revenue ISP setelah mereka beroperasi penuh setelah memperoleh izin operasional. Jadi cukup fairlah permainan yang di mainkan pemerintah, izin ISP di gratiskan, tapi sesudah operasional baru diharuskan membayar BHP ISP sebesar 1% dari gross revenue. Biaya tersebut nantinya digunakan untuk berbagai yang berkaitan dengan pengembangan industri internet dan multimedia dari sisi kebijakan pemerintah. Tentunya semuanya


(54)

harusnya akan terkena peraturan dari Inspektorat Jendral di lingkungan DIRJEN POSTEL agar tidak di selewengkan kemana-mana.

Setidaknya biaya NOL (“0”) secara eksplisit di sebutkan oleh mereka, walaupun pada kenyataannya … banyak rekan di menyangsikan bahwa dengan modal nekad anda bisa memperoleh izin ISP tadi. Bantuan orang dalam sering kali masih di anggap akan banyak membantu; di samping, kadang kala orang POSTEL-nya tidak mengetahui bahwa model teknis ISP tidak selalu harus standar menggunakan Remota Access Server dan mengunakan line E1 dari Telkom yang muahal-nya minta ampun sekarang karena di naikan 1400%.

Terlepas dari kenyataan pahit yang kadang-kadang ada. Tentunya ada berbagai persyaratan dan prosedur yang harus di lalui sebelum seseorang / badan usaha dapat memperoleh izin ISP. Informasi lengkapnya dapat dibaca di naskah KEPMEN 21/2001 tentang jasa telekomunikasi29

Secara umum proses yang terjadi dapat digambarkan dalam sebuah flowchart terlampir. Jika semua proses berjalan lancar, izin operasional bukan tidak mustahil dapat diperoleh dalam waktu 4-5 bulan saja. Tapi jika kualitas SDM tidak baik dan kemampuan instalasi, kemungkinan setelah hampir dua tahun anda berusaha, izin operasional anda pun tidak diperoleh bahkan izin prinsip-nya di cabut.Seperti yang tertuang dalam flowchart, langkah awal untuk memperoleh izin penyelenggaraan sebuah ISP harus mengajukan surat permohonan yang


(55)

ditujukan kepada Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi (ada baiknya di tembuskan ke DIRJEN POSTEL).

Untuk memudahkan proses evaluasi di POSTEL, sebaiknya anda melampirkan (a) Akta pendirian perusahaan; (b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (c) pengesahan pendirian perusahaan; (d) profile perusahaan; (e) rencana usaha (bisnis plan); (f). konfigurasi dan data teknis perangkat yang akan digunakan; dan (g). struktur permodalan, susunan direksi dan dewan komisaris. Beberapa hal yang perlu di cover dalam rencana usaha (Business Plan) adalah (a) biaya investasi; (b) perkiraan pendapatan; (c) target pemasaran; (d) usulan tarip; dan (e) spesifikasi teknis. Anda diberikan waktu 14 hari untuk melengkapi semua persyaratan yang diminta tersebut. Kadang-kadang beberapa orang menganggap enteng proses ini, kadang mereka hanya memasukan selembar kertas permohonan saja yang model begini jelas akan di tolak mentah-mentah. Biasanya, setelah anda memasukan permohonan yang dilengkapi dengan banyak lampiran tersebut, anda akan di panggil oleh Postel untuk mempresentasikan rencana anda tersebut di hadapan staff Dirjen Postel. Disini permohonan anda akan di “bantai” untuk melihat apakah betul layak atau tidak untuk secara prinsip Postel menyetujui anda mendirikan ISP. Postel terkena deadline untuk menyelesaikan proses evaluasi permohonan ini dalam jangka waktu 14 hari untuk menentukan apakah secara prinsip menyetujui atau tidak.

Biasanya untuk sukses memperoleh izin prinsip penyelenggaraan ISP, kuncinya adalah (a) memenuhi persyaratan administratif yang ada; (b) membidik


(56)

usaha yang realistis yang di jamin ISP anda tidak rugi dan tidak merugikan masyarakat pengguna. Sederhana bukan . Akan lebih mudah lagi, jika anda memohon izin ISP di ibu kota kabupaten yang mungkin hanya ada Wasantara saja; atau segerombolan Warnet di satu lokasi beramai-ramai membangun koperasi untuk membuat ISP akan lebih di hargai daripada yang ingin merebut pangsa pasar di daerah yang padat ISP seperti di Jakarta atau kota besar lainnya.

Jika anda serius, sangat mungkin Postel akan menyetujui permohonan anda dan izin prinsip penyelenggaraan ISP akan diperoleh. Dalam kalimat sederhana, izin prinsip yang umurnya maksimum satu (1) tahun mengizinkan anda untuk menginstalasi semua peralatan, sarana dan infrastruktur ISP dan memberikan servis kepada pelanggan. Harapannya dalam waktu satu (1) tahun, anda berhasil membuktikan bahwa ISP tersebut dapat beroperasi dengan baik. Jika ternyata dalam waktu satu (1) tahun masih belum beroperasi dengan baik juga, anda mempunyai hak untuk memperpanjang sebanyak satu (1) kali izin prinsip tersebut untuk masa maksimum enam (6) bulan saja. Sesudah itu, kalau masih tidak jalan juga maka izin prinsip akan di cabut oleh Postel.

Jika anda yakin dengan operasional ISP anda, maka anda dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Postel untuk uji laik operasi dengan melampirkan :

(a) salinan izin prinsip; (b) struktur organisasi;


(57)

(d) spesifikasi teknis perangkat telekomunikasi yang telah dibangun; (e) daftar perangkat telekomunikasi; dan

(f) lokasi sesuai dengan izin prinsip. Dalam waktu 14 hari, Postel harus bereaksi dan harus mengevaluasi ISP anda di lokasi yang tertera di izin prinsip.

Jika anda berhasil dengan baik, maka dalam waktu 14 hari harus dikeluarkan izin operasional penyelenggaraan oleh Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi. Tapi jika tidak baik anda diberikan kesempatan 30 hari untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk dilihat apakah memenuhi syarat untuk memperoleh izin operasi. Jika masih gagal juga, biasanya masih ada kesempatan 14 hari lagi tambahan terakhir sebelum akhirnya izin prinsip anda di cabut oleh Postel karena gagal memenuhi uji layak operasi.

Kunci keberhasilan kelulusan dalam uji layak operasi, antara lain adalah (a) memenuhi persyaratan teknis; (b) kemampuan operasional yang meliputi (i) penjualan (sales); (ii) adanya unit dukungan pelanggan / customer support; dan (iii) administrasi dan penagihan.

Hal yang juga perlu diperhatikan oleh ISP adalah hak dan kewajiban serta hubungan dengan pelanggannya terutama dalam perjanjian level servis yang disepakati. Misalnya (1) ISP wajib menyalurkan seluruh informasi dari pelanggan; (2) pelanggan terikat pada perjanjian penggunaan fasilitas pada saat mendaftarkan diri yang meliputi:

a) kode etik dalam penggunaan fasilitas, meliputi: 1) Hak atas kekayaan intelektual;


(58)

2) Kerahasiaan dan keamanan informasi; 3) Pencemaran nama baik;

4) Hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di indonesia antara lain pornografi;

5) Kekerasan; 6) Perjudian;

7) Gangguan ke pengguna lain atau publik;

8) Kegiatan lain yang dinyatakan ilegal di wilayah negara republik indonesia.

b) Sistem perhitungan penagihan dan proses pembayaran yang jelas, termasuk level servis yang harus diterima pelanggan.

c) Pengaturan menyangkut wanprestasi baik dari sisi penyelenggara maupun pelanggan/pemakai.

d) Hak dan kewajiban konsumen

Perlu ditekankan sekali lagi bahwa secara prinsip / teori, biaya yang dibutuhkan ini semua adalah Nol (“0”) rupiah. Dengan kontak person yang jelas di Postel yang bertanggung jawab untuk mengatur industri telekomunikasi khususnya bidang multimedia (termasuk internet).30

Setelah memperoleh kemudahan dari sisi perizinan, masalah yang akan anda hadapi adalah proses pendidikan pasar / masyarakat / demand dan mencari SDM yang handal untuk masalah teknis ISP.

30


(59)

(60)

G. Pengawasan terhadap Izin Penyelenggaraan Internet Provider

Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintahan dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma-norma hukum, sebagai upaya represif.

Di samping itu, yang terpenting adalah bahwa pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. Sarana penegakan hukum itu di samping pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan. Sangsi biasanya diletakkan pada bagian akhir setiap peraturan yang dalam bahasa latin dapat disebutin cauda venenum, artinya di ujung suatu kaidah hukum terdapat sanksi. Arti sanksi adalah reaksi tentang tingkah laku, dibolehkan atau tidak dibolehkan atau reaksi terhadap pelanggaran norma, menjaga keseimbanganya dalam kehidupan masyarakat. Dalam Hukum Adminisrasi Negara dikenal beberapa macam sanksi, yaitu:31

1. Bestururdwang;

2. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan; 3. Pengenaan denda administratif

4. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)

Dwangsom dapat diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum

31


(61)

Administrasi atau (bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penarikan kembali suatu keputusan (ketetapan) yang menguntungkan. Pencabutan ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Penarikan kembali ketetapan yang menguntungkan berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam ketetapan itu oleh organ pemerintahan. Pengenaan denda adminsitratif dimaksudkan untuk menambah hukuman yang pasti, terutama denda administrasi yang terdapat dalam hukum pajak. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang kepada organ pemerintah untuk menjatuhkan hukuman yang berupa denda terhadap seseorang yang telah melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan. Pengenaan uang paksa dalam hukum admninistrasi dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan. Kegunaan sanksi adalah sebagai berikut

1. Pengukuhan perbuatan secara norma

2. Alat pemaksa bertindak sesuai dengan norma

3. Untuk menghukum perbuatan/tindakan diangap tidak sesuai dengan norma 4. Merupakan ancaman hukuman terhadap pelanggaran norma.

Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, istilah pengawasan itu agaknya tidak terlalu sukar untuk dimengerti, akan tetapi, untuk memberikan suatu definisi atau batasan


(62)

pendapat para pakar hukum yang tidak mudah untuk ditemukan, selain itu dari banyaknya buku tentang administrasi negara yang memuat uraian tentang pengawasan tidak memberikan batasan mengenai pengawasan itu sendiri.

Sebelum mengutarakan atau menguraikan mengenai defenisi pengawasan dari pakar hukum, akan diuraikan defenisi pengawasan dari segi tata bahasa, istilah pengawasan dalam bahasa indonesia asal katanya adalah “awas”, sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi saja, dalam arti melihat sesuatu dengan seksama.32

Tjokroamidjojo seorang pakar administrasi negara menyebutkan defenisi pengawasan yaitu :33

Selanjutnya S.P. Siagian seorang pakar administrasi negara memberikan defenisi tentang pengawasan sebagai berikut :

Bahwa pengawasan adalah proses untuk mengetahui sebab-sebab adanya penyimpangan, kemudian diambil tindakan untuk memberikan masukan seberapa jauh penyimpangan atau masalah tersebut dibandingkan dengan perkara semula.

34

Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

32

Victor M. Situmorang, Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, hal. 17

33

Tjokroamidjojo, Bintoro, Perencanaan Pembangunan, Jakarta, Masagung, 1993, hal 89

34


(63)

Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya dari pengawasan, akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan pengertian controlling ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah termaksuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata kendali, sehingga pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki kegiatan yang salah arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Akan tetapi ada juga yang tidak setuju akan disamakanya istilah controlling ini dengan pengawasan, karena controlling pengertiannya lebih luas daripada pengawasan dimana dikatakan pengawasan adalah hanya kegiatan mengawasi saja atau hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan saja hasil kegiatan mengawasi tadi, sedangkan controlling adalah disamping melakukan pengawasan juga melakukan kegiatan pengendalian, yakni menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan menuju arah yang benar.35

Dalam suatu negara terutama negara yang sedang berkembang atau membangun, kontrol atau pengawasan sangat penting, yang dalam pelaksanaanya pengawasan dilakukan secara vertikal, horizontal, ekternal, internal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai dan tepat sasaran.36


(64)

dalam hal pengawasan dapat pula diklafikasikan macam-macam pengawasan berdasarkan berbagai hal yakni :37

1) Pengawasan langsung dan tidak langsung. (1) Pengawasan langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara langsung ditempat pekerjaan dan menerima laporan secara langsung pula dari pelaksana.

(2) Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidal langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa pengawasan ditempat pekerjaan.

2) Pengawasan preventif dan represif (1) Pengawasan preventif

Pengawasan preventif dilakukan melalui preaudit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya dengan melakukan pengawasan terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lainnya.

(2) Pengawasan represif

37Ibid


(65)

Adapun pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi), meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.

3) Pengawasan intern dan ekstern (1) Pengawasan intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri, akan tetapi, didalam kenyataannya hal ini tidak selalu dilakukan oleh pimpinan puncak. Oleh karena itu setiap pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

(2) Pengawasan ekstern

Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi itu sendiri. Seperti halnya pengawasan terhadap kinerja pemerintahan oleh dewan perwakilan rakyat.

H. Peraturan Daerah Yang mengatur Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet


(66)

Maksud pembentukan Peraturan Walikota ini adalah untuk membina, mengatur, mengendalikan dan mengawasi setiap kegiatan usaha warung internet38

1. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dalam kegiatanusaha warung internet;

Tujuan pembentukan Peraturan Walikota ini adalah :

2. Meningkatkan pelayanan terhadap usaha Warnet yang tertib, aman, nyaman dan sehat;

Ruang lingkup Peraturan Walikota meliputi, sebagai berikut : 1. Standarisasi kelayakan warung internet; dan

2. Perizinan Pendirian usaha warung internet.

Standarisasi Kelayakan Warung Internet antara lain :

(1) Standarisasi usaha warung internet terdiri dari 2 (dua) aspek sebagai berikut : a. Aspek keamanan kenyamanan; dan

b. Aspek tanggung jawab sosial.

(2) Kriteria yang harus dipenuhi sebagaimana pada ayat (1) huruf a, sebagai berikut :

a. menggunakan perangkat lunak/program komputer meliputi system operasi maupun pendukung sistem operasi yang memiliki lisensi atau aplikasi open source;

38

Peraturan Walikota Medan Nomor: 28 Tahun 2011 Tentang perizinan usaha warung internet


(67)

b. memblokir situs porno, perjudian atau situs yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, kesusilaan dan hukum yang berlaku di indonesia; c. menjaga keadaan dokumen elektronik yang tersimpan dalam perangkat

komputer agar tidak terdapat data elektronik yang melanggar norma agama, sosial, kesusilaan, dan hukum yang berlaku di Indonesia;

d. bagi yang menggunakan sekat pembatas/bilik komputer, tidak melebihi ketinggian 150 cm, untuk memudahkan pengawasan dan mencegah terjadinya penyelewengan fungsi;

e. memiliki penerangan yang memadai dan nyaman untuk mendukung aktivitas di lingkungan warnet;

f. memiliki kamar kecil, tempat pembuangan sampah, saluran pembuangan limbah dan ketersediaan air bersih dalam jumlah yang memadai dan senantiasa terjaga kebersihannya;

(3) Kriteria yang harus dipenuhi sebagaimana pada ayat (1) huruf b, adalah sebagai berikut :

a. Ikut mendorong peningkatan literasi masyarakat tentang pemanfaatan Internet yang tepat guna dan bertanggung jawab;

b. Membatasi Jam buka yaitu pada hari Minggu s/d hari Jum’at buka mulai pukul 06.00 s/d pukul 2400 Wib dan pada hari Sabtu ataupun pada malam libur buka mulai pukul 06.00 s/d jam 02.00 Wib;

c. Tidak membenarkan anak usia sekolah menggunakan fasilitas warung internet pada jam pelajaran terkecuali ada persetujuan dari pihak sekolah ataupun orang tua;


(68)

Dalam Perizinan Pendirian Usaha Warung Internet antara lain :

1. Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha warnet wajib memperoleh izin dari Kepala Daerah;

2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika;

Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh izin Pendirian Usaha Warung Internet, sebagai berikut :

1. Mengajukan surat permohonan kepada Kepala dinas Komunikasi dan Informatika yang dibubuhi materai secukupnya;

2. Membuat surat pernyataan menyanggupi semua kriteria dalam Pasal 6 ayat (2) dan ayat (3) yang dibubuhi materai secukupnya;

3. Melampirkan Surat Keterangan domisili usaha dari Lurah setempat; 4. Melampirkan pas photo berwarna ukuran 4x6 sebnayak 2 (dua) lembar; 5. Photo copy KTP dan photo copy NPWP pemohon sebanyak 1 (satu)

lembar.

Masa berlaku izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 selama usaha masih berjalan dan wajib didaftar ulang setiap dua tahun sekali terhitung sejak diterbitkannya izin. Sanksi yang diberikan kepada pelaku usaha yang tidak memiliki izin Pendirian Usaha Warung Internet adalah Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha warnet wajib memperoleh izin dari Kepala Daerah; Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika; Peraturan Walikota ini mulai berlaku 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan menunggu diterbitkannya Peraturan


(69)

Daerah Tentang Perizinan Usaha Warung Internet. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Medan.

Dengan berlakunya peraturan Walikota, maka setiap usaha warung internet yang berada diwilayah Hukum Kota Medan wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang dikeluarkan oleh Walikota Medan.


(1)

Penyelenggaraan Internet Service Provider di Kota Medan tersebut telah dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut yaitu:44 4. Hambatan di dalam Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan (internal)

Sejauh ini Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan melakukan upaya-upaya yang bersifat internal yaitu Pemberian tugas kepada staf-staf Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dalam menangani pemberian izin usaha warnet dan membuat rencana kerja yang sesuai dengan tugas dan fungsinya supaya dapat berjalan secara optimal pelaksanaannya

5. Hambatan di luar Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan (eksternal) Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan melakukan sosialisasi yang dilakukan secara berkala dan memberikan sanksi-sanksi untuk meningkatkan kesadaran hukum bagi para pengusaha ternak khususnya sapi perah.Untuk masalah mendapatkan Izin dari warga sekitar atau tetangganya dalam hal pendirian usaha warnet pegawai Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan akan membantu agar para tetangga atau warga sekitar perusahaan warnet menyetujui pendirian usaha warnet dengan melalui jalan musyawarah dengan warga sekitar dan sosilaisasi.

Untuk mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa aparat dapat meningkatkan pelayanan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1993 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat, yang hakekatnya adalah:


(2)

1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan umum.

2. Mendorong upaya mengaktifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselesaikan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

3. Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta dalam menigkatkan kesejahteraan masyarakat luas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka simpulan yang dapat ditarik terhadap ketiga permasalahan yang di bahas adalah :

1. Pengaturan Izin Prinsip Penyelenggaraan Internet Service Provider yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi. Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang-Undang Anti Pornografi Dan Pornoaksi Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 ITE.

2. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.21 Tahun 2001 tersebut, dalam tata perizinannya, permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat diajukan setiap waktu dan proses perizinannya melalui evaluasi. Permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa multimedia disampaikan kepada Dirjen Postel, untuk selanjutnya akan dievaluasi. Dalam hal permohonan izin prinsip penyelenggaraan jasa multimedia tidak memenuhi


(4)

tertulis disertai alasan penolakan. Dan jika persyaratannya dipenuhi dan disetujui, Dirjen Postel dapat menerbitkan izin prinsip penyelenggaraan jasa penyelenggaraan jasa multimedia, yang berlaku selama-lamanya 1 tahun dan dapat mengajukan permohonan perpanjangan izin prinsip kepada Dirjen Postel, dimana perpanjangan izin prinsip ini 1 kali dengan masa berlaku selama-lamanya 6 bulan, apabila pemilik izin prinsip telah melakukan investasi dalam persiapan pembangunan sarana dan prasarana sesuai hasil penilaian Tim yang dibentuk oleh Dirjen Postel.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dibagi menjadi dua jenis hambatan yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal.

B. Saran

Setelah mempelajari dan mengkaji berbagai fakta dan data yang ada, saya memberikan saran :

1. Diharapkan untuk tercapainya suatu penegakan hukum yang di inginkan, pemerintah daerah untuk membuat suaru kebijakan baru yang dapat menciptakan keselarasan dalam pelaksanaan hukum antara pemerintah dengan masyarakat agar kesadaran masyarakat meningkat.

2. Diharapkan untuk para aparatur untuk dapat lebih memahami tentang isi dari aturan perundang-undangan untuk lebih mudah dalam menyampaian sosialisasi kepada masyarakat serta penambahan tenaga teknis untuk meningkatkan kinerja dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan


(5)

3. Diharapkan kerja sama dalam pengordinasian instansi untuk pelaksanaan pemberian izin usaha agar pemberian izin usaha dapat berjalan secara optimal dan sesuai dengan target yang diharapkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Hadjon, Philipus M. Pengantar Hukum Perizinan. Surabaya: Yuridika, 2006 E. Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, Penerbit

dan Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 2010

Marbun, Moh, Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta 2010.

Mr. W. F Prins-R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara,. Pradny Paramitta, Jakarta, 2001.

Muhammad, Abdulkadir. Hukun dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004

Mr. J. B. J.M Ten Berge disuting oleh Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Cetakan I, Penerbit Yuridika, Surabaya, 1993

Peter Cane, Economic Loss and Products Liability, in Comparative Product Liability, The British Institute of International and Comparative Law, 1986 Prins, Hukum Administrasi, Jakarta. 1976.

Ridwan. HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cet ke 2, Yogyakarta, 2003 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat , Rajawali Pers, Jakarta,2001

Situmorang,Victor. Dasar-Dasar Hukum adniinistrasi Negara, Penerbit Bina aksara, Jakarta, 1989.

Situmorang, Victor Aspek Hukum Pengawasan Melekat, Jakarta, Rineka Cipta, 1999

Siagian S. P., Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, 1990, hal. 107 Tjokroamidjojo, Bintoro, Perencanaan Pembangunan, Jakarta, Masagung, 1993 Y. W. Sunindhia, dan Ninik Widianti, Administrasi Negara dan Peradilan


Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Di Kota Medan )

7 103 69

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

3 63 92

Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

1 53 87

Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai)

9 112 83

Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

16 156 73

Prosedur Perolehan Izin Usaha Pada Rumah Toko Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

6 73 82

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. Pengertian dan Fungsi Izin 1. Pengertian Izin - Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Di Kota

0 0 16

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB III PENGATURAN IZIN USAHA KECIL MENENGAH DALAM PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2002 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA - Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Pe

0 0 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN A. Pengertian Tempat Hiburan - Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara

0 2 16