104
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran PKK, PK, PB dengan pengetahuan awal matematika atas, tengah,
bawah dalam pencapaian dan peningkatan kemampuan abstraksi matematis.
AB-PKK AA-PK
AT-PK AB-PK
AA-PB AT-PB
AB-PB Jalur
Perbedaan pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa dalam matematika
antara yang memperoleh PKK, PK, dan PB.
13, 14 M-PKK
M-PK M-PB
ANAVA Satu
Jalur, Uji Scheffe
Interaksi antara kelompok model pembelajaran PKK, PK, PB dan level
sekolah tinggi, sedang terhadap pencapaian dan peningkatan motivasi belajar siswa dalam
matematika.
15, 16 MI-PKK
MS-PKK MI-PK
MS-PK MI-PB
MS-PB ANAVA
Dua Jalur
Interaksi antara kelompok model pembelajaran PKK, PK, PB dan
pengetahuan awal matematika atas, tengah, bawah terhadap pencapaian dan peningkatan
motivasi belajar siswa dalam matematika.
17, 18 MA-PKK
MT-PKK MB-PKK
MA-PK MT-PK
MB-PK MA-PB
MT-PB MB-PB
ANAVA Dua Jalur
Korelasi antara kemampuan pemodelan matematis, kemampuan abstraksi matematis,
dan motivasi belajar
19, 20, 21 KPM
KAM MB
Uji Korelasi
Pearson,
Spearman
G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan
dilakukan dengan
beberapa kegiatan,
yaitu mengidentifikasi masalah penelitian, pembuatan proposal penelitian, mengikuti
seminar proposal, dan perbaikan proposal hasil seminar.
2. Tahap Pembuatan dan Uji Coba Instrumen, serta Pembuatan Bahan Ajar
Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemodelan dan abstraksi matematis serta skala sikap motivasi belajar
siswa. Setelah pemeriksaan instrumen oleh pembimbing, kemudian dilakukan uji coba instrumen. Hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis. Dari hasil analisis
105
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
dipilih item-item tes yang memenuhi validitas dan reliabilitas, selanjutnya instrumen siap untuk dipergunakan sebagai alat ukur. Selain itu peneliti menyusun
perangkat pembelajaran, bahan ajar, dan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas eksperimen.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut: memilih SMP dan menetapkan populasi dan sampelnya; mengurus surat ijin penelitian;
memperkenalkan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual kolaboratif kepada guru-guru matematika dan desain penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian; membuat kesepakatan bersama dengan guru matematika yang akan terlibat dalam penelitian, mengenai waktu dan jadwal pelajaran. Sebelum
pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu diadakan tes pengetahuan awal matematika, tes ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum
pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah pemberian pretes kemampuan pemodelan dan
abstraksi matematis serta angket motivasi belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilanjutkan dengan proses pembelajaran, setelah kegiatan
pembelajaran selesai dilakukan postes kemampuan pemodelan dan abstraksi matematis siswa serta pemberian angket skala motivasi belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Lembar pengamatan aktivitas siswa dilakukan pada
setiap pembelajaran dibantu oleh dua orang observer. 4. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data data yang diperoleh dari tes PAM, pretes, postes, angket dan lembar observasi serta hasil wawancara siswa,
kemudian dianalisis untuk menguji dan menjawab permasalahan dalam penelitian ini, dan dilanjutkan dengan pembuatan laporan hasil penelitian.
Gambar 3.3 berikut ini merupakan rangkuman tahapan alur kerja penelitian yang dilakukan:
Tahap Persiapan:
Identifikasi Masalah, Pembuatan Proposal,
Seminar Proposal, Perbaikan dll
106
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian
Pembuatan dan validasi Instrumen, Uji Coba Instrumen, Pembuatan
Bahan Ajar, LKS, dan RPP.
Pemilihan Subyek Penelitian Kelas Eksperimen 1
Pembelajaran Kontekstual Kolaboratif
Kelas Kontrol
Pembelajaran Biasa
Postes, dan Skor Sikap
Observasi Observasi
Data
Temuan Analisis
Data
Kelas Eksperimen 2 Pretes
Pretes Pretes
Pembelajaran Kontekstual Observasi
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tata, 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMODELAN DAN ABSTRAKSI MATEMATIS SERTA MOTIVASI
BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOLABORATIF
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran,
kemampuan pemodelan matematis, kemampuan abstraksi matematis, dan motivasi belajar siswa. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:
1. Terdapat perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran kontekstual
kolaboratif PKK, pembelajaran kontekstual PK, dan pembelajaran biasa PB. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa
yang memperoleh PKK secara signifikan lebih baik daripada yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian kemampuan pemodelan matematis siswa
yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi sedang, sedangkan yang memperoleh PK dan PB berada pada kualifikasi rendah. Peningkatan
kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK dan PK berada pada kualifikasi sedang, sedangkan yang memperoleh PB berada pada
kualifikasi rendah. a. Ditinjau dari level sekolah sedang, pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK lebih baik daripada siswa yang memperoleh PK dan PB. Pencapaian
kemampuan pemodelan matematis siswa yang berpengetahuan awal tinggi yang memperoleh PKK berada pada kualifikasi tinggi, sedangkan
pencapaian dan peningkatan kemampuan pemodelan matematis siswa yang berpengetahuan awal sedang dan rendah berada pada kualifikasi
sedang. b. Ditinjau dari level sekolah tinggi, pencapaian dan peningkatan
kemampuan pemodelan matematis siswa yang memperoleh PKK lebih