Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dewasa ini sedang menghadapi sejumlah tantangan yang sangat besar. Tantangan yang paling menonjol dalam era globalisasi adalah semakin ketatnya kompetensi antar bangsa dalam berbagai kehidupan, serta meningkatkan standar kompetensi untuk bekerja di berbagai sektor. Agar mampu berkompetensi dalam tatanan global, dibutuhkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM yang unggul dan kompeten. Menurut Marzuki 2000: 69 untuk memperoleh kompetensi seorang profesional perlu dibekali dengan kemampuan untuk menggunakan prosedur, teknik dan pengetahuan dalam bidang tertentu technical skills, kemampuan untuk memahami, memotivasi dan bekerja sama dengan orang lain, baik secara individual maupun di dalam kelompok human skills. Oleh Karena itu, peran pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang untuk bersaing. Kita telah banyak pengalaman dari Negara-negara: Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Thailand bahwa investasi yang besar perlu diimbangi dengan tersedianya tenaga yang terampil. Kehidupan ekonomi dan sosial dunia masa depan tidak lagi ditentukan sepenuhnya oleh sumber alam ataupun jumlah penduduk yang besar, tetapi oleh kualitas yang dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan taraf hidupnya. 1 2 Hal tersebut sesuai dengan Program Pembangunan Nasional PROPENAS yang menyatakan: Pembangunan nasional diarahkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Selanjutnya menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 Inpres No 5 Tahun 2010 menyatakan bahwa: Pembangunan development ditujukan untuk menghasilkan Kesejahteraan prosperity, Demokrasi democracy dan Keadilan justice. 6 Kebijakan dan Strategi Dasar dalam Pembangunan untuk Semua development for all, yaitu: 1 Pembangunan harus bersifat inklusif, 2 Pembangunan harus berdimensi wilayah, 3 Mengintegrasikan dan menyatukan potensi-potensi ekonomi yang ada di daerah menjadi satu kesatuan geo-ekonomi secara nasional, 4 Pengembangan ekonomi-ekonomi lokal, 5 Keserasian antara pertumbuhan dan pemerataan pro growth, pro job, pro poor, 6 Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia . Berkenaan dengan terwujudnya arah pembangunan tersebut, maka pembangunan pendidikan ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sejalan dengan hal tersebut, Sumber Daya Manusia SDM menjadi faktor penentu dalam melaksanakan dan mengembangkan tugas umum pembangunan nasional. Kualitas pembangunan Sumber Daya Manusia saat ini merupakan potensi, 3 tetapi akan menjadi kendala ketika Sumber Daya Manusia tersebut berkualitas rendah akan berdampak negatif pada pengembangan Sumber Daya Manusia sendiri. Hal ini merupakan tantangan yang harus dicarikan solusinya. Pekerja Sosial Masyarakat PSM adalah Sumber Daya Manusia yang potensial dalam bidang usaha kesejahteraan sosial dituntut kesediaannya untuk bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, memiliki dedikasi yang tinggi pada pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial, menjadi pendamping institusi masyarakat, mampu melakukan komunikasi baik komunikasi intra personal, komunikasi antara personal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi atau komunikasi massa. Sementara itu, untuk melakukan seluruh tugasnya penyuluh Pekerja Sosial Masyarakat PSM perlu memiliki motivasi kerja yang cukup, artinya pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai, baik yang berkenaan dengan dirinya maupun yang berkenaan dengan organisasi. Berbagai tugas yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Masyarakat PSM yang paling dominan adalah bagaimana melakukan pelatihan melalui keterampilan komunikasi. Terjadinya kesulitan atau kendala dalam melakukan komunikasi merupakan kesenjangan organisasi. Salah satu intervensi yang dilakukan oleh Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat FKPSM adalah terselenggaranya program pengembangan dan pembinaan, refresing, dan supervisi secara berkala. Sementara itu, program pelatihan berbasis kompetensi bagi Pekerja Sosial Masyarakat PSM termasuk pada aspek Pendidikan Luar Sekolah. 4 Pendidikan di Indonesia sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional dibagi menjadi dua golongan, yaitu jalur Pendidikan Sekolah dan jalur Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan Nasional menurut UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi untuk mengembangkan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan Nasional. Dalam pelaksanaan program-programnya, Pendidikan Luar Sekolah lebih mendasarkan kebutuhan masyarakat yang relevansi dengan arah dan tujuan pembangunan nasional. Tujuan program Pendidikan Luar Sekolah berorientasi pada waktu pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan perorangan, menekankan kepada pelatihan dan praktik, persyaratan masuk ditentukan bersama peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur sendiri, dan demokratis D. Sudjana, 2004: 13. Penjabaran kebijakan dilaksanakan dalam bentuk strategi dan program. Salah satu strategi Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung adalah pemberdayaan dengan meningkatkan profesionalisme dan kinerja Pekerja Sosial Masyarakat PSM dalam menanggulangi masalah-masalah sosial melalui penguatan Sumber Daya Manusia SDM antara lain pendidikan dan pelatihan serta studi banding. Dalam melaksanakan program yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil diperlukan adanya tenaga pekerja sosial yang terdidik, terlatih, dan profesional. 5 Pelatihan merupakan satuan pendidikan luar sekolah termasuk pendidikan sejenis di samping keluarga, kelompok belajar, dan kursus yang mencakup komponen pendidikan luar sekolah. Pendidikan mencakup semua komunikasi nyata masyarakat, lingkungan keluarga, lembaga, dunia kerja, dan lingkungan kehidupan lainnya. D. Sudjana, 2004: 13. Pasal 9 UU No. 2 Tahun 1990 menyatakan adanya dua jalur penyelenggaraan pendidikan, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Kedua jalur pendidikan saling komplementer dalam sistem pendidikan nasional. Apabila satuan pendidikan yang disebut sekolah berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan satuan pendidikan luar sekolah tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Satuan pendidikan luar sekolah ini meliputi pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus, dan pendidikan yang sejenis. Dalam pengertian kedua jenis pendidikan terselip konsep pendidikan yang tidak terbatas usia dan ruang sekolah yang formal. Akan tetapi di dalam pengertiannya dibedakan antara pelatihan dan pendidikan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pelatihan mengasumsikan adanya dasar pendidikan formal. Pelatihan mempunyai konotasi menguasai baik keterampilan fisik maupun mental akademik yang diperlukan dalam profesi tertentu. Dengan demikian pelatihan dikaitkan dengan dunia kerja dan produktivitas. Sebaliknya, pendidikan mempunyai orientasi kepada pengembangan pribadi seseorang. 6 2. Modalitas kelembagaan untuk pendidikan dan pelatihan berbeda. Pendidikan sekolah bersifat formal, berjenjang, dan berkesinambungan, sedangkan pelatihan tidak selalu harus berjenjang. Oleh sebab itu salah satu ciri spesifik dari pelatihan ialah sifatnya praktis. 3. Dimensi pengembangan perilaku yang dominan dari kedua jenis itu adalah jika pendidikan formal berdimensi idiografik, yakni pengembangan individu dan kepribadian seseorang sesuai dengan disposisinya, maka pelatihan lebih berdimensi nomotetik, artinya tuntutan-tuntutan lembaga dan peranan yang diharapkan dari seseorang yang sesuai dengan tujuan lembaga. Dalam hal ini, perilaku sosial seseorang sebagai hasil pelatihan akan ditentukan oleh interaksi antara pendidikan formal dan pelatihan yang diperoleh D. Anastasia, 1996: 16. Penyelenggaraan pelatihan akan secara optimal dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dapat menjawab permasalahan tuntutan pekerjaan serta perkembangan program pembangunan kesejahteraan sosial yang semakin kompleks dalam melayani kebutuhan para pegawai, organisasi dan masyarakat apabila dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, pelatihan bagi Pekerja Sosial Masyarakat PSM penting dilakukan untuk meningkatkan kompetensi. Pekerja sosial merupakan tenaga pelaksana dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang saat ini mendapatkan citra yang kurang menguntungkan karena peranan dan sumbangan serta kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada perorangan, kelompok, dan masyarakat penyandang 7 masalah sosial belum cukup bermakna keberadaannya, sehingga pengakuan masyarakat akan keberadaan pekerja sosial menjadi lemah. Masyarakat beranggapan bahwa profesi pekerja sosial dapat dilakukan oleh setiap orang. Oleh karena itu, keberadaan Pekerja Sosial Masyarakat PSM sebagai tenaga pelaksana di Jajaran Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui salah satu bentuk di antaranya dengan pendidikan dan pelatihan agar mereka dapat berkiprah sejajar dengan profesi yang lainnya. Peningkatan kualifikasi dan kompetensi Pekerja Sosial Masyarakat PSM merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari dan harus selalu dilakukan sebagai langkah antisipasi dan responsif terhadap perubahan-perubahan yang ada di masyarakat pada umumnya dan perkembangan pendidikan non formal khususnya, terlebih lagi teknologi yang berkembang saat ini menuntut Pekerja Sosial Masyarakat PSM untuk selalu mengejar ketertinggalannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak dapat dihindari, siap atau tidak siap teknologi ini akan hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja Pekerja Sosial Masyarakat PSM dalam menjalankan tugasnya, antara lain kompetensi yang dimilikinya, motivasi berprestasi, ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kinerjanya di masyarakat, dukungan dan pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. 8 Pekerja Sosial Masyarakat PSM dituntut dapat mengakomodasi perubahan dengan berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan. Oleh karena itu Pekerja Sosial Masyarakat PSM harus memiliki kompetensi yang disyaratkan sebagai tenaga profesional. Untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja Pekerja Sosial Masyarakat PSM, dilakukan berbagai pelatihan antara lain pelatihan berbasis kompetensi bagi Pekerja Sosial Masyarakat PSM. Topik yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Hasil Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi Pekerja Sosial Masyarakat Tingkat Dasar dalam Meningkatkan Kinerja yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah