Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Usaha Para pengusaha Butik Di Istana Plaza Bandung

(1)

v

ABSTRACT

Wina Junia (2011), “The Influence Spirit of Entrepreneurship and Motivation of Business Performances Boutique the Entrepreneurs at Istana Plaza Bandung. (Mentors University of Indonesian Computer Management Rizki Zulfikar, SE., M.Si.

The purpose of study was to etermine and analyze the influence of entrepreneurial spirit and motivation of the entrepreneur Business Performance Boutique at Istana Plaza Bandung. The Hypotesis of this study is that there is significant influence between the entrepreneurial spirit of self-directed, confident, action-oriented, energic and tolerance of uncertainty and motivation of courage to be, realize something about the business performance of entrepreneus boutique at Istana Plaza Bandung.

The research method used is descriptive analysis and multiple linear regression analysi. The result showed a less close relationship exist between the entrepreneurs in palace Plaza Boutique.

F test result stating that the entrepreneurial spirit of (self-directed, Confident, Action Oriented, Energetic, Tolerance of uncertainty), and the motivation, of courage to be, autonomouse and able to make things happen simultaneously positive and significant effect at 95% of terh business performance of entrepreneurs boutique at IstanaPlaza Bandung. T test result with 95% confidence level can be concluded that the spirit of entrepreneurs in Istana Plaza boutiqe Bandung. Direction is positive indicates that a high entrepreneurial spirit make higher business performance.


(2)

iv

ABSTRAK

Wina Junia (2011), “Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Terhadap

Kinerja Usaha Para Pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. (Pembimbing oleh Rizki Zulfikar, SE., M.Si Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Komputer Indonesia).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Jiwa kewirausahaan dan Motivasi terhadap Kinerja Usaha para Pengusaha butik di Istana Plaza Bandung. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara Jiwa kewirausahaan yang terdiri dari mengarahkan diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik dan toleransi tewrhadap ketidakpastian dan Motivasi yang terdiri dari berani bersikap, memiliki otonomi, dan mampu mewujudkan sesuatu terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kurang erat antara Jiwa kewirausahaandan Motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza.

Hasil Uji F menyatakan Jiwa kewirausahaan yang terdiri dari (mengarahkan diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik, toleransi terhadap ketidakpastian), dan motivasi yang terdiri dari berani bersikap, memiliki otonomi, dan mampu mewujudkan sesuatu secara serentak berpengaruh positif dan signifikan sebesar 95% terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung. Hasil Uji T dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa Jiwa kewirausahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Isana Plaza Bandung. Arah bertanda positif menunjukan bahwa jiwa kewirausahaan yang tinggi membuat kinerja usaha lebih tinggi.


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Penelitian

Situasi perekonomian dewasa ini berkembang sangat cepat menyusul timbulnya laju persaingan dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perusahaan, baik menghasilkan barang atau jasa, sehingga menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat oleh karena itu perusahaan harus dapat menganalisis peluang pada masa yang akan datang, dimana produsen berlomba memperebutkan pangsa pasar barang atau jasa yang dihasilkan, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen.

Usaha kecil memegang peran yang besar apabila dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata serta masalah urbanisasi dengan segala efek-efek negatifnya. Artinya keberadaan atau perkembangan usaha kecil diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut. Apalagi di era perdagangan bebas dan semakin gencarnya proses globalisasi.

Wirausaha merupakan salah satu pemain penting dalam perekonomian

modern. Kesuksesan suatu negara dalam membangun perekonomian


(4)

kewirausahaan ke dalam diri setiap penduduk yang dapat menjadi salah satu

competitive advantages negara. Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan jumlah

lapangan kerja semakin sedikit bahkan tidak tumbuh dan bangkrut. Globalisasi ekonomi dan era informasi yang semakin pesat berkembang menuntut industry menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan memiliki jiwa kewirausahaan. Hal ini disebabkan lulusan perguruan tinggi dituntut tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja. Ir. Ciputra dalam majalah Globe Asia Edisi April 2008 menyatakan bahwa bila terdapat 2% penduduk Indonesia merupakan wirausahawan maka kegiatan perekonomian Indonesia akan jauh menjadi lebih baik (Ir.Ciputra, 2008: majalah Globe asia).

Usaha butik merupakan salah satu alternative usaha yang memiliki prospek yang cukup tinggi (Susilo, 2006:134) karena seiring dengan berkembangnya zaman setiap individu yang mengutamakan hidup modern selalu berusaha untuk selalu up to date dalam beberapa bidang, salah satunya pakaian.

Bagi beberapa kelompok masyarakat, pakaian menjadi atribut yang menunjukkan keberadaan mereka di dalam masyarakat, antusias mereka terhadap dunia fashion

dan aktualisasi diri mereka. Semakin berjamurnya pusat perbelanjaan mendorong semakin tingginya pertumbuhan butik yang menyebabkan persaingan lebih tinggi, sehingga akan berdampak pada suatu peningkatan pelayanan pada konsumen, dimana setiap butik akan berusaha memberikan yang terbaik kepada konsumen selaku pengunjung pada butik tersebut. Mereka berkeinginan agar konsumen ingin


(5)

akan melakukan kunjungan kembali dan akan melakukan pembelian berulang-ulang.

Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Setiap usaha memiliki tingkat resiko yang berbeda yang ditentukan dengan tingkat teknologi yang digunakan, jenis usaha yang dijalankan hingga sistem manajemen yang diterapkan.

Peneliti memilih tempat penelitian di Istana Bandung karena Istana Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang mengutamakan life style (hal ini

terlihat dari visi Istana Plaza yaitu menjadika perusahaan properti terkemuka dengan tekad untuk menyentuh kehidupan masyarakat luas di semua lini bisnis yang senantiasa menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham dan memiliki misi yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia kelas menengah dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan dan komersial, layanan kesehatan, hiburan, infratruktur dan jasa. Istana Plaza memiliki tempat butik yang cukup beragam. Berada pada lokasi yang strategis pada area perkantoran serta mudah diakses dari beberapa ruas jalan kota Badung menyebabkan Istana Plaza menjadi tempat kalangan eksekutif, keluarga hingga anak remaja tempat perbelanjaan kebutuhan sehari–hari.

Jumlah butik yang selalu bervariasi setiap tahunnya di Istana Plaza Bandung menunjukkan bahwa usaha ini masih diminati. Terlihat dari tabel 1.1 yang menunjukkan tingkat pertumbuhan butik di Istana Plaza Bandung.


(6)

Tabel 1.1

Jumlah Butik Istana Plaza

Sumber : Istana Plaza Bandung (2010)

Berdasarkan hasil survey awal Dari tabel 1.1 diatas perkembangan butik di Istana Plaza Bandung terjadi peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Ini berkaitan dengan Jiwa kewirausahaan dalam diri masyarakat masih kurang. Secara umum ketidakmampuan para pengusaha industri kecil dalam memanfaatkan kemudahan dan peluang yang ada disebabkan oleh beberapa masalah yaitu (1). Keterbatasan finansial, yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. (2). Kesulitan pemasaran, salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum adalah tekanan-tekanan persaingan baik pasar lokal, regional, domistik dari produk-produk serupa buatan usaha besar dan impor. (3). Kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang terjangkau. (4). Keterbatasan teknologi, industri kecil umumnya masih menggunakan teknologi

Tahum Jumlah Butik

2006 15

2007 18

2008 16

2009 20


(7)

lama/tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua dan alat-alat produksi yang sifatnya manual. (5). Keterbatasan sumberdaya manusia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen teknik produksi, pengembangan produk, quality

control, akuntansi, teknik pemasaran.(Tulus Tambunan, 2002:73-80).

Dapat dilihat berdasarkan uraian diatas jumlah perkembangan butik yang tiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan para pengusaha butik di Istana Plaza kurang memiliki motivasi yang sangat kuat dalam menjalankan usahanya misalnya seperti para pengusaha kurang memahami mengenai resiko-resiko yang akan terjadi dalam usahanya sehingga para pengusaha sulit menemukan solusinya, dan kurangnya rasa percaya diri yang dilakukan para pengusaha dalam menjalankan usahannya misalnyan banyaknya pesaing yang sudah lama berdiri dan memiliki merk yang sudah dikenal oleh masyarakat. Selain itu, tingginya biaya sewa toko yang menyebabkan pendapatan butik lebih sedikit dibandingkan dengan besarnya biaya pengeluaran tiap bulan yang harus dibayarkan. Akibatnya banyak para pengusaha butik yang putus asa dan gulung tikar sehingga menyebabkan perkembangan butik di Istana plaza mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu pada setiap tahunnya.

Para pengusaha dituntut untuk tampil beda agar mampu bersaing dengan pengusaha lainnya. Diversifikasi dapat dilakukan pada produk, system pelayanan dan promosi. Diversifikasi produk dapat dilakukan dengan menjual produk sesuai dengan target market yang dituju, kebutuhan konsumen akan produk apakah produk merupakan keperluan harian atau hobi serta diversifikasi produk didukung dengan pendiversifikasian tata display produk. Diversifikasi dalam pelayanan


(8)

dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang ramah sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi konsumen dan mendorong konsumen untuk datang kembali. Promosi dapat dilakukan dengan pemberian member card, promosi akhir

tahun, dan kerja sama dengan bank pemberi kartu kredit dalam pemberian diskon bagi pemegang kartu kredit.

Diversifikasi yang dilakukan oleh para pengusaha dapat menjadi pendorong bagi kesuksesan usaha yaitu pencapaian kinerja usaha yang maksimal. Kinerja usaha yang maksimal bukanlah hal yang mudah. Semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan merupakan capaian hasil kerja seorang produktifitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya. (Ranto, 2007:19)

Kondisi kinerja usaha ini sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dan motivasi dari para pengusaha. semangat atau jiwa seseorang dalam menjalankan suatu hal tertentu (Echols, 2000:546). Jiwa kewirausahaan membentuk seseorang untuk selalu berusaha kreatif dan menciptakan suatu inovasi dalam kegiatan usahanya. Motivasi berusaha merupakan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu atau kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan untuk menciptakan suatu kenyataan akan pikiran–pikiran kreatif yang tercipta dari jiwa kewirausahaanyang ada didalam dirinya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi


(9)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Pertumbuhan ekonomi saat ini semakin berkembang sehingga persaingan bisnis semakin ketat sehingga, para pengusaha khususnya pada dunia fashion mengalami perkembangan yang sangat tinggi dengan mengikuti perkembangan zaman. Akibatnya para pengusaha berlomba-lomba untuk memperoleh konsumen atau pelanggan sebanyak mungkin. Untuk itu kinerja usaha ini sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dan motivasi dari para pengusaha agar selalu berusaha kreatif dan menciptakan suatu inovasi dalam kegiatan usahanya. Berdasarkan survei berbagai masalah terjadi pada para pengusaha seperti :

1. Jiwa kewirausahaan yang dimiliki masyarakat masih kurang yang

mengakibatkan jumlah pengusaha butik di istana plaza mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak menentu.

2. Motivasi yang dimiliki para pengusaha masih kurang dalam menjalankan

usahannya.

3. Diversifikasi yang belum maksimal untuk pencapaian kinerja usaha yang maksimal.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dihubungkan dengan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha butik di


(10)

2. Bagaimana motivasi yang dimiliki oleh para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

3. Bagaimana kinerja usaha yang dimiliki oleh para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha baik secara parsial maupun simultan yang dimiliki oleh para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penenlitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data, mendeskripsikan, dan menganalisis berapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dihubungkan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha

butik di Istana Plaza Bandung.

2. Untuk mengetahui motivasi yang dimiliki oleh para pengusaha butik Istana Plaza Bandung.


(11)

3. Untuk mengetahui kinerja usaha yang dimiliki oleh para pengusaha butik Istana Plaza Bandung.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan dan

motivasibaik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja usaha yang

dimiliki oleh para pengusaha butik Istana Plaza Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan perusahaan (pengusaha butik) sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam memcahkan masalah dan dalam pengembangan usahanya untuk mencapai keberhasilan usaha

1.4.2 Kegunaan Akademis

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri untuk menambah wawasan serta memperluas pengetahuan yang ada terutama mengenai pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha.

1.4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis melakukan penelitian di butik Istana plaza bertempat di jl. Pasirkaliki (H.O.S Cokro Aminoto) no.121-123 Bandung


(12)

40173. Adapun waktu penelitian sebagaimana digambarkan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 1.2

Jadwal Kegiatan Penelitian

Keterangan Febuari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul Pencarian

Data Pengolahan

Data Penulisan


(13)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Jiwa Kewirausahaan dan Wirausaha

Jiwa kewirausahaan dapat mendorong suksesnya seseorang terutama pada era globalisasi dan informasi karena kriteria yang dibutuhkan oleh pasar adalah para lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Krisis ekonomi menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh bahkan berkurang karena bangkrut. Hal ini menuntut para lulusan perguruan tinggi tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta kerja.

Pengusaha memiliki banyak kesamaan dengan sifat karakter pemimpin dan seringkali dikontraskan dengan manajer dan administrator yang lebih

methodical dan kurang mengambil resiko. Kemampuan seorang Pengusaha

memiliki kepribadian untuk menanggung resiko, mengambil inisiatif, menciptakan visi, dan mengerahkan orang lain untuk mengikuti arahan tidak mudah dipelajari ataupun mendapatkannya.

Nickels (2005:176) menyebutkan untuk mendapatkan kemampuan–

kemampuan tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa kewirausahaan,

yaitu:


(14)

Pengusaha hendaknya bersikap menyenangkan dan memiliki displin diri yang tinggi walaupun merupakan pemilik usaha dan penanggungjawab akan keberhasilan maupun kegagalan usaha.

2. Percaya diri

pengusaha harus percaya akan ide yang didapatnya walaupun tidak ada orang yang memikirkannya, dan harus melengkapi antusiasme pengusaha. 3. Berorientasi pada tindakan

Gagasan bisnis yang luar biasa belumlah cukup tanpa adanya semangat untuk mewujudkan, mengaktualisasikan, dan mewujudkan impian menjadi kenyataan.

4. Energik

Ini bisnis anda, dan anda harus emosional, mental, dan fisik mampu bekerja lama dan keras.

5. Toleran terhadap ketidakpastian

Pengusaha sukses dengan menempuh resiko–resiko yang telah

diperhitungkan sebelumnya. Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang– orang yang suka memilih keadaan atau takut untuk menerima kegagalan. Tips bagi pengusahayang potensial:

a. Bekerja dengan orang lain, dan pelajari bagaimana mereka

mendapatkan

b. riset pasar anda, tetapi jangan dilakukan dalam jangka waktu lama c. Mulailah usaha anda ketika anda telah memiliki pelanggan sebagai


(15)

d. Susun suatu tujuan spesifik tetapi jangan terlalu tinggi karena dalam memulai usaha, aspek yang paling tersita adalah aspek keuangan anda.

e. Rencanakan beberapa tujuan anda dalam time schedule

f. Biasakan diri anda bergaul dengan orang yang lebih pintar, misalnya seorang akuntan atau direktur yang tertarik dengan usaha anda dan bisa memberi jawaban pertanyaan anda seputar usaha yang dilakukan. g. Jangan takut gagal. Pengusaha baru harus siap kehabisan waktu

beberapa waktu sebelum mereka berhasil (Nickels, 2005:177).

2.1.1.1 Kewirausahaan

"Kewirausahaan adalah hasil dari suatu proses, disiplin sistematis penerapan kreativitas dan inovasi untuk kebutuhan dan peluang di pasar" Thomas W. Zimmere (Suryana, 1996:7) Terdapat beberapa kewirausahaa definisi yang dikemukakan olehpara ahli:

Tabel 2.1

Definisi Kewirausahaan

Sumber Definisi

Knight (1921) Keuntungan dari ketidakpastian

bantalan dari risiko

Schumpeter (1934) Schumpeter (1934) Melakukan kombinasi baru dari

perorangan produk baru, layanan baru, sumber bahan baku baru, metode produksi baru, pasar baru, bentuk-bentuk organisasi baru.


(16)

Hoselitz (1952) Ketidakpastian bantalan, koordinasi sumber daya produktif, pengenalan inovasi dan penyediaan modal.

Cole (1959) Kegiatan bertujuan untuk memulai dan

mengembangkan bisnis berorientasi

pada laba (profit).

McClelland (1961) Pengambilan risiko.

Casson (1982) Keputusan dan penilaian mengenai

koordinasi sumberdaya yang langka

Gartner (1985) Penciptaan organisasi baru

Stevenson, Roberts & Grousbeck (1989)

Mengejar kesempatan tanpa

memperhatikan sumber daya saat ini dikendalikan

Sumber : Dollinger, 1999:4

Kewirausahaan merupakan aktivitas yang memiliki sifat kolaboratif dan relevan terhadap semua jenis dan ukuran organisasi, sektor dan lokasi, serta tidak terbatas pada pemilik atau pendiri.

2.1.1.2 Wirausaha

Kata wirausaha (entrepreneur) berasal dari kata Prancis, entreprede, yang

berarti berusaha dengan konteks bisnis berarti memulai sebuah bisnis. Kamus Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir, memenej, dan menanggung resiko sebuah bisnis atau usaha (www.entrepreneur.com)


(17)

Tabel 2.2 Definisi Wirausha

Sumber Definisi

Peggy A Lmbing and Charles (1999) Sebuah tindakan kreatif yang

membangun nilai.

Hermawan Kertajaya Seseorang yang dapat menjual peluang

atau ide menjadi sesuatu yang dapat dijual dan menciptakan nilai seperti

keuntungan memlaui penempatan

perbedaan merek.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Seseorang yang berbakat tentang

produk baru, untuk tahu bagaimana menentukan metode produk baru, mengatrnya operasional dan marketing.

Raymond Kao Seseorang yang dapat menciptakan

kekayaan dan nilai untuk meningkatkan

proses melalui inkubasi gagasan,

sumber daya mudah dan membuat gagasan menjadi kenyataan.

Dr. Rhenald Khasali Seseorang yang menyukai perubahan,

menciptakan nilai tambah, memberikan keuntungan untuk dirinya dan orang

lain, ciptaannya dibangun terus

menerus.

N. B. Susilo (2005) Seseorang yang memiliki karakter yang

berhasil memimpin.

Riyanti (2005) Seseorang yang memiliki persepsi yang

tidak biasa memperkenalkan klaim hal dan layanan.


(18)

Beberapa ahli melakukan penelitian tentang sifat pengusaha, antara lain:

a. David McClelland (1961) menggambarkan wirausaha terutama domotivasi oleh kebutuhan yang luas atas pencapaian dan keinginan kuat untuk membangun.

b. Collins dan Moore (1970) mempelajari 150 wirausaha dan menyimpulkan bahwa mereka orang–orang yang tangguh dan pragmatis yang dikendalikan oleh kebutuhan atas kemandirian dan pencapaian; mereka jarang berkeinginan untuk mengadu pada pihak otoritas

c. Bird (1992) melihat pengusaha sebagai orang yang cekatan, yaitu cenderung kaya wawasan, berbagi ide, banyak trik, cerdik, kaya sumber daya. Mereka opportunistic, kreatif, dan tidak sentimental.

d. Busenitz dan Barney (1997) mengklaim wirausahacenderung terlalu percaya diri dan menyamaratakan.

e. Cole (1959) menemukan empat tipe wirausaha: inovator, penemu menghitung, lebih dari promotor optimis, pembangun dan organisasi. Tipe– tipe ini tidak terkait dengan kepribadian tetapi terkait tipe peluang yang dihadapi wirausaha.

f. Burton W. Folsum Jr, membedakan antar politik wirausaha dan pasar

wirausaha menggunakan pengaruh–pengaruh politik untuk mendapatkan

pendapatan melalui subsidi, proteksi, monopoli yang diberi pemerintah,


(19)

menguntungkan. Wirausaha pasar berjalan tanpa keistimewaan–keistimewaan khusus dari pemerintah. Beberapa karakteristik wirausaha :

a. Wirausaha memiliki visi antusias/ semangat/ gairah, yang merupakan kekuatan pengendali sebuah usaha.

b. Visi wirausaha biasanya didukung oleh sekumpulan ide spesifik yang terkait dan tidak tersedia di pasar.

c. Cetak biru untuk merealisasikan visi jelas, meskipun detail mungkin tidak lengkap, fleksibel, dan terus berkembang.

d. Wirausaha mempromosikan visinya dengan gelora semangat.

e. Dengan keras hati dan kebulatan tekad, wirausaha mengembangkan berbagai strategi untuk mengubah visi menjadikenyataan.

f. Wirausaha mengambil tanggung jawab awal untuk membuat visi

menjadi sebuah kenyataan.

g. Wirausaha mengambil resiko secara hati–hati. Ia menaksir biaya– biaya, kebutuhan pasar/ konsumen, dan membujuk orang untuk bergabung atau membantu.

h. Wirausaha berpikir positif dan pengambil keputusan.

Faktor–faktor yang mendorong seseorang menjadi wirausahadigambarkan melalui model proses kewirausahaan yang dapat di lihat pada Gambar 2.1 pada halaman berikut:

Pribadi: -Pencapaian

locus of

control Pribadi: -Pengambil resiko -Ketidakpuasan Sosiologi: -Jaringan Kelompok -Orang tua Pribadi: -Wirausahawan -Pemimpin -Manajer Organisasi -Kelompok -Strategi -Struktur


(20)

-Toleransi -Pengambil Resiko -Nilai-nilai pribadi -Pendidikan -Pengalaman -Pendidikan -Usia -Komitmen -Keluarga -Model Peranan -Komitmen -Visi -Budaya -Produk

Sumber : William D Bygrave (Suryana, 2003:40) Gambar 2.1 Model Proses Kewirausahaan

Berdasarkan Gambar 2.1 maka kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus

of control, toleransi, pengambilan resiko, pendidikan, pengalaman, usia,

komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah model peran, peluang, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. (Suryana,2003:40)

Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilai–nilai, sifat–sifat, utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis.

INOVASI KEJADIAN PEMICU IMPLEMENTAS PERTUMBUH

Lingkungan: -Peluang -Model Peranan -Aktivitas Lingkungan: -Kompetisi -Sumber Daya -Inkubator -Kebijakan Pemerintah Lingkungan: -Pesaing -Pelanggan -Pemasok -Investor, bankir


(21)

2.1.2 Motivasi

Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu atau kondisi mnetal yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action or activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada

pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi

ketidakseimbangan. (www.wikipedia.co.id).

Menurut Santrock (Ranto, 2007:19) melihat ranah motivasi terdiri dari Motivasi Instrinsik, yaitu keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan yang bermanfaat bagi dirinya, dan Motivasi Ekstrinsik, yaitu keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih dipengaruhi oleh faktor–faktor yang berasal dari luar diri. Motivasi bukanlah suatu perilaku, motivasi adalah pernyataan internal yang kompleks yang tidak dapat dipelajari secara langsung, tetapi pernyataan internal kompleks itu mempengaruhi perilaku yaitu berani bersikap, otonomi dan mampu mewujudkan sesuatu menurut Owen (Ranto, 2007: 20).

Keberhasilan berusaha tidak diukur dari seberapa banyak harta seseorang telah terkumpul tetapi dilihat bagaimana seorang membentuk, mendirikan serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dalam berusaha, kekayaan merupakan sifat yang relative dan merupakan produk bawaan dari sebuah usaha yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan sendiri untuk mewujudkan sesuatu. Sehingga motivasi berusaha adalah dorongan patriotik pengusaha yang muncul dari dalam diri (instrinsik) dan dari luar diri (ekstrinsik) dalam meneliti dalam kehidupannya untuk mencari nilai–nilai hakiki


(22)

agar cita–cita hidup berlandaskan keyakinan dan berwatak luhur untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (Ranto, 2007:20).

2.1.3 Kinerja usaha

Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauhmana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007:19).

Jenis kinerja dapat diklasifikasikan sebagai kinerja manusia,kinerja mesin dan kinerja organisasi di mana hasil kegiatan dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dalam menilai kinerja yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan melakukan langkah– langkah (1) mendefinisikan pekerjaan; (2) menilai kinerja dan (3) memberikan umpan balik, dan adanya akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto, 2007:22) Menurut Kotter dan Hesket (Ranto, 2007:22) jenis kinerja terdiri dari dua yaitu (1) kinerja ekonomis, menghasilkan etos kerja yang kuat (semangat kerja) dan berkualitas, (2) kinerja unggul, menghasilkan produk unggulan dan keberhasilan usaha.

Kinerja usaha para pengusaha adalah serangkaian capaian hasil kerja dalam melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kinerja usaha yaitu semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan, dan keberhasilan usaha yang mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja pengusaha.


(23)

1. Semangat kerja

Semangat kerja adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga kinerja yang dihasilkan adalah maksimal dan terdapat nilai–nilai keberhasilan bagi usaha.

2. Kualitas Kerja

Kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan secara efektif dan efisisen dan menghasilkan etos kerja yang berkualitas serta mengahsilkan produk unggulan.

3. Produk unggulan

Produk unggulan merupakan hasil kegiatan usaha yang merupakan hasil dari rangsangan yang disajikan kepada konsumen melalui interaksi antara pengusaha dan konsumen. Hasil kegiatan usaha merupakan produk yang memiliki peringkat penjualan paling tinggi dibandingkan dengan produk lainnya.

4. Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha telah berjalan dengan lancar dilihat melalui keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha.

2.1.3.1 Cara memasuki dunia usaha:

Menurut Suryana (2003:69) terdapat tiga cara memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu :

1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha


(24)

dirancang sendiri. Terdapat tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (a) Perusahan milik sendiri, yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, (b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja

sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama–sama menjalankan usaha bersama, dan (c) Perusahan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum

dengan modal saham–saham.

2. Membeli usaha orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan

atau usaha yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi yang sudah ada

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki

2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih 3. Tempat usaha yang akan dipilih

4. Organisasi usaha yang akan digunakan

5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh

6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh (Suryana, 2003:71)

2.1.3.2 Usaha Kecil

Istilah pengusaha dengan pemilik usaha kecil sering digunakan secara bersamaan. Walaupun memiliki banyak kesamaan, tetapi terdapat perbedaan signifikan antara keduanya dalam hal :


(25)

1. Jumlah kekayaan yang tercipta–usaha kewirausahaan menciptakan kekayaan secara substansial, bukan sekedar arus penadapatan yang menggantikan upah tradisional.

2. Kecepatan mendatangkan kekayaan–sementara bisnis kecil yang sukses dapat menciptakan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang,

pengusaha menciptakan kekayaan dalam waktu yang lebih singkat,

misalnya 5 tahun.

3. Resiko pada pengusaha tinggi, dengan insentif keuntungan pasti, banyak pengusaha akan mengejar ide dan kesempatan yang akan mudah lepas. 4. Inovasi–pengusaha melibatkan inovasi substansial melebihi usaha kecil.

Inovasi menciptakan keunggulan kompetitif yang menghasilkan kemakmuran . Inovasi bisa dari produk atau jasa, atau dalam proses bisnis yang digunakan untuk menciptakan produk atau jasa.

2.1.3.3 Manajemen Usaha Kecil

Usaha kecil rentan akan kegagalan yang umumnya terjadi dalam menerapkan sistem manajemen. Apakah system manajemen yang telah diterapkan sesuai dengan skala usaha atau disebabkan oleh kesalahan manusia merupakan dua kemungkinan penyebab kegagalan penerapan system manajemen dalam usaha kecil. Dalam memulai usaha Nickels (2005:189) menyatakan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membantu kesuksesan dalam berusaha, yaitu: 1. Perencanaan bisnis anda Merupakan langkah awal dalam memulai usaha.


(26)

dijalankan, antara lain adalah target pemasaran, keuntungan bisnis, sumber daya yang dimiliki, dan kualifikasi yang diinginkan pemilik usaha.

2. Pembiayaan bisnis anda Memulai suatu usaha harus memiliki beberapa

sumber daya modal yang potensial, yaitu: tabungan pribadi, keluarga, former

employers (induk semang), lembaga keuangan dan pemerintah.

3. Mengetahui pelanggan anda (marketing) Elemen yang paling penting dalam kesuksesan usaha kecila adalah mengetahui pasar. Di dalam bisnis, sebuah pasar terdiri dari orang–orang yang tidak puas dengan keinginan dan kebutuhan mereka yang kedua hal tersebut mempunyai untuk membeli.

4. Mengelola karyawan Anda (pengembangan sumber daya manusia)

Usaha–usaha yang telah tumbuh menjadi tidak mungkin bagi pengusaha

apabila mereka tidak mengupah, melatih, dan memotivasi karyawannya akan

menjadi titik kritis.

5. Pemilik usaha sering mengatakan bahwa hal yang terpenting dalam meulai dan menjalankan usaha kecil adalah aspek keuangan. Peranan komputer sangat diperlukan pada pencatatan keuanagn perusahaan dengan mencatat aktivitas keuanagn antara lain adalah penjualan, pengeluaran, dan keuntungan. Sistem komputerisasi yang sederhana cukup membantu usaha dalam pencatatan keuangan diantaranya adalah pengendalian persediaan, jumlah pelanggan dan daftar gaji.

Menurut Thomas Zimmerer ada 8 faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara lain sebagai berikut :


(27)

Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang wirausaha dianggap sebagai pahlawan serta sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong seseorang memulai usaha sendiri.

2. Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan sangat populer di banyak akademi dan universitas di Amerika. Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong untuk belajar kewirausahaan dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat membuka usaha sendiri.

3. Faktor Ekonomi dan Kependudukan

Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara, sebagian besar pada kisaran umur diatas. Lebih lagi, banyak orang menyadari bahwa dalam kewirausahaan tidak ada pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi atau apapun juga dalam mencapai sukses dengan memiliki bisnis sendiri.

4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa

Amerika pada tahun 2000 sektor jasa menghasilkan 92% pekerjaan dan 85% GDP negara tersebut. Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga untuk menjadi populer di kalangan para wirausaha dan mendorong wirausaha untuk mencoba memulai usaha sendiri di bidang jasa.


(28)

Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer, laptop, notebook, mesin fax, printer laser, printer color, mesin penjawab telpon, seseorang dapat bekerja dirumah seperti layaknya bisnis besar. Pada zaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat-alat tersebut. Sekarang komputer dan alat komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.

6. Gaya Hidup Bebas

Kewirausahaan sesuai dengan keinginan gaya hidup orang Amerika yang menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua wirausahawan, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa 77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada pada urutan kelima dan membelanjakan uang untuk membeli barang berada pada urutan terakhir.

7. E- Commercedan dunia web yang luas

Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan perdagangan banyak kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau website. Data menunjukkan bahwa 47% bisnis kecil melakukan akses internet sedangkan


(29)

35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.

8. Peluang Internasional

Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke peluang bisnis yang luar biasa bagi para wirausahawan yang bersedia menggapai seluruh dunia. Kejadian dunia seperti runtuhnya tembok Berlin, revolusi di negara-negara baltik Uni Soviet dan hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa, telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para wirausahawan. Peluang Internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad 21.

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian

2.1.4.1Hubungan Jiwa Kewirausahaanterhadap Kinerja usaha

Pada dasarnya jiwa kewirausahaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai semangat dan watak yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan/pemilik industri kecil yang berkaitan dengan tugasnya di bidang pengelolaan usaha yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke depan.

Perilaku manajer atau pimpinan adalah hasil tindakan dari seseorang yang tercermin dari tindak tanduknya sebagai bagian dari organisasi. Perilaku timbul karena adanya interaksi antara individu dengan stimulus tertentu dan perilaku ini akan membuat organisasi lebih dinamis dan mampu bekerja dengan efisien dan


(30)

efektifitas yang tinggi apabila ditunjang dengan penerapan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh pimpinan dalam penyelenggaraan perusahaan atau suatu usaha. (Ropke,1992:116)

Jika pada diri seorang pimpinan telah terbentuk atau telah memiliki kemampuan untuk menerapkan jiwa kewirausahaan maka pimpinan telah meyakini bahwa percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mampu mengambil resiko, kepeminpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke depan dan juga ditunjang oleh tingkat pendidikan, pengalaman, dan motivasi untuk mencapai tujuan maka dengan sendirinya tujuan yang hendak dicapai akan terpenuhi.

Menurut Lambing (2000:23) untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memilki jiwa dan watak kewirausahaan. Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memilki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up),

kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan

kemampuan untuk mencari peluang (oppertunity), kemampuan dan keberanian

untuk menanggung resiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan

ide dan sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk: 1) Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new


(31)

usaha baru (new businesess), 4) Melakukan proses/teknik baru (the new technic),

dan 5) Mengembangkan organisasi baru (the new organization).

Kinerja usaha adalah ukuran bagi pengusaha dalam menentukan prestasi dan dilihat dari semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan. Dalam mencapai kinerja usaha yang maksimal diperlukan faktor pendorong dalam diri pengusaha, yaitu suatu semangat yang dikenal dengan jiwa kewirausahaan dan motivasi.

2.1.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kinerja usaha

Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, faktor yang membentuk walaupun bukan satu-satunya faktor-faktor kinerja (Robert Kreitner dan angelo Kinicki, 2001:205)

Masukan individual dan konteks pekerjaan merupakan da faktor kunci yang mempengaruhi motivasi . pekerja mempunyai, kemampuan, pengetahuan kerja diposisi dan sifat emosi, suasana hati ,keyakinan, dan nilai-nilai pada pekerjaan. Konteks pekerjaan mencakup lingkungan fisik, penyelesaian tugas, pendekatan organisasi pada rekognisi dan pengharhaan, kecukupan dukungan pengawasan dan coaching serta budaya organisasasi. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi, termasuk pada proses motivasi, membangkitkan, mengarahkan, dan meneruskan. Pekerja akan lebih ter motivasi apabila mereka percaya bahwa kinerja mereka akan dikenal dan dihargai. Perilaku termotivasi secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan dan pengetahuan atau keterampilan kerja individu,


(32)

motivasi, dan kombinasi yang memungkinkan dan membatasi faktor konteks pekerjaan.

Sebagai contoh, akan sulit meneruskan proyek bilamana kita bekerja dengan bahan baku buruk atau peralatan rusak sebaliknya, perilaku termotivasi mungkin ditingkatkan apabila manager memberi perkerja cukup sumber daya untuk melakukan pekerjaan dan memberikan coaching secara efektif. Kinerja pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku termotivasi.

Dari pembahasan diatas dapat diatas dapat diperoleh empat kesimpulan :

1. Motivasi adalah berbeda dengan perilaku

2. Perilaku dipengaruhi lebih banyak dari pada motivasi 3. Perilaku adalah daripada berbeda

4. Motivasi adalah penting, tetapi bukan kontributor cukup pada pencapaian kerja

Kesimpulan ini menunjukan bahwa masalah kinerja tergantung pada kombinasi masukan individu, faktor konteks pekerjaan, motivasi dan perilaku termotivasi yang tepat. Mengambarkan perbedaan antara motivasi dan kinerja mempunyai keuntungan. Manajer lebih dapat mengidentifikasikan dan mengoreksi masalah kinerja apabila mereka mengenal bahwa kinerja yang buruk tidak semata-mata karena tidak cukupnya motivasi. Kepedulian akan hal ini dapat memperkuat hubungan interpersonal yang lebih baik di tempat pekerjaan.

A. Teori Motivasi Terkait dengan Kinerja


(33)

Kebutuhan menunjukan adanya kekurangan fisologis atau psikologis yang menimbulkan perilaku. Teori motivasi berdasarkan hierarki kebutuhan dikemukakan Abraham maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia berjenjang dari physiological, safety, social, dan self-actualization.

2. Kepuasan (Statisfaction)

Motivasi kerja individual berhubungan dengan kepuasan. Kepuasan kerja adalah respon bersifat mempengaruhi terhadap berbagai segi pekerjaan sesorang. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah konsep kesatuan.

3. Keadilan (Equity)

Equity theory adalah model motivasi yang menjelaskan bagaimana orang mengejar kejujuran dan keadilan dalam pertukaran sosial atau hubungan memberi dan menerima. Teori keadilan memberikan pelajaran kepada manajer tentang bagaimana keyakinan dan sikap mempengaruhi kinerja.

4. Harapan (Expectation)

Expectancy theory berpandangan bahwa orang berperilaku termotifasi dengan cara yang menghasilkan manfaat yang dihargai. Dalam teori harapan, persepsi memegang peran sentral karena menekankan kemampuan kognitif untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi perilaku.


(34)

5. Penetapan Tujuan (Goal setting)

Tujuan adalah apa diusahakan untuk dicapai individu, merupakan objek atau tujuan dari suatu tindakan. Dampak motivasional dari tujuan kinerja dan reward plan telah dikenal sejak lama.

B. Aplikasi teori Motivasi dalam kinerja

Beberapa teori motivasi telah diaplikasikan dan diaplikasikan dalam praktik kinerja, antara lain dalam bentuk : management by objectives (manajemen

berdasarkan sasaran), employee recognition programs (program memberikan

memberikan pengakuan pekerja), employee involment programs (program

pembayaran bervariasi), skillbased pay plans (rencana pembayaran berdasarkan

keterampilan), dan flexible benefit (pemberian tunjangan secara flexible (Stephen

P. Robbins, 2003: 189).

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Setiap pengusaha bertujuan untuk berhasil dalam usahanya yang memungkinkan keberhasilan mendorong pengusaha untuk memperbarui semangat dalam berusaha dan mencapai kinerja usaha yang maksimal. Kinerja usaha adalah ukuran bagi pengusaha dalam menentukan prestasi dan dilihat dari semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan. Dalam mencapai kinerja usaha yang maksimal diperlukan faktor pendorong dalam diri pengusaha, yaitu suatu semangat yang dikenal dengan jiwa kewirausahaan dan motivasi. Motivasi berusaha merupakan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara


(35)

tertentu atau kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan untuk menciptakan suatu kenyataan akan pikiran–pikiran kreatif yang tercipta dari jiwa kewirausahaan yang ada di dalam dirinya. Menurut Nickels (2005) jiwa kewirausahaanterdiri darimengarahkan diri, percayaan diri, energik dan toleransi terhadap ketidakpastian. Motivasi menurut Owen (Ranto 2007:20) terdiri dari

berani bersikap, memiliki otonomi dan mampu mewujudkan sesuatu dan kinerja usaha menurut (Robert Kreitner dan angelo Kinicki, 2001:205) memiliki 4 indikator yaitu semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan, keberhasilan usaha.

Jiwa Kewirausahaandengan 5 (lima) indikator sebagai berikut: 1. Mengarahkan diri

2. Percaya diri

3. Berorientasi Pada tindakan

4. Energik

5. Toleransi terhadap ketidakpastian

Motivasi dengan 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1. Berani bersikap

2. Memiliki otonomi

3. Mampu mewujudkan sesuatu

Kinerja usaha (dengan 4 (empat) indikator sebagai berikut: 1. Semangat Kerja

2. Kualiats Kerja 3. Produk unggulan


(36)

4. Keberhasilan usaha 2.2.2 Penelitian terdahulu

1. Ranto (2007) melakukan penelitian yang berjudul ”Korelasi antara Motivasi,

Pengetahuan jiwa kewirausahaan dan Independensi kinerja usaha pada

Kawasan Industri Kecil”. Dengan analisis varians untuk uji signifikan dan

linearitas variabel dependen dengan variabel independen secara satu persatu dan analisis varians regresi linear jamak menunjukkan bahwa Y = 60,869 + 0,492X1 + 0,612X2 + 0,184X3 dengan koefisien korelasi sebesar R = 0,634

dan Fhitung = 12,572 yang lebih besar dari Ftabel = 2,70 pada α = 5% dan Ftabel = 4,16 pada α = 10%. Koefisien determinasi adalah R² = 0,4019 yang

menunjukkan bahwa 40,19% variasi yang terjadi pada variabel kinerja pengusah industri kecil dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh ketiga variabel independen. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi berusaha, pengetahuan kewirausahaan dan kemandirian usaha secara bersama dalam kinerja pengusaha industri kecil Pulo Gadung.

2. Masrudin (2007) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Jiwa

kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Makanan di Jl. Dr.

Mansyur Medan”. Dengan pengujian analisis regeresi sederhana menunjukkan

bahwa Y = 4,4019 + 0,45991X dengan ttabel = 2,1315 < thitung = 4,8594. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel X1 (Jiwa Kewiraushaan) yangmemiliki indikator mengarahkan


(37)

diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik dan toleransi terhadap

ketidakpastianterhadap variabel Y (KeberhasilanUsaha)

3. Johan Wilkund (1998) pada perusahaan ahkecil di Swedia pada tahun 1996-1997, tentang orientasi kewirausahaan (pengambilan resiko, inovasi dan pro-aktif) sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku kewirausahaan. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa orientasi kewirausahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja dan prilaku kewirausahaan.

2.2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun suatu kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Kerangka Pemikiran Jiwa Kewirausahaan (X1)

1. Mengarahkan diri 2. Pemeliharaan diri

3. Berorientasi pada tindakan 5. Toleransi terhadap

ketidakpastian (Nickels 2005:176)

Motivasi (X2) 1. Berani Bersikap 2. Memiliki Otonomi

3. Mampu mewujudkan sesuatu Owen (Ranto 2007:20)

Kinerja Usaha (Y) 1. Semangat Kerja 2. Kualitas Kerja 3. Produk Unggulan 4. Keberhasilan

Kotter dan Hesket (Ranto,2007:22) (Ropke 1992: 116)


(38)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya melalui riset. Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

 Hipotesis utama :

Terdapat pengaruh Jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha Sub Hipotesis :

1. Adanya pengaruh antara jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha 2. Adanya pengaruh motivasi terhadap kinerja usaha

 Terdapat pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha baik secara parsial maupun secara simultan.


(39)

(40)

37

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah jiwa kewirausahaan sebagai variabel X1 dan Motivasi sebagai variabel X2, serta Kinerja Usaha sebagai variabel Y.

Husein Umar dalam Umi Narimawati dkk (2010:29) mengemukakan definisi mengenai obyek penelitian:

“Obyek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi

obyek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Dalam penealitian ini penulis meneliti tentang pengaruh Jiwa kewirausahaan dan motivasi terjadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Dalam meneliti sesuatu, diperlukan penelitian yang hati-hati, teratur, dan terus menerus. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penelitian, penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian.

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data


(41)

sekunder, yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Sugiyono dalam Umi Narimawati dkk (2010:29) mengatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.”

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati dkk (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis. Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan dan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis dan efektif.


(42)

Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84) memaparkan bahwa:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah, dalam melakukan penelitian mengaju kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Sugiyono (2006:18), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut:

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabanya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan di uji dengan cara menguiji hipotesis.


(43)

3. Konsep dan Teori yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban smentara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhnya kriteria pengetahuan yang rasional.

Telaah teoritis dalam penelitian ini adalah mencari pengaruh Jiwa kewirausaahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung.

4. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yanag baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah analisis pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang


(44)

lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang dijukan dengan teknik statistik tetentu. Pada penelitian ini untuk menguji adanya penghubungan Jiwa kewirausahaan dan Motivasi (independen) dengan

Kinerja usaha (dependen) digunakan korelasi Pearson.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(45)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis penelitian Metode yang digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T-1 Descriptive Descriptive

dan survey

Karyawan di Butik

Istana Plaza

Bandung

Cross sectional

T-2 Descriptive Descriptive

dan survey

Karyawan di Butik

Istana Plaza

Bandung

Cross sectional

T-3 Descriptive Descriptive

dan survey

Karyawan di Butik

Istana Plaza

Bandung Cross sectional T-4 Descriptive & Verifikatif Descriptive dan Explanatory Survey

Karyawan di Butik

Istana Plaza

Bandung

Cross sectional

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sugiyono (2009:38) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D”, menjelaskan definisi mengenai variabel penelitian:

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu:


(46)

1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu jiwa kewirausahaan (X1) danmotivasi (X2).

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kinerja usaha (Y).

Untuk memperjelas variabel-variabel yang terdapat didalam penelitian, berikut ini adalah tabel operasionalisasi variabel:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep

Variabel

Indikator Ukuran Skala

Jiwa kewirausah aan (X1) semangat yang dimiliki pengusaha butik untuk mencapai kinerja usaha yang berkualitas Mengarahkan diri Tingkat disiplin waktu Ordinal

Percaya diri Tingkat percaya diri

Berorientasi pada tindakan

Tingkat mencapai tujuan


(47)

Energik Tingkat semangat usaha Toleransi terhadap ketidakpastian Tigkat mampu meramalkan resiko yang akan terjadi

Motivasi (X2)

dorongan patriotik pengusaha yang muncul

dari dalam

diri

(instrinsik) dan

dipengaruhi oleh keadaan

luar diri

(ekstrensik) untuk mencapai

tujuan yang

diharapkan berdasarkan keyakinan

Berani bersikap Tingkat berani

mengambil risiko Ordinal Memiliki otonomi Tingkat mampu mengambil keputusan utama dalam usaha Mampu mewujudkan sesuatu Tingkat mencapai impian usaha Kinerja usaha (Y) semangat kerja, kualitas kerja, produk

Semangat kerja Tingkat Optimis dan


(48)

unggulan dan keberhasilan usaha mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja pengusaha

Kualitas kerja Tingkat Efektif dan

efisien dalam usaha

Ordinal Produk

unggulan

Tingkat produk unggulan

Keberhasilan usaha

Tingkat Kepuasan

Sumber: Nickels (2005:176) dan Ranto (2007:19)

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Zainal Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :

”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai atau

skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2009:134) adalah sebagai berikut:

”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek penelitian yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.


(49)

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu yang dibuat secara khusus untuk mengolah data untuk keperluan penelitian. seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung yang merupakan data yang telah diolah perusahaan, yaitu berbagai referensi buku, makalah, materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis. Dalam penelitian ini informasi mengenai karakteristik perusahaan, yang meliputi jumlah karyawan dan lain-lain.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2009:80) tentang pengertian populasi yaitu:

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulan”.


(50)

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berda pada satu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan butik di Istana Plaza Bandung sebanyak 186 karyawan.

Tabel 3.3

Rincian Jumlah Populasi Penelitian Pada Masing-Masing Butik

Nomor Nama Butik Jumlah Pegawai

1 3 CM 8

2 Planet Surf 9

3 Luna Maya Hardware 8

4 Sox Gallery 10

5 The Executive 9

6 Giordano 8

7 Minoshe 8

8 Art Fashion 10

9 Polo 8

10 Wacoal 8

11 Fashion Park 9

12 Gaudi 8

13 Focus 7

14 Batik Semar 8

15 Leaf 10

16 Valino 8

17 Minimal 8

18 This One 9

19 Galeri Carla 10

20 Magnolia 8

21 Color Box 9

22 Love Letter 8


(51)

2

1

Ne

N

n

3.2.3.2.2 Sampel

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yag masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek dalam populasi terlalu luas maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Menurut Sugiyono (2007:81) memyatakan bahwa populasi adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Adi Supangat (2007:4) menyatakan bahwa:

“sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadkan sebagai

bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi

tersebut dapat mewakili (reprensentatitive) terhadap populasinya”.

Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dalam penelitian dilakukan dengan teknik probability sampling dengan

jenis propotionate stratified random sampling (sampel acak berstrata).

Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah karyawan pada butik di Istana Plaza Bandung. Sedangkan untuk

menentukan jumlah sampel (n) Husein Umar (2004;78) menentukan sampel


(52)

2 186 1 186(0,1) 186 2,86 65, 0 65 n n n n

Jika penelitian menggunakan metode deskriptif, maka minimal tingkat kesalahan dalam penentuan anggota sampel yang harus diambil adalah 10% dari jumlah populasi yang diketahui. Peneliti menentukan tingkat kesalahan sebesar 10% sehingga jumlah sampel yang diambil 65 karyawan. Selanjutnya jumlah sampel sebesar 65 tersebut dialokasikan secara proporsional pada masing-masing Butik dan hasilnya sebagai berikut.

Tabel 3.4

Rincian Pengalokasian Sampel Pada Masing-Masing Butik

Nomor Nama Butik Jumlah Responden

1 3 CM 2

2 Planet Surf 3

3 Luna Maya Hardware 3

4 Sox Gallery 3

5 The Executive 3

6 Giordano 3

7 Minoshe 3

8 Art Fashion 5

9 Polo 3

10 Wacoal 3

11 Fashion Park 3

12 Gaudi 3

13 Focus 2

14 Batik Semar 3

15 Leaf 3

16 Valino 3


(53)

Nomor Nama Butik Jumlah Responden

18 This One 3

19 Galeri Carla 2

20 Magnolia 3

21 Colour Box 3

22 Love Letter 3

Total 65

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan lain-lain. Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, (Umi Narimawati dkk, 2010:40). Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut berupa hal yang berkaitan dengan Jiwa


(54)

kewirausahaan dan motivasi serta kinerja uasaha. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada para karyawan butik di Istana Plaza Bandung. 3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, (Sugiyono, 2009:142).

Teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana alternatif jawaban bernilai 5 sampai dengan 1. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden mengenai Jiwa kewirausahaan dan motivasi serta kinerja usaha. Berikut ini merupakan skala Likert yang terdapat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Skala Likert

Jawaban Skala Nilai

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber : Sugiyono (2009:94) 4. Dokumentasi

Dokumentasi ini merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen seperti literatur dan buku-buku untuk


(55)

mendapatkan landasan teori, jurnal, dan informasi mengenai penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini, masalah yang diteliti adalah mengenai Jiwa kewirausahaan dan motivasi serta kinerja usaha.

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Cooper (2006:720) validitas adalah : ”Validity is a

characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures

what the researcher actually wishes to measure”.

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

2 2

2 2

n XY- X Y

r=

X - X × Y - Y

Keterangan:

r = Nilai Korelasi Pearson


(56)

Y = Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y

XY = Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y

n

X = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan

Yn = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah Dikuadratkan

Apabila r lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid. Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat ketepatan dalam mengukur variabel penelitian, dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. tetapi apabila rs lebih kecil dari 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis berikutnya atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan menelaah nilai Pearson correlation. Setelah

ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.

3.2.4.2 Uji Realiabilitas

Menurut Cooper (2006:716) reliabilitas adalah : ”Reliability is a

characteristic of measurenment concerned with acuracy, precision, and

consistency”.

Berdasarkan definisi diatas, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan.


(57)

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara

memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II

b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Ґ1 =

Dimana :

Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item

Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua


(58)

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

Tabel 3.6

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas Criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002; 70

3.2.4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan data yang terkumpul, diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner masing-masing variabel sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Penelitian Variabel Nomor Item Indeks

Validitas Keterangan

Koefisien Reliabilitas

Jiwa Item 1 0,814 Valid 0,797

Kewirausahaan Item 2 0,787 Valid

Item 3 0,860 Valid

Item 4 0,680 Valid

Item 5 0,649 Valid

Motivasi Item 6 0,855 Valid 0,812

Item 7 0,865 Valid

Item 8 0,772 Valid

Kinerja Usaha Item 9 0,749 Valid 0,810

Item 10 0,777 Valid

Item 11 0,874 Valid


(59)

Indeks validitas pada variabel jiwa kewirausahaan berkisar antara 0,649 hingga 0,860, artinya semua item pernyataan pada variabel jiwa kewirausahaan valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,797. Kemudian indeks validitas pada variabel motivasi berkisar antara 0,772 hingga 0,865, artinya semua item pernyataan pada variabel motivasi valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,812. Terakhir indeks validitas pada variabel kinerja usaha berkisar antara 0,726 hingga 0,874, artinya semua item pernyataan pada variabel kinerja usaha valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,810.

3.2.4.3 MSI (Method of Successive Interval )

Data yang diperoleh sebagai hasil penyebaran dari kuesioner bersifat ordinal, maka agar analisis dapat dilanjutkan maka skala pengukurannya harus dinaikkan ke skala pengukuran yang lebih tinggi, yaitu skala pengukuran interval agar dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu maka digunakan Method of Succesive

Interval (MSI) dari Thurstone dalam Harun Al Rasyid (1996:33), yang pada dasarnya adalah suatu prosedur untuk menempatkan setiap objek ke dalam interval

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data menurut Harun Al Rasyid adalah:

a. Menentukan frekuensi tiap responden (berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan, hitung berapa banyak responden yang menjawab skor 1-5 untuk setiap pertanyaan).


(60)

b. Menentukan proporsi setiap responden yaitu dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah sampel.

c. Menentukan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga diperoleh proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

d. Menentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

e. Menghitung Scale Of Value (SV) untuk masing-masing proporsi

responden, dengan rumus:

Scale Of Value =

lim

-lim

lim

-lim

ower areaunderl pper

areaunderu

pper densityatu ower

Densityatl

Keterangan:

Density at lower limit = Kepadatan Batas Bawah

Density at upper lim = Kepadatan Batas Atas

Area under lower limit = Daerah di Bawah Batas Bawah

Area under upper limit = Daerah di Bawah Batas Atas

f. Mengubah Scale Of Value(SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan

mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scale Of Value (TSV) dengan rumus

min

1 SV

SV Y


(61)

3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1. Rancangan Analisis

3.2.5.1.1 Analisis Deskriftif/Kualitatif

Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden.

% Skor =

Skor Aktual

× 100% Skor Ideal

Sumber : Umi Narimawati (2007:84)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.


(1)

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung, maka pada bagian akhir dari penelitian ini penulis menarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran sebagai berikut.

5.1Kesimpulan

1. Sebagian besar pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi. Hal ini tercermin dari persentase total skor tanggapan responden atas kelima indikator yang membentuk variabel jiwa kewirausahaan sebesar 77,78% dan termasuk dalam kategori tinggi. Artinya para pengusaha Butik yang ada di Istana Plaza Bandung memiliki kepribadian yang berani menanggung resiko, memiliki inisiatif, mampu menciptakan visi, dan juga mampu mengerahkan orang lain.

2. Sebagian besar pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan usaha Butiknya. Hal ini tercermin dari persentase total skor tanggapan responden atas ketiga indikator yang membentuk variabel motivasi sebesar 80,0% dan termasuk dalam kategori tinggi.

3. Sebagian besar pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung memiliki kinerja usaha yang tinggi. Hal ini tercermin dari persentase total skor tanggapan


(2)

127

responden atas keempat indikator yang membentuk variabel kinerja usaha sebesar 79,92% dan termasuk dalam kategori tinggi.

4. Secara parsial jiwa kewirausahaan memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 33,1% terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. Kemudian secara parsial motivasi memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 28,4% terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa motivasi secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. Secara bersama-sama (simultan) jiwa kewirausahaan dan motivasi memberikan kontribusi/pengaruh sebesar 61,4% terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan dan motivasi secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Melihat hasil peneliltian yang diperoleh bahwa faktor Jiwa kewirausahaan dan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha para


(3)

128

pengusaha maka suatu rancangan usaha yang baik harus terus dikembangkan antara lain yang mencakup:

a. Semangat dalam menjalani usaha karena tanpa adanya semangat maka semua usaha tidak akan berjalan dengan lancar

b. Mampu memotivasi diri sendiri dan para karyawan agar mampu bekerja dengan baik sehingga tercapai kinerja usaha yang maksimal. c. Peningkatan produktifitas dan kreatifitas dalam produk dan cara

penjualan.

d. Berusaha dengan jujur dan displin agar usaha berkembang semakin maju. Komponen-komponen tersebut secara bersama-sama akan menampilkan kepribadian serta kelas dari butik kepada konsumen yang dapat membuat konsumen menjadi tertarik dan memutuskan untuk membeli, membeli kembali dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan produk sehingga kinerja usaha pengusaha butik akan semakin cemerlang.

2. Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk membahkan factor-faktor kewirausahaan, karea pengaruh factor lain masih cukup besar dalam penelitian ini yaitu sebesar 39%.


(4)

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI TERHADAP

KINERJA USAHA PARA PENGUSAHA BUTIK DI ISTANA PLAZA

BANDUNG

Influence Spirit of Entrepreneur And Motivation Of Business Performances

Butique The Entrepreneurs At Istana Plaza Bandung

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam menempuh jenjang S1

Program Studi Manajemen

Oleh :

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2010

NAMA

: WINA JUNIA

NIM

: 21207037


(5)

129

DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. Manajemen Edisi 1, Alih bahasa oleh Edward Tanujaya dan Shirly Tiolina. Salemba Empat, Jakarta, 2007

Dollinger, Marc J. Entrepreneurship : strategies and resources, Prentice-Hall, New Jersey, 1999

Echols, John M. Kamus Bahas Inggris – Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2000

Globe Asia Volume 2 Number 4 – April 2008

Husein Umar. 2004. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo. Jakarta.

Masrudin, Yudi. Pengaruh Spirit of Entrepreneur terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Makanan di Jl. Dr. Mansyur Medan, Universitas Sumatera Utara; 2007 (tidak dipublikasikan)

Nickels, William G. Understanding Business, McGraw-Hill, New York, 2005 Ranto, Basuki. Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Entreprenurship dan

Independensi dan The Entrepreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil, Manajemen Usahawan Indonesia. LMFE-UI, Jakarta, 2007

Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suryana. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Jakarta, 2003

Susilo, N. B. Wisdom Entrepreneur, Indonesia Cerdas, Jakarta, 2006

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh & Perhitungannya Jakarta :Agung Media.

Zimmerer, Thomas. W. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT Prenhallindo, Jakarta, 2002


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : Wina Junia

NIM : 21207037

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Bandung 24 Juni 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Jati Mulya no.96 rt.02 rw.11 Bandung 40275

Riwayat Pendidikan

TAHUN KETERANGAN

Lulus 1994 - 1995 Taman Pasundan Istri Bandung Lulus 1995 - 2001 SDN Karang Pawulang III Bandung

Lulus 2001 - 2004 SLTP 34 Bandung

Lulus 2004 - 2007 SMAN 10 Bandung

2007 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia Bandung