Kendala-Kendala Yang Dihadapi Notaris Dalam Menjalankan Tugasnya Terkait Proses Penyidikan

108 pada penghadap pihak dalam partij acte. Pembuktian benar tidak adanya pemalsuan tanda tangan dilakukan dengan penelitian di Laboratorium Forensik POLRI. Penelitian asli tidaknya tanda tangan yang dilakukan di Laboratorium Forensik POLRI tidak bisa dilakukan dengan meneliti fotokopi Minuta Akta dari tanda tangan yang diragukan. Penelitian dilakukan dengan meneliti tanda tangan asli yang diragukan keasliannya tersebut. Hal ini kiranya yang tidak terpikirkan oleh pembuat Undang-undang Jabatan Notaris, sehingga dalam Undang-undang Jabatan Notaris tidak ada satu ketentuan pun yang mengatur tentang pengambilan Minuta Akta, yang ada hanya pengambilan fotokopi Minuta Akta. Dalam Pasal 66 ayat 1 huruf a Undang-undang Jabatan Notaris memang dimaksudkan apabila ada penyangkalan keabsahan tanda tangan dari salah satu pihak dalam akta. 77

B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Notaris Dalam Menjalankan Tugasnya Terkait Proses Penyidikan

Tata cara seorang penyidik mengumpulkan bahan keterangan yang diperoleh dari tempat tertentu atau di ruangan tertentu, menimbulkan persoalan tersendiri, yaitu apakah para pelaksana hukum itu cukup mempunyai pemahaman dan pemikiran tentang pemahaman hukum yang benar. Terlebih lagi kemampuan untuk menggali pemahaman hukum, yaitu bukan sekedar memahami hukum 77 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 109 positif yang selama ini berlaku, tetapi bagaimana seorang penegak hukum itu mampu mengangkat nilai-nilai hukum yang bermuara kepada sebuah keadilan yang sesungguhnya, serta penjaga kepentingan semua pihak. Dalam hal tindakan hukum lainnya, perlu pula dipahami dengan benar bagaimana tentang tata cara pemanggilan, tata cara penyitaan, pembuatan berita acara, dan Berita Acara Pemeriksaan. Penyidik POLRI dalam proses penegakan hukum memiliki tanggung jawab hukum formil dan materil didalam dan diluar KUHAP dan KUH Pidana. Penyidik POLRI harus mengaplikasikan KUHAP secara benar, karena hal tersebut sangat menentukan perjalanan penegakan hukum itu sendiri. 78 Apabila kepentingan-kepentingan pemenuhan ketentuan hukum formil tidak dipenuhi secara benar, maka akan menimbulkan ancaman bagi legalitas, dan keabsahan serta kekuatan perjalanan hukum hingga kepersidangan perkara, yang akan mengakibatkan gagalnya proses penegakan hukum melalui upaya pemenuhan hukum formil dan hukum materil. 79 Situasi yang penuh tekanan dalam proses penyidikan dapat merugikan pihak yang dimintai keterangan serta melanggar hak asasi manusia untuk dilindungi oleh hukum. Pihak yang dimintai keterangan juga membutuhkan rasa aman, rasa keadilan dan perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa kekhawatiran. 78 Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, h. 3-5. 79 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 110 Komisi Hukum Nasional dalam laporan penelitian Pelaksanaan Reformasi Kepolisian mengemukakan masalah-masalah umum yang mempengaruhi banyak organisasi kepolisian di berbagai negara, yakni sebagai berikut: 1. Tingkat tanggung-jawab yang rendah terhadap kejahatan yang dilakukan terhadap kejahatan yang dilakukan terhadap kelompok sosial tertentu; 2. Penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap kelompok-kelompok tertentu, kelompok yang terpinggirkan seperti orang-orang dari kelompok minoritas, penduduk asli, dan masyarakat; 3. Tidak dilibatkannya kelompok-kelompok tertentu di lembaga Kepolisian; 4. Pelanggaran kode perilaku dan penyalahgunaan jabatan; 5. Penolakan mencatat pengaduan; 6. Keterampilan penyidik yang kurang sehingga menyebabkan tingkat penjatuhan vonis yang rendah; 7. Kurangnya pertanggungjawaban pimpinan Kepolisian; 8. Kurangnya kepercayaan sipil. 80 Dalam hal pemanggilan notaris baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka dari hasil wawancara terhadap beberapa notaris terdapat beberapa kendala dalam menjalankan tugasnya, yakni antara lain: 1. Jadwal pemeriksaan yang tertera pada surat pemanggilan sering tidak tepat waktu, kondisi tersebut sangat menghambat notaris dalam melaksanakan tugasnya. 2. Jadwal yang tidak tepat waktu tersebut membuat notaris yang akan diperiksa menjadi tidak nyaman dan tertekan. 3. Rentang waktu surat pemanggilan dengan jadwal pemanggilan sangat singkat. 4. Dalam hal pengambilan minuta akta untuk memeriksa keaslian tanda tangan, minuta akta rusak atau cacat. 80 Komisi Hukum Nasional, Kebijakan Penegakan Hukum : Suatu Rekomendasi, Perpustakaan Nasional RI: Jakarta, 2010, h. 22-23. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 111 Tanggung jawab Notaris terhadap Minuta Aktanya apabila rusak atau hilang sewaktu diperiksa oleh Penyidik adalah dengan cara menyurati Penyidik untuk mencari dan segera mengembalikan Minuta akta tersebut kepada Notaris, dan surat yang dibuat oleh Notaris kepada Penyidik juga dibuat tebusan surat ke Majelis Pengawas Daerah MPD. Para Notaris juga mengatakan bahwa yang selama ini mereka berikan kepada Penyidik adalah fotokopi Minuta Akta, bukan Minuta Akta, karena Minuta Akta merupakan dokumen negara yang wajib dijaga kerahasiaannya dan wajib disimpan dengan baik oleh Notaris. Apabila dilakukan analisa secara cermat dan objektif, dapat dipahami bahwa diantara berbagai macam ketentuan yang tercantum dalam Pasal 66 UUJN dengan Peraturan Menteri tersebut maupun ketentuan-ketentuan dalam KUHAP tersebut tidak terjadi pertentangan, mengingat : a. Judul Bab VIII Undang-undang Jabatan Notaris yang memuat 1 satu pasal, yaitu Pasal 66 adalah tentang “Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris”; b. Dalam Pasal 66 tersebut tidak ada larangan secara tegas tentang pengambilan Minuta Akta; c. Pengambilan Minuta Akta sebagaimana dimaksudkan dalam Peraturan Menteri Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 bukan dimaksudkan untuk diambil alih oleh Penyidik, Penuntut umum maupun Hakim, melainkan sekedar dipinjam untuk keperluan pemeriksaan pada Laboratorium Forensik; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 112 d. Segala warga negara termasuk didalamnya yang berstatus sebagai Notaris bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya, Pasal 27 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945; e. Syarat-syarat yang diperlukan dalam pengambilan Minuta Akta sedemikian berat, yang salah satu diantaranya termuat dalam pasal 43 Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana yang selengkapnya berbunyi: “Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut Undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas ijin khusus Ketua pengadilan negeri setempat kecuali Undang-undang menentukan lain”. Majelis Pengawas Daerah dengan penuh pertimbangan memberikan persetujuan dalam pengambilan Minuta Akta ini, mengingat dokumen yang berupa Minuta Akta Notaris merupakan dokumen negara yang harus dilindungi, khususnya demi kepentingan dari pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk didalamnya para ahli waris dan orang-orang yang menerima hak dari mereka. Hal yang perlu dan bahkan harus dicermati sehubungan dengan adanya Peraturan Menteri Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 adalah tentang batas waktu 14 empat belas hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yang menyatakan bahwa Majelis Pengawas Daerah wajib memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak diterimanya surat permohonan sebagaimana dimaksud UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 113 dalam Pasal 8, dan apabila dalam jangka waktu termaksud terlampaui, maka Majelis Pengawas Daerah dianggap menyetujui. Dengan ketentuan seperti ini, bukan mustahil Notaris yang merasa dirugikan akan mengajukan gugatan ganti rugi atas dasar perbuatan melawan hukum yang dianggap dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah karena tidak memberikan persetujuan atau menolak pemberian persetujuan dalam kurun waktu 14 empat belas hari tersebut. Sekalipun ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 12 maupun dalam pasal-pasal lain yang pada prinsipnya sama pasal 6 dan pasal 18 Peraturan Menteri Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 bermaksud baik, namun sesungguhnya kurang bijak, mengingat: a. Tidak pada tempatnya Majelis Pengawas Daerah memikul resiko yang sedemikian berat, lebih-lebih bila diingat bahwa sampai saat ini Pemerintah belum menyediakan anggaran atau setidak-tidaknya anggaran yang layak dalam operasional Majelis Pengawas Daerah; b. Tidak semua anggota Majelis Pengawas mengetahui secara baik dan benar tentang saat gugurnya hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluarsa dalam peraturan perundang-undangan di bidang pidana; c. Pasal 66 Undang-undang Jabatan Notaris tidak mengharuskan adanya syarat tersebut; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 114 d. Tidak mempertimbangkan keadaan suatu daerah tertentu yang tingkat permintaan pemberian persetujuan dari Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim kepada Majelis Pengawas Daerah sedemikian tinggi; e. Tidak mustahil hasil pemeriksaan Penyidik, Penuntut Umum atau Hakim bisa dianggap cacat. Keberadaan pasal 66 ini sangat memberatkan Majelis Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, namun patut disyukuri oleh semua pihak, mengingat dengan adanya ketentuan ini bisa diharapkan : a. Secara perlahan-lahan masyarakat mengetahui secara benar tentang kedudukan dan fungsi Notaris serta akta yang dibuat oleh atau dihadapannya; b. Dapat mengurangi kecenderungan pihak-pihak tertentu yang beritikad tidak atau kurang baik dalam usaha mendapatkan sesuatu hak atau mengingkari suatu kewajiban dengan cara melaporkan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan dalil ketidakabsahan suatu akta Notaris; c. Dapat mengurangi beban Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim dalam proses peradilan, mengingat setidak-tidaknya saksi yang diperiksa berkurang; d. Para Notaris harus lebih profesional dan objektif dalam melaksanakan tugas jabatannya, sebab secara tidak langsung adanya persetujuan Majelis Pengawas bisa ditafsirkan atau setidak-tidaknya merupakan suatu petunjuk bahwa dalam proses, progres dan prosedur pembuatan akta Notaris yang bersangkutan telah terjadi sesuatu yang tidak atau kurang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN