Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

11 berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris UUJN Nomor 30 Tahun 2004 dan kode etik? b. Bagaimana prosedur hukum yang berlaku terhadap pemanggilan notaris oleh penyidik Polri berkaitan dengan dugaan pelanggaran hukum atas akta yang dibuatnya? c. Bagaimana status hukum notaris dari segi jabatan dan kewenangan, setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Polri?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian. 14 Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu. 15 Sedang dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar 14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Cet ke I Bandung : Bandar Maju, 1994, h. 80. 15 Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Hukum, Cet ke II Jakarta : Rineka Cipta, 1998, h. 19. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12 penelitian hukum. 16 Fungsi teori adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. 17 Penelitian ini menggunakan toeri Roscoe Pound sebagai pisau analisa, Pound mengungkapkan hukum itu keseimbangan kepentingan. Kepentingan- kepentingan yang ada dalam masyarakat harus ditata sedemikian rupa agar tercapai keseimbangan yang proporsional. Manfaatnya adalah terbangunnya suatu struktur masyarakat sedemikian rupa hingga secara maksimum mencapai kepuasan akan kebutuhan dengan seminimum mungkin menghindari benturan. Pound menyatakan tiga kategori kelompok kepentingan, yaitu kepentingan umum, sosial, dan kepentingan pribadi. Kepentingan-kepentingan yang tergolong kepentingan umum terdiri atas dua, yakni: kepentingan-kepentingan negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan hakikatnya, kepentingan-kepentingan Negara sebagai penjaga kepentingan-kepentingan sosial. 18 Sementara yang tergolong kepentingan pribadiperorangan adalah: a. Pribadi integritas fisik, kebebasan kehendak, kehormatannama baik, privacy, kebebasan kepercayaan, dan kebebasan berpendapat. Kepentingan- kepentingan ini biasanya menjadi bagian dari hukum pidana yang mengatur tentang penganiayaan, fitnah, dan lain sebagainya. 16 Soerjono Soekamto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Edisi I Cet ke VII, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, h. 7. 17 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, h. 35. 18 Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Yogyakarta : Genta Publishing, 2010, h. 156-157. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13 b. Kepentingan-kepentingan dalam hubungan rumah tanggadomestik orang tua, anak, suami istri. Kepentingan-kepentingan ini meliputi soal-soal seperti perlindungan hukum atas perkawinan, hubungan suami-istri, hak orang tua untuk memberi mendidik anak. c. Kepentingan subtansi meliputi perlindungan hak milik, kebebasan menyelesaikan warisan, kebebasan berusaha dan mengadakan kontrak, hak untuk mendapatkan keuntungan yang sah, pekerjaan, dan hak untuk berhubungan dengan orang lain. 19 Notaris dalam membuat akta otentik harus menjaga dan melindungi kepentingan-kepentingan para pihak sebagai pribadi perseorangan, dalam menjaga dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut notaris tidak melanggar hukum publik dan perdata. Dalam dunia ilmu pengetahuan hukum, kiranya tidak ada pemisahan antara hukum publik dan hukum perdata, sehingga pada segala hubungan hukum yang berada dimasyarakat selalu dapat dikatakan bahwa hubungan hukum itu masuk golongan bukum publik atau golongan hukum perdata. Banyak hubungan hukum yang mengandung bersama-sama unsur hukum publik dan perdata. Contohnya hukum perburuhan yang mengatur hubungan hukum antara buruh dan majikan dan pada hukum ekonomi pada umumnya. 20 Hukum publik terbagi kedalam tiga golongan hukum, pertama hukum tata Negara, kedua hukum tata usaha Negara, dan ketiga hukum pidana. 21 19 Ibid. 20 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : PT Refika Aditama, 2011, h. 2. 21 Ibid, h. 3. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14 Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum pidana terlebih dahulu akan diuraikan tentang notaris. Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, memberikan pengertian notaris yakni : “Notaris adalah pejabat umum, yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana yang ditetapkan dalam undang-undang ini”. Dengan memperhatikan hal tersebut maka Pasal 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa notaris diangkat dan diberhentikan oleh menteri yang bidang tugas dan tanggungjawabnya meliputi bidang kenotariatan. Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi notaris, yaitu: 1. Warga Negara Indonesia; 2. Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; 3. Berumur paling sedikit 27 tahun; 4. Sehat Jasmani dan rohani; 5. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan; 6. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan notaris dalam waktu 12 dua belas bulan berturut-turut pada kantor notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan, dan; 7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat Negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan notaris. Selain syarat-syarat tersebut diatas dalam menjalankan tugasnya notaris juga memiliki asas-asas pelaksanaan tugas jabatan notaris yang baik seperti yang dikemukakan oleh Habib Adjie dalam bukunya. Dalam asas-asas pemerintahan yang baik AUPB dikenal asas-asas sebagai berikut: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15 a. Asas kebersamaan; b. Asas kepercayaan; c. Asas kepastian hukum; d. Asas kecermatan; e. Asas pemberian alasan; f. Larangan penyalahgunaan wewenang; g. Larangan bertindak sewenang-wenang. Untuk kepentingan pelakasanaan tugas jabatan notaris, ditambah dengan Asas Proporsional dan Asas Profesionalitas. 22 Notaris dan akta yang dibuatnya dapat dikaitkan dengan Pasal 184 KUHAP yang menyatakan bahwa alat-alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Kualifikasi alat bukti surat seperti dimaksud oleh Pasal 184 KUHAP diatur dalam Pasal 187 KUHAP. Pasal ini mensyaratkan bahwa surat-surat sebagai alat bukti harus dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. Surat-surat yang dimaksud adalah: 1 Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu; 2 Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan; 3 Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya; 4 Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. 23 22 Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Bandung : Mandar Maju, 2009, h. 75. 23 Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian Dalam Peradilan Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 1996, h. 21-22. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16 Surat-surat sebagaimana tersebut pada angka 1 disebut sebagai akta otentik yang dibuat oleh notaris. 24 Tan Thong Kie menjelaskan pembagian akta, yakni: 1. Relaas-Akten; dibuat oleh notaris mengenai perbuatannya atau hal-hal yang disaksikan oleh notaris, dapat berupa mengenai perbuatan, pernyataan atau jawaban dari mereka yang menghadap. 2. Partij-Akten; akta yang dibuat mengenai hal-hal yang dilakukan atau diterangkan oleh mereka yang dengan sengaja menghadap dihadapannya, agar notaris membuat akta mengenai apa yang dilakukan atau diterangkan oleh mereka. 25 Instansi yang berwenang melakukan penyidikan terhadap notaris dan akta yang dibuatnya adalah polisi negara. KUHAP telah meletakkan fungsi penyidikan kepada instansi kepolisian. Pejabat kepolisian harus memenuhi syarat kepangkatan yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana serta diselaraskan dengan kedudukan dan kepangkatan penuntut umum sebagaimana diatur dalam Pasal 6 KUHAP. Adapun rincian wewenang yang dimiliki penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP adalah sebagai berikut: 24 Ibid, h. 22. 25 Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hove, 2007, h. 674. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17 1. Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya tindak pidana; 2. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; 3. Memberhentikan seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; 4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; 6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; 7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan sehubungan dengan pemeriksaan perkara; 9. Mengadakan penghentian penyidikan; 10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Penyidik yang melakukan pemeriksaan memiliki wewenang melakukan pemanggilan kepada saksi dan tersangka. Pemanggilan sebagai saksi maka penyidik harus berpedoman pada kriteria yang ditentukan oleh pasal 1 angka 26 KUHAP yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. seseorang yang mendengar sendiri; 2. melihat sendiri; 3. mengalami sendiri; 4. orang yang bersangkutan dapat menjelaskan sumber pengetahuan akan apa yang ia dengar, lihat dan alami sendiri. Khusus untuk pemanggilan terhadap tersangka maka dapat dilihat pada pasal 1 angka 14 KUHAP bahwa suatu nilai bukti yang sudah cukup untuk menduga seseorang sebagai tersangka, maka proses pemanggilan telah dapat dilakukan. Oleh karena itu agar pemanggilan yang dilakukan penyidik dianggap sah dan sempurna maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18 1. Penyidik menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas dengan memperhatikan tenggang waktu yang wajar diterimanya panggilan dan bila tidak datang maka penyidik dapat memanggil sekali lagi untuk menghadap penyidik sebagaimana diatur dalam pasal 112 KUHAP. 2. Apabila tersangka dan saksi bertempat tinggal di luar daerah hukum penyidik, maka pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tinggal tersangka atau saksi sebagaimana diatur dalam pasal 119 KUHAP. 3. Pemanggilan dilaksanakan paling lambat 3 hari sebelumnya sebagaimana diatur dalam pasal 227 KUHAP. Dalam Pasal 2 Nota Kesepahaman antara Ikatan Notaris Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol:B1056V2006 dan Nomor: 01MOUPP-INIV2006 tentang Pembinaan dan Peningkatan Profesionalisme di Bidang Penegakan Hukum, dinyatakan sebagai berikut: 1. Tindakan pemanggilan terhadap notaris harus dilakukan seara tertulis dan ditandatangani oleh penyidik. 2. Pemanggilan notaris dilakukan setelah penyidik memperoleh persetujuan dari Majelis Pengawas yang merupakan suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan. 3. Surat pemanggilan harus jelas mencantumkan alasan pemanggilan, status yang dipanggil sebagai saksi atau tersangka, waktu dan tempat, serta pelaksanaannya tepat waktu. 4. Surat pemanggilan diberikan selambat-lambatnya 3 tiga hari sebelumnnya ataupun tenggang waktu 3 tiga hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat panggilan tersebut sebagaimana yang tercatat dalam penerimaan untuk mempersiapkan bagi notaris yang dipanggil guna mengumpulkan data- databahan-bahan yang diperlukan. 5. Dengan adanya surat pemanggilan yang sah menurut hukum, maka notaris wajib untuk memenuhi panggilan penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 112 ayat 2 KUHAP. 6. Apabila notaris yang dipanggil dengan alasan sah menurut hukum tidak dapat memenuhi panggilan penyidik, maka penyidik dapat datang ke kantortempat kediaman notaris yang dipanggil untuk melakukan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 113 KUHAP. Baik tersangka, terdakwa, saksi maupun saksi ahli wajib datang memenuhi panggilan sebagaimana diatur dalam Pasal 1909 KUH Perdata. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19 Tetapi khusus untuk pemanggilan terhadap notaris, penyidik wajib memperhatikan beberapa ketentuan mengenai hak ingkar yang dimiliki oleh seseorang pejabat umum sebagaimana diatur dalam pasal 1909 ayat 3 KUH Perdata, yaitu : “Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya menurut undang-undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannnya dipercayakan kepadanya sebagai demikian.” Hak ingkar notaris diberikan oleh undang-undang tidak hanya merupakan suatu hak akan tetapi suatu kewajiban berdasarkan pada Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 16 huruf e UUJN. Menurut Van Bemmelen ada 3 tiga dasar untuk dapat menuntut penggunaan hak ingkar, yakni: 1. Hubungan keluarga yang sangat dekat; 2. Bahaya dikenakan hukuman pidana; 3. Kedudukan, pekerjaan dan rahasia jabatan. 26 Pasal 66 UUJN yang mengatur bahwa pemanggilan terhadap notaris harus mendapat persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah. Isi dari Pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut adalah: 1. Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang : Mengambil fotokopi Minuta Akta danatau surat-surat yang dilekatkan 26 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta : Erlangga, 1999, h. 21. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20 pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam Penyimpanan Notaris. 2. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dibuat berita acara penyerahan. Notaris merupakan suatu jabatan yang memiliki kekhususan tersendiri, sehingga pemanggilan terhadap notaris baik sebagai saksi atau tersangka memiliki prosedur tersendiri pula.

2. Konsepsi