Pengembangan Human Capital (Modal Insani) terhadap Kinerja Karyawan pada PT Surya Citra Televisi (SCTV) Tbk.

PENGEMBANGAN HUMAN CAPITAL (MODAL INSANI)
TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT SURYA
CITRA TELEVISI Tbk

LAYLA FADHILA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Human
Capital (Modal Insani) terhadap Kinerja Karyawan pada PT Surya Citra Televisi
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013

Layla Fadhila
NIM H24090046

ABSTRAK
LAYLA FADHILA. H24090046. Pengembangan Human Capital (Modal Insani)
terhadap Kinerja Karyawan pada PT Surya Citra Televisi Tbk. Dibimbing oleh
ANGGRAINI SUKMAWATI.
Perkembangan bisnis yang begitu pesat, khususnya industri pertelevisian
membuat stasiun televisi harus mengembangkan seluruh kemampuan organisasi
termasuk pengembangan sumber daya manusia. PT Surya Citra Televisi
merupakan stasiun televisi swasta yang telah mengembangkan modal insani dalam
organisasi. Pengembangan modal insani diharapkan meningkatkan nilai
perusahaan dengan peningkatan kinerja karyawan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari-April 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik convenience sampling, alat analisis yang digunakan yaitu Structural

Equation Modelling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.30 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan pengembangan modal insani memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan SCTV, dengan nilai 0,59, dan
dapat disimpulkan peningkatan modal insani akan meningkatkan kinerja
karyawan. Indikator modal insani yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
modal insani adalah pengetahuan lain dengan loading factor sebesar 0,71.
Terdapat dua indikator yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu
kualitas kerja, dan kooperatif dengan loading factor 0,85.
Kata Kunci: Kinerja karyawan, Modal insani, Surya Citra Televisi (SCTV)

ABSTRACT
LAYLA FADHILA. H24090046. Human Capital Development against
Employee Performance of PT Surya Citra Televisi (SCTV). Supervised by
ANGGRAINI SUKMAWATI.
Rapid business growth, especially television industry make television
station had to develop the capability of organization including the development of
human resources. PT Surya Citra Television is a private television station that has
developed the human capital in the organization. Human capital development is
expected to increase corporate value by improving the performance of employees.
The Data used in this research is the primary data and secondary data. The

research was carried out in February-April 2013. Sampling is done using
convenience sampling, analytical tools used in the Structural Equation Modelling
(SEM). The results showed the development of human capital has a positive and
significant impact on the performance of the employees of SCTV, with a value of
0,59, and inconclusive human capital raising would improve the performance of
employees. Human capital indicators that have the most influence on the human
capital is on others knowledge with the loading factor of 0.71. There are two of
the most influential indicator of the performance of the employee's quality of
work, and cooperative with loading factor 0,85.
Key words: Employee performance, Human capital, SCTV

RINGKASAN
LAYLA FADHILA. Pengembangan Human Capital (Modal Insani) terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Surya Citra Televisi Tbk. Dibimbing oleh ANGGRAINI
SUKMAWATI.

Perkembangan bisnis yang begitu pesat, khususnya industri pertelevisian
membuat stasiun televisi harus mengembangkan seluruh kemampuan organisasi
termasuk pengembangan sumber daya manusia. PT Surya Citra Televisi
merupakan stasiun televisi swasta yang telah mengembangkan modal insani

dalam organisasi. Pengembangan modal insani diharapkan meningkatkan nilai
perusahaan dengan peningkatan kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini
adalah: (1) Mengidentifikasi pengembangan modal insani perusahaan, (2)
Mengidentifikasi kinerja karyawan, dan (3) Menganalisis pengaruh
pengembangan modal insani terhadap kinerja karyawan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari-April 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik convenience sampling, alat analisis yang digunakan yaitu
Structural Equation Modelling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.30 for
Windows.
Hasil penelitian menunjukkan pengembangan modal insani memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan SCTV, dengan nilai
0,59, dan dapat disimpulkan peningkatan modal insani akan meningkatkan kinerja
karyawan. Indikator modal insani yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
modal insani adalah pengetahuan lain dengan loading factor sebesar 0,71.
Terdapat dua indikator yang paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu
kualitas kerja, dan kooperatif dengan loading factor 0,85.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Modal insani karyawan SCTV
diidentifikasi dengan empat indikator, yaitu pendidikan formal, on the job training
umum maupun khusus, dan pengetahuan lainnya. Secara keseluruhan modal

insani karyawan SCTV telah menggambarkan hasil yang baik, dimana indikator
pengetahuan lainnya memiliki pengaruh dalam pembentukan modal insani
karyawan. Berdasarkan persepsi karyawan SCTV, kinerja karyawan sudah baik,
dimana indikator yang memiliki pengaruh terbesar dalam pengukuran atas kinerja
karyawan adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Modal insani
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pada PT SCTV, artinya
peningkatan modal insani akan meningkatkan kinerja karyawan. Secara berturutturut komponen yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja karyawan
adalah pengetahuan lain, on the job training umum, dan khusus, serta pendidikan
formal.
Kata Kunci: Kinerja karyawan, Modal insani, Surya Citra Televisi (SCTV)

PENGEMBANGAN HUMAN CAPITAL (MODAL INSANI)
TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT SURYA
CITRA TELEVISI Tbk

LAYLA FADHILA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengembangan Human Capital (Modal Insani) terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Surya Citra Televisi (SCTV) Tbk.
Nama
: Layla Fadhila
NIM
: H24090046

Disetujui oleh

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
Sumberdaya manusia, dengan judul Analisis Pengembangan Human Capital
(Modal Insani) terhadap Kinerja Karyawan pada PT Surya Citra Televisi Tbk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Mbak Ani dari pihak HRD PT Surya
Citra Televisi (SCTV) yang telah banyak membantu selama pengumpulan data.
Serta kepada seluruh karyawan SCTV yang telah berpartisipasi dalam pengisian
data kuesioner. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, dan
kakak tercinta, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dorongan semangat, dan

kasih sayangnya. Serta tidak lupa juga terimakasih disampaikan untuk teman
seperjuangan, teman-teman Manajemen 46 atas suka duka selama tiga tahun ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013
Layla Fadhila

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3


Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE PENELITIAN

3

Kerangka Pemikiran

3

Lokasi dan Waktu penelitian

4

Jenis Data dan Sumber Data

4


Metode Penentuan Sampel

5

Pengolahan dan Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan

8
8

Karakteristik Karyawan PT Surya Citra Televisi (SCTV)

10

Sistem Penerapan Pengembangan Modal Insani pada PT. SCTV

10

Analisis Persepsi Karyawan terhadap Modal Insani

12

Analisis Persepsi Karyawan terhadap Kinerja Karyawan

16

Analisis Pengaruh Modal Insani terhadap Kinerja Karyawan pada PT. SCTV 21
Implikasi Manajerial

25

SIMPULAN DAN SARAN

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

42

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Daftar stasiun televisi
Skala likert
Persepsi karyawan terhadap pendidikan formal
Persepsi karyawan terhadap metode on the job training umum
Persepsi karyawan terhadap metode on the job training khusus
Persepsi karyawan terhadap pengetahuan lainnya
Persepsi karyawan terhadap modal insani
Persepsi karyawan terhadap pengetahuan tentang pekerjaan
Persepsi karyawan terhadap kualitas kerja
Persepsi karyawan terhadap produktivitas
Persepsi karyawan terhadap tanggung jawab
Persepsi karyawan terhadap kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi
Persepsi karyawan terhadap sikap kooperatif dan kerjasama
Persepsi karyawan terhadap kinerja karyawan
Goodness of fit (GOF) model penelitian
Pengaruh modal insani terhadap kinerja karyawan
Loading factor indikator kinerja

1
5
12
13
14
14
15
16
16
17
17
18
19
20
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Diagram lintas kerangka hubungan pengembangan modal insani
terhadap kinerja karyawan
3 Koefisien lintas model pengaruh modal insani terhadap kinerja
4 Nilai signifikansi test (uji-t) model pengaruh modal insani terhadap
kinerja
5 Kooefisien lintas model modal insani
6 Koefisien lintas model kinerja

4
7
21
22
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik responden

28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri pertelevisian di Indonesia yang pesat membuat
persaingan di antara stasiun televisi menjadi semakin ketat. Hal ini dapat dilihat
dari semakin banyak stasiun televisi baru, baik yang berskala nasional,
berjaringan, maupun lokal. Daftar stasiun televisi pada Tabel 1.
Tabel 1 Daftar stasiun televisi
Nasional
TVRI
RCTI
MNCTV
SCTV
ANTV
INDOSIAR
METROTV
TRANS7
TRANSTV
TVONE
GLOBAL TV

Berjaringan
B-Channel
Bali TV
City TV Network
Indonesia Network
JPMC
Kompas TV
NET.
SINDOtv
TempoTV
Top TV Network
Dan lain sebagainya

Lokal
O-Channel
Jak tv
Elshinta TV
DAAI TV
Banten TV
Bandung TV
Depok TV
Jogja TV
Surabaya TV
Semarang TV
Dan lain sebagainya

Sumber: Bahroini (2013)
Setiap organisasi atau dalam hal ini stasiun televisi dituntut untuk memiliki
keunggulan kompetitif agar dapat bersaing dan tetap bertahan di pasar. Salah satu
potensi keunggulan kompetitif organisasi terletak pada sejauh mana manajemen
mendayagunakan, mengelola, mengendalikan dan memanfaatkan asetnya baik
tangible asset maupun intangible asset secara optimal (Smith 1998 diacu oleh
Waromi 2006). Organisasi telah lama mengembangkan tangible asset, namun
belum menyadari pentingkan intangible asset dalam meningkatkan keunggulan
kompetitif.
Keunggulan kompetitif yang dibutuhkan yaitu dengan memiliki SDM atau
karyawan yang berkualitas, unggul, dan berbeda. Seiring dengan perkembangan,
karyawan tidak hanya dipandang sebagai sumberdaya pendukung melainkan
sebagai modal suatu organisasi istilah ini biasa dikenal dengan human capital
(modal insani). Human capital menjadi asset strategik karena memiliki
kemampuan yang menjadikan perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya
(Barney 1991 diacu oleh Waromi 2006).
Pengembangan modal insani harus dilakukan oleh setiap stasiun televisi
untuk menghasilkan karyawan yang berkualitas, kinerja yang unggul, dan berbeda,
serta diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja organisasi yang
baik diciptakan oleh kinerja karyawan yang baik. Bentuk pengembangan modal
insani dapat dilakukan dalam bentuk investasi dalam sumberdaya manusia.
Investasi dalam sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan
berdampak langsung dan tidak langsung terhadap organisasi, komunitas, dan
masyarakat umum (Nafukho et al. 2004 dikutip dalam Hendrawan et al. 2012).
Industri pertelevisian memiliki faktor kunci dalam bisnisnya yaitu inovasi
dan kreativitas SDM, sehingga SDM menjadi sangat penting dan harus dikelola

2
oleh organisasi. Oleh karena itu, pengembangan karyawan sangat dibutuhkan
dalam industri ini. Hal ini sesuai dengan beberapa peneliti yang sangat
memberikan perhatian pada pentingnya strategik human capital dalam
menciptakan keunggulan bersaing dan kinerja superior. Peneliti memberikan
saran bahwa human capital yang spesifik dalam suatu orgnisasi adalah penting
dalam meningkatkan kinerja dari suatu organisasi (Barney 1991 dan Peteraf 1993
diacu oleh Muafi 2010). Ditambahkan oleh Beberapa studi secara konstan
menunjukan menunjukkan efek positif dari human capital terhadap kinerja
organisasional. Dikatakan juga oleh Hall (1992) diacu Muafi (2010) memberikan
contoh bahwa indikasi karyawan yang know how merupakan bagian terpenting
dari human capital, dipersepsikan sebagai salah satu dari beberapa sumber daya
yang bernilai yang akan berhubungan dengan kesuksesan perusahaan.
PT Surya Citra Televisi merupakan salah satu stasiun televisi swasta
nasional di Indonesia, yang selalu berinovasi dalam segala bidang. Hal ini
ditunjukkan dengan sejumlah prestasi yang telah SCTV raih dalam setiap
penghargaan selama SCTV berdiri. Selama 23 tahun SCTV bertahan dalam
persaingan dengan melakukan pengembangan di segala bidang, salah satunya
adalah pengembangan modal insani. Pada tahun 2012 SCTV baru melakukan
perombakan besar dalam manajemen sunber daya manusia. SCTV merombak
struktur organisasi, perbaikan sistem dan mekanisme rotasi, mutasi, dan
peningkatan gaji, perbaikan sistem dan mekanisme jalur karir karyawan,
peningkatan utilisasi penggunaan dana pelatihan karyawan, serta peningkatan
pemberian pelatihan karyawan. Perombakan yang telah dilakukan SCTV
merupakan upaya pengembangan modal insani. Pengembangan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga meningkatkan kinerja
organisasi.

Perumusan Masalah
Pada tahun 2012, SCTV melakukan perombakan manajemen sumber daya
manusia dalam upaya pengembangan modal insani. Pengembangan modal insani
dilakukan oleh organisasi untuk bertahan di tengah persaingan. Pengembangan
modal insani yang dilakukan oleh SCTV salah satunya adalah dengan pemberian
pelatihan kepada karyawan. Pelaksanaan pengembangan modal insani di SCTV
belum optimal. Berdasarkan teori-teori yang telah diketahui, penerapan yang
dilakukan oleh SCTV ini belum menunjukkan pengaruh langsung terhadap
peningkatan kinerja, untuk itu dilakukan penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan modal insani pada PT Surya Citra Televisi
(SCTV)?
2. Bagaimana kinerja karyawan PT Surya Citra Televisi (SCTV)?
3. Bagaimana pengaruh pengembangan modal insani terhadap kinerja karyawan
PT Surya Citra Televisi (SCTV)?

3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pengembangan
modal insani perusahaan, (2) Mengidentifikasi kinerja karyawan, dan (3)
Menganalisis pengaruh pengembangan modal insani terhadap kinerja karyawan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan agar dapat menentukan kebijaksanaan yang
berhubungan dengan kinerja perusahaan PT Surya Citra Televisi (SCTV)
serta untuk pertimbangan dalam membuat kebijakan pengembangan modal
insani.
2. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
bagi penelitian selanjutnya di bidang modal insani dan manajemen perusahaan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh human capital
terhadap kinerja karyawan pada PT Surya Citra Televisi (SCTV). Variabel modal
insani yang diteliti mengacu pada Becker (1993) yang disitasi oleh Zula (2006)
adalah edukasi formal, metode on the job training umum, metode on the job
training khusus, dan pengetahuan lainnya. Variabel kinerja yang diteliti mengacu
pada Moeheriono (2009) adalah pengetahuan tentang pekerjaan, kualitas kerja,
produktivitas, tanggung jawab, kooperatif dan kerjasama, dan kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi. Karyawan yang dijadikan sampel adalah
karyawan pada kantor pusat PT Surya Citra Televisi (SCTV). Data yang
digunakan adalah data primer, dengan instrument bantu kuesioner dan wawancara.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Demi mencapai visi dan misi tersebut, PT SCTV merumuskan berbagai strategi,
diantaranya adalah strategi pengembangan modal insani dalam perusahaan.
Sumber daya manusia yang berkualitas harus dikelola dan dikembangkan oleh
perusahaan agar meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kinerja
karyawan. Alur penelitian secara jelas dijabarkan pada Gambar 1.

4
PT Surya Citra Televisi (SCTV)

Visi, Misi, dan Tujuan PT Surya Citra Televisi (SCTV)

Strategi Pengembangan Human Capital

1.
2.
3.
4.

Indikator Modal Insani
Edukasi Formal
On The Job Training umum
On The Job Training Khusus
Pengetahuan lainnya

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator Kinerja
Pengetahuan Tentang Pekerjaan
Kualitas kerja
Produktivitas
Tanggung Jawab
Kemampuan Berkomunikasi
Kooperatif dan Kerja Sama

Pengaruh Modal Insani Terhadap Kinerja Karyawan

Implikasi manajerial

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai dua variabel yaitu modal insani dan
kinerja karyawan. Menurut Becker (1993) yang disitasi oleh Zula (2006) investasi
pada modal insani dapat dilakukan melalui sekolah dan pendidikan formal, on the
job training, dan pengetahuan lainnya. Indikator-indikator kinerja menurut
Moeheriono (2009) diantaranya adalah pengetahuan tentang pekerjaan, kualitas
kerja, produktivitas, tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi, dan kooperatif
dan kerjasama. Pada kedua variabel tersebut akan dilihat pengaruh modal insani
terhadap kinerja pada PT SCTV. Berdasar hasil penelitian tersebut menghasilkan
implikasi manajerial untuk perusahaan sebagai continous improvement.

Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Surya Citra Televisi yang berlokasi di
SCTV Tower-Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot.19 Jakarta. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposif). Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu
bulan Februari 2013 sampai bulan April 2013.

5
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak
terkait dan dari hasil pengisian kuesioner oleh karyawan sebagai responden. Data
sekunder diperoleh dari arsip dan catatan perusahaan serta dari berbagai sumber,
baik berupa buku yang memuat berbagai teori, hasil penelitian terdahulu dan
informasi dari internet.

Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT SCTV Tbk. Sampel
merupakan bagian atau sejumlah yang diambil dari suatu populasi. Total populasi
dalam penelitian ini adalah 990 karyawan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 120 orang karyawan atau responden. Teknik
penarikan sampel yang digunakan dengan convenience sampling, hal ini
dilakukan karena mempertimbangkan kesediaan responden dalam mengisi
kuesioner, sehingga mempermudah peneliti dalam penarikan sampel.

Pengolahan dan Analisis Data
Uji Validitas
Menurut Umar (2003), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pada penelitian ini, uji validitas
pada kuesioner dilakukan dengan menggunakan software SPSS 19.0 dengan
teknik pengujian yang digunakan yaitu bivariate Pearson (Produk Moment
Pearson) dan hasilnya dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,361 untuk taraf
kesalahan 5%. Jumlah responden pada uji validitas ini sebanyak 30 orang dengan
jumlah pernyataan sebanyak 50 butir. Setelah dilakukan uji validitas, 50
pernyataan tersebut dianggap valid karena nilai r hitungnya lebih besar dari r
tabel sehingga semua pernyataan diikutsertakan dalam kuesioner penelitian.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan keajegan, kemantapan atau kekonsistenan
suatu instrument penelitian mengukur apa yang ingin diukur (Kusnendi 2008).
Pada penelitian ini, dilakukan uji reliabilitas terhadap 30 responden, dengan
jumlah pernyataan sebanyak 50 butir. Nilai r tabel adalah 0,600 yang berarti
bahwa pernyataan dalam kuesioner dapat dikatakan 5eliable apabila lebih besar
dari 0,600. Dihasilkan nilai hitung alpha yaitu sebesar 0,922 yang berarti bahwa
kuesioner sangat reliabel.

Skala Likert
Pengumpulan data primer mengenai pengaruh pengembangan human
capital terhadap kinerja karyawan diperoleh melalui angket (kuesioner).
Pengisian kuesioner tersebut akan menghasilkan jawaban, dimana jawaban

6
tersebut memiliki skor yang ditentukan mengunakan skala likert. Menurut
Kinnear (1988) dalam Umar (2003) skala likert merupakan alat untuk mengukur
sikap dalam suatu penelitian. Sikap disini dapat berupa penolakan, penilaian, suka
atau tidak suka dan kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.
Tabel 2 Skala Likert
Bobot Nilai
5
4
3
2
1

Keterangan
Sangat Setuju
Setuju
Cukup Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

Pada Tabel 2, Skala likert yang digunakan berskala satu sampai lima.
Keterangan dimulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju.

Analisis Deskriptif
Analisis yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk
yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto
2010). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran mengenai
karakteristik responden. Karakteristik responden dilihat dari lima hal, yaitu
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan status
pernikahan.

Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Penelitian ini menggunakan Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
untuk pengolahan dan analisis data. Menurut Kunendi (2008), SEM merupakan
metode analisis data multivariate yang bertujuan menguji model struktural
variabel laten dari varibel terbebut. SEM memiliki tiga karakteristik utama yaitu
sebagai berikut:
1. SEM merupakan kombinasi teknik analisis data multivariate interdepedensi
dan depedensi, yaitu analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur.
2. Variabel yang dianalisis adalah variabel laten (konstruk), yaitu variabel yang
tidak dapat diobservasi langsung (unobservable) tetapi diukur melalui
indikator-indikator terukur atau variabel manifest.
3. SEM bertujuan bukan untuk menghasilkan model melainkan menguji atau
mengkonfirmasi model berbasis teori, yaitu model pengukuran dan model
struktural.
Hair yang diacu Sugiyono (2009) mendeskripsikan langkah-langkah dalam
SEM seperti berikut:
1. Pengembangan model berdasarkan teori
Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah model yang mempunyai
justifikasi (pembenaran) secara teoritis yang kuat guna mendukung upaya
analisis terhadap suatu masalah yang sedang dikaji/diteliti.
2. Pengembangan diagram lintas (path diagram)

7
Tujuannya adalah menggambarkan model teoritis yang telah dibangun pada
langkah pertama ke dalam sebuah diagram jalur agar peneliti dengan mudah
dapat mencermati hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
3. Mengkonversi diagram jalur kedalam persamaan struktural
Langkah ini membentuk beragam persamaan pada model struktural dan model
pengukuran.
4. Pemilihan data input dan teknik estimasi
Tujuannya adalah menetapkan data input yang digunakan dalam pemodelan
dan teknik estimasi model
5. Evaluasi masalah dan identifikasi model
Tujuannya adalah untuk mendeteksi ada tidaknya masalah identifikasi
berdasarkan evaluasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan program
komputer
6. Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pemenuhan asumsi yang disyaratkan
SEM, dan kesesuaian model berdasarkan kriteria goodness-of-fit tertentu.
7. Interpretasi dan modifikasi model
Tujuannya adalah untuk memutuskan bentuk perlakuan lanjutan setelah
dilakukan evaluasi asumsi dan uji kesesuaian model.
Penyusunan hubungan jalur tiap atribut dalam model dapat dilihat pada
Gambar 2.
Y1
H6

X1

Y2

H2
H7

Y3

X2
H3

H8

HC

X3

H4

H1

Kinerja
Karyawan

H9

Y4

H10
H5

X4

Y5
H11

Y6
Gambar 2. Diagram lintas kerangka hubungan pengembangan modal insani
terhadap kinerja karyawan
Keterangan:
X1 = Pendidikan formal
X2 = On the job training umum
X3 = On the job training khusus
X4 = Pengetahuan lain

Y1 = Pengetahuan tentang pekerjaan
Y2 = Kualitas kerja
Y3 = Produktivitas
Y4 = Tanggung jawab
Y5 = Komunikasi dan interaksi
Y6 = Kooperatif dan kerjasama

8
Penelitian ini menganalisis pengaruh pengembangan modal insani terhadap
kinerja karyawan pada PT Surya Citra Televisi (SCTV) menggunakan Metode
Model Persamaan Struktural (SEM) dengan hipotesis sebagai berikut:
H1 = Terdapat pengaruh yang positif antara human capital terhadap kinerja
karyawan
H2 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator pendidikan formal
terhadap pengembangan human capital
H3 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator metode on the job
training umum terhadap pengembangan human capital
H4 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator on the job training khusus
terhadap pengembangan human capital
H5 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator pengetahuan lainnya
terhadap pengembangan human capital
H6 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator pengetahuan tentang
pekerjaan terhadap kinerja karyawan
H7 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator kualitas kerja terhadap
kinerja karyawan
H8 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator produktivitas terhadap
kinerja karyawan
H9 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator tanggung jawab terhadap
kinerja karyawan
H10 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi terhadap kinerja karyawan
H11 = Terdapat pengaruh yang positif antara indikator sikap kooperatif dan
kerjasama terhadap kinerja karyawan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV
diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin
Departemen
Penerangan
No.1415/RTF/K/IX/1989
dan
SK
No.
150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas
mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya (SCTV 2013).
Lebih lanjut dikemukakan bahwa baru pada tahun 1993, berbekal SK
Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh
Indonesia. Mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan
mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara
bertahap mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis
operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.
Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara nasional dari Jakarta.
Sementara itu, mengantisipasi perkembangan teknologi informasi yang kian
mengarah pada konvergensi media SCTV mengembangkan potensi multimedia
dengan meluncurkan situs http://www.liputan6.com, http://www.liputanbola.com
Melalui kedua situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan

9
masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga menggapai seluruh
dunia. Perkembangan berikutnya, melalui induk perusahaan PT. Surya Citra
Media tbk (SCM), SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara
dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep industri media
baru.
SCTV menyadari bahwa eksistensi industri televisi tidak dapat dipisahkan
dari dinamika masyarakat. SCTV menangkap dan mengekspresikannya melalui
berbagai program berita dan feature produksi Divisi Pemberitaan seperti Liputan
6 (Pagi, Siang, Petang dan Malam), Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan
sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsa untuk memilih
tayangan yang sesuai. Oleh karena itu, dalam setiap tayangan SCTV di pojok kiri
atas ada bimbingan untuk orangtua sesuai dengan ketentuan UU Penyiaran No:
32/2002 tentang penyiaran yang terdiri dari BO (Bimbingan Orangtua), D
(Dewasa) dan SU (Semua Umur). Jauh sebelum ketentuan ini diberlakukan,
SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai dengan
karakter programnya.
Kurun waktu perjalanan SCTV yang panjang, berbagai prestasi diraih dari
dalam dan luar negeri antara lain: Asian Television Awards (2004 untuk program
kemanusian Titian Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil), Majalah
Far Eastern Economic Review (tiga kali berturut-turut sebagai satu dari 200
perusahaan terkemuka di Asia Pasific), Panasonic Awards (untuk program berita,
pembaca berita dan program current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya.
Semua itu menjadikan SCTV kian dewasa dan matang. Oleh karena itu,
manajemen SCTV memandang perlu menegaskan kembali identitas dirinya
sebagai stasiun televisi keluarga. Sejak Januari 2005, SCTV mengubah logo dan
slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk Semua.
Melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan
menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa. Dinamika ini terus
mendorong SCTV untuk selalu mengembangkan profesionalisme sumber daya
manusia agar dapat senantiasa menyajikan layanan terbaik bagi pemirsa dan mitra
bisnisnya.
SCTV telah melakukan transisi ke platform siaran dan produksi digital,
yang merupakan bagian dari kebijakan untuk secara konsisten mengadopsi
kecanggihan teknologi dalam meningkatkan kinerja dan efsiensi operasional.
Kebijakan itu telah meletakkan penekanan yang kokoh pada pembinaan
kompetensi individu di seluruh aspek untuk mempertajam basis pengetahuan
seraya memupuk talenta, kreativitas dan inisiatif. Inilah kunci untuk memperkuat
posisi SCTV sebagai salah satu dari stasiun penyiaran terkemuka di Indonesia.
Perseroan tercatat di Bursa Efek Surabaya sejak Juni 2003.
Visi dari PT SCTV Tbk adalah menjadi penyedia hiburan dan informasi
terdepan bagi bangsa indonesia. Misi PT SCTV Tbk adalah :
1. Berupaya setiap hari untuk menjadi pilihan pertama bangsa Indonesia dalam
penyedia konten berkualitas, untuk menghibur dan melaporkan.
2. Akan menjadi pilihan pertama melalui pengadaan konten yang menarik
penyediaan layanan yang unggul, dan pengembangan berkelanjutan dari
sumberdaya manusia.
3. Melalui pencapaian ini akan menciptakan sebuah usaha menguntungkan yang
berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan perusahaan.

10

Karakteristik Karyawan PT Surya Citra Televisi (SCTV)
Karakteristik karyawan SCTV, mayoritas responden berjenis kelamin lakilaki sebesar 69 persen atau 83 orang, mayoritas berusia 20-30 tahun sebesar 47
persen atau sebanyak 57 orang, dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 68 persen
atau sebanyak 81 orang, dengan masa kerja 0-4 tahun sebesar 46 persen atau
sebanyak 55 orang, dan mayoritas sudah menikah dengan persentase sebesar 53
persen atau sebanyak 64 orang responden. Tabel keseluruhan karakteristik
responden dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sistem Penerapan Pengembangan Modal Insani pada PT. SCTV
SCTV merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang media massa
yang mengutamakan unsur kreativitas dari sumber daya manusia perusahaan.
SCTV selalu berusaha memberikan konten acara yang terbaik untuk masyarakat
Indonesia, dan mempunyai target untuk selalu berada pada urutan pertama
ataupun urutan kedua di Indonesia. Demi menjaga posisi yang selama ini dicapai,
dan dalam rangka mengimbangi tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi, serta
mendukung pengembangan kemampuan dan kualitas karyawan, SCTV terus
mengembangkan potensi penuh sumber daya manusia.
Menurut Wibisono (2006), dalam jangka panjang program pengembangan
sumber daya insani yang harus dimiliki perusahaan setidaknya menyangkut
berbagai hal, berikut pengembangan modal insani yang telah dilakukan SCTV
saat ini:
1. Pendidikan lanjutan bagi pegawai
Pendidikan lanjutan merupakan salah satu investasi yang dapat
dilakukan oleh perusahaan terhadap modal insani. Investasi dalam bidang
pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan SDM,
dengan anggapan bahwa semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula
kesadarannya terhadap partisipasinya dalam organisasi/kegiatan lainnya
(Yuniarsih 2009). Perusahaan memberikan pendidikan lanjutan dengan
harapan meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kemampuan sumber daya
manusia dalam perusahaan serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.
SCTV untuk saat ini belum memberikan pendidikan lanjutan bagi
karyawan di dalam perusahaan. Hal ini disebabkan SCTV merupakan
perusahaan media yang lebih mementingkan keahlian praktis dan kreativitas
bukan sekedar pendidikan level tinggi. Namun SCTV juga memberikan
sertifikasi kepada divisi atau bagian yang membutuhkan sertifikasi, yaitu
sertifikasi untuk bagian IT.
2. Pelatihan regular bagi karyawan
Program pengembangan sumber daya manusia terbagi menjadi dua
bidang utama:
1) Pengembangan keterampilan teknis, mencakup semua aspek teknis
kegiatan karyawan dan,

11
2) Pengembangan keterampilan kognitif mencakup semua aspek yang
berhubungan dengan kemampuan pribadi yang dimiliki oleh karyawan. Ini
termasuk perilaku penampilan karyawan, kemampuan karyawan untuk
berinteraksi sosial.
SCTV mengakui bahwa pengembangan baik keterampilan teknis dan
keterampilan kognitif mendukung kemampuan perusahaan untuk mencapai
kinerja yang optimal. Fokus pelatihan perusahaan adalah untuk
mengembangkan keterampilan teknis karyawan. Pelajaran yang diberikan
meliputi:
1) Perpajakan
2) Penyusunan Standar Prosedur Operasi
3) Pelatihan Vokal untuk para wartawan
4) Perencanaan Keuangan Perusahaan
5) Penganggaran & Pengendalian
6) Pelatihan ”Kepatuhan Hukum HSE & Audit Internal” (ISO 14001: 2004
dan OHSAS 18001: 2007)
7) Pelatihan SAP (BASE)
8) Pelatihan teknik vocal dan ekspresi presenter
9) Teknik penguasaan kamera dan peliputan
10) Teknik penguasaan cahaya
11) Dan berbagai jenis pelatihan teknis lainnya
Pelatihan keterampilan kognitif yang diadakan pada tahun 2010
meliputi beberapa lokakarya dan kegiatan berbagi pengalaman. Salah satu sesi
yang lebih banyak menarik perhatian diadakan oleh pakar Manajemen
Indonesia - James Gwee yang memberikan ceramah dari Seri Power
Seminarnya yang berjudul:
1) The Most Powerful And Proven Rules in Management Techniques to
Build Successful Teams
2) Noble Person Become A Success for All Profession
3) Workshop Presentation Skill –People Attractor
4) Dan berbagai pelatihan mengenai sikap kerja, motivasi, leadership,
teamwork, bonding, dan lain sebagainya.
SCTV tidak memberikan pelatihan secara regular untuk karyawan, hal
ini disebabkan karena SCTV memberikan berbagai macam pelatihan yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan pelatihan karyawan.
3. Sistem dan prosedur bagi rotasi kerja
Rotasi kerja merupakan salah satu sistem yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk mengembangkan sumber daya manusia. Rotasi kerja
dilakukan dengan melakukan perpindahan karyawan yang sudah dianggap
lama dan ahli di dalam suatu pekerjaan tertentu ke pekerjaan lain dalam satu
unit kerja pada suatu perusahaan. Karyawan diharapkan dapat melakukan
pekerjaan-pekerjaan pada ragam tingkat dan posisi tertentu.
SCTV telah memiliki sistem dan prosedur dalam laksanakan rotasi
pekerjaan bagi karyawan. Sudah tersedia SOP dalam pelaksanaan rotasi,
mulai dari data kulitatif maupun data kuantitatif.
4. Sistem dan prosedur jalur karir
Pola jalur karir merupakan arah kemajuan seseorang dalam bidang
pekerjaannya (Ruky 2003 dalam Sutrisno 2011). Jalur karir erat kaitannya

12
dengan perencanaan karir. Menurut Mangkuprawira (2004) adalah
diantaranya adalah memperkecil derajat perputaran karyawan, dan
memuaskan kebutuhan karyawan.
SCTV pada tahun 2012 baru melakukan perombakan secara menyeluruh
terhadap struktur organisasi dan grading system dalam perusahaan. Hal ini
berpengaruh terhadap jalur karir karyawan. Perusahaan telah memiliki jalur
karir untuk karyawan, namun belum begitu efektif, dan mekanisme jalur karir
untuk jangka panjang baru dilakukan tahun ini.
5. Sistem dan prosedur untuk perbaikan, kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja
SCTV telah memiliki sistem dan prosedur untuk perbaikan, kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja bagi karyawan. Sistem dan prosedur ini
sangat penting untuk divisi teknis, karena untuk melindungi karyawan dari
kecelakaan kerja.
6. Evaluasi kinerja individu
Evaluasi kinerja individu merupakan salah satu sistem yang dapat
dilakukan perusahaan dalam mengembangkan karyawan serta meningkatkan
kinerja individu. Evaluasi kinerja merupakan (Moeheriono 2009):
1) Sebagai alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah
memberikan hasil kerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktivitas
kinerja sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi
2) Sebagai cara untuk menilai kinerja karyawan
3) Sebagai alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat
rekomendasi perbaikan dan pengembangan selanjutnya.
SCTV telah melakukan evaluasi kinerja individu terhadap karyawannya.
Evaluasi kinerja karyawan yang dilakukan oleh SCTV dilakukan oleh atasan
dan atasan diatasnya, sebelumnya karyawan harus melakukan self assessment,
kemudian hasil dari evaluasi kinerja diurutkan (ranking) dari yang tertinggi
sampai yang terendah. Hal ini dilakukan agar setiap karyawan berusaha untuk
meningkatkan kinerja mereka. Kinerja yang dinilai berdasarkan target dan
sikap individu.
7. Pengukuran kepuasan pegawai yang menyangkut gaji, jam kerja, kesehatan
dan keselamatan, intensif, serta pelatihan dan pendidikan.
SCTV hingga saat ini belum pernah melakukan pengukuran kepuasan
kepada pegawai menyangkut gaji, jam kerja, kesehatan dan keselamatan,
intensif, serta pelatihan dan pengembangan. Pengukuran kepuasan karyawan
sebenarnya merupakan salah satu hal yang baik untuk dilakukan oleh
perusahaan. Tujuan dilakukan pengukuran kepuasan adalah untuk mengetahui
seberapa besar kepuasaan karyawan selama ini terhadap perusahaan, sehingga
perusahaan dapat membuat kebijakan yang tepat untuk karyawan dalam
berbagai hal seperti gaji, jam kerja, kesehatan dan keselamatan, intensif, serta
pelatihan dan pendidikan.

Analisis Persepsi Karyawan terhadap Modal Insani
Persepsi karyawan terhadap modal insani dilihat berdasarkan empat
indikator, yaitu pendidikan formal, metode on the job training umum, metode on

13
the job training khusus, dan pengetahuan lainnya. Berikut adalah penjelasan
persepsi karyawan terhadap masing-masing indikator modal insani.

Persepsi Karyawan terhadap Program Pendidikan Formal
Modal insani memiliki empat indikator, diantaranya adalah program
pendidikan formal. Indikator program pendidikan formal dibuat dalam lima
pernyataan kuesioner dengan mayoritas jawaban setuju dengan besar persentase
sebesar 53,3 persen, hal ini menunjukkan kondisi pendidikan formal yang sudah
baik. Perhitungan persentase untuk masing-masing pernyataan program
pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Persepsi karyawan terhadap pendidikan formal
STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

Latar belakang pendidikan formal

0

15

20

60

25

50,0

Setuju

Penetapan gaji karyawan

0

23

23

60

14

50,0

Setuju

Beban kerja dari pekerjaan

0

14

32

63

11

52,5

Setuju

Penyelesaikan pekerjaan dengan
baik

0

6

28

73

13

60,8

Setuju

0

58

103

256

63

53,3

Setuju

Indikator Pendidikan Formal

Rataan

Mayoritas jawaban setuju dengan persentase sebesar 53,3 persen (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan kondisi pendidikan formal sudah baik. Persentase tertinggi
terdapat pada pernyataan pendidikan formal membantu menyelesaikan pekerjaan
dengan baik yaitu sebesar 60,8 persen, sedangkan yang memiliki persentase
terendah mengenai latar belakang pendidikan formal mendukung pekerjaan dan
mengenai penetapan gaji. Hal ini disebabkan karena SCTV merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang kreativitas yang menerima karyawan dari
berbagai latar belakang pendidikan formal manapun, dan penetapan gaji
berdasarkan kinerja dan kemampuan karyawan bukan berdasarkan latar belakang
pendidikan formal.

Persepsi Karyawan terhadap Metode On the Job Training Umum
Hasil persepsi karyawan terhadap metode on the job training umum secara
keseluruhan menunjukkan mayoritas jawaban setuju dengan persentase sebesar
52,5 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi metode on the job
training umum sudah baik, dimana pada pernyataan pertama memiliki persentase
tertinggi yaitu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan umum diperoleh dari
atasan sebesar 56,7 persen. On the job training umum merupakan jenis pelatihan
yang memberikan keterampilan yang dapat dialihkan. Hal ini mengindikasikan
bahwa, atasan sangat berperan penting dalam menambah keterampilan serta
pengetahuan karyawan. Perhitungan persentase untuk masing-masing pernyataan
metode on the job training umum dapat dilihat pada Tabel 4.

14
Tabel 4 Persepsi karyawan terhadap metode on the job training umum
Indikator On the Job Training
Umum
Hasil pelatihan dan pembelajaran
dari atasan
Hasil pelatihan dan pembelajaran
dari rekan kerja
Hasil
dari
pelatihan
dan
pembelajaran yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan
Hasil pembelajaran dari luar
perusahaan
Rataan

STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

0

12

23

68

17

56,7

Setuju

0

6

27

63

24

52,5

Setuju

0

17

30

63

10

52,5

Setuju

0

20

31

58

11

48,3

Setuju

0

55

111

252

62

52,5

Setuju

Pernyataan yang memiliki persentase terendah adalah pernyataan keempat
mengenai pengetahuan dan keterampilan umum diperoleh dari luar perusahaan.
Pengetahuan dan keterampilan umum dapat diperoleh dari sumber manapun, baik
dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
tidak semua karyawan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan dari luar perusahaan, karena dalam kenyataannya tidak semua
karyawan bekerja dan berhubungan dengan pihak luar perusahaan.

Persepsi Karyawan terhadap Metode On The Job Training Khusus
Hasil persepsi karyawan terhadap metode on the job training khusus secara
keseluruhan menunjukkan mayoritas jawaban setuju dengan persentase sebesar
50,3 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap
metode on the job training khusus sudah baik. Perhitungan persentase untuk
masing-masing pernyataan metode on the job training khusus dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Persepsi karyawan terhadap metode on the job training khusus
Indikator On the Job Training
Khusus
Bimbingan khusus dari atasan

STS

TS

CS

S

SS

0

15

25

69

Hasil umpan balik dari penilaian
kinerja saya

0

7

25

Sertifikasi keahlian khusus

0

38

0

60

Rataan

Keterangan

11

Persentase
(%)
57,5

72

16

60

Setuju

33

40

9

33,3

Setuju

83

181

36

50,3

Setuju

Setuju

Pernyataan yang memiliki persentase tertinggi adalah pernyataan kedua
yaitu menunjukkan peningkatan kemampuan dari hasil umpan balik penilaian
kinerja dengan persentase sebesar 60 persen. Penilaian kinerja merupakan proses
yang dilakukan organisasi dalam mengevaluasi kinerja karyawan. Hal ini
mengindikasikan bahwa penilaian kinerja yang dilakukan oleh SCTV cukup
berhasil untuk meningkatkan kemampuan karyawan, membuat karyawan menjadi
lebih baik lagi dan membuat karyawan mengembangkan diri.
Pernyataan yang memiliki persentase terendah adalah pernyataan ketiga,
yaitu mengenai sertifikasi keahlian khusus. Hal ini mengindikasikan bahwa,

15
SCTV tidak memberikan sertifikasi keahlian khusus untuk semua karyawan
karena tidak semua pekerjaan memiliki sertifikasi keahlian khusus.

Persepsi Karyawan terhadap Pengetahuan Lainnya
Hasil persepsi karyawan secara keseluruhan terhadap pernyataan
pengetahuan lainnya (pengetahuan yang didapat diluar dari pendidikan formal)
sudah baik dengan mayoritas jawaban setuju besar persentase 53,8 persen (Tabel
6). Perhitungan persentase untuk masing-masing pernyataan pengetahuan lainnya
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Persepsi karyawan terhadap pengetahuan lainnya
Indikator Pengetahuan Lainnya

STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

Hasil pembelajaran secara mandiri
dari sumber lain

0

6

31

63

20

52,5

Setuju

Diskusi dengan rekan kerja saya

0

4

25

69

22

57,5

Setuju

Peningkatan
wawasan
dan
pengembangan diri dari perusahaan

0

21

35

54

10

45

Setuju

Pengetahuan lain membantu dalam
melakukan pekerjaan

0

6

18

72

24

60

Setuju

Rataan

0

37

109

258

76

53,8

Setuju

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi pengetahuan lain (di luar
pendidikan formal) sudah baik. Pernyataan yang memiliki persentase tertinggi
adalah pernyataan keempat yaitu pengetahuan lain di luar pendidikan formal
membantu dalam melakukan pekerjaan saat ini dengan persentase sebesar 60
persen. Hal ini sesuai dengan Gomes (1995) diacu oleh Sari (2012) menjelaskan
bahwa pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik bersifat
formal maupun non formal yang memberikan kontribusi terhadap seseorang di
dalam pemecahan masalah termasuk dalam melakukan dan menyelesaikan
pekerjaan. Selain itu, hal ini disebabkan karena banyak karyawan SCTV yang
bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan formal, sehingga memaksa
karyawan untuk menambah pengetahuan lain yang mendukung pekerjaan mereka.
Hasil persepsi karyawan pada kuesioner diperoleh hasil bahwa setiap
indikator dari modal insani menunjukkan hasil yang baik, sehingga dapat
disimpulkan pengembangan modal insani pada PT SCTV sudah baik. Hal ini
menandakan bahwa SCTV sudah cukup menganggap bahwa karyawan
merupakan aset penting untuk perusahaan yang harus dikelola dengan baik untuk
mencapai keberhasilan perusahaan. Sumber daya insani merupakan sumber daya
yang paling penting untuk dapat memenangkan persaingan, karena merupakan
tulang punggung dari seluruh system yang dirancang, metode yang diterapkan,
dan teknologi yang digunakan (Wibisono 2006). Rekapitulasi persepsi karyawan
terhadap modal insani ditampilkan pada Tabel 7.

16
Tabel 7 Persepsi Karyawan terhadap Modal Insani
No

Indikator Modal
Insani

STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

1

Pendidikan Formal

0

58

103

256

63

53,3

Setuju

2

On The Job Training
Umum

0

55

111

252

62

52,5

Setuju

3

On The Job Training
Khusus

0

60

83

181

36

50,28

Setuju

4

Pengetahuan Lainnya

0

37

109

258

76

53,75

Setuju

Pengetahuan lainnya merupakan indikator yang memiliki persentase
tertinggi, pengetahuan lain menunjukan kemandirian karyawan dalam mengetahui
pengetahuan baru yang mendukung pekerjaan karyawan serta memanfaatkan
pengetahuan tersebut. Hasil persepsi karyawan ini sesuai yang diungkapkan oleh
Mulyadi (2007) diacu oleh Sari (2012) yaitu faktor yang benar-benar menjadikan
suatu organisasi berbeda dari perusahaan lain adalah terletak pada kemampuan
modal insani dalam memanfaatkan pengetahuan. Selain itu, pengetahuan lainnya
juga menunjukkan bagaimana perusahaan memfasilitasi karyawan dalam
peningkatan wawasan dan pengembangan diri. SCTV telah memfasilitasi
peningkatan wawasan dan pengetahuan karyawan dengan pemberian seminar dan
workshop.

Analisis Persepsi Karyawan terhadap Kinerja
Persepsi karyawan terhadap kinerja karyawan dilihat berdasarkan empat
indikator, yaitu pengetahuan tentang pekerjaan, kualitas kerja, produktivitas,
tanggung jawab, komunikai dan interaksi, dan kooperatif. Berikut adalah
penjelasan persepsi karyawan terhadap masing-masing indikator kinerja.

Persepsi Karyawan terhadap Pengetahuan Tentang Pekerjaan
Perhitungan persentase untuk masing-masing pernyataan pengetahuan
tentang pekerjaan dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Persepsi karyawan terhadap pengetahuan tentang pekerjaan
Indikator Pengetahuan Tentang
Pekerjaan
Tugas dan tanggung jawab
pekerjaan

STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

0

2

5

70

43

58,3

Setuju

Peraturan, dan prosedur pekerjaan

0

2

10

79

29

65,8

Setuju

Menggunakan informasi, peralatan,
dan teknik yang tepat dan benar

1

0

16

73

30

60,8

Setuju

Mengikuti perkembangan peraturan
dan prosedur teknis yang terbaru

0

2

18

74

26

61,7

Setuju

Pengaplikasian pengetahuan

0

0

18

67

35

55.8

Setuju

1

6

67

363

163

60,5

Setuju

Rataan

17
Hasil persepsi karyawan terhadap indikator pengetahuan tentang pekerjaan
secara keseluruhan menunjukkan mayoritas jawaban setuju dengan persentase
sebesar 60,5 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa karyawan telah memiliki
pengetahuan tentang pekerjaan yang baik.
Pernyataan yang memiliki persentase tertinggi terdapat pada pernyataan
kedua yaitu karyawan mengetahui peraturan dan prosedur saat ini sebesar 65,8
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diberikan baik bersifat
umum maupun khusus berjalan dengan baik sehingga karyawan telah mengatahui
secara mendalam mengenai pekerjaan saat ini.

Persepsi Karyawan terhadap Kualitas Kerja
Hasil persepsi karyawan terhadap indikator kualitas kerja secara
keseluruhan menunjukkan mayoritas jawaban setuju dengan persentase sebesar
62 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas kerja dari karyawan sudah
baik, dimana pada pernyataan satu memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar
62,5 persen, yaitu karyawan setuju dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
perhatian, detail, akurat, cermat, dan teliti. Perhitungan persentase untuk masingmasing pernyataan kualitas kerja dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Persepsi karyawan terhadap kualitas kerja
STS

TS

CS

S

SS

Persentase
(%)

Keterangan

Perhatian, detail, akurat, cermat,
dan teliti

0

0

12

75

33

62,5

Setuju

Peraturan dan prosedur kesehatan
dan keselamatan kerja

0

0

15

74

31

61,7

Setuju

Konsekuen