bahwa informasi tersebut perlu, tetapi tingkat keperluannya yang berbeda-beda. Bahkan ada yang meyakini bahwa keadaan dan data industri dan ekonomi secara
makro justru lebih penting dan mempengaruhi harga pasar ketimbang informasi tertentu dari suatu perusahaan.
123
Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta material
sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara
rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dan penjualan saham.
B. Pelanggaran Prinsip Keterbukaan yang Berkaitan dengan Prospektus
124
Tidak berlebihan apabila undang-undang pasar modal sesuatu negara, termasuk Indonesia mewajibkan keterbukaan, walaupun negara tersebut telah
mempunyai anti fraud. Suatu negara, walaupun telah mempunyai anti fraud, tetapi tidak mempunyai hukum yang mewajibkan keterbukaan bagi perusahaan
akan dapat merugikan investor dan para pihak. Dalam keadaan itu perusahaan dapat memberikan informasi sepanjang perusahaan bersedia, atau perusahaan
Keterbukaan merupakan suatu kewajiban bagi setiap perusahaan atau emiten yang menawarkan efeknya melalui pasar modal di lantai Bursa. Prinsip
keterbukaan disclosure principle merupakan suatu yang harus ada, baik untuk kepentingan pengelola bursa Bursa Efek IndonesiaBEI, Bapepam dan Pemodal.
123
Ibid., hlm. 82-83
124
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
diam, tidak memberikan informasi atau memberikan informasi tidak tepat waktu.
125
Ketentuan mengenai penipuan anti fraud di Indonesia secara umum telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 390 KUHP yang mengatur tentang ketentuan mengenai kabar bohong, menyatakan bahwa Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga barang-barang dagangan, dana-dana atau surat-
surat berharga menjadi turun atau naik diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
126
1. Terdakwa hanya dapat dihukum menurut pasal ini, apabila ternyata bahwa
kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong. Yang dianggap sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga
menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian. Menurut Pasal 390 KUHP, yang mengatur mengenai “penyiaran kabar
bohong”, maka ketentuan tersebut tidak sesuai dan juga belum cukup. Oleh karena elemen-elemen ketentuan tindakan kabar bohong dalam KUHP tersebut tidak
dapat diterapkan untuk menentukan suatu perbuatan dikatakan sebagai missrepresentation dan omission. Pasal 390 KUHP menetapkan:
2. Menaikkan atau menurunkan harga barang-barang dan sebagainya dengan
menyiarkan kabar bohong itu hanya dapat dihukum apabila penyiaran kabar
125
Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel, Mandatory Disclosure and the Protection of Investor, Virginia Law Review, Vol. 70, 1984, hlm. 680.
126
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Buku Kedua tentang Kejahatan, Bab Kedua Puluh Lima tentang Perbuatan Curang, Pasal 390.
Universitas Sumatera Utara
bohong itu dilakukan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Untuk mengantisipasi keadaan itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal UUPM telah mewajibkan keterbukaan tetap harus ada.
UUPM mengatur kewajiban keterbukaan tersebut secara substansial menentukan pengungkapan informasi pada saat-saat yang telah ditentukan, dan yang lebih
penting undang-undang tersebut pengawasan, waktu, tempat dan bagaimana perusahaan melakukan keterbukaan.
127
Di samping itu, prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi disebabkan
melalui keterbukaan akan terbentuk suatu penilaian judgement terhadap investasi.
128
Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi akan makin tinggi. Selanjutnya ketiadaan atau kekurangan
serta ketutupan informasi akan menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Akibatnya akan menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan
investasi melalui pasar modal.
129
Pada umumnya pelanggaran prinsip keterbukaan juga termasuk pernyataan menyesatkan disebabkan adanya missrepresentation atau pernyataan dengan
membuat penghilangan omission fakta material, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan-pernyataan
yang demikian itu dapat menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas
127
Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel, Loc. Cit.
128
D. Brian Hufford, Deterring Fraud vs. Avoiding the Strike Suit : Reaching an Appropriate Balance, Brooklyn Law Review, Vol. 61, 1995, hlm. 593-594.
129
Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel, Op. Cit., hlm. 296.
Universitas Sumatera Utara
emiten, manajemen, dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan membuat larangan atas perbuatan
missrepresentation dan omission.
130
Di Indonesia pelanggaran prinsip keterbukaan dalam bentuk pernyataan yang menyesatkan dapat dilihat dari indikasi pembukuan ganda milik anak
perusahaan PT. Sumarecon Agung yang dilakukan oleh dua akuntan publik. Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal memberikan sanksi terhadap akuntan
publik tersebut dengan membekukan izin mereka sebagai profesi penunjang pasar modal.
131
Pelanggaran prinsip keterbukaan dalam kasus Bank Duta dapat dilihat dari pelanggaran ketentuan prospektus dalam rangka go public tahun 1990. Pada
pencatatan sahamnya yang pertama 12 Juni 1990 di BEJ sekarang BEI dengan menjual 27,5 juta saham baru ¾ catatan saham pertamanya 12 Juni 1990 di BEJ
sekarang BEI dengan menjual 27,5 juta saham baru new issues seharga Rp 8.000,00 pada pasar perdana dengan nilai Rp 1.000,00 per unit. Bank Duta
mengalami sukses dengan dana yang terkumpul dari masyarakat sejumlah Rp 220 milyar. Sambutan masyarakat atas pasar perdana ini luar biasa. Hal ini dapat
dilihat dari kelebihan permintaan atau oversubcribed sebesar 24 kali lebih.
132
Kasus misrepresentation dan omission prospektus Bank Duta yang dipicu dari RUPS tanggal 4 Oktober 1990 mengungkapkan Bank Duta mengalami
kekalahan akibat bermain valuta asing valas sebesar 419,64 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 780 milyar pada saat itu. Setelah buku laporan rugi laba
130
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 73.
131
Ibid., hlm. 76.
132
Ibid., hlm. 209.
Universitas Sumatera Utara
diaudit untuk tahun buku 1991 oleh Utomo Co, kerugian bank ini jauh lebih besar akibat kekalahan bermain valas, yaitu sebesar Rp 778,786 milyar. Dalam
sidang pengadilan terungkap, bahwa pihak manajemen sengaja membuat pembukuan fiktif sejak 1988 sampai akhir 1989. Ketika Bank Indonesia BI
memeriksa pembukuan bank ini, Bank Duta dianggap sebagai bank sehat. Penilaian sehat dari BI ini dipakai oleh manajemen Bank Duta untuk bahan go
public, walaupun proses kerugian Bank Duta ini ternyata telah terjadi lama sebelum go public. Kenyataan ini sudah pasti tidak terlihat dalam prospektus,
karena dalam prospektus dinyatakan bahwa Bank Duta masih mendapat untung dan tidak ada disampaikan pada publik bahwa bank ini sedang melakukan
transaksi valas yang memiliki resiko besar.
133
Pelanggaran prinsip keterbukaan dalam prospektus Bank Duta terjadi sebelum keluarnya Undang-Undang Pasar Modal Indonesia. Sekarang sudah ada
peraturan yang menentukan pelanggaran keterbukaan ini. Pasal 78 ayat 1 Undang-Undang Pasar Modal menetapkan larangan memuat keterangan yang
tidak benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan. Hal ini juga diatur sebelumnya melalui
Keputusan Menteri Keuangan No. 15841990 mengenai isi prospektus. Berdasarkan aturan tersebut Bank Duta dipersalahkan melakukan
misrepresentation, sehingga terjadi pernyataan yang menyesatkan
134
UUPM telah membuat larangan terhadap perbuatan-perbuatan materially false statements atau omission ini, baik pada prospektus. Kategori perbuatan
133
Ibid.
134
Ibid., hlm. 209-210.
Universitas Sumatera Utara
tersebut disebut juga dengan misleading statement, dimana terdapat pernyataan yang salah disebabkan adanya kegagalan memasukkan seluruh fakta material atau
omission pengurangan informasi.
135
Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan disclosure di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan mengenai larangan perbuatan
menyesatkan tersebut, baik dalam prospektus maupun dalam pengumuman di media massa yang berhubungan dengan suatu penawaran umum. Di samping itu,
ketentuan larangan perbuatan menyesatkan, telah menetapkan sanksi berupa ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima
belas milyar rupiah terhadap pelanggaran atas perbuatan-perbuatan tersebut.
136
Namun, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan tersebut sangat
sederhana dan kurang memadai untuk mengatur elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Sebagai contoh, Pasal 78 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal menentukan, tidak boleh membuat pernyataan fakta material yang salah atau tidak memuat fakta material yang benar. Larangan yang diatur
dalam Pasal 78 ini mirip dengan konsep dalam Rule 10b-5 dan Section 10b Securities Exchange Act 1934, yang melarang pernyataan menyesatkan dalam
prospektus dengan cara, pertama, menggunakan alat-alat, skema atau fasilitas untuk menipu. Kedua, membuat pernyataan yang salah mengenai fakta material
atau tidak memasukkan fakta material yang diperlukan dalam pernyataan dan dalam penjelasannya tidak menyesatkan. Ketiga, terlibat dalam tindakan, praktek
135
Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008, hlm. 58.
136
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 76.
Universitas Sumatera Utara
atau dalam bidang bisnis yang beroperasi atau akan beroperasi sebagai penipuan atas seseorang dalam perdagangan saham.
137
Bursa Efek, yaitu apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan; pertama, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan. Kedua, pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut. Larangan lainnya juga dapat dilihat dalam Pasal 93 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang melarang seseorang yang dengan cara apapun untuk membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara
material tidak benar atau menyesatkan, yang dapat mempengaruhi harga saham di
138
1. Penipuan
Jenis-jenis pelanggaran prinsip keterbukaan yang berkaitan dengan prospektus yaitu:
Yang dimaksud dengan melakukan penipuan menurut UUPM Pasal 90 huruf c adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk
membeli atau menjual efek. Larangan ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun
137
Ibid., hlm. 77.
138
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tak lepas dari jerat pasal ini. Bagi kalangan tertentu yang mempunyai kemampuan dan fasilitas teknologi yang dengan itu semua mereka dapat
melakukan penipuan pun tidak dapat lepas dari pasal ini.
139
Setiap pelaku yang terbukti melakukan penipuan dalam kegiatan perdagangan efek dapat dikenakan pidana penjara paling lama 10 tahun penjara dan denda
maksimal Rp 15.000.000.000,00 lima belas milyar rupiah. Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap wajar mengingat kegiatan
perdangan efek melibatkan banyaknya pemodal dan jumlah uang yang amat besar. Bila dibandingkan dengan KUHP Pasal 378 ancaman hukumannya
paling lama adalah 4 tahun penjara bagi mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedangkan dalam KUHP Pasal 390 ancaman hukumannya adalah
paling lama 2 tahun 8 bulan penjara.
140
Pelanggaran di bidang pasar modal mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan jenis pelanggaran di bidang lain. Pelanggaran yang terjadi
dapat mengakibatkan hilangnya jumlah uang yang amat besar yang ada di dalam kegiatan perdagangan efek, jumlah korban cukup banyak dan beragam.
Pada akhirnya pelanggaran yang signifikan dari segi jumlah dan kualitas akan meruntuhkan kredibilitas pasar modal. Untuk mengantisipasi hal itu otoritas
di bidang pasar modal harus menyiapkan perangkat hukum, fasilitas, infrastruktur, dan yang terpenting sumber daya manusia untuk menghadapi
pelanggaran. Bapepam dan Bursa Efek Indonesia selaku regulator dan
139
M. Irsan Nasarudin, dkk., Op. Cit., hlm. 260.
140
Ibid., hlm. 260-261.
Universitas Sumatera Utara
pengelola kegiatan perdagangan pasar modal harus mampu menjaga kredibilitas pasar modal Indonesia.
141
Dalam Pasal 378 KUHP yang mengatur tentang ketentuan mengenai penipuan, menyatakan bahwa Barangsiapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan,menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
142
2. Manipulasi Pasar
Yang dimaksud dengan manipulasi pasar menurut UUPM Pasal 91 adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak
dengan maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas
pasar modal mengantisipasi setiap yang mempunyai pihak kapasitas dan kapabilitas modal dan teknologi atau sarana yang berkemungkinan bisa
melakukan penciptaan atau penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar.
143
141
Ibid., hlm. 261.
142
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Buku Kedua tentang Kejahatan, Bab Kedua Puluh Lima tentang Perbuatan Curang, Pasal 378.
143
M. Irsan Nasarudin, dkk., Op. Cit., hlm. 262-263.
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang melakukan manipulasi pasar dapat mengakibatkan banyak investor mengalami kerugian. Jenis-jenis manipulasi diantaranya adalah
menciptakan gambaran yang salah mengenai perdagangan saham yang aktif, peningkatan harga saham dalam rangka mendorong terjadinya jual-beli saham
pada harga yang terlalu tinggi yang sebenarnya merupakan harga yang bersifat artifisial.
144
f. melakukan transaksi efek tanpa mengakibatkan perubahan pemilik penerima manfaat.
Setiap emiten dilarang melakukan tindakan yang dapat menciptakan gambaran semu atau menyesatkan terhadap harga dan aktivitas
perdagangan yang dapat mengakibatkan suatu kondisi: a. meningkatkan harga efek secara artifisial yang menjadikan orang lain
terpengaruh untuk membeli; b. menurunkan harga efek secara artifisial yang mengakibatkan orang lain
agar terpengaruh untuk menjual; c. menampilkan harga efek secara artifisial untuk mempengaruhi orang lain
agar membeli atau menjual; d. melakukan suatu kegiatan yang memberi kesan kondisi efek tertentu tetap
aktif diperdagangkan; e. melakukan suatu kegiatan atas suatu efek tertentu dengan tujuan window
dressing; serta
145
144
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 53.
145
Ibid., hlm. 54.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pola manipulasi pasar adalah: 1.
Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek false
information. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya
jatuh tajam di bursa. 2.
Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan aau informasi yang tidak lengkap misinformation. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor
bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh
pemerintah.
146
3. Misrepresentation
Perbuatan yang ditandai dengan adanya keterangan baik dalam bentuk pernyataan lisan ataupun dalam dokumen tertulis yang secara material tidak
benar atau menyesatkan. Tes terhadap pengenaan tanggung jawab si pelaku, dalam hal ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Ia mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa keterangan tersebut
secara material tidak benar atau menyesatkan. 2.
Ia tidak cukup hati-hati dalam menentukan kebenaran material dari keterangan tersebut.
147
Transparansi di Pasar Modal terutama ditujukan kepada keterbukaan perusahaan yang menawarkan efeknya di pasar modal emiten. Emiten
146
M. Irsan Nasarudin, dkk., Op. Cit., hlm. 263.
147
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
dituntut untuk mengungkapkan semua informasi yang material mengenai keadaan bisnisnya, termasuk keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta
kekayaannya kepada masyarakat. Informasi yang diberikan ini harus merupakan informasi yang dijamin kebenarannya.
148
Apabila informasi yang material yang seharusnya diketahui investor ternyata tidak diungkapkan seluruhnya atau salah dalam mengungkapkannya sehingga
menimbulkan kerugian bagi investor, maka emiten wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita investor. Dengan demikian, dapat kita ketahui
bahwa terdapat suatu mekanisme transparansi dan adanya jaminan atas kebenaran informasi yang secara implisit terkandung unsur perlindungan bagi
investor.
149
1. Sanksi Administratif
Untuk praktek pelanggaran di atas, diberikan sanksi hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal yang menetapkan sanksi berupa ancaman pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak lima belas milyar rupiah terhadap
pelanggaran atas perbuatan-perbuatan tersebut. Di samping itu ada tiga macam sanksi yang diterapkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal yaitu:
Menurut Pasal 102 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan oleh Bapepam atas
pelanggaran Undang-Undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang
148
Ibid.
149
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh setiap pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Sanksi administratif dapat berupa;
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pencabutan izin usaha;
f. Pembatalan persetujuan; dan
g. Pembatalan pendaftaran.
150
Sementara itu, pihak yang dapat dijatuhkan sanksi administratif tersebut adalah:
a. Pihak yang memperoleh izin dari Bapepam
b. Pihak yang memperoleh persetujuan dari Bapepam
c. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada Bapepam
151
2. Sanksi Perdata
Sanksi perdata lebih didasarkan pada Undang-Undang Perseroan Terbatas, dimana emiten atau perusahaan publik harus tunduk pula. Undang-Undang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Pasar Modal menyediakan ketentuan yang memungkinkan pemegang saham untuk melakukan gugatan perdata
kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang tindakan atau keputusannya menyebabkan kerugian pada perusahaan.
150
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab XIV Sanksi Administratif Pasal 102.
151
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 119.
Universitas Sumatera Utara
a. Gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum Pasal 1365 KUHPdt. Pasal 111 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menyatakan bahwa setiap pihak secara sendiri-sendiri atau bersama dengan pihak lain mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak yang
bertanggung jawab atas pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pasal ini sama dengan Pasal 1365 KUHPdt mengenai
perbuatan melawan hukum. Dengan adanya perseroan dan yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal melakukan tugasnya secara
profesional dan bertanggung jawab, sehingga kehati-hatian tidak diabaikan.
b. Gugatan berdasarkan adanya perbuatan wanprestasi.
Gugatan berdasarkan wanprestasi mensyaratkan adanya pelanggaran terhadap pasal-pasal perjanjian yang pernah dibuat antara para pihak baik
secara lisan maupun tulisan. Adapun yang dimaksud dengan wanprestasi adalah :
a tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; b melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikannya; c melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terhambat;
d melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
152
152
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Internusa, 1987, hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
c. Gugatan berdasarkan Pasal 85 ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk direksi dan Pasal 98 Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk
komisaris perseroan terbuka. Dalam beberapa kasus, pelanggaran dapat saja dilakukan oleh pengelola
perseroan, yaitu direksi dan komisaris. Undang-Undang Perseroan Terbatas menganut sistem pertanggungjawaban pada perseroan karena ia
merupakan badan hukum, tetapi kalau kerugian tersebut disebabkan oleh pengurus perseroan, maka pertanggungjawaban tidak dapat dialihkan
kepada perseroan, direksi, dan komisaris harus bertanggungjawab. Bapepam menjatuhkan sanksi kepada direksi dan komisaris dalam hal
terbukti bertanggung jawab atas pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang pasar modal. Dengan sanksi tersebut, diharapkan
kontrol pemegang saham atas pengurus perseroan di dalam menjalankan tugasnya akan berjalan.
3. Sanksi Pidana
Dalam Pasal 103 sampai dengan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengancam setiap pihak yang terbukti melakukan
tindak pidana di bidang pasar modal diancam hukuman pidana penjara bervariasi antara satu tahun sampai dengan sepuluh tahun dan denda
bervariasi antara satu milyar rupiah sampai dengan lima belas milyar rupiah.
153
153
M. Irsan Nasarudin, dkk., Op. Cit., hlm. 276.
Universitas Sumatera Utara
C. Prospektus yang Menyesatkan di Pasar Modal