BAB III PROSPEKTUS YANG MENYESATKAN DI PASAR MODAL
A. Posisi Hukum dari Prospektus dalam Menyajikan Informasi atau Fakta Material
Dalam Ilmu Hukum Pasar Modal, sering dipersoalkan tentang kedudukan hukum dari suatu prospektus. Jika misalnya sebagai akibat dari adanya prospektus
yang tidak benar, seseorang terpancing untuk membeli suatu efek, dan karenanya ia menderita kerugian. Apakah secara hukum pihak investor tersebut dapat
menggugat ganti kerugian, siapa yang mesti digugat, dan apa yang menjadi landasan yuridis dari gugatan tersebut.
96
Di Indonesia, pernah ada gugatan dari seorang investor karena dianggap prospektus telah tidak benar dalam menyajikan informasi. Antara lain yang terjadi
di sekitar tahun 1991, yaitu gugatan oleh investor yang membeli saham suatu bank, yang prospektusnya dianggap tidak benar oleh penggugat, karena tidak
dilaporkan dalam prospektus tersebut tentang adanya kerugian yang cukup besar akibat kalah dalam permainan valas oleh salah seorang direkturnya saat itu.
97
Yang digugat kala itu adalah pihak bank tersebut selaku emiten sebagai tergugat kesatu sedangkan tergugat kedua adalah pihak underwriternya. Hanya
yang disayangkan akhirnya tidak jelas dan tidak terdengar kabar berita tentang kelanjutan dari kasus tersebut.
98
96
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 86.
97
Ibid.
98
Ibid., hlm. 86-87.
Universitas Sumatera Utara
Masalah yang muncul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan pada perdagangan saham di pasar perdana adalah terpusat dalam penyampaian
informasi penawaran saham melalui prospektus, dan selanjutnya adalah berkenaan dengan pengaturan hukum mengenai prospektus. Prospektus dilarang memuat
keterangan yang tidak benar tentang fakta material. Begitupun tuntutan yang berkaitan dengan keakuratan informasi prospektus masih tetap muncul.
99
Keakuratan dan kebenaran isi dari suatu prospektus seharusnya menjadi suatu harapan bagi investor sebelum menanamkan modalnya melalui pembelian saham
perusahaan.
100
Berbeda dengan ketentuan yang berlaku di Amerika Serikat, bahwa prospektus yang pada mulanya akurat, tetapi kemudian hari menjadi tidak akurat,
maka harus dilakukan perbaikan terhadap prospektus tersebut. Di Amerika Serikat, dealer diwajibkan mengirim prospektus pada suatu waktu tertentu
sesudah Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif. Section 10a3, mengharuskan setiap prospektus yang digunakan lebih dari sembilan bulan setelah tanggal efektif
harus diperbaharui updated sehingga informasi yang tercantum di dalamnya tidak lebih lama dari enam belas bulan.
101
Di Amerika Serikat, selain fakta material yang wajib disampaikan, perusahaan juga diwajibkan untuk menyampaikan informasi perusahaan yang
berkenaan dengan manajemen, termasuk mengenai informasi proyeksi internalnya internal projection, yang pada mulanya tidak diwajibkan.
102
99
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 133.
100
Ibid., hlm. 185.
101
Ibid., hlm. 206.
102
Ibid., hlm. 139.
Universitas Sumatera Utara
Alasan tuntutan adalah karena sulitnya memperoleh informasi dalam prospektus yang mengandung nilai akurat yang tinggi. I Putu Gede Ary Suta saat
menjadi Ketua Bapepam mengatakan, bahwa investor sebelum mengambil keputusan investasi harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
informasi emiten yang terdapat dalam prospektus. Mengenai hal-hal tersebut ia menyatakan:
1. Informasi belum bersifat siap pakai.
Dalam banyak hal informasi yang disajikan dalam prospektus merupakan informasi yang masih memerlukan interpretasi dan analisis agar bisa menjadi
informasi yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. Misalnya mengenai laporan keuangan, investor perlu melakukan analisis terhadap
laporan keuangan dengan menganalisis antar pos-pos dalam laporan keuangan itu sendiri, perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun, maupun
membandingkannya dengan perusahaan sejenis yang lain. 2.
Informasi banyak bersifat kualitatif. Data yang diungkapkan dalam prospektus banyak yang bersifat kualitatif
yang tentunya akan banyak berpengaruh terhadap jalannya usaha perusahaan di masa yang akan datang. Misalnya informasi tentang manajemen
perusahaan, rencana-rencana yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang dan sebagainya. Tentunya dalam mengambil keputusan
investasi pemodal diharuskan untuk melakukan pertimbangan tertentu sehingga analisis yang dilakukan lebih menghasilkan kesimpulan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
3. Informasi yang bersifat kuantitatif dibuat berdasarkan taksiran.
Dalam banyak hal informasi yang bersifat kuantitatif yang diungkapkan dalam prospektus dibuat berdasarkan taksiran atau metode-metode penilaian
sehingga dalam membaca prospektus sangat diperlukan pertimbangan untuk mengambil keputusan, apakah informasi-informasi tersebut relevan dan dapat
diandalkan. 4.
Informasi yang disajikan banyak bersifat historica. Prospektus lebih banyak memuat data dan informasi masa lalu perusahaan
daripada mengungkapkan tentang proyeksi perusahaan mendatang. Berdasarkan data historis yang ada pemodal harus membuat perkiraan dan
proyeksi tentang kondisi perusahaan di masa mendatang. 5.
Kondisi makro ekonomi jauh berbeda antara saaat prospektus dibuat dengan kondisi sebenarnya yang terjadi setelah go public.
Perlu dipertimbangkan oleh pemodal mengenai asumsi kondisi makro ekonomi yang perubahannya sangat cepat, sehingga dalam melakukan
analisis perlu menganalisis fenomena ekonomi secara global, misalnya mengenai kondisi moneter, perdagangan, kebijakan-kebijakan negara lain dan
sebagainya.
103
103
Ibid., hlm. 133-135.
Pada dasarnya ada 3 jenis informasi utama yang perlu diketahui oleh para perantara pedagang efek, pedagang efek, dan investor. Informasi diperlukan untuk
mengetahui kondisi perusahaan yang telah menjual efek dan perilaku efek perusahaan tersebut di bursa. Ketiga informasi ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Informasi yang bersifat fundamental
Informasi yang berkaitan dengan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan
prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. 2.
Informasi yang berkaitan dengan masalah teknis Informasi yang berhubungan dengan faktor teknis yang penting untuk
diketahui oleh para perantara pedagang efek dan para pemodal. 3.
Informasi yang berkaitan dengan faktor lingkungan Informasi yang berkaitan faktor lingkungan yang mencakup kondisi ekonomi,
politik, dan keamanan negara.
104
1. Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai
Penawaran Umum dari emiten, yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau layak diketahui oleh Emiten dan Penjamin
Pelaksana Emisi Efek jika ada. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan komunikatif. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan
yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian Agar diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai keterbukaan
informasi pada saat go public, berikut ini akan disajikan isi Peraturan Nomor IX.C.2. tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka
Penawaran Umum. Kutipan berikut adalah sepanjang relevan dengan Penawaran Umum Saham dan untuk Penawaran Umum Efek yang bersifat utang telah
diabaikan:
104
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi, Semarang: Rineka Cipta, 2001, hlm. 88-89.
Universitas Sumatera Utara
awal Prospektus. Urutan penyampaian fakta pada prospektus ditentukan oleh relevansi fakta tersebut terhadap masalah tertentu, bukan urutan sebagaimana
dinyatakan pada peraturan ini. 2.
Emiten harus berhati-hati apabila menggunakan foto, diagram, atau tabel pada Prospektus karena bahan-bahan tersebut dapat memberikan kesan yang
menyesatkan kepada masyarakat. Emiten juga harus menjaga agar penyampaian informasi penting tidak dikaburkan dengan informasi yang
kurang penting yang mengakibatkan informasi penting tersebut terlepas dari perhatian pembaca.
3. Sebagian informasi yang dicantumkan dalam peraturan ini mungkin kurang
relevan dengan keadaan Emiten tertentu. Emiten dapat melakukan penyesuaian atas pengungkapan fakta material tidak terbatas hanya pada fakta
material yang telah diatur dalam ketentuan ini. Pengungkapan atas fakta material tesebut harus dilakukan secara jelas dengan penekanan yang sesuai
dengan bidang usaha atau sektor industrinya sehingga prospektus tidak menyesatkan. Emiten, Penjamin Pelaksana Emisi, dan Lembaga serta Profesi
Penunjang Pasar Modal bertanggung jawab untuk menentukan dan mengungkapkan fakta tersebut secara jelas dan mudah dibaca.
105
Sebetulnya tuntutan atas ketidakakuratan informasi dalam prospektus tidak akan terjadi, bila pembuatan prospektus dilakukan sesuai dengan Pasal 81 ayat 1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Oleh karena
105
Agus Kretarto, Investor Relations, Jakarta: PT. Grafiti Pers, 2001, hlm. 87.
Universitas Sumatera Utara
ketentuan tersebut telah menetapkan prospektus harus memuat keterangan yang benar tentang fakta material.
106
Prospektus yang menggambarkan fakta material yang benar sangat penting bagi investor. Menurut Edward G. Eisert, bahwa prospektus bertujuan untuk
menyediakan informasi penting tentang perusahaan yang melakukan pendaftaran. Penyediaan informasi yang demikian itu membantu para investor dalam membuat
keputusan untuk membeli saham yang ditawarkan.
107
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 dengan tegas memberlakukan prinsip bahwa prospektus adalah merupakan suatu dokumen
hukum.
108
Di dalam Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Setiap Pihak yang menawarkan atau
menjual Efek dengan menggunakan Prospektus atau dengan cara lain, baik tertulis maupun lisan, yang memuat informasi yang tidak benar tentang Fakta Material
atau tidak memuat informasi tentang Fakta Material dan Pihak tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui mengenai hal tersebut wajib bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud.
109
Untuk dapat membebankan tanggung jawab yuridis secara perdata kepada pihak penyedia prospektus yang tidak benar tersebut, hukum mensyaratkan bahwa
sewaktu membeli efek, pihak pembeli efek yang bersangkutan tidak mengetahui ketidakbenaran isi prospektus tersebut. Jadi jika dia telah mengetahui
ketidakbenaran tersebut tetapi masih mau membeli efek, tentunya dia tidak dapat
106
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 135.
107
Ibid.
108
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 87.
109
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab IX Emiten dan Perusahaan Publik Bagian Keempat Pasal 81 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
meminta ganti kerugian. Sebab ini berarti pembeli tersebut sewaktu membeli efek tersebut telah melakukan Risk Assumption, yaitu siap untuk ambil risiko. Jadi
merupakan a part of the game baginya. Lihat Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995.
110
Di dalam Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pembeli Efek yang telah mengetahui bahwa
informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan sebelum melaksanakan pembelian Efek tersebut tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang
timbul dari transaksi Efek dimaksud.
111
1. emiten
Siapakah yang mesti bertanggung jawab secara yuridis jika ada pihak- pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari adanya prospektus yang
menyesatkan itu? Dalam hal ini dijawab oleh Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, dimana yang mesti bertanggung jawab adalah
setiap pihak yang menawarkan atau menjual efek dengan mempergunakan prospektus yang menyesatkan tersebut. Tentunya pihak yang “menawarkan” atau
“menjual” tersebut banyak, yakni dapat terdiri dari:
2. underwriter
3. pialang
4. bahkan investor lain yang ingin menjual kembali efek yang telah dibelinya
itu.
110
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 87.
111
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab IX Emiten dan Perusahaan Publik Bagian Keempat Pasal 81 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 81 ayat 1 tersebut, kesemua mereka harus bertanggung jawab secara hukum.
112
1. Setiap pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran.
Selanjutnya, ketika mencari siapa yang mesti bertanggung jawab terhadap pernyataan pendaftaran yang tidak benar yang di dalamnya juga ada prospektus,
maka Pasal 80 Undang-Undang pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tersebut menetapkan bahwa mereka yang mesti bertanggung jawab baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama adalah:
2. Direktur dan komisaris emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi
efektif. 3.
Penjamin Pelaksana Emisi Efek. 4.
Profesi Penunjang Pasar Modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan
Pendaftaran.
113
Ada teori yang menyatakan bahwa suatu prospektus yang baik haruslah pendek dan dapat dibaca oleh orang kebanyakan layman = the man in the street.
Walaupun mengenai sebenarnya hanya suatu mitos belaka, yaitu yang disebut dengan the Myth of the Informed Layman. Karena, manusia kebanyakan tidak
akan dan tidak akan pernah dapat membaca prospektus yang sebenarnya bersifat technical itu. Karena itu, sering juga suatu prospektus dijuluki sebagai Nothing
but Crying Wolf.
114
112
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 87-88.
113
Ibid., hlm. 88.
114
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga kemudian muncul pula teori yang menyatakan bahwa sebaiknya pembuatan suatu prospektus itu ditujukan kepada orang-orang profesional atau
para ahli, mengingat orang kebanyakan the man in the street tidak akan pernah mau membaca prospektus.
115
Masalah lain yang cukup mengkhawatirkan adalah berkaitan dengan informasi tentang proyeksi emiten. Informasi proyeksi yang digambarkan emiten
dalam prospektus merupakan informasi yang banyak bersifat historikal, yaitu informasi yang cenderung lebih banyak memuat data dan informasi masa lalu
perusahaan daripada mengungkapkan proyeksi perusahaan di masa mendatang.
116
Informasi proyeksi emiten yang demikian dapat dilihat dalam prospektus emiten pada saat penawaran umum. Seringkali informasi proyeksi dalam
prospektus tidak menyampaikan secara cukup mengenai prakiraan-prakiraan dan proyeksi tentang kondisi perusahaan di masa datang. Misalnya prospektus PT.
Eterindo Wahanatama EW mengenai proyeksi hanya menyampaikan “prospek perusahaan” dari sudut historis dan menyebutkan perbandingan perusahaan
sejenis di Asia Tenggara.
117
Penyampaian informasi proyeksi perusahaan tidak terlepas dari ketentuan penyampaian informasi proyeksi yang harus dimuat dalam prospektus. Keputusan
Ketua Bapepam atau Peraturan Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pedaftaran dalam Rangka Penawaran Umum, serta Keputusan Ketua Bapepam
dan Peraturan Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Prospektus dalam Rangka Penawaran Umum, tidak membuat aturan secara rinci mengenai materi apa saja
115
Ibid.
116
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 137.
117
Ibid., hlm. 137-138.
Universitas Sumatera Utara
yang harus disampaikan dalam penyampaian informasi proyeksi perusahaan dalam Pernyataan Pendaftaran atau prospektus dalam proses penawaran umum.
Bahkan ketentuan penyampaian informasi proyeksi tersebut tidak secara tegas mengatur untuk mewajibkan emiten menyampaikan informasi proyeksi
perusahaan.
118
Prospektus PT. Telekomunikasi Indonesia Persero pada saat melakukan penawaran umum atau listing di New York Stock Exchange NYSE, telah
menyampaikan proyeksi perusahaan yang lebih luas materinya dibandingkan dengan proyeksi PT. Eterindo Wahanatama EW. Prospektus PT.
Telekomunikasi Indonesia menyampaikan informasi prakiraan-prakiraan atau proyeksi dalam bentuk informasi keuangan yang prospektif prospective financial
information. Informasi proyeksi tidak saja berdasarkan pada keadaan masa lalu, tetapi informasi proyeksi tersebut
dikaitkan dengan keadaan yang mempengaruhinya, seperti inflasi, pajak, perubahan tarif, depresiasi rupiah.
119
Informasi proyeksi dalam prospektus PT. Telekomunikasi Indonesia menjadi demikian karena adanya ketentuan dari SEC yang mewajibkan emiten
membuat informasi proyeksi yang demikian, apabila emiten akan melakukan penawaran umum di NYSE, yaitu harus sesuai dengan daftar isian beberapa
formulir yang disiapkan SEC pada saat melakukan Pernyataan Pendaftaran Registration Statement on Form F-1.
120
Secara hukum kedudukan prospektus sama dengan kedudukan iklan dari suatu produk dimana tidak saja isinya harus benar, tetapi juga tidak boleh
118
Ibid., hlm. 138.
119
Ibid.
120
Ibid., hlm. 138-139.
Universitas Sumatera Utara
misleading. Sungguhpun sistem hukum perjanjian kita kurang dapat menerima prospektus atau iklan sebagai suatu “offer” dari perjanjian paling tidak pihak yang
terkait dalam prospektus telah melakukan suatu perbuatan yang pada gilirannya bisa jadi menimbulkan kerugian besar bagi orang lain. Undang-Undang melarang
penerbitan prospektus yang berisikan informasi mengenai fakta material yang tidak benar atau menyesatkan misleading.
Di dalam Pasal 1365 KUHPdt menyebutkan bahwa Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
121
1. Teori Random Walk
Sehingga Pasal 1365 KUHPdt dapat diterapkan karena telah merupakan onrechtmatige daad perbuatan melanggar hukum. Misleading
prospektus itu dapat berupa memberikan keterangan yang tidak benar, memberikan keterangan terhadap fakta material.
Namun demikian, tentang sejauh mana pentingnya kedudukan suatu prospektus, atau sejauh mana pentingnya data bisnis dari suatu emiten misalnya
seperti yang terdapat dalam prospektus, terdapat berbagai pandangan yang tersimpul dalam tiga teori sebagai berikut :
Teori random walk ini mengajarkan bahwa harga dari suatu efek yang terjadi sebelumnya tidak ada hubungan atau tidak mempengaruhi harga sekarang
atau yang akan datang. Jadi tidak ada link antara harga efek yang sudah terjadi dengan yang akan terjadi. Sehingga, investor dapat membuat uang di
121
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku Ketiga tentang Perikatan, Bab Ketiga tentang Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang Pasal 1365.
Universitas Sumatera Utara
pasar modal bukan karena adanya angka-angka statistik, melainkan karena awareness mereka sendiri.
2. Teori Market Hypothesis
Seperti yang telah disinggung di atas, maka menurut teori ini, bahwa harga pasar dari suatu efek dipengaruhi oleh informasi yang diberikan kepada
publik. Jadi informasi publik tersebutlah yang menentukan apakah seseorang akan melakukan tindakan jual, beli atau hold suatu efek. Karena itu,
kedudukan suatu prospektus tentunya sangat penting. Dan, teori ini sangat mengecam pula tindakan insider trading, karena dengan informasi yang tidak
kesampaian kepada publik tersebut, berarti publik sangat dirugikan dan seorang insider dapat mengalir di air keruh.
3. Teori Capital Asset Pricing
Teori ini membedakan antara risk yang sistematis dan risk yang tidak sistematis. Dan mengajarkan pula bahwa risiko dalam melakukan investasi di
pasar modal dapat dieliminir dengan melakukan diversifikasi. Karena itu, informasi tentang suatu perusahaan tertentu tidak begitu penting. Yang
terpenting justru apa yang disebut sebagai Beta dari suatu efek. Yang diamksud dengan “Beta” dari suatu efek adalah semacam pengukuran
terhadap suatu efek dalam hubungan dengan pasar secara keseluruhan.
122
Dari ketiga teori tersebut di atas terlihat bahwa informasi tentang sesuatu perusahaan, antara lain seperti yang terdapat dalam prospektus, ditempatkan pada
posisi yang berbeda-beda. Tentu saja semua teori tersebut masih menganggap
122
Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 81-82.
Universitas Sumatera Utara
bahwa informasi tersebut perlu, tetapi tingkat keperluannya yang berbeda-beda. Bahkan ada yang meyakini bahwa keadaan dan data industri dan ekonomi secara
makro justru lebih penting dan mempengaruhi harga pasar ketimbang informasi tertentu dari suatu perusahaan.
123
Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta material
sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara
rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian dan penjualan saham.
B. Pelanggaran Prinsip Keterbukaan yang Berkaitan dengan Prospektus