BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR AKIBAT
PROSPEKTUS YANG MENYESATKAN DALAM TRANSAKSI EFEK DI PASAR MODAL
A. Perlindungan Hukum Terhadap Investor di Pasar Modal
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa investor merupakan salah satu aktor penting dalam perdagangan efek di pasar modal. Oleh karena itu,
diperlukan perlindungan hukum yang memadai terhadap investor. Perlindungan hukum yang memadai tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap
emiten khususnya, dan terutama terhadap pasar modal Indonesia pada umumnya. Kepercayaan dan kredibilitas pasar merupakan hal utama yang harus
tercermin dari keberpihakan sistem hukum pasar modal pada kepentingan investor dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghancurkan kepercayaan investor.
Keberpihakan hukum kepada pemegang saham dan investor dapat dilihat dari penegakan hukum pasar modal oleh otoritas pasar modal, yakni Bapepam di
dalam menangani kasus pelanggaran dan kejahatan. Dengan adanya penegakan hukum kepastian hukum akan terjamin. Penegakan hukum tidak semata-mata
bermakna secara yuridis, tetapi juga mengandung maksud pembinaan.
167
Penegakan hukum yang konsisten terhadap Emiten yang melakukan pelanggaran peraturan diharapkan menjadi pendorong bagi Emiten untuk selalu
mematuhi ketentuan dan mempertimbangkan kehati-hatian dalam melakukan usahanya. Hal ini juga diharapkan akan meningkatkan kredibilitas pasar modal di
167
M. Irsan Nasarudin, dkk., Op. Cit., hlm. 278-279.
Universitas Sumatera Utara
mata investor sekaligus merupakan tanggung jawab emiten sebagai perusahaan publik.
168
Penegakan hukum tidak boleh terlepas dari kerangka keadilan, karena kalau tidak penegakan hukum malah akan menjadi counter productive, yang pada
gilirannya akan menjadi bumerang bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Bagi investor sebaiknya membekali dirinya dengan pemahaman yang mencukupi
sebelum mengambil keputusan untuk melaksanakan transaksi efek. Prospektus dan laporan berkala dan insidentil menjadi pedoman bagi investor untuk dapat
melihat dan mempertimbangkan pengambilan keputusannya.
169
Ada tiga tujuan prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.
Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk
menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal
yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh Secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
168
Ibid., hlm. 279.
169
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
informasi yang tersedia. Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud.
170
Perlindungan hukum terhadap investor, khususnya investor biasa unsophisticated investors dari penipuan. Karena tujuan prinsip keterbukaan
tersebut dilakukan dengan cara menyamakan akses terhadap informasi di antara para pelaku pasar. Cara penyamaan akses tersebut di antara investor akan dapat
menjaga kepercayaan investor dan dapat mencegah terjadinya penipuan. Cara penyamaan akses terhadap informasi tersebut adalah suatu yang dibutuhkan
investor.
171
Apabila hukum yang mewajibkan prinsip keterbukaan ditegakkan scara fair dan mengandung unsur creditability serta accountability, maka kejahatan
dalam bentuk misstatement atau misrepresentation dan omission yang mengakibatkan pernyataan menyesatkan misleading statement akan dapat
diatasi. Sebab dengan prinsip keterbukaan itu membuat kegiatan yang dilakukan manajemen sangat mudah dideteksi.
172
Dengan demikian unsophisticated investors, yang pada umumnya kurang dapat mengakses informasi dibandingkan dengan investor potensial yang
profesional, dapat terlindung dari eksploitasi. Karena terdapat pendapat, bahwa “investor yang tidak mengetahui informasi adalah termasuk sebagai investor
tereksploitasi”. Dalam perkataan lain, “barangsiapa yang mengetahui sedikit
170
Bismar Nasution, Op. Cit., hlm. 7-9.
171
Nicholas I. Georgakopoulus, Why Should Disclosure Rules Subsidize Informed Traders, International Review Law and Economic, Vol. 16, 1996, hlm. 297.
172
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
informasi akan memperoleh suatu deal yang merugikan”.
173
Di pihak lain, eksploitasi akan membuat rasa ketakutan dan ketakutan eksploitasi ini akan
merusak kepercayaan. Meskipun investor tersebut terbukti mengalami kerugian ataupun tidak dirugikan.
174
Dalam mencapai tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor tersebut hanya dapat diharapkan terpenuhi adalah sepanjang informasi yang
disampaikan kepada investor mengandung kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta materiel. Dengan penyampaian
informasi yang demikian kepada investor akan dapat menghindari investor dari bentuk-bentuk penipuan fraud atau manipulasi deceit serta hal-hal lainnya
yang berbentuk perbuatan-perbuatan curang fraudulent acts, seperti melalui misrepresentation atau omission yang pada akhirnya mengakibatkan pernyataan
menyesatkan. Investor yang tereksploitasi dari informasi ini sangat
dirugikan, dibandingkan dengan investor lain yang memiliki informasi, yang karena informasi tersebut ia berada dalam posisi yang diuntungkan informational
advantages. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa fungsi keterbukaan tersebut dapat melindungi investor dari ketakutan eksploitasi.
175
Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pembinaan, pengaturan, dan
B. Peranan Bapepam dalam Penegakan Hukum