commit to user 40
berdiameter 2 cm dan 1 cm. Analisis KLT dipandu dengan lampu UV
254
serta penyemprot penampak noda CeSO
4 2
. Senyawa yang diperoleh dianalisis dengan metode spektroskopi UV spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini 1240,
spektroskopi infra merah spektrofotometer Shimadzu PRESTIGE 21 dengan metode tetes dan metode spektroskopi
1
H NMR,
13
C NMR, HMQC dan HMBC spektrofotometer Jeol AS 500.
2. Bahan yang digunakan Kulit batang
C. soluattri
diperoleh dari daerah Magelang, Jawa Tengah. Pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah MeOH. Sedangkan untuk
kromatografi adalah
n
-heksan, EtOAc dan CHCl
3.
MeOH,
n
-heksan, EtOAc yang digunakan adalah pelarut teknis yang diredestilasi. Pelarut CHCl
3
dan aseton yang digunakan adalah
grade
pro analisis. Fasa diam pada KVC digunakan silika gel Merck Si-gel 60 GF
254
, untuk kromatografi
flash
digunakan silika gel Merck Kieselgel 60 0,04-0,063 mm 230-400 mesh. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
KLT menggunakan plat alumunium berlapis silika Merck Kieselgel 60 GF
254
0,25 mm. Silika gel Merck Kiesel Gel 60 0,2-0,5mm digunakan sebagai silika adsorb untuk
impregnasi
sampel pada saat KVC dan kromatografi
flash
. Untuk pereaksi penampak noda digunakan CeSO
4 2
.
D. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Sampel Determinasi sampel dilakukan di laboratorium Bagian Biologi Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Determinasi dilakukan berdasarkan pengamatan ciri fisiologis tumbuhan. Dari hasil determinasi, diketahui bahwa
sampel tumbuhan yang diteliti merupakan
Calophyllum soulattri
Burm.f.
2. Persiapan Sampel Kulit batang
C. soluattri
dipotong kecil-kecil, diangin-anginkan sampai kering. Selanjutnya
C. soluattri
kering dibuat dalam bentuk serbuk. 25
commit to user 41
3. Isolasi dan Purifikasi Senyawa dari Kulit Batang
C. soluattri
a. Ekstraksi Serbuk kering kulit batang
C. Soluattri
sebanyak 3 kg dimaserasi dalam 12 liter metanol pada suhu kamar selama 24 jam. Kemudian disaring dengan
menggunakan penyaring Buchner untuk memisahkan ekstrak metanol dari residunya. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dan didesikator sehingga dihasilkan
ekstrak kering metanol.
b. Kromatografi Vakum Cair KVC Sebanyak 60 g ekstrak metanol difraksinasi menggunakan KVC dengan
diameter kolom 9 cm yang dilakukan 3 kali fraksinasi masing-masing fraksinasi sebanyak 20 g sampel. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60 GF
254
. Silika gel di masukkan ke dalam kolom KVC kemudian dimampatkan dengan
bantuan pompa vakum sampai benar-benar mampat dan tidak terdapat rongga pada silika tersebut. Setelah mampat, sampel diletakkan diatas fase diam dan
dielusi dengan eluen yang kepolarannya meningkat dengan perbandingan dari
n
- heksana:EtOAc sebanyak 150ml. Sebelumnya, sampel
diimpregnasi
terlebih dahulu dengan 20 g silika adsorb Merck Kieselgel 60 0,2-0,5 mm.
Fraksi yang diperoleh dari hasil fraksinasi pada 3 kali KVC tersebut kemudian diuapkan dengan
rotary evaporator
dan ditimbang sehingga diketahui berat masing-masing fraksi. Fraksi tersebut kemudian dianalisis dengan KLT
menggunakan fasa diam silika gel Merck Kieselgel 60 GF
254
0,2 mm menggunakan eluen
n
-heksana:EtOAc dengan perbandingan tertentu. Hasil KLT dilihat dengan lampu UV pada
254
kemudian disemprot dengan penampak noda CeSO
4 2
. Fraksi yang memiliki pola pemisahan spot yang sama kemudian digabung. Fraksi yang memiliki berat yang mencukupi dan pola pemisahan yang
baik dimurnikan lebih lanjut dengan kromatografi
flash
.
c. Kromatografi
flash
Pembuatan kolom dilakukan dengan cara basah menggunakan fasa diam silika gel Merck Kieselgel 60 0,04-0,063 mm. Silika gel dimasukkan ke dalam
commit to user 42
gelas beker yang telah berisi eluen yang akan digunakan, kemudian di masukkan kedalam kolom sambil diaduk sampai semua silika masuk ke dalam kolom. Proses
pembuatan kolom dibantu dengan
air pump
untuk memampatkan silika. Kemudian sampel yang sudah dilarutkan dengan eluen yang digunakan,
dimasukkan kedalam kolom dengan bantuan pipet. Perbandingan sampel dan silika gel yang digunakan adalah 30 sampai 100 kali berat sampel. Kemudian
sampel dielusi dengan eluen dan eluat yang diperoleh di KLT untuk mengetahui pola pemisahannya.
d. Karakterisasi Hasil Isolasi Fraksi yang menunjukkan satu spot kemudian diuji kemurniannya
menggunakan KLT dengan empat eluen yang berbeda, jika semua hasil KLT menunjukkan satu spot maka senyawa hasil isolasi diduga sudah murni.
Kemudian dilakukan analisis menggunakan UV, IR,
1
H NMR,
13
C NMR, HMQC dan HMBC.
E. Teknik Analisis Data