pembentukan enamel akan terganggu sehingga kerentanan gigi terhadap karies akan meningkat.
26
Gen Amelogenin kromosom Y AMELY pada laki-laki memberikan mekanisme kompensasi terhadap gangguan yang terjadi pada kromosom X. Peran
AMELY dalam melakukan kompensasi melalui produksi protein amelogenin, AMELY membentuk 10 protein amelogenin yang sama dengan AMELX, akan
tetapi jika terjadi gangguan pada kromosom X, protein ini tidak dijumpai pada perempuan. Kerentanan karies pada laki-laki cendrung lebih rendah dibandingkan
dengan perempuan.
26
Berdasarkan pola erupsi gigi, perempuan cendrung lebih dulu terjadi erupsi gigi dibandingkan laki-laki, sehingga gigi lebih lama terpapar dengan lingkungan
rongga mulut, bakteri dan substrat.
21,26,27
Hasil penelitian yang dilakukan pada 544 anak usia 18-60 bulan prevalensi karies gigi 23,5 pada anak perempuan dan 16,5
pada anak lak-laki. Hasil penelitian Parera PJ di Srilanka pada anak usia 2-5 tahun, perempuan signifikan lebih tinggi memiliki karies gigi 43.6 dibandingkan dengan
laki-laki 33,7.
10
2.5 Dampak Karies Tidak Dirawat
Karies gigi yang tidak dirawat dapat merusak seluruh mahkota gigi dan jaringan pulpa. Bagian radiks atau fragmen gigi yang tajam akan mengiritasi mukosa
di dekatnya sehingga menimbulkan ulser traumatikus.
18
Bakteri yang mencapai pulpa memicu terjadinya respon inflamasi akut yang menimbulkan rasa nyeri. Respon
inflamasi berlanjut pada proses pembentukan abses, setelah mencapai fase kronis, umumnya gejala akan berkurang dan terbentuk sinus tract yang menghubungkan
abses dengan permukaan mukosa untuk drainase pus.
20
a. Keterlibatan Pulpa
Pulpitis merupakan peradangan pada pulpa yang umumnya disebabkan oleh proses karies yang berlanjut mencapai pulpa. Berdasarkan gambaran histopatologis
dan temuan klinis pulpitis diklasifikasikan menjadi reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merupakan keadaan inflamasi pada jaringan pulpa yang dapat kembali
Universitas Sumatera Utara
pada keadaan normal dengan menghilangkan faktor iritan. Gigi akan sensitif dan menimbulkan rasa nyeri terhadap stimulus, seperti perubahan suhu, rasa nyeri akan
hilang jika stimulus dihilangkan. Pulpitis irreversibel merupakan proses inflamasi
yang menetap pada pulpa. Perubahan suhu dan posisi tubuh dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi, umumnya rasa nyeri yang ditimbulkan menetap setelah beberapa
menit sampai beberapa jam setelah stimulus dihilangkan.
21
b. Ulser Traumatikus
Ulser dapat dipicu karena adanya kontak antara mukosa dengan fragmen gigi yang tanjam akibat proses karies. Lokasi yang sering mengalami ulser traumatikus
adalah mukosa labial, bukal, dan tepi lidah. Gambaran ulser traumatikus yang disebabkan oleh faktor mekanis bervariasi sesuai dengan intensitas dan ukuran agen
penyebab. Ulser biasanya berbentuk oval dan terlihat sedikit depresi. Bagian tengah ulser berwarna abu-abu kuning, zona eritema awalnya terlihat dibagian tepi ulser dan
warnanya semakin muda seiring penyembuhan ulser.
28
c. Abses
Kematian pulpa yang disebabkan oleh invasi bakteri akan terus berlanjut ke jaringan apikal. Melalui foramen apikal sel-sel nekrotik dan bakteri akan menuju ke
jaringan tulang pendukung. Akumulasi dari sel- sel nekrotik, dan bakteri akan menimbulkan kerusakan jaringan sekitar dan pembentukan pus. Gigi umumnya
sangat sensitif terhadap perkusi dan gigitan, karena adanya peningkatan tekanan pada daerah periapikal akibat proses inflamasi. Gambaran klinis yang abses yaitu adanya
pembengkakan pada daerah di sekitar gigi dengan konsistensi lunak.
20
d. Fistula
Abses yang berkelanjutan akan merusak tulang pendukung gigi sampai ke jaringan lunak di dekatnya, setelah mencapai jaringan lunak umumnya abses
memasuki fase kronis dan gejala akan berkurang. Sinus atau fistula akan terbentuk pada fase ini, menghubungkan rongga abses dengan permukaan kulit atau mukosa
sebagai jalan keluar untuk drainase pus.
20
Universitas Sumatera Utara
2.6 Indeks Karies